LAPORAN PT. Indonesia Power UPJP Kamojan
LAPORAN PT. Indonesia Power UPJP Kamojan
Laporan Kerja Praktik Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Seminar Dan Kerja Praktik Pada Semester V Di Jurusan Teknik Konversi Energi
Oleh :
Hany Noviasari
NIM. 131711013
Mengetahui,
Ketua Departemen Teknik Konversi Energi
Politeknik Negeri Bandung
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas berkat dan
karunia-Nya penulis dapat menyusun Laporan Kerja Praktik yang berjudul “Analisis
Kinerja Steam Jet Ejector Tingkat Pertama terhadap Kevakuman Kondensor di PT.
Indonesia Power UPJP Kamojang Unit 2” ini dengan lancar dan tepat waktu.
Kerja Praktik yang dilaksanakan 3 s.d. 31 Agustus 2015 di UPJP Kamojang ini
merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus dilaksanakan dalam memenuhi syarat
kelulusan di Semester V khususnya di Departemen Teknik Konversi Energi, Politeknik
Negeri Bandung.
Tentunya penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak terlepas
dari dukungan banyak pihak yang telah membantu. Untuk itu penulis menghaturkan
banyak terima kasih kepada:
1. Allah SWT. yang memberikan kesempatan serta rahmat dan karunia-Nya kepada
penulis
2. Ayahanda dan ibunda, E. Memon dan Euis Sutirah juga kepada kakak tercinta Heny
Purnamasari dan Hery Firmansyah yang selalu mendukung dan mendoakan
3. Bapak Ahmad Deni, M.ST. selaku Ketua Departemen Teknik Konversi Energi,
Politeknik Negeri Bandung
4. Ibu Siti Saodah, ST., MT. selaku Koordinator Kerja Praktik di Departemen Teknik
Konversi Energi
5. Ibu Ika Yuliyani, ST. selaku Ketua Program Studi D-III Teknik Konversi Energi
6. Bapak Ali Mashar, M.Eng.Sc. selaku dosen pembimbing di kampus
7. Seluruh Dosen dan Staf di Departemen Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri
Bandung yang telah mendukung dan mengarahkan kami dalam pelaksanaan kerja
praktik
8. Bapak Maman selaku pembimbing di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang yang telah
membimbing kami selama melaksanakan kerja praktik di lapangan
9. Bapak Dodi selaku humas yang telah membantu dan memudahkan kami dalam
melaksanakan kerja praktik di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang
iii
10. Bapak Ade Sumarna, Bapak Andri, Bapak Yadi, Bapak Yanto, Bapak Dedi, Bapak
Rino, Bapak Agung, Bapak Komara selaku operator di PT. Indonesia Power UPJP
Kamojang yang telah membantu dalam pengambilan data
11. Bapak Dedi dan Bapak Aqmal selaku teknisi pemeliharaan mesin yang telah membantu
penulis mendalami objek yang diteliti
12. Rekan seperjuangan selama kerja praktik, Siti Nuraidah, Yayang Sambas, Muhammad
Mufid, Ferly Asri, Neni Andriani, Luthfi Asshidiqi, serta Sani Ahmad yang selalu
mendukung dan menyemangati
13. Rekan selama melaksanakan kerja praktik dari Institut Teknologi Sepuluh November
(ITS), Istiqomah, Ubaidillah Husni, Diaz Ficry, serta Irul Amry yang telah menjadi
teman seperjuangan selama melaksanakan kerja praktik
14. Rekan-rekan dari Badan Eksekutif Mahasiswa Kabinet Harmoni 2015 serta Himpunan
Mahasiswa Teknik Energi yang selalu memberikan dukungan dan doa
15. Rekan seperjuangan yang selalu memberi semangat dan berbagi cerita Siti Nurbaniah,
Alimuddin Faqih, Ervina Fitriana, Athraf Ghani, dan Wulan Meilany
16. Miftahul Fikri yang telah memberikan semangat serta dukungan kepada penulis
17. Ibu Lia Herlina serta Ibu Iis selaku pemilik kontrakan selama melaksanakan kerja
praktik
18. Ibu Nonoh yang selalu menyediakan sarapan pagi setiap hari
19. Serta banyak pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak memiliki kekurangan, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan saran maupun
kritik yang bersifat membangun guna meningkatkan kualitas penulis dalam menyusun
laporan dimasa yang akan datang.
Demikian laporan ini disusun semoga bermanfaat.Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
II.3.1 Kepala Sumur dan Valve ...................................................................... II-5
II.5.4 Pengaruh Perubahan Area terhadap Kecepatan dan Tekanan ............ II-23
vi
III.2.5 Turbin .................................................................................................. III-4
IV.1 Data Pengamatan Steam Jet Ejector Tingkat Pertama Unit 2 .................... IV-1
IV.4 Analisa Perbandingan Tekanan Diffuser Data Desain dan Aktual ........... IV-13
LAMPIRAN .............................................................................................................. - 2 -
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
ix
Gambar III.6 Name Plate pada Turbin di PT. Indonesia Power Unit 2..................... III-5
Gambar III.7 Generator ............................................................................................. III-6
Gambar III.8 Transformator ...................................................................................... III-7
Gambar III.9 Cooling Tower ..................................................................................... III-8
Gambar III.10 Main Cooling Water Pump ................................................................ III-8
Gambar III.11 Kondensor .......................................................................................... III-9
Gambar III.13 Skema pembangkitan listrik di PT. Indonesia Power Kamojang .... III-11
Gambar III.12 Skema Gas Removal System[6] ........................................................ III-11
Gambar III.14 Steam jet ejector di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit 2 . III-13
Gambar III.15 Konstruksi Steam Jet Ejector .......................................................... III-14
Gambar III.16 Bagian-bagian Steam jet ejector ...................................................... III-15
Gambar IV.1 Diagram alir fluida dalam stram jet ejector [8] ....................................IV-3
Gambar IV.2 Grafik Tekanan Keluaran diffuser (Pc) pada Agustus 2015..............IV-12
Gambar IV.3 Perbandingan Tekanan Diffuser Desain dan Aktual .........................IV-13
Gambar IV.4 Grafik Tekanan NCG Aktual dan Desain..........................................IV-14
Gambar IV.5 Tekanan Kondensor Aktual dan Desain Unit 2 pada Agustus 2015 .IV-14
ix
DAFTAR TABEL
x
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Energi panas bumi merupakan salah satu energi tebarukan yang sangat
potensial keberadaaanya di Indonesia. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
(PLTP) selain dikenal sebagai energi yang bersih, dapat pula menjawab
kebutuhan energi nasional yang terus meningkat. Untuk itu, dibutuhkan berbagai
upaya untuk meningkatkan efisiensi pembangkit dengan mengoptimalkan kinerja
komponen-komponennya.
PLTP memanfaatkan uap alami yang berasal dari dalam perut bumi. Uap
tersebut masih harus dipisahkan dari partikel serta kandungan air juga gas yang
berada di dalamnya sebelum dapat memutar turbin. Komponen separator serta
demister berfungsi menyaring partikel sebelum memasuki turbin. Uap sisa yang
keluar dari turbin akan dikondensasikan di kondensor. Namun, ternyata masih ada
gas yang tidak dapat terkondensasi (Non Condensable Gas) di dalam kondensor.
Hal ini berpengaruh terhadap naiknya tekanan dan kevakuman kondensor juga
sistem secara menyeluruh.
Dalam sistem, uap keluaran turbin harus dalam keadaan vakum di dalam
kondensor, artinya tekanan yang serendah-rendahnya guna mendapatkan efisiensi
turbin yang maksimal. Namun, non condensable gas (NCG) yang tidak
terkondensasi akan meningkatkan tekanan dalam kondensor sehingga keadaan
vakum tidak tercapai.
Area Kamojang merupakan salah satu sumber resevoir panas bumi yang
memiliki kualitas uap yang baik, dengan kadungan uap sebesar 90 persen. Dengan
potensi tersebut, PT. Indonesia Power UPJP Kamojang memiliki 3 unit
pembangkit dengan kapasitas 1 x 30 MW serta 2 x 55 MW. Kualitas uap yang
baik, ternyata tidak menjamin uap tersebut terbebas dari kandungan NCG, oleh
karena itu dibutuhkan suatu komponen yang berfungsi untuk mengevakuasi NCG
yang tidak dibutuhkan tersebut melalui komponen Gas Removing System.
I.2 Tujuan
NCG tersebut tidak dievakuasi maka dapat menaikkan tekanan pada kondensor
sehingga efisiensi sistem pun menurun.
Untuk itu, rumusan masalah dalam laporan kerja praktik ini adalah sejauh
mana kinerja steam jet ejector berpengaruh terhadap kevakuman kondensor di PT.
Indonesia Power UPJP Kamojang Unit II.
Dalam laporan kerja praktik ini, perlu adanya batasan masalah agar
pembahasan dapat lebih terarah. Adapun batasan masalah dalam penulisan
laporan kerja praktik ini adalah :
1. Steam jet ejector yang dianalisis adalah hanya pada tingkat pertama di
Unit II PT. Indonesia Power UPJP Kamojang
2. Analisis hanya berfokus pada perhitungan tekanan keluaran diffuser
3. Aliran motive steam dan NCG didapat berdasarkan persentase aliran uap
dari receiving header data desain
4. NCG diangggap satu jenis
3. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada pembimbing lapangan, operator dan pihak-
pihak lain yang berhubungan dengan objek yang diteliti, berupa tanya
jawab serta diskusi langsung.
Mulai
A
Melakukan studi ke
lapangan dan studi Analisa
literatur data
Menyimpulkan
Menentukan topik yang
akan dibahas
Selesai
Menentukan latar
belakang dan
permasalahan
Menentukan batasan
masalah dan tujuan
Studi Literatur
Pengambilan data
Pengolahan data
Ratusan unit pembangkit yang dimiliki oleh PT. Indonesia Power dikelola
melalui 5 unit pembangkitan (UP), yaitu UP Suralaya, UP Semarang, UP Perak
Grati, UP Saguling, dan UP Mrica, 1 Unit Jasa Pemeliharaan (UJH), 6 Unit Jasa
Pembangkitan (UJP), yaitu UJP Banten 1 Suralaya, UJP Banten 2 Labuan, UJP
Banten 3 Lontar, UJP Jawa Barat 2 Pelabuhan Ratu, UJP Jawa Tengah 2 Adipala,
dan UJP Pangkalan Susu, serta 3 Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan
(UPJP), yaitu UPJP Priok, UPJP Bali, dan UPJP Kamojang. Selain itu, perusahaan
memiliki 4 anak perusahaan, yaitu PT. Cogindo Daya Bersama (CDB) yang
bergerak di bidang cogeneration, PT. Artha Daya Coalindo (ADC) yang bergerak
di bidang trading dan transportasi batubara, PT. Indo Pusaka Berau (IPB) yang
mengoperasikan PLTU Lati Berau untuk penyediaan listrik di sistem kelistrikan
I-6
wilayah Berau, Kalimantan Timur, dan PT. Indo Ridlatama Power (IRP) yang
bergerak di bidang penyediaan listrik.
Logo PT. Indonesia Power pada Gambar I.2 diatas mewakili identitas
perusahaan. Warna merah pada kata Indonesia menunjukkan sifat kuat dan kokoh
perusahaan untuk memproduksi tenaga listrik di Indonesia. Sedangkan warna biru
pada kata Power menggambarkan sifat bijaksana dan pintar serta menggambarkan
ciri dari produk tenaga listrik yang dihasilkan yaitu:
I-7
a. Berteknologi tinggi
b. Efisien
c. Aman
d. Ramah lingkungan
Untuk tahap awal, pada tahun 1994 PLN diubah statusnya dari Perum
menjadi Persero. Setahun kemudian, tepatnya pada 3 Oktober 1995. PT. PLN
(Persero) membentuk dua anak perusahaan yang bertujuan untuk memisahkan
misi sosial dan komersial yang diemban oleh BUMN (Badan Usaha Milik
Negara) tersebut. Salah satu dari anak perusahaan tersebut adalah PT. Pembangkit
Tenaga Listrik Jawa-Bali I, atau lebih dikenal dengan nama PLN PJB I. Anak
perusahaan ini ditujukan untuk menjalankan usaha komersial pada bidang
pembangkit tenaga listrik dan usaha-usaha terkait.
Kapasitas
Unit Generator Manufaktur Operasi Awal
Terpasang
Kamojang 1 30 MW Mitsubishi 22 Oktober 1982
Kamojang 2 55 MW Mitsubishi 29 Agustus 1987
Kamojang 3 55 MW Mitsubishi 13 September 1987
Darajat 55 MW Mitsubishi 6 Oktober 1994
Gunung Salak 1 60 MW Ansaldo 12 Maret 1994
Gunung Salak 2 60 MW Ansaldo 12 Juni 1994
Gunung Salak 3 60 MW Ansaldo 16 Juli 1997
Tujuan:
Memberikan nilai tambah bagi pelanggan, pegawai, dan pemilik.
Menghasilkan keuntungan yang menjamin pertumbuhan yang
berkesinambungan.
Mencapai tingkat kinerja setara dengan perusahaan pembangkitan
tenaga listrik kelas dunia.
Membangun budaya perusahaan yang memiliki nilai-nilai :
Integritas, Profesional, Harmoni, Pelayanan Prima, Peduli,
Pembelajar, dan Inovatif (IP-HAPPPI).
Menurut Supriyanto Suparno (2009), energi panas bumi adalah energi panas alami
dari dalam bumi yang ditransfer ke permukaan bumi secara konduksi dan konveksi. Energi
panas bumi telah dimanfaatkan sejak lama khususnya untuk keperluan pembangkit listrik.
Contohnya di Itali sejak 1913 dan di New Zealand sejak tahun 1958 dan juga dimanfaatkan
untuk keperluan non-listrik seperti pemanas ruangan dan pemanas air di Iceland selama
sekitar 70 tahun. Pemanfaatan energi panas bumi untuk pembangkit listrik diantaranya
telah dimanfaatkan di 24 Negara, termasuk Indonesia. Serta untuk keperluan non-listrik di
sekitar 72 Negara [2]. Hal ini seiring peningkatan kebutuhan energi dan juga sebagai upaya
mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi.
(Sumber: https://rovicky.files.wordpress.com/2009/12/sabtanto-1.jpg)
II-2
Berdasarkan penjabaran tersebut oleh Goff and Cathy (2000), maka secara umum,
sistem panas bumi terdiri atas tiga elemen: (1) batuan reservoir, (2) fluida reservoir, yang
berperan menghantarkan panas ke permukaan tanah, (3) batuan panas (heat rock) atau
magma sebagai sumber panas.
Gambar II.2 Peta sebaran daerah vulkanik aktif di Indonesia dan zona tumbukan lempengan
benua Eurasia dan Indo-Austrlia
(Sumber : Hochstein dan Sudarman, 2008)
Berdasarkan Gambar II.2 di atas, terdapat sebaran potensi panas bumi di Indonesia
yang sangat besar, terdapat sekitar 27500 MW yakni sekitar 30-40% potensi panas bumi
dunia [1].
Sistem hydrothermal panas bumi, dapat dibedakan berdasarkan fasa fluida yang
terdapat dalam reservoir, yakni sistem satu fasa dan sistem dua fasa.
Disebut sistem satu fasa karena hanya terdapat fluida air dalam reservoir tersebut
dengan temperatur 90 – 180oC dan tidak terjadi pendidihan bahkan selama eksploitasi.
PLTP Kamojang merupakan pembangkit listrik tenaga panas bumi dengan sistem
dominasi uap, dengan kandungan uap 90%.
Uap yang diterima dari sumur produksi kemudian ditampung di steam receiving
header yang dilengkapi dengan pengontrol uap yakni vent valve. Vent valve berfungsi
untuk membuang kelebihan uap ke atmosfer. Yang dimaksud dengan kelebihan uap disini
adalah jumlah uap yang tidak sesuai dengan kapasitas uap yang dibutuhkan pembangkit.
Untuk itu, uap tersebut dibuang sesuai dengan kebutuhan pembangkit. Uap bertekanan
tersebut kemudian dialirkan ke separator dan demister agar dipisahkan dari kandungan zat
padat, silika, dan bintik-bintik air yang terbawa di dalamnya. Setelah itu uap yang telah
bersih tersebut dialirkan melalui main steam valve lalu memasuki turbin yang dikopel
dengan generator. Gambar II.3 dibawah ini merupakan sumur produksi dari PT. Pertamina
Geothermal Energy.
Gambar II.4 menggambarkan berbagai macam valve yang ada di lapangan panas
bumi. Umumnya dikepala sumur terdapat 4 buah valve, yaitu:
A : Master valve atau shut off valve: berfungsi untuk mengisolasi sumur ketika
perawatan
B : Service valve: berfungsi untuk mengatur aliran fluida yang akan dimanfaatkan
C : By pass valve: berfungsi sebagai pengatur aliran fluida yang akan memasuki
silincer atau tempat penampungan air/pembuangan
D : Berfungsi untuk memungkinkan peralatan atau reamer diturunkan secara
vertikal
II-6
Sumur panas bumi biasanya dieksplorasi pada kedalaman yang tidak terlalu dalam,
sekitar 3 km. Walaupun tidak terlalu dalam dibanding dengan sumur minyak bumi dan gas,
namun tentu komponen pengaman pada sumur tersebut sangat diperlukan, diantaranya
adalah untuk mengatur aliran fluida, dengan berbagai macam valve.
Selain itu, komponen valve yang lain adalah bleed valve yang berfungsi
mengeluarkan udara dengan laju aliran yang sangat kecil saat sumur tidak diproduktifkan.
Fluida perlu dikeluarkan dengan laju aliran yang kecil untuk menghindari gas yang dapat
terjebak, juga menghindari terjadinya thermal shock. Thermal shock adalah perubahan
temperatur disebabkan pemanasan atau pendinginan secara tiba-tiba. Gambar II.5 dibawah
ini merupakan steam receiving header di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang.
Vent valve merupakan komponen berupa bangunan pelepas uap yang dilengkapi
dengan peredam suara. Vent valve berfungsi sebagai pengaman yang akan membuang
kelebihan uap jika terdapat aliran yang melebihi kapasitas dari steam receiving header dan
jika terjadi penurunan beban atau unit di stop. Vent valve dilengkapi dengan katup-katup
yang sistem kerjanya pneumatic. Sistem pembukaan dan penutupan katup dilakukan oleh
kompresor yang memberikan udara bertekanan yang terdapat di rumah vent structure.
Gambar II.6 di bawah ini merupakan contoh vent valve di PT. Indonesia Power UPJP
Kamojang.
II-7
II.3.3 Separator
Uap yang dialirkan dari sumur produksi masih mengandung partikel silika, zat
padat, serta bintik-bintik air yang masih tercampur di dalamnya. Untuk itu, separator
berfungsi memisahkan uap dari zat-zat tersebut. Separator jenis cyclone memiliki efisiensi
yang tinggi, dimana aliran uap yang masuk dari arah samping akan berputar dan
menimbulkan gaya sentrifugal. Air akan dipisahkan dan terlempar ke dinding, sedangkan
uap akan mengisi bagian tengah pipa dan mengalir ke atas, diteruskan menuju ke bagian
demister lalu ke turbin. Gambar II.7 dibawah ini memperlihatkan skema separator cyclone.
II.3.4 Demister
Demister
II.3.5 Turbin
Turbin merupakan suatu mesin penggerak yang memanfaatkan aliran fluida kerja
untuk menggerakkan sudu-sudu turbin. Di pembangkit listrik tenaga panas bumi, fluida
kerja yang digunakan yakni uap yang berasal dari dalam bumi. Uap yang telah melalui
separator dan demister, tersebut kemudian akan memutar poros turbin yang dikopel dengan
generator sehingga menghasilkan listrik. Umumnya turbin dibedakan menjadi dua jenis
yakni Back Pressure Turbine dan Condenser Unit Turbine.
a. Back Pressure Turbine/Atmospheric Exhaust atau disebut juga turbin tanpa
kondensor, memiliki tekanan yang sama dengan tekanan udara luar. Turbin
jenis ini, tidak memerlukan kondensor, uap sisa dari turbin langsung
dibuang ke udara luar. Skema Back Pressure Turbine diperlihatkan pada
Gambar II.9.
b. Condenser unit turbine yakni turbin dengan kondensor. Uap sisa dari turbin
harus dikondensasikan terlebih dahulu di kondensor sebelum disalurkan ke
cooling tower untuk dilakukan proses pendingingan kondensat, dan jika ada
II-9
gas-gas yang tidak bermanfaat akan dibuang ke udara. Gambar II.9 dibawah
ini memperlihatkan skema condenser unit turbine.
II.3.6 Generator
Ada dua jenis cooling tower, yakni : Mechanical Draught Cooling Tower dan
Natural Draft Cooling Tower.
a. Mechanical Draught Cooling Tower menggunakan fan/kipas untuk menghisap
udara. Udara dihisap melalui Louver/pengarah dari samping masuk ke cooling
tower yang dihisap ke atas, udara dingin ini kontak langsung dengan air yang
yang dijatuhkan dari bak atas menuju bak bawah. Temperatur air keluaran
kondensor sebesar 50oC kemudian didinginkan di cooling tower sehingga
temperaturnya turun menjadi 26-27 oC. Cooling tower jenis ini relatif murah dan
fleksibel karena kecepatan udara pendingin dapat diatur, disesuaikan dengan
kondisi beban, dan udara luar. Sedangkan kelemahannya menggunakan energi
listrik yang cukup besar untuk menggerakkan fan serta biaya perawatan yang
cukup tinggi. Skema Mechanical Draught Cooling Tower dijelaskan pada
Gambar II.13 dibawah ini.
II-12
Berdasarkan arah aliran udara masuk, cooling tower dibedakan lagi menjadi cross
flow dan counter current flow.
a. Cross flow, udara mengalir secara horizontal, melewati jatuhnya air
b. Counter current flow, udara mengalir secara vertikal , melawan jatuhnya air
II.3.9 Main Cooling Water Pump
Main Cooling Water Pump (MCWP) merupakan pompa pendingin utama yang
berfungsi untuk memompakan air kondensat dari kondensor ke cooling tower untuk
didinginkan. Jenis pompa yang sering digunakan adalah Vertical Barrel Type 1 Stage
Double Suction Centrifugal Pump. Pompa ini di putar dengan motor listrik yang dapat
dikendalikan dari control room. Gambar II.15 merupakan contoh main cooling water pump
di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang.
II.3.10 Kondensor
Uap sisa dari turbin kemudian akan masuk ke kondensor. Kondensor merupakan
komponen yang berfungsi untuk mengkondensasikan uap sisa tersebut menjadi air.
Caranya adalah dengan membuat kondisi vakum di kondensor. Tekanan vakum kondensor
sekitar 0,1 bar. Fluida yang keluar dari turbin masuk ke kondensor merupakan uap yang
sebagian besar bercampur dengan air dan ada pula non condensable gas (NCG). NCG ini
merupakan gas yang terbawa dari dalam bumi dan tidak dapat terkondensasi yang nantinya
akan melewati serangkaian sistem ekstraksi gas dan keluar melalui cooling tower.
Ada dua jenis kondensor, yakni Direct Contact Condensor dan Surface Condensor:
a. Direct contact condensor, uap yang keluar dari turbin langsung bersentuhan
dengan fluida pendingin
II-14
b. Suface condensor, uap yang keluar dari turbin tidak bersentuhan langsung
dengan fluida pendingin.
Gambar II.16 dibawah ini menunjukkan cooling tower tipe direct contact.
Uap sisa turbin kemudian dikondensasi di kondensor oleh air pendingin yang
dipasok dari main cooling water pump. Fasa uap kemudian berubah menjadi cair, namun
pada PLTP tidak seluruhnya dapat terkondensasi. Pada PLTP terdapat gas yang tidak dapat
terkondensasi atau non condensable gas (NCG) yang jika terakumulasi, maka akan
menaikkan tekanan di dalam kondensor. Hal ini akan berdampak pada output power yang
dihasilkan dari turbin.
Untuk itu, NCG perlu dikeluarkan dari kondensor melalui suatu sistem ekstraksi
gas atau Gas Removin System (GRS) sebagai upaya untuk mempertahankan kondisi vakum
di dalam kondensor.
Dari Tabel II.1 diatas, dapat diamati bahwa kandungan NCG yang terdapat di
beberapa reservoir di dunia beragam mulai dari 0,2 – 10% dengan kandungan yang paling
dominan adalah CO2.
Pemilihan gas removing system yang tepat, sangat dibutuhkan tergantung pada
jumlah kandungan uap yang terkandung di dalam reservoir panas bumi. Peralatan gas
removing system yang umumnya digunakan di PLTP di Indonesia adalah Steam Jet Ejector
dan Liquid Ring Vacuum Pump (LRVP). Parameter utama dalam memilih peralatan gas
removing system yaitu[6]:
Tekanan kondenser (derajat kevakuman kondenser)
Jumlah laju alir massa gas yang akan diambil dari condenser
Konsumsi energi yang dibutuhkan oleh peralatan gas ekstraksi
Jumlah massa dan temperatur air pendingin yang dibutuhkan dalam kondensor
Steam jet ejector bekerja dengan memanfaatkan fluida bertekanan berfungsi untuk
mengevakuasi NCG dari dalam kondensor agar mempertahankan kondisi vakum
kondensor. Skema steam jet ejector diperlihatkan pada Gambar II.17.
II-16
Steam jet ejector bekerja berdasarkan prinsip venturi untuk mengevakuasi NCG
didalam kondensor. Uap pendorong (motive steam) yang berasal dari saluran uap utama
dari demister diekspansikan melalui sebuah nozzle hingga tekanan hisapnya. Ketika uap
masuk steam jet ejector dan terjadi penyempitan pada mulut nozzle sehingga menyebabkan
tekanan turun, sedangkan kecepatan naik.
Perubahan tekanan dan kecepatan inilah yang dimanfaatkan steam jet ejector untuk
mengeluarkan NCG dalam kondensor. Berdasarkan prinsip bahwa fluida yang berbeda
tekanan akan berpindah maka, dengan perbedaan tekanan tersebut uap dari kondensor akan
terhisap dan dikeluarkan oleh steam jet ejector.
Fluida yang biasanya diekstraksikan oleh LRVP ini biasanya fluida cair. Ketika
impeler dari pompa berputar, maka gaya sentrifugal akan melempar cairan tersebut
membentuk lingkaran konsentris di sekeliling casing dan melakukan kerja kompresi.
Cairan yang ada di bagian keluaran kemudian dipisahkan dan didinginkan atau
disirkulasikan dalam semuah sistem pemisahan. LRVP biasanya digunakan sebagai
peralatan gas removing system pada tingkat kedua mengikuti steam jet ejector.
Seperti terlihat pada Gambar II.19 uap yang di supply dari sumur produksi melalui
transmisi uap, masuk ke steam receiving header yang jika terdapat kelebihan uap maka
akan dilepas ke vent structure sebagai stabilizer tekanan uap. kemudian, uap tersebut
dialirkan ke separator untuk dipisahkan dari partikel-partikel padat seperti sodium,
potasium, kalsium, silika, dll.
Kemudian, uap masuk ke turbin. Disini, terjadi perubahan energi kalor menjadi
energi mekanik yang dikonversi oleh putaran sudu-sudu turbin. Turbin tersebut dikopel
dengan generator sehingga generator pun mengkonversi energi putaran dari turbin menjadi
energi listrik.
II-19
Sedangkan, non condensable gas (NCG) yang terdapat di kondensor dihisap oleh
steam jet ejector tingkat pertama lalu dikondensasikan di intercondensor. Dari
intercondensor NCG dihisap lagi oleh steam jet ejector tingkat dua, lalu di kondensasikan
di aftercondensor.
II.5 Kinerja Steam Jet Ejector
Dalam hal ini, kinerja steam jet ejector artinya kemampuan kerja steam jet ejector
dalam mengekstraksi gas-gas yang tidak dibutuhkan dari kondensor, agar menjaga tingkat
kevakuman kondensor tersebut. Perhitungan kinerja steam jet ejector difokuskan pada
perhitungan tekanan diffuser-nya. Apakah tekanan pada keluaran diffuser masih sesuai
dengan kondisi desain atau tidak. Untuk mengetahui hal tersebut, diperlukan beberapa teori
untuk menyelsaikan perhitungan tersebut, diantaranya:
Prinsip Bernoulli menyatakan bahwa “suatu aliran fluida dengan kecepatan tinggi
maka tekanannya akan rendah dan ketika kecepatannya rendah maka tekananya akan
tinggi”. Jika fluida mengalir dengan tekanan yang tinggi pada luas permukaan yang lebih
kecil maka tekanan akan menurun dan meningkatkan kecepatan fluida tersebut.
Besarnya energi yang masuk akan sama dengan energi yang keluar sesuai dengan
hukum kekelan energi kinetik yang pertama. Hal tersebut dirumuskan dalam:
𝑃1 𝑣12 𝑃2 𝑣22
+ + ℎ1′ = + + ℎ2′ (1)
𝑧 2𝑔 𝑧 2𝑔
Keterangan :
P1 dan P2 = tekanan fluida pada titik 1 dan 2 (bar)
v1 dan v1 = kecepatan fluida pada titik 1 dan 2 (m/s)
ℎ1′ dan ℎ2′ = perbedaan ketinggian antara titik 1 dan 2 (m)
𝑧 = berat jenis fluida (kg/m2s2)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
Terdapat kondisi yang harus diperhatikan pada aliran fluida dalam pipa.
Pembahasan tentang fluida dibatasi pada fluida ideal saja. Fluida ideal adalah fluida yang
II-21
tidak kompresibel (tidak mengalami perubahan volume karena tekanan), mengalir tanpa
gesekan, baik dari lapisan fluida.
𝑉
𝑄= (2)
𝑡
Keterangan:
Q= debit
V= volume fluida
t= waktu (s)
Keterangan ;
A1 dan A2 = luas penampang 1 dan 2 (m2)
V1 dan v2 = kecepatan aliran fluida di 1 dan 2 (m/s)
Q=A.v (4)
Keterangan:
Q = debit (m3/s)
A = luas penampang pipa (m2)
v = kecepatan aliran fluida (m/s)
II-22
Mach Number merupakan suatu perbandingan antara kecepatan relatif suatu objek
terhadap kecepatan suara. Mach bukan sebuah singkatan, namun nama penemunya yakni
Ernst Mach (1838-1916). Istilah Mach sering digunakan dalam penerbangan khususnya
untuk pesawat yang memiliki kecepatan setara kecepatan suara. Mach Number ini biasanya
digunakan sebagai salah satu parameter untuk menyatakan suatu aliran kompresibel atau
tidak.
Ketika sebuah benda menembus udara, molekul udara disekitar benda itu akan
terganggu hingga dapat mengubah kerapatan atau densitas udara setempat. Semakin
bertambahnya kecepatan maka semakin berpengaruh terhadap aliran udara sekitar. Dalam
prinsip kerja steam jet ejector benda yang dimaksud adalah aliran uap primer atau motive
steam yang memiliki kecepatan tinggi disepanjang lintasan. Untuk itu, dibutuhkan
perhitungan mach number untuk menentukan suatu aliran kompresibel atau tidak, yang
didefinisikan:
𝑣
M= (5)
𝑠
Keterangan:
M = Nilai Mach Number
v = Kecepatan aliran (m/s)
s = Kecepatan suara (m/s)
Sedangkan kecepatan suara untuk gas ideal merupakan fungsi dari temperatur
sebagai berikut:
s = √𝑘𝑅𝑇 (6)
Keterangan:
S = Kecepatan suara (m/s)
𝐶p
K = Rasio spesifik panas (𝑘 = )
𝐶𝑣
Di dalam steam jet ejector terjadi perubahan tekanan (dP) serta kecepatan (dv)
disebabkan oleh adanya perubahan area (dA) disepanjang lintasan steam jet ejector.
𝑑𝐴 𝑑p
= [1 − 𝑀2 ] (7)
𝐴 𝜌𝑣 2
Hal ini dapat diamati di gambar II.20 dimana terlihat distribusi perubahan tekanan
di beberapa titik sepanjang ejector.
Jika M < 1 dan terjadi perubahan area maka akan menyebabkan tekanan berubah.
Sedangkan jika M > 1, maka perubahan area berlawanan dengan perubahan tekanan.
𝑑𝐴 –𝑑v
= [1 − 𝑀2 ] (8)
𝐴 𝑣
Sebelum dapat mengetahui nilai tekanan pada diffuser, harus diketahui terlebih
dahulu nilai Mach Number dimasing-masing titik seperti terlihat pada gambar 3.3. dan
dapat dihitung menggunakan persamaan berikut :
Non condensable gas (NCG) masuk ke suction chamber dititik 2. Perhitungan mach
number dapat dihitung pada bidang keluaran nozzle dengan persamaan berikut:
2 Pe (𝛾−(1/𝛾))
𝑀𝑒2 =√ [(P ) − 1] (9)
(𝛾−1) 2
Keterangan :
Me2 = Mach number NCG dititik 2
𝛾 = Koefisien isentropik ekspansi (1,3)
Pe = Tekanan masuk NCG pada suction (bar)
P2 = Tekanan masuk gas pada keluaran nozzle (bar)
II-25
Motive steam kemudian masuk ke suction chamber melalui nozzle, sehingga disini
diperhitungkan efisiensi nozzle. Perhitungan mach number untuk motive steam ini,
dihitung pada titik 2 keluaran nozzle dengan persamaan:
2𝜂𝑛 Pp (𝛾−(1/𝛾))
𝑀𝑒2 = √ [( ) − 1] (10)
(𝛾−1) P 2
Keterangan :
Dititik 2, ketika gas NCG telah memasuki suction chamber, perlu pula dihitung
mach number kritis untuk NCG dititik tersebut yakni keadaan ketika aliran NCG
stabil dititik 2, dimana nilai tersebut dapat digunakan untuk perhitungan selanjutnya
agar memberikan hasil yang lebih baik, dengan persamaan:
𝑀𝑒22 (𝛾+1)
𝑀𝑒2 ∗= √ (11)
𝑀𝑒22 (𝛾−1)+2
Keterangan :
Me2* = Mach number kritis gas NCG dititik 2
Me2 = Mach number gas NCG dititik 2
𝛾 = Koefisien isentropik ekpansi (1,3)
Sama hal nya dengan poin sebelumnya, perlu pula diketahui nilai mach number
kritis motive steam dititik 2, dengan persamaan:
𝑀p22 (𝛾+1)
𝑀p2 ∗= √ (12)
𝑀p22 (𝛾−1)+2
II-26
Keterangan :
Mp2* = Mach number kritis motive steam dititik 2
Mp2 = Mach number motive steam dititik 2
𝛾 = Koefisien isentropik ekpansi (1,3)
Mencari nilai entraiment ratio (w) yakni perbandingan antara laju aliran gas NCG
dengan laju aliran motive steam. Dengan persamaan :
𝑚𝑒
𝑤= (13)
𝑚𝑝
Keterangan :
w = Entraiment ratio (w)
me = Laju aliran gas NCG (kg/s)
mp = Laju aliran motive steam (kg/s)
Setelah melewati suction chamber, NCG dan motive steam kemudian tercampur
dan melewati throat dititik 4. Disini tekanan serta suhu motive steam dan NCG
sama besar. Untuk itu perlu dihitung mach number nya dititik 4, dengan persamaan:
Keterangan :
M4 = nilai mach number dititik 4
Mp2* = nilai mach number kritis motive steam dititik 2
Me2* = Nilai mach number gas NCG dititik 2
w = Entraiment ratio
Te = Temperatur gas NCG di ejector (K)
Tp = Temperatur inlet motive steam (K)
Dititik 5 campuran motive steam dan NCG kemudian memasuki diffuser dimana
terjadi perubahan kecepatan dan tekanan karena adanya perubahan luas bidang,
maka perlu dihitung mach number dititik 5, dengan persamaan :
II-27
2
𝑀42 +
(𝛾−1)
𝑀5 = 2𝛾 (15)
(𝛾−1𝑀42 )−1
Keterangan :
M5 = Nilai mach number dititik 5
M4 = Nilai mach number dititik 4
𝛾 = Koefisien isentropik ekspansi (1,3)
Dititik 5 terjadi perubahan tekanan serta kecepatan, maka perlu dihitung tekanan
dititik 5 (P5), dengan persamaan :
1+𝛾𝑀42
𝑃5 = 𝑃4 [ ] (15)
1+𝛾𝑀52
Keterangan :
P5 = Tekanan dititik 5 (bar)
M4 = Nilai mach number dititik 4
M5 = Nilai mach number dititik 5
𝛾
𝜂𝑑 (𝛾 − 1) 2 ⁄(𝛾−1) (16)
𝑃𝑐 = 𝑃5 [ 𝑀5 + 1]
2
Keterangan :
𝑃𝑐 = Tekanan pada keluaran diffuser (bar)
P5 = Tekanan dititik 5 (bar)
𝜂d = Efisiensi diffuser
M5 = Nilai mach number dititik 5
𝛾 = Koefisien isentropik ekspansi (1,3)
III-1
BAB III
OBJEK KERJA PRAKTIK
Steam Receiving Header memiliki fungsi untuk menampung pasokan uap dari
dalam bumi, melalui beberapa sumur produksi sebelum dipasok ke turbin. Steam receiving
header akan menjamin pasokan uap tidak mengalami gangguan meskipun terjadi
perubahan pasokan dari sumur produksi. Gambar III.2 merupakan steam receiving header
di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang.
Vent Valve berfungsi sebagai pengaman jika terdapat uap berlebih yang hendak
dipasok ke turbin. Uap berlebih ini maksudnya adalah uap yang melebihi kapasitas yang
telah ditentukan yakni sebesar 400 ton/jam dan jika laju aliran melebihi batas tersebut,
maka akan dikeluarkan melalui vent valve ke atmosfer. Terdapat lima vent valve yang
bekerja secara bergantian dengan kapasitas 250 ton masing-masing vent valve. Vent valve
juga berfungsi sebagai pengatur tekanan agar tekanan tetap konstan 6,5 bar ketika
memasuki turbin, seperti yang terhilat pada Gambar III.3 dibawah ini.
III-3
III.2.3 Separator
Uap yang dipasok kemudian memasuki separator untuk dipisahkan dari partikel
silika, zat padat, serta bintik-bintik air yang masih tercampur dengan uap. Gambar III.4
merupakan separator di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang.
III.2.4 Demister
Sebelum memasuki turbin, uap tersebut kemudian masih harus di-treatment di
dalam demister. Yakni uap tersebut dipisahkan dari butir-butir air, sehingga uap
III-4
yang masuk turbin adalah uap kering. Gambar III.5 merupakan demister di PT.
Indonesia Power UPJP Kamojang.
Demi
ster
III.2.5 Turbin
Jenis turbin yang digunakan digunakan di PLTP Kamojang yakni turbin silinder
tunggal 2 aliran (single cylinder double flow) yang terdiri dari masing-masing lima tingkat.
Dua tingkat pertama turbin aksi dan tiga tingkat berikutnya turbin reaksi. Perbedaan
tingkat aksi dan tingkat reaksi adalah pada tingkat aksi, ekspansi uap atau penurunan
tekanan terjadi pada sudu tetapnya saja, sedangkan tingkat reaksi ekspansi uap terjadi pada
sudu tetap maupun pada sudu geraknya. Gambar III.6 merupakan name plate pada turbin
di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang.
III-5
Gambar 0.6 Name Plate pada Turbin di PT. Indonesia Power Unit 2
(Sumber : Dokumentasi pribadi)
Turbin dengan kapasitas masing-masing 55 MW untuk unit 2 dan 3 serta 30 MW
untuk unit 1, dengan kecepatan 3000 rpm. Tubin ini juga dilengkapi dengan komponen lain
yakni main stop valve dan governor valve yang berfungsi untuk mengatur jumlah aliran
uap yang akan memasuki turbin, juga barring gear (turning gear) yang berguna untuk
memutar poros turbin sewaktu unit dalam keadaan berhenti, dimaksudkan agar tidak terjadi
distorsi pada rotor akibat pendingingan yang tidak merata.
III.2.6 Generator
Bak tersebut dilengkapi dengan nozzle yang berfungsi untuk memancarkan air
sehingga menjadi butiran-butiran halus dan didinginkan dengan cara kontak langsung
dengan udara pendingin. Melalui proses pendinginan ini, air akan turun menuju bak
penampungan (Cool Water Basin) yang terdapat dibagian bawah dari cooling tower dan
seterusnya dialirkan ke kondensor. Namun, sebelumnya melewati 4 buah screen
penyaringan untuk menyaring kotoran-kotoran yang ada dalam air.
Main Cooling Water Pump yang digunakan di PLTP Kamojang adalah Vertical
Barrel Type 1 Stage Double Suction Centrifugal Pump. Memiliki fungsi untuk
memompakan air kondensat dari kondensor ke cooling tower untuk didinginkan. Gambar
III.10 merupakan Main Cooling Water Pump di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang.
III.2.10 Kondensor
Uap yang berasal dari perut bumi tidaklah seluruhnya murni, namun mengadung
zat-zat padat atau gas yang terlarut menjadi non condensable gas (NCG). Kandungan NCG
di setiap sumur berbeda, di PLTP Kamojang sebesar 0,3% seperti dijabarkan di Tabel III.1
berikut ini.
Tabel 0.1 Kandungan NCG di PLTP Kamojang Unit 2
(Sumber : Data Bagian K3 April – Juni 2015 PT. Indonesia Power UPJP Kamojang)
H2S 4,89
CO2 91,662
O2 <0,0001
N2 3,245
Gas removing system yang digunakan di PLTP Kamojang Unit 2 ini terdiri dari
beberapa komponen, yakni:
Steam jet ejector (tingkat pertama)
Steam jet ejector (tingkat kedua)
Intercondensor
Aftercondensor
Empat komponen tersebut bekerja sama dalam satu sistem ekstraksi gas. Terdiri
dari dua bagian, bagian pertama yakni steam jet ejector tingkat pertama dan
interkondensor yang mengekstraksikan NCG dari main condensor. Kemudian bagian
kedua yakni steam jet ejector tingkat kedua dan aftercondensor untuk mengekstraksikan
NCG dari intercondensor bila masih terdapat NCG disana. Tujuannya dibuat dua tingkat
adalah untuk meminimalisir terbuangnya kandungan air ke udara, agar gas yang terbuang
benar-benar hanya kandungan NCG murni yang tidak mengandung air. Skema Gas
Removing System terlihat di Gambar III.12 di bawah ini.
Gambar 0.12 Skema Gas Removal System[6]
Uap yang telah disaring tersebut kemudian dialirkan ke turbin dengan tekanan 6,5
bar melalui Governor Valve. Didalam turbin dengan kapasitas 55 MW ini, terjadi konversi
energi panas menjadi energi mekanik, uap tersebut memutar sudu-sudu turbin yang dikopel
dengan generator. Putaran dengan kecepatan 3000 rpm menghasilkan listrik dengan arus 3
phasa, frekuensi 50 Hz, dan tegangan 11,8 kV. Kemudian tegangan 11,8 kV ini dinaikkan
dengan step up trafo hingga 150 kV dan selanjutnya dihubungkan dengan interkoneksi
Jawa-Bali.
Selanjutnya uap bekas yang keluar dari turbin akan masuk ke kondensor.
Kondensor yang digunakan adalah dengan tipe direct contact. Tipe ini dipilih karena
dinilai lebih ekonomis. Di kondensor terjadi proses kondensasi. Steam yang keluar dari
turbin, akan dikondensasi menjadi fasa cair. Untuk itu, kondensor harus dalam keadaan
vakum. Kondisi vakum dapat tercapai dengan bantuan steam jet ejector yang akan
menghisap gas yang tidak dapat terkondensasi (NCG) untuk dikeluarkan dari kondensor
dan disalurkan ke inter condensor. Dari inter condensor steam yang telah berubah fasa
menjadi cair kembali lagi ke kondensor, jika masih ada kandungan NCG didalamnya maka
akan dihisap oleh second steam jet ejector untuk disalurkan ke after condensor. Setelah itu
dari after condensor kembali lagi ke kondensor, jika masih ada kandungan NCG maka
akan dibuang ke atmosfer melalui cooling tower.
Air hasil kondensasi di kondensor kemudian disalurkan kedalam (Hot Water Basin)
yang berada dibagian atas cooling tower. Bak tersebut dilengkapi dengan nozzle untuk
memancarkan air sehingga menjadi butiran-butiran halus dan didinginkan dengan cara
kontak langsung dengan udara pendingin. Kemudian dari proses tersebut, air akan turun
III-13
untuk seterusnya ditampung di Cool Water Basin yang terdapat dibagian bawah cooling
tower. Sebagian dari cool water basin akan dipompakan oleh menuju inter dan after
condensor. Dan sebagian lagi diinjeksikan kedalam primary pump perut bumi untuk
menjaga ketersediaan air didalam bumi.
Steam jet ejector merupakan salah satu perangkat untuk mengekstrasikan NCG dari
kondensor, karena NCG dapat meningkatkan tekanan di dalam kondensor hingga kondisi
vakum tidak tercapai. Kondisi vakum yakni kondisi dibawah 1 atm. Hal ini agar tekanan
dan entalpi di dalam kondensor bernilai rendah sehingga dihasilkan daya keluaran turbin
yang efisien.
Steam jet ejector memanfaatkan aliran fluida dari uap primer (primary fluid/motive)
yang bertekanan dan bertemperatur tinggi yang masuk melalui nozzle kemudian keluar
dengan kecepatan supersonic sehingga dapat menarik aliran secondary fluid/gas NCG yang
bertemperatur rendah serta bertekanan rendah yang masuk melalui suction chamber.
Karena perbedaan tekanan ini, maka gas NCG tersebut dapat terhisap dan diekstraksikan
dari kondensor. Gambar III.14 merupakan Steam Jet Ejector di PT. Indonesia Power UPJP
Kamojang.
Gambar 0.14 Steam jet ejector di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang Unit 2
(Sumber : Dokumentasi pribadi)
III-14
Steam jet ejector secara umum dikategorikan kedalam empat tipe dasar yaitu:
Ejector satu tingkat
Ejector bertingkat tanpa kondensasi
Ejector bertingkat dengan kondensasi
Ejector bertingkat dengan keduanya, kondensasi dan tidak kondensasi
Jenis steam jet ejector yang digunakan di PLTP Kamojang ini adalah steam jet
ejector dua tingkat dengan kondensasi, proses kondensasi dibantu oleh perangkat
intercondensor dan aftercondensor sebelum kemudian dibuang ke atmosfer melalui
cooling tower.
Diantara kelebihan steam jet ejector adalah sederhana dan tidak rumit, ekonomis,
serta efektif untuk mengevakuasi gas dengan volume cukup besar, serta lebih tahan lama
karena tidak ada bagian yang bergerak.
Konvergen Diffuser
Mixing Nozzle
Diffuser throat
chamber
Motive steam
Steam jet ejector terdiri dari tiga bagian utama yakni nozzle, mixing chamber, dan
diffuser, seperti dijelaskan pada Gambar III.15 di atas.
III.4.1.1 Nozzle
maka tekanannya akan rendah dan ketika kecepatannya rendah maka tekanannya akan
tinggi”. Ketika motive steam melewati bagian yang menyempit di nozzle maka kecepatan
aliran akan tinggi sedangkan tekanannya rendah, hal ini menyebabkan perbedaan tekanan
sehingga gas NCG akan terhisap keluar dari kondensor.
Merupakan ruang pencampuran antara fluida primer dan fluida sekunder. Dimana
fluida primer yang berasal dari saluran uap utama akan diekspansikan melalui nozzle dan
fluida gas dari kondensor masuk melalui suction sehingga di mixing chamber ini, gas NCG
yang ingin dievakuasi tercampur dan terbawa oleh aliran uap dari nozzle karena kecepatan
yang sangat cepat dan perbedaan tekanan.
III.4.1.3 Diffuser
Mixing 4
2 chamber 3
Pada steam jet ejector, yang dijelaskan pada Gambar III.16, terdapat dua aliran
fluida. Pertama, yakni fluida primer/motive steam atau uap primer yang dipasok dari aliran
III-16
uap utama yang berasal dari demister dan memiliki tekanan serta temperatur yang tinggi.
Kedua, fluida sekunder atau gas NCG yang harus dievakuasi dari kondensor. Pada steam
jet ejector tidak ada komponen yang bergerak, namun menggunakan prinsip perubahan
kecepatan dan tekanan dari aliran fluida yang melewati penampang dengan luasan yang
berbeda-beda.
Motive steam (uap primer) dengan tekanan yang tinggi dipasok dari saluran uap
utama melalui nozzle, disini uap dengan tekanan tinggi akan berubah menjadi
berkecepatan tinggi karena adanya perbedaan diameter atau luasan pada nozzle (1)
kemudian gas yang terhisap dari kondensor masuk melalui bagian suction, gas ini terhisap
karena adanya perbedaan tekanan (2) kemudian keduanya tercampur di mixing chamber
(3) dan melewati diffuser, dalam diffuser kecepatan tinggi diubah lagi menjadi tekanan
tinggi karena ada penyempitan saluran (4) lalu kemudian keluar melalui discharge (5).
BAB IV
PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN
Data yang diamati yakni data desain serta aktual pada steam jet ejector tingkat
pertama pada Unit 2 di PT. Indonesia Power UPJP Kamojang. Pengambilan data aktual
dilaksanakan selama dua puluh hari tepatnya pada tanggal 5 – 24 Agustus 2015 yang
diperoleh dari control room.
Berikut ini merupakan data yang dibutuhkan dalam perhitungan, yakni pada Tabel
IV.1 di bawah ini.
Tabel IV.1 Parameter yang dibutuhkan untuk mencari tekanan pada diffuser
Melalui parameter yang telah ditentukan tersebut, maka didapatlah data desain
untuk steam jet ejector tingkat 1 di Unit 2 PT. Indonesia Power UPJP Kamojang, yakni
pada tabel IV.2 dibawah ini:
IV-2
Tabel IV.2 Data Desain 1st Stage Steam Jet Ejector Unit 2
Berdasarkan data desain yang didapatkan melalui spesifikasi alat di PT. Indonesia
Power UPJP Kamojang pada Tabel IV.2 maka dapat dihitung nilai tekanan keluaran
diffuser menggunakan persamaan yang telah dijabarkan pada BAB II, yang kemudian akan
dianalisis dan dibandingkan dengan kondisi aktual alat pada saat ini.
IV-3
Gambar IV.1 Diagram alir fluida dalam stram jet ejector [8]
2 Pe (γ−(1/γ))
Me2 =√ [( ) − 1]
(γ − 1) P2
2 0,1 (1,3−(1/1,3))
Me2 = √ [( ) − 1]
(1,3 − 1) 0,1
Me2 = 0
IV-4
b. Menghitung nilai Mach Number untuk motive steam di titik 2 (Mp2), ketika
motive steam atau uap primer masuk ke suction chamber melalui nozzle, maka
diperhitungkan efisiensi nozzle, melalui persamaan (7) berikut:
2η
n Pp (γ−(1/γ))
Me2 = √(γ−1) [(P ) − 1]
2
Me2 = 7,19207
c. Menghitung nilai mach number kritis gas NCG di titik 2 (Me2), dengan
menggunakan persamaan (8) berikut:
Me22 (γ + 1)
Me2 ∗= √
Me22 (γ − 1) + 2
0 . (1,3 + 1)
Me2 ∗= √ =0
0 . (1,3 − 1) + 2
d. Menghitung nilai mach number kritis motive steam di titik 2 (Mp2), dengan
menggunakan persamaan (9) berikut:
Mp22 (γ + 1)
Mp2 ∗= √
Mp22 (γ − 1) + 2
7,192072 (1,3 + 1)
Mp2 ∗= √
7,192072 (1,3 − 1) + 2
Mp2* = 2,60602
IV-5
e. Menghitung nilai entraiment ratio (w), yakni perbandingan antara laju aliran gas
NCG dengan laju aliran motive steam, dengan persamaan (10):
me
w=
mp
0,8086
w= = 0,49098
1,6469
f. Menghitung nilai mach number di titik 4 yakni ketika gas NCG telah bercampur
dengan motive steam di bagian throat, maka dihitung dengan menggunakan
persamaan (11):
2,60602
M4 = = 1,83025
1,42385
g. Menghitung mach number di titik 5, yakni ketika campuran gas NCG dan motive
steam memasuki bagian diffuser, dihitung dengan menggunakan persamaan (12):
2
M42 + (γ−1)
M5 = 2γ
(γ−1 M42 ) − 1
2
1,830252 + (1,3−1)
M5 = 2 x 1,3
( 1,3−1 1,830252 ) − 1
10,01648
M5 = = 0,357326
28,03173
1 + γM42
P5 = P4 [ ]
1 + γM52
1 + (1,3 x 1,830252 )
P5 = 0,1 [ ]
1 + (1,3 x 0,3573262 )
P5 = 0,459 bar
γ
⁄(γ−1)
ηd (γ − 1) 2
Pc = P5 [ M5 + 1]
2
1,3⁄
0,95 (1,3 − 1) (1,3−1)
Pc = 0,459 [ 0,357322 + 1]
2
Pc = 0,4963 bar
Data yang digunakan dalam perhitungan dan analisis ini, diambil pada tanggal 5
– 24 Agustus 2015. Namun, data yang dijadikan acuan perhitungan data aktual yakni data
operasi steam jet ejector tingkat satu di Unit 2 pada tanggal 10 Agustus 2015 pada pukul
19.00 WIB, seperti dijabarkan pada tabel IV.3 dibawah ini:
Tabel IV.3 Data Aktual Steam Jet Ejector Tingkat pertama Unit 2
a. Menghitung nilai Mach Number dititik 2 (Me2), yakni ketika NCG masuk ke
suction chamber, dengan menggunakan persamaan (6) dibawah ini:
2 Pe (γ−(1/γ))
Me2 = √ [( ) − 1]
(γ − 1) P2
2 0,17 (1,3−(1/1,3))
Me2 = √ [( ) − 1]
(1,3 − 1) 0,1
Me2 = 1,4726
b. Menghitung nilai Mach Number untuk motive steam di titik 2 (Mp2), ketika
motive steam atau uap primer masuk ke suction chamber melalui nozzle, maka
diperhitungkan efisiensi nozzle, melalui persamaan (7) berikut:
n2η Pp (γ−(1/γ))
Me2 = √(γ−1) [(P ) − 1]
2
IV-8
Me2 = 6,9149
c. Menghitung nilai mach number kritis gas NCG dititik 2 (Me2), dengan
menggunakan persamaan (8) berikut:
Me22 (γ + 1)
Me2 ∗= √
Me22 (γ − 1) + 2
1,47262 . (1,3 + 1)
Me2 ∗= √
1,47262 . (1,3 − 1) + 2
Me2 * = 1,3718
d. Menghitung nilai mach number kritis motive steam di titik 2 (Mp2), dengan
menggunakan persamaan (9) berikut:
Mp22 (γ + 1)
Mp2 ∗= √
Mp22 (γ − 1) + 2
6,91492 (1,3 + 1)
Mp2 ∗= √
6,91492 (1,3 − 1) + 2
Mp2* = 2,5939
e. Menghitung nilai entraiment ratio (w), yakni perbandingan antara laju aliran
gas NCG dengan laju aliran motive steam, dengan persamaan (10):
me
w=
mp
0,8086
w= = 0,49098
1,6469
IV-9
f. Menghitung nilai mach number dititik 4 yakni ketika gas NCG telah bercampur
dengan motive steam dibagian throat, maka dihitung dengan menggunakan
persamaan (11):
3,15861
M4 = = 2,23037
1,41618
g. Menghitung mach number di titik 5, yakni ketika campuran gas NCG dan
motive steam memasuki bagian diffuser, dihitung dengan menggunakan
persamaan (12):
2
M42 + (γ−1)
M5 = 2γ
(γ−1 M42 ) − 1
2
2,230372 + (1,3−1)
M5 = 2 x 1,3
( 1,3−1 2,230372 ) − 1
11,6412
M5 = = 0,27643
42,11276
1 + γM42
P5 = P4 [ ]
1 + γM52
1 + (1,3 x 2,230372 )
P5 = 0,1 [ ]
1 + (1,3 x 0,276432 )
IV-10
P5 = 0,67924 bar
γ
⁄(γ−1)
ηd (γ − 1) 2
Pc = P5 [ M5 + 1]
2
1,3⁄
0,95 (1,3 − 1) (1,3−1)
Pc = 0,67924 [ 0,276432 + 1]
2
Pc = 0,71187 bar
Berdasakan perhitungan untuk data desain pada steam jet ejector tingkat satu,
didapatkan hasil sebagai berikut:
Berdasarkan hasil perhitungan pada data desain, didapatkan nilai mach number
dititik dua untuk gas NCG bernilai nol. Dimana jika M < 0,3 maka aliran bersifat
incompresible dan nilai densitasnya diabaikan. Sedangkan untuk motive steam dititik dua,
mach number bernilai tinggi yakni 7,9207 artinya terjadi shock dengan aliran hypersonic
yang sangat cepat. Tingginya kecepatan berbanding terbalik dengan tekanan, dimana pada
titik 2 motive steam memiliki tekanan yang rendah. Karena perbedaan tekanan itulah maka
gas NCG yang memiliki tekanan yang lebih tinggi tertarik oleh aliran motive steam yang
berkecepatan tinggi dan tekanan rendah sehingga bercampur di mixing chamber.
IV-11
Pada titik 4, nilai mach number nya sebesar 1,83025 artinya aliran bersifat
supersonic. Pada titik ini kedua fluida telah bercampur dan memiliki tekanan serta
kecepatan yang sama. Sementara dititik 5 nilai mach number-nya sebesar 0,35732 artinya
terjadi penurunan kecepatan dikarenakan aliran memasuki area diffuser yang memiliki luas
penampang yang lebih besar.
Dengan nilai asumsi P2 dan P4 sebesar 0,1 bar, didapatkan tekanan dititik 5 sebesar
0,459, sehingga diketahui nilai tekanan pada diffuser sebesar 0,4963 bar dimana kenaikan
tekanan terjadi karena ada perluasan area, sehingga dari sini gas NCG akan dievakuasi
keluar melalui discharge dan akan memasuki intercondensor untuk dikondensasikan
kembali.
Hasil perhitungan data aktual disajikan dalam tabel 4.5 dibawah ini:
Tabel IV.5 Hasil Perhitungan Data Aktual dan Desain
Pada hasil perhitungan untuk data aktual, didapatkan nilai mach number dititik 2
untuk aliran gas NCG yang memasuki suction yakni sebesar 1,47 dimana aliran
supersonic. Hal ini dipengaruhi pula oleh peningkatan tekanan gas NCG yang memasuki
suction yakni sebesar 0,17 bar, lebih tinggi dari kondisi desain 0,1 bar.
Berbeda halnya dengan mach number untuk motive steam dititik 2, mengalami
penurunan yakni sebesar 6,91 dibanding dengan kondisi desain sebesar 7,19. Hal ini terjadi
karena adanya penurunan tekanan motive steam dari kondisi desain sebesar 6,5 bar menjadi
5,7 bar.
Kenaikan nilai mach number dititik 4 juga dipengaruhi oleh kenaikan tekanan gas
NCG sehingga nilai mach number dititik 4 sebesar 2,23 dibandingkan dengan nilai desain
IV-12
sebesar 1,83. Nilai mach number sebanding dengan kecepatan aliran, semakin tinggi nilai
mach number nya, artinya kecepatannya semakin tinggi, namun berbanding terbalik
dengan tekanannya.
Sedangkan dititik 5, ketika aliran mulai memasuki bagian diffuser, mach number
nya menurun seiring dengan kenaikan tekanan yang terjadi. Maka, ketika aliran memasuki
area diffuser yang semakin meluas, tekanan akan semakin tinggi ditandai dengan nilai
tekanan keluaran diffuser sebesar 0,71. Nilai ini cukup tinggi dibandingan dengan kondisi
desain sebesar 0,49. Kenaikan tekanan pada diffuser ini menunjukkan adanya penurunan
kinerja steam jet ejector.
0.71
tekanan diffuser (Pc)
0.7
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26
Tanggal (Agustus 2015)
Gambar IV.2 Grafik Tekanan Keluaran diffuser (Pc) pada Agustus 2015
Gambar IV.2 menjelaskan mengenai grafik tekanan keluaran diffuser. Dapat diamati
bahwa tekanan diffuser mengalami kenaikan yang cukup tinggi berkisar di angka 0,71 bar.
Hal ini menjadi indkasi penurunan kinerja ejector. Jadi, penurunan kinerja steam jet ejector
IV-13
dipengaruhi oleh kondisi aktual yang tidak sesuai lagi dengan kondisi desainnya seperti
tekanan motive steam dan tekanan NCG.
0.6
0.4
Aktual
0.2 Desain
0
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27
Tanggal (Agustus 2015)
Tekanan keluaran diffuser pada kondisi aktual telah mengalami kenaikan yakni
sebesar 0,71 sedangkan kondisi desain sebesar 0,49. Artinya telah terjadi penurunan
kinerja steam jet ejector sebesar 43,43%. Penurunan yang sangat signifikan ini
dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya karena kenaikan nilai
tekanan dan temperatur yang telah melebihi desain yang telah ditentukan. Seperti
diperlihatkan pada Gambar IV.4 di bawah ini yang memperlihatkan perbandingan tekanan
NCG data aktual dan data desain, dimana tekanan aktualnya mengalami kenaikan dari
tekanan desainnya yakni berkisar 0,16 bar dari yang seharusnya 0,1 bar.
IV-14
0.18
Tekanan NCg (bar)
Aktual
0.09
Desain
0
0 5 10 15 20 25 30
Agustus 2015
Dapat dilihat pada Gambar IV.3 diatas, perbandingan tekanan diffuser kondisi
desain dan aktual. Kinerja steam jet ejector sangat berpengaruh terhadap kondisi kerja
kondensor. Dimana kenaikan tekanan keluar diffuser yang tinggi merupakan indikasi
terjadinya kenaikan tekanan kondensor. Jika tekanan pada kondensor mengalami kenaikan,
maka hal ini akan berpengaruh terhadap efisiensi turbin dan sistem secara keseluruhan.
Dapat diamati pada grafik 4.3 dibawah ini:
0.1
Aktual
Desain
0
0 5 10 15 20
Agustus 2015
Gambar IV.5 Tekanan Kondensor Aktual dan Desain Unit 2 pada Agustus 2015
IV-15
Pada Gambar IV.5 menunjukkan grafik tekanan kondesor data aktual dan desain,
dapat diamati bahwa tekanan kondensor mengalami kenaikan dari kondisi desain, dimana
tekanan pada desain kondensor sebesar 0,1 bar dan kondisi aktual berkisar 0,12 – 0,14 bar.
Artinya penurunan kinerja steam jet ejector berpengaruh terhadap menurunnya tingkat
kevakuman kondensor (tekanan mengalami kenaikan). Untuk itu, perlu diperhatikan
parameter tekanan motive steam, tekanan NCG, serta tekanan diffuser agar berada pada
kondisi desainnya, untuk mempertahankan tekanan vakum kondensor pada kondisi desain
yang seharusnya. Kevakuman kondesor berpengaruh terhadap penurunan Δh turbin
sehingga hal ini akan berdampak terhadap penurunan efisiensi turbin dan sistem secara
keseuruhan.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
V.2 Saran
. Kondisi aktual yang diamati pada steam jet ejector tingkat pertama di
unit 2 ini telah mengalami penurunan kinerja dibandingkan dengan kondisi desain
yang seharusnya, untuk itu penulis mencoba memberikan beberapa saran
diantaranya:
Terjadinya penurunan tekanan motive steam, maka perlu ditingkatkan
tekanan motive steam yang berasal dari uap primer dan dijaga konstan
sebesar 6,5 bar.
V-1
V-2
[1] Suparno, Supriyanto. 2009. Energi Panas Bumi Edisi 1. Jakarta : Universitas
Indonesia
[4] Subri, Muhammad dkk. 2013. Kaji Eksperimental Pengaruh Bentuk Geometri
Sudut Converging Duct Dan Panjang Constant-Area Section Pada
Performa Sistem Refrigerasi Steam Ejector. Semarang: Universitas
Dipenogoro
[6] Kurnia Jaya, Dadang. 2015. Analisis Kinerja Second Stage Ejector pada Gas
Removing System PLTP PT. Indonesia Power Sub UPJP Unit 2 dan Unit
3. Bandung: Universitas Padjadjaran
[8] Setiawan, Oke. 2013. Analisis Kinerja Gas Removing System terhadap
Kevakuman Kondensor di PT. Indonesia Power UBP Kamojang. Bandung:
Universitas Jendral Achmad Yani
[9] https://mechanicals.wordpress.com/2014/03/23/fluida-dan-sifat-sifatnya/
LAMPIRAN
-2-
1. Data Pengukuran Steam Jet Ejector Unit 2 Tanggal 5 – 24 Agustus 2015
-3-
2. Data Perhitungan Steam jet ejector Unit 2
-4-