PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
1
7. Bagaimana penatalaksanaan dari fraktur?
8. Apa komplikasi dari fraktur?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari fraktur
2. Untuk mengetahui jenis fraktur
3. Untuk mengetahui penyebab dari fraktur
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari fraktur
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari fraktur
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari fraktur
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari fraktur
8. Untuk mengetahui komplikasi dari fraktur
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Fraktur
Banyak sekali batasan yang dikemukakan oleh para ahli tentang fraktur. Fraktur
menurut Smeltzer (2002) adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya. Demikian pula menurut Sjamsuhidayat (2005), fraktur atau patah
tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Sementara Doenges (2000) memberikan batasan,
fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Fraktur adalah patah tulang, biasanya
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price, 1995). Sedangkan fraktur menurut
Reeves (2001), adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh.
Fraktur adalah kondisi tulang yang patah atau terputus sambungannya akibat
tekanan berat. Tulang merupakan bagian tubuh yang keras, namun jika diberi gaya tekan
yang lebih besar daripada yang dapat diabsorpsi, maka bisa terjadi fraktur. Gaya tekan
berlebihan yang dimaksud antara lain seperti pukulan keras, gerakan memuntir atau
meremuk yang terjadi mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. (Brunner dan
Suddarth, 2002).
Fraktur tidak hanya mempengaruhi bagian tulang yang patah, namun juga
jaringan di sekitarnya. Fraktur dapat membuat jaringan lunak membengkak (edema),
perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, otot robek (rupture tendo), serta kerusakan
saraf dan pembuluh darah. (Brunner dan Suddarth, 2002; Wong, 2004).
3
B. Etiologi Fraktur
Etiologi dari fraktur menurut Price dan Wilson (2006) ada 3 yaitu :
1. Cidera atau benturan
2. Fraktur Patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi
lemah oleh karena kanker, tumor, dan Osteoporosis
3. Fraktur Beban
Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang-orang yang baru
saja menambah tingkat aktivitas mereka.
C. Klasifikasi Fraktur
1. Fraktur tertutup
Bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Pada
fraktur tertutup ada klasifikasi berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma,
yaitu:
a. Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitarnya.
b. Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
c. Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
d. Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindroma kompartement.
2. Fraktur terbuka
Bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, karena
adamya perlukaan kulit. Fraktur terbuka ada 3 derajat :
a. Derajat I
Luka <1 cm, kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk.
b. Derajat II
Luka >1 cm, kerusakan jaringan lunak, fraktur kominutif sedang, kontaminasi
sedang.
4
c. Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot,
dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi
d. Fraktur dengan komplikasi,missal malunion, delayed, union. Nonunion, infeksi
tulang.
(Nanda NIC NOC 2013)
3. Berdasarkan jumlah garis
a) Simple fraktur : terdapat satu garis fraktur
b) Multiple fraktur : lebih dari satu garis fraktur
c) Comminutive fraktur : lebih banyak garis fraktur dan patah menjadi fragmen
kecil
4. Berdasarkan luas garis fraktur
a) Fraktur inkomplit : tulang tidak terpotong secara total
b) Fraktur komplit : tulang terpotong secara total
5. Berdasarkan bentuk fragmen
a) Green stick : retak pada sebelah sisi tulang
b) Frakur transversal : fraktur fragmen melintang
c) Fraktur obligue : fraktur fragmen miring
d) Fraktur spiral : fraktur fragmen melingkar
(Nanda NIC NOC 2013)
5
D. Patofisiologi
Daya
↓↓
Resiko fraktur
Tulang emboli paru
emboli lemak
Fraktur
Infeksi Reduksi
debdridemen
6
E. Pathway
Trauma langsung, trauma tidak langsung, kondisi
stress maupun patologik pada tulang femur
Open Fracture
Femur
Reaksi Inflamasi
G. Penatalaksanaan
menurut Muttaqin (2008) konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu
menangani fraktur yaitu : rekognisi, reduksi, retensi, dan rehabilitasi.
1) Rekognisi (Pengenalan)
Riwayat kecelakaan, derajat keparahan, harus jelas untuk menentukan diagnosa dan
tindakan selanjutnya. Contoh, pada tempat fraktur tungkai akan terasa nyeri sekali
dan bengkak. Kelainan bentuk yang nyata dapat menentukan diskontinuitas
integritas rangka.
8
2) Reduksi (manipulasi/ reposisi)
9
4) Rehabilitasi
Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin untuk
menghindari atropi atau kontraktur. Bila keadaan mmeungkinkan, harus segera
dimulai melakukan latihan-latihan untuk mempertahankan kekuatan anggota tubuh
dan mobilisasi.
H. Komplikasi
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma ditandai dengan menghilangnya denyut
nadi, menurunnya CRT, sianosis bagian distal, dan hematoma melebar. Tanda lain
adalah rasa dingin pada ekstrimitas akibat tindakan darurat splinting, perubahan
posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Kompartement syndrome merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut.
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh edema atau perdarahan yang menekan otot,
saraf, dan pembuluh darah. Penyebab lain mungkin berasal dari tekanan luar,
seperti gips atau pembebatan yang terlalu kuat.
c. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu. Kondisi ini dapat menyebabkan nekrosis tulang yang diawali dengan
munculnya Volkman’s Ischemia.
d. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler. Kondisi yang umum terjadi pada kasus fraktur ini bisa
menyebabkan turunnya oksigenasi,
e. Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering
terjadi pada kasus fraktur tulang Panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang
10
dihasilkan sumsum tulang kuning masuk ke aliran darah dan menurunkan tingkat
oksigen dalam darah. Kondisi ini ditandai dengan gangguan pernapasan,
takikardia, hipertensi, takipnea, dan demam.
f. Infeksi
Trauma pada jaringan dapat menurunkan fungsi sistem pertahanan tubuh.
Pada trauma ortopedik, infeksi dimulai pada kulit dan masuk ke dalam tubuh.
Kondisi ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, akan tetapi bisa juga
karena penggunaan bahan asing dalam pembedahan seperti pin dan plat.
2. Komplikasi Lanjutan
a. Delayed Union
Delayed union merupakan kondisi ketika fraktur gagal menyatu sesuai dengan
waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Umumnya disebabkan oleh
penurunan suplai darah ke tulang.
b. Non Union
Non union merupakan kondisi ketika fraktur gagal menyatu dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah enam bulan. Kondisi ini ditandai
dengan pergerakan berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau
pseudoarthrosis. Sama halnya dengan delayed union, kondisi non union juga
disebabkan karena berkurangnya suplai darah ke tulang.
c. Mal Union
Mal union merupakan kondisi penyembuhan tulang yang terlihat dari
meningkatnya kekuatan tulang dan perubahan bentuk (deformitas). Kondisi ini dicapai
melalui pembedahan dan reimobilisasi yang baik.
I. Pemeriksaan Diagnostik
a) Foto polos
umumnya dilakukan pemeriksaan dalam proyeksi AP dan lateral, untuk
menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur.
b) Pemeriksaan radiologi lainnya
11
Sesuai indikasi dapat dilakukan pemeriksaan berikut, antara lain: radioisotope
scanning tulang, tomografi, artrografi, CT-scan, dan MRI, untuk memperlihatkan
fraktur dan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak
c) Pemeriksaan darah rutin dan golongan darah
Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna
pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan sel darah
putih adalah respon stress normal setelah trauma.
Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal. 5.
Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah.
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 20 September 2017
Jam pengkajian : 16:50 WIB
Diagnosa medis : Fraktur Femur Dextra
A. Biodata
1. Identitas pasien
Nama : Tn. D
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Pendidikan : SMA
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Patebon, Kendal
Pekerjaan :-
13
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama: Sulit bergerak karena fraktur
2. Riwayat penyakit sekarang
Saat dilakukan pengkajian, pasien mengatakan dirinya jatuh pada tanggal 18
Agustus 2017 karena dirinya terserempet mobil dan kaki pasien tertimpa motor. Setelah
itu pasien dilarikan ke rumah sakit (UGD) dan langsung digips dan setelah dilakukan
rontgen, dokter mengatakan pasien menderita fraktur kominutif pada 1/3 distal os.
Femur dextra. Pasien mengatakan dirinya dilakukan operasi pemasangan pen pada area
frakturnya tanggal 19 Agustus 2017, dan jenis operasinya tertutup (close-surgery). Di
rumah sakit, pasien mendapat perawatan luka post-op. Pasien rawat inap selama tiga
hari dan pulang tanggal 22 Agustus, pasien mengatakan setelah pulang dari rawat inap
di rumah sakit tanggal 30 Agustus 2017, pasien sangat sulit bergerak, pasien hanya bisa
tiduran dan duduk karena balutan luka jahitan bekas operasi pada femur kanannya
belum dibuka. Pada tanggal 6 September 2017 setelah balutan luka jahitannya dibuka,
pasien lebih bisa bergerak namun tetap sulit, karena kakinya belum bisa menapak dan
harus menggunakan alat bantu krug. Pasien mengatakan dia hanya bergerak
menggunakan krug di saat mendesak saja, seperti BAB dan mandi. Pasien juga
mengeluh nyeri saat kakinya ditekuk atau diregangkan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat maupun makanan, pasien juga tidak pernah
menderita penyakit hepatitis, TBC, dan lain-lain. Pasien tidak pernah dirawat di rumah
sakit sebelumnya.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit genetic, menular atau alergi.
14
Genogram
Keterangan :
15
d. Bila pasien merasakan nyeri pada daerah post operasi frakturnya, pasien meluruskan
kakinya dan tidak banyak bergerak, pasien ke puskesmas terdekat apabila mendapati
dirinya sakit.
e. Pasien tidak meminum obat-obatan/jamu, tidak meminum alkohol dan tidak
merokok. Pasien sebelum sakit rutin berolahraga namun saat sakit pasien tidak
pernah berolahraga karena kondisinya.
f. Pasien tidak memiliki asuransi kesehatan.
16
b. Keadaan sakit saat ini tidak mempengaruhi pola makan dan minum pasien
c. Pasien menyukai makanan yang agak asin dan pedas, tidak ada pantangan makanan
dan tidak memiliki alergi.
d. Pasien tidak mengkonsumsi vitamin atau obat penambah nafsu makan, tidak
merasakan mual dan muntah maupun anoreksia, dan tidak ada penurunan berat badan
yang berarti.
e. Pola minum pasien seperti biasa, pasien minum ±10 gelas per hari (air, susu, teh)
f. Pasien tidak terpasang infus
3. Pola Eliminasi
a. Eliminasi Alvi
Pasien BAB sekali dalam sehari biasanya pada saat pagi, konsistensi lunak berbentuk
dengan bau khas dan warna kuning kecoklatan, pasien agak susah dalam BAB
karena kesulitan menekuk kakinya saat BAB.
17
b. Eliminasi Urin
Dalam memenuhi kebutuhan BAK nya, pasien akan BAK jika sudah terasa sangat
mendesak dikarenakan pergerakannya yang terbatas dan susah, namun warna, bau
dan jumlahnya normal (warna kuning pucat, bau khas amoniak, jumlah ±1000-2000
cc/hari). Pasien tidak mengalami nyeri saat BAK maupun kesulitan posisi saat BAK.
18
bantu krug.
Pasien berjalan
Tingkat E
ketergantungan
Keterangan Penilaian :
A : Mandiri untuk 6 fungsi E : Mandiri untuk 2 fungsi
B : Mandiri untuk 5 fungsi F : Mandiri untuk 1 fungsi
C : Mandiri untuk 4 fungsi G : Tergantung untuk 6 fungsi
D : Mandiri untuk 3 fungsi
19
a. Klien mengatakan sulit bergerak karena keadaan kakinya yang fraktur
b. Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas normal seperti biasanya karena fraktur
tersebut
c. Klien mengatakan kesulitan berpindah dari berdiri ke duduk
d. Klien tampak kesulitan saat bergerak atau berpindah
e. Klien tampak lambat saat bergerak
f. Klien tampak kesulitan membolak-balik posisi
Saat dikaji, klien mengatakan setelah pulang dari rumah sakit, klien tidak memiliki
masalah berarti saat tidur. Klien tidak mengalami perubahan pola tidur. Namun saat
dirawat di rumah sakit, klien mengatakan sering terganggu tidurnya karena nyeri post-op
yang dirasakan. Saat dikaji, klien tiap harinya tidur selama 6-7 jam, klien tidak terbiasa
tidur siang. Klien tidak mengalami gangguan tidur dan klien merasa nyaman saat
bangun.
20
c. Klien dapat mengingat, berbicara, dan memahami pesan yang diterima dengan baik,
dan dapat mengambil keputusan yang bersifat sederhana.
d. Klien mengeluh nyeri dengan persepsi sebagai berikut :
P (Paliatif) : Ketika digerakkan (ditekuk/diregangkan)
Q (Quality) : Ditusuk-tusuk
R (Regio) : Femur kanan
S (Skala/Severity): 3 (ringan)
T (Time) : Hilang-timbul
21
8. Pola Hubungan dengan Orang Lain
a. Klien mampu berkomunikasi dengan relevan, jelas, mampu mengekspresikan dan
mampu mengerti orang lain
b. Klien paling dekat dengan orang tuanya dan orang tuanya adalah orang yang paling
berpengaruh bagi klien.
c. Bila memiliki masalah, klien selalu meminta bantuan kepada ibu atau ayahnya.
d. Klien tidak memiliki kesulitan hubungan dalam keluarga.
22
D. Pemeriksaan Fisik
1. Penampilan/keadaan umum : Tampak lemah / compos mentis
2. Tanda-Tanda Vital :
a. Tekanan Darah : 130/100 mmHg
b. Nadi : 90 x/menit (teratur dan kuat)
c. Pernapasan : 18 x/menit (teratur dan kuat)
d. Suhu : 38 ⁰C
3. Pengukuran antropometri : TB : 170 cm BB : 60 kg BB ideal : 70kg
IMT : 20,7
4. Kepala : Bentuk bulat simetris, tidak ada luka
a. Rambut : Hitam, agak ikal, tebal, agak kotor
b. Mata : Mampu melihat jelas pada jarak normal (6m), ukuran
pupil kecil dan keduanya bereaksi terhadap cahaya (kanan dan kiri), konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, tidak memakai alat bantu penglihatan dan tidak ada
sekret pada mata.
c. Hidung : Bersih, tidak ada sputum deviasi, tidak ada sekret, tidak
ada epistaksis, tidak ada polip, tidak ada nafas cuping hidung, dan tidak
menggunakan oksigen
d. Telinga : Mampu mendengar dengan jelas pada jarak yang normal,
tidak ada nyeri, tidak ada sekret telinga, tidak ada pembengkakan, tidak menggunakan
alat bantu
e. Mulut : Selaput mukosa lembab dan berwarna merah muda,
bersih, gigi utuh, agak kuning, dan bersih, gusi tidak bengkak, tidak ada bau mulut,
bibir lembab dan berwarna merah kehitaman
f. Leher dan Tenggorokan : Posisi trakea simetris, tidak ada benjolan pada leher, tidak
ada alat yang terpasang, tidak ada nyeri waktu menelan, tidak ada pembesaran tonsil,
vena jugularis tidak menonjol, tidak ada obstruksi jalan nafas
g. Ekspresi wajah: Tidak menunjukkan ekspresi wajah nyeri, tetapi saat kakinya
ditekuk/diregangkan, ekspresi wajah pasien tampak meringis/mengernyit menahan
nyeri.
23
5. Dada dan Thorak : Bentuk simetris, pergerakan simetris dan sama kanan-kiri,
tidak ada luka, dan tidak menggunakan otot bantu pernapasan
a. Paru-Paru
1) Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris, tidak ada luka, tidak ada
jejas, nafas teratur
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, taktil fremitus
kanan dan kiri simetris
3) Perkusi : Bunyi sonor
4) Auskultasi : Tidak ada suara nafas tambahan, suara vesikuler
b. Jantung
1) Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada luka, tidak ada memar
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, ictus
cordis teraba di SIC ke-5, midclavicula sinistra
3) Perkusi : Bunyi redup, tidak ada pelebaran dinding jantung
4) Auskultasi : Suara irama jantung teratur, terdengar S1 & S2 normal,
tidak ada bunyi jantung tambahan.
c. Abdomen
1) Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada asites
2) Auskultasi : Terdengar bunyi peristaltik usus 10x/menit
3) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak teraba
massa
4) Perkusi : Terdengar bunyi timpani
6. Genital : Bersih, tidak ada luka, tidak ada tanda infeksi, tidak
terpasang kateter dan tidak ada hemoroid
24
7. Ekstremitas
a. Inspeksi Kuku : Warna merah muda pucat, bersih, utuh
b. Capillary Refill : Cepat (< 2 detik)
c. Kemampuan berfungsi : (mobilitas dan keamanan) untuk semua ekstremitas
Kanan (Tangan) Kiri (Tangan)
5 5
1) Pada tangan kanan dan kiri, kekuatan otot klien berada pada skala 5, gerakan
normal penuh, menentang gravitasi, dengan penahanan penuh, dibuktikan dengan
klien mampu menggenggam dengan erat dan mengangkat kedua tangannya
keatas.
2) Kekuatan otot pada kaki kanan pasien berada pada skala 2, gerakan otot penuh
menentang gravitasi dengan sokongan, terbukti dengan klien tidak mampu
menggerakkan kaki kanannya secara mandiri dan harus disokong dengan alat
bantu jalan (krug). Klien mengatakan belum bisa menapakkan telapak kaki
kanannya
8. Kulit : Kulit bersih, warna sawo matang, lembab, turgor elastis, tidak ada edema.
Terdapat luka bekas jahitan sepanjang ±20 cm di femur kanan superior, luka sudah mulai
kering, tidak ada tanda infeksi, balutan luka sudah dibuka.
E. Data Penunjang
1. Hasil Pemeriksaan Penunjang (Hasil rontgen)
Hasil rontgen di daerah femur dextra ap-lat menunjukkan tampak fraktur kominutif pada
1/3 distal os. Femur dextra dengan aposisi dan aligment kurang baik, tak tampak lusensi
soft tisue, tampak soft tisue swelling
2. Diit yang diperoleh : TKTP, tiga kali sehari satu porsi
25
ANALISA DATA
A. Pengelompokan Data
1. Data Subyektif
a. Pasien mengatakan dirinya dilakukan operasi pemasangan pen pada area frakturnya
b. Klien mengatakan sulit bergerak karena keadaan kakinya yang fraktur
c. Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas normal seperti biasanya karena fraktur
tersebut
d. Klien mengatakan belum bisa menapakkan telapak kaki kanannya
e. Klien mengatakan kesulitan berpindah dari berdiri ke duduk
f. Klien mengatakan takut jatuh karena jalannya yang tidak seimbang
2. Data Obyektif
a. pasien menderita fraktur kominutif pada 1/3 distal os. Femur dextra
b. Klien tampak kesulitan saat bergerak atau berpindah
c. Klien tampak lambat saat bergerak
d. Klien tampak kesulitan membolak-balik posisi
e. Klien tampak tidak nyaman dengan keadaannya
f. Klien tidak seimbang saat berjalan dan tampak kesulitan
26
c. Klien mengatakan
belum bisa
menapakkan telapak
kaki kanannya
d. Klien mengatakan
kesulitan berpindah
dari berdiri ke
duduk
DO:
a. pasien menderita
fraktur kominutif
pada 1/3 distal os.
Femur dextra
b. Klien tampak
kesulitan saat
bergerak atau
berpindah
c. Klien tampak
lambat saat
bergerak
d. Klien tampak
kesulitan
membolak-balik
posisi
20-09-2017 DS: Klien mengatakan Resiko Jatuh Penggunaan alat
16.50WIB takut jatuh karena bantu (krug)
jalannya yang tidak
seimbang
DO: Klien tidak
seimbang saat berjalan
dan tampak kesulitan
27
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa 1 : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
dibuktikan dengan klien kesulitan bergerak (00085)
Diagnosa 2 : Resiko jatuh berhubungan dengan penggunaan alat bantu (krug) (00155)
PERENCANAAN KEPERAWATAN
A. Prioritas Diagnosa
28
B. Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan & Paraf
Dx. Kep. Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Setelah Kaji kemampuan Sebagai data dasar
dilakukan pasien dalam untuk melakukan
tindakan mobilisasi intervensi
keperawatan selanjutnya
selama 3 x 1 Muna
29
c. Klien
mampu
bergerak
dengan
mudah
Setelah Identifikasi Mengetahui
dilakukan perilaku dan seberapa besar Muna
30
lingkungan menurunkan
individu resiko tersebut
b. Tidak ada
kejadian
jatuh
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No.
Dx. Tgl./Jam Tindakan Respon Pasien Paraf
Kep.
S: Pasien mengatakan
otot kaki kanannya
belum kuat untuk
menopang berat
badan, berjalan masih
kesulitan, masih
kesulitan berpindah
27-09-17
Mengkaji kemampuan dari duduk ke berdiri
1 16.00
pasien dalam mobilisasi maupun sebaliknya Mei
WIB
O: Pasien tampak
masih kesulitan dalam
bergerak dan berjalan,
pasien membutuhkan
tenaga lebih untuk
menggerakkan kaki
kanannya
Mengidentifikasi S: Pasien mengatakan
27-09-17
perilaku dan faktor sering hampir jatuh
2 16.10
yang mempengaruhi saat dirinya latihan Mei
WIB
risiko jatuh berjalan, dan pasien
31
menggunakan dinding
sebagai pegangannya
selain dari alat bantu
jalannya
O: Saat latihan, pasien
tampak tidak
seimbang saat berdiri
dan berpotensi untuk
jatuh
S: Pasien mengatakan
sering hampir jatuh
saat dirinya berjalan
menggunakan alat
Mengidentifikasi bantu karena lantai
27-09-17 karakteristik rumah yang agak Mei
2 16.20 lingkungan yang dapat licin, terkhusus di
WIB meningkatkan potensi kamar mandi
untuk jatuh O: Lantai rumah
pasien tampak licin
dan berpotensi untuk
meningkatkan resiko
jatuh pasien
S: Pasien mengatakan
paham dan
mengetahui setelah Meli
28-09-17 diajarkan materi
Mengajarkan pasien
1 16.30 tersebut
tentang teknik ambulasi
WIB O: Pasien dapat
mendemonstrasikan
apa yang telah
diajarkan
32
S: Pasien mangatakan
paham dan tahu
Mengajarkan pasien
28-09-17 terhadap apa yang Meli
bagaimana merubah
1 16.45 disampaikan
posisi dan berikan
WIB O: Pasien dapat
bantuan jika diperlukan
mengikuti apa yang
diajarkan
S: Pasien mengatakan
dirinya dirumah sudah
mencoba Meli
menggunakan tongkat
Membantu klien untuk pembantu (krug)
28-09-17
menggunakan tongkat untuk berjalan
1 17.00
saat berjalan dan cegah O: Pasien dapat
WIB
terhadap cedera menggunakan alat
bantu jalan, tetapi
belum mengetahui
cara menggunakannya
dengan benar
S: Pasien mengatakan
akan mengikuti apa
yang telah disarankan Ulfa
29-09-17 Menyarankan
O: Gaya berjalan
2 16.30 perubahan dalam gaya
pasien masih tampak
WIB berjalan pasien
sama seperti
sebelumnya, belum
ada perubahan
Membantu klien untuk S: Pasien mengatakan
29-09-17 menggunakan tongkat sudah bisa berjalan
1
16.35 saat berjalan dan cegah menggunakan alat Ulfa
terhadap cedera bantu dengan mudah
33
dan tidak sesulit
kemarin
O: Pasien tampak
berjalan menggunakan
alat bantu dengan
langkah yang sudah
tidak tertatih-tatih,
namun belum efektif
S: Anggota keluarga
Mendidik anggota mengetahui dan
keluarga tentang faktor paham terhadap apa Ulfa
risiko yang yang disampaikan
29-09-17
berkontribusi terhadap O: Ekspresi muka
2 16.45
jatuh dan bagaimana anggota keluarga
WIB
mereka dapat pasien tampak paham
menurunkan resiko dan tidak
tersebut menunjukkan
kebingungan
EVALUASI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan & Catatan Paraf
Tgl./Jam
Keperawatan Kriteria Hasil Perkembangan
Hambatan Setelah S: Pasien mengatakan
mobilitas fisik dilakukan masih kesulitan untuk
berhubungan tindakan bergerak dan berjalan, Mei
27-09-17
dengan keperawatan masih sulit berpindah
16.30
gangguan selama 3 x 1 posisi
WIB
muskuloskelet pertemuan O: Pasien tampak masih
al ditandai jam, kesulitan untuk
dengan klien diharapkan bergerak, menggunakan
kesulitan hambatan tenaga lebih untuk
34
bergerak mobilitas fisik menggerakkan kaki
klien dapat kanannya
teratasi, A: Masalah hambatan
dengan kriteria mobilitas fisik belum
hasil : teratasi
a. Klien P: Lanjutkan intervensi:
mampu a. Ajarkan pasien
meningkat tentang teknik
dalam ambulasi
aktivitas b. Ajarkan pasien
fisik bagaimana
b. Klien merubah posisi
mampu dan berikan
berjalan bantuan jika
dengan diperlukan
langkah c. Bantu klien
yang untuk
efektif menggunakan
dengan alat tongkat saat
bantu berjalan dan
c. Klien cegah terhadap
mampu cedera
bergerak S: Pasien mengatakan
dengan sudah mulai paham
mudah teknik ambulasi yang Meli
28-09-17 diajarkan dan mulai
17.15 bisa berpindah posisi
WIB dengan mudah, namun
masih kesulitan untuk
berjalan
O: Pasien tampak lebih
35
kooperatif dengan apa
yang diajarkan, yaitu
teknik ambulasi dan
merubah posisi. Pasien
juga sudah mulai bisa
berjalan menggunakan
alat bantu dengan
benar, namun jalannya
masih tertatih-tatih.
A: Masalah hambatan
mobilitas fisik belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
Bantu klien untuk
menggunakan tongkat
saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
S: Pasien mengatakan
sudah latihan berjalan
keliling ruangan Ulfa
didalam rumah dan
berjalannya sudah tidak
sesulit kemarin
29-09-17
O: Pasien tampak
17.00
berjalan dan bergerak
WIB
dengan lebih mudah,
sudah tidak terlalu
menggunakan
tenaganya untuk
menggerakkan kaki
kanannya, namun
36
belum bisa berjalan
dengan langkah yang
efektif
A: Masalah hambatan
mobilitas fisik sebagian
teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
Bantu klien untuk
menggunakan tongkat
saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
Setelah S: Pasien mengatakan
dilakukan sering hampir jatuh saat
tindakan latihan karena lantai Mei
keperawatan rumahnya yang licin,
selama 3 x 1 terkhusus lantai kamar
pertemuan, mandi
diharapkan O: Pasien tampak tidak
Resiko jatuh klien tidak seimbang saat berjalan
berhubungan beresiko jatuh, dan berpotensi untuk
27-09-17
dengan dengan kriteria jatuh jika tidak
16.30
penggunaan hasil : menggunakan alat
WIB
alat bantu c. Perilaku bantu saat berjalan
(krug) penecgaha A: Masalah resiko jatuh
n jatuh: belum teratasi
tindakan P: Lanjutkan intervensi:
individu a. Sarankan
atau perubahan
pemberi dalam gaya
asuhan berjalan pasien
untuk b. Didik anggota
37
meminimal keluarga tentang
kan faktor faktor risiko
resiko yang yang
dapat berkontribusi
memicu terhadap jatuh
jatuh di dan bagaimana
lingkungan mereka dapat
individu menurunkan
d. Tidak ada resiko tersebut
kejadian S: Pasien mengatakan
jatuh selama sakit ini belum
pernah terjatuh tapi Meli
sering mengalami
resiko jatuh (hampir
jatuh), pasien sudah
lebih berhati-hati dalam
latihan berjalan dan saat
di kamar mandi
O: Pasien masih belum
28-09-17
seimbang gaya
17.15
berjalannya, dan
WIB
tampak akan jatuh,
namun pasien sudah
lebih berhati-hati dalam
latihan berjalan
A: Masalah resiko jatuh
sebagian teratasi
P: Lanjutkan intervensi:
a. Sarankan
perubahan
dalam gaya
38
berjalan pasien
b. Didik anggota
keluarga tentang
faktor risiko
yang
berkontribusi
terhadap jatuh
dan bagaimana
mereka dapat
menurunkan
resiko tersebut
S: Pasien mengatakan
sudah mengetahui dan
paham perilaku/faktor Ulfa
dan kondisi lingkungan
yang dapat
meningkatkan potensi
untuk jatuh, sudah tidak
pernah merasa hampir
jatuh, dan keluarga
29-09-17
pasien sudah kooperatif
17.00
untuk meminimalisir
WIB
faktor resiko jatuh
pasien
O: Pasien dan keluarga
pasien sudah tampak
kooperatif, dan gaya
berjalan pasien sudah
seimbang, pasien sudah
sepenuhnya berhati-hati
dalam berjalan demi
39
keselamatannya
A: Masalah resiko jatuh
teratasi
P: Hentikan intervensi
40
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fraktur adalah kondisi tulang yang patah atau terputus sambungannya akibat
tekanan berat. Tulang merupakan bagian tubuh yang keras, namun jika diberi gaya tekan
yang lebih besar dari pada yang dapat diabsorpsi, maka bisa terjadi fraktur. Gaya tekan
berlebih yang dimaksud antara lain seperti pukulan keras, gerakan memuntir atau
meremuk yang terjadibmendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Penyebab dari
fraktur yaitu trauma, patologis ; metastase dari tulang, degenerasi, spontan, kisalnya
akibat tarikan otot yang sangat kuat.
B. Saran
41
DAFTAR PUSTAKA
Istianah, Umi. 2018. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Pustaka Baru Press : Yogyakarta
Lukman dan Nurna Ningsih. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Salemba Medika : Jakarta
C.Smeltzer, Susan. 2010. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & suddarth. EGC : Jakarta.
42