Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KEGIATAN

KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


TENTANG HIV DAN AIDS

OLEH :

KELOMPOK II

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

MATARAM

2019

i
Kata Pengantar

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena atas


berkat rahmat dan inayah-Nya terutama rahmat kesehatan dan kesempatan
sehingga kami dapat menyusun Proposal Penyuluhan HIV dan AIDS.
Terimakasih kami ucapkan kepada pengajar mata kuliyah HIV dan AIDS yang
telah membimbing dalam pembuatan Proposal ini.

Kami sebagai penyusun meyadari bahwa dalam Proposal ini, terdapat


banyak hambatan yang dihadapi, namun dengan ketabahan dan kerja keras kami
serta dengan bantuan dari teman-teman sehingga Alhamdulillah segala sesuatu
dapat teratasi.

Kritik dan saran dari semua pihak akan kami terima dengan senang hati
dmi kesempurnaan makalah ini..

Mataram, 5 Juli 2019

Penyusun,

Kelompok II

ii
Daftar isi

Halaman judul ........................................................................................................ i


Kata pengantar ....................................................................................................... ii
Daftar isi ................................................................................................................. iii

BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................................... 1


A. Latar belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan ......................................................................................................... 2
D. Manfaat ....................................................................................................... 2

BAB II : Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 3


A. Pengertian .................................................................................................... 3
B. Cara Penularan ............................................................................................ 4
C. Cara mencegah infeksi HIV ....................................................................... 6
D. Stigma Masyarakat terhdap orang yang terkena HIV AIDS ....................... 8
E. Interpruner pada ODHA .............................................................................. 10

BAB III : Rencana Kegiatan ................................................................................... 12


A. Nama Kegiatan ............................................................................................ 12
B. Tema Kegiatan ............................................................................................ 12
C. Waktu Dan Tempat Pelaksanan .................................................................. 12
D. Bentuk Kegiatan ......................................................................................... 12
E. Sasaran Kegiatan ......................................................................................... 12
F. Susunan Kepanitiaan ................................................................................... 14
G. Satuan Acara Penyuluhan ........................................................................... 15

BAB IV : PENUTUP .............................................................................................. 18


A. Kesimpulan ................................................................................................. 18
B. Saran ............................................................................................................ 18

BAB V : EVALUASI DAN LAMPIRAN .............................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemuda generasi millenial merupakan generasi masa depan yang di
harapkan bangsa sebagai generasi pelurus dan bisa memberikan kontribusi
besar untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa, namun hal ini tidak
mungkin akan terwujud jika generasi millenial tidak di jaga dari degradasi
moral yang terjadi saat ini.
Pemuda generasi millenial saat ini, kerap di goyahkan keimananya dan
di guncangkan kepribadianya dengan perkembangan zaman yang
menjerumuskan kepada degradasi moral, berbagai problematika muncul di
kalangan para pemuda, yang semua itu merupakan bentuk penyelewengan
ahlak atau degradasi moral. Salah satunya adalah meningkatnya tingkat
kejadian kasus seks bebas di kalangan remaja sebagaimana hasil survie yang
di lakukan oleh KPAI dan kemenkes pada tahun 2013 menyatakan, sekitar
62,7% remaja di Indonesia melakukan seks di luar nikah dan NTB salah
satu daerah dengan kejadian cukup tinggi jika dibandingkan dengan
beberapa kota-kota besar yang ada di Indonesia. sehingga pada akhirnya
berdasarkan laporan kemenkes 2018 dengan rekapitulasi data tahun 2009-
2017 tercatat 1.450 kasus HIV terjadi di Provensi NTB dan yang lebih
mirisnya lagi, berdasarkan hasil survie Dinas Kesehatan Provensi NTB
Tahun 2016 tercatat bahwa anak dengan rentan usia ≤4 tahun 3,23 % dari
kelompok usianya telah terpapar virus HIV. data ini menunjukan bahwa
seks bebas merupakan satu bagian dari bentuk kenakalan dan degradasi
moral yang terjadi pada para pemuda. sehingga perlu untuk menekankan
upaya-upaya preventip untuk mencegah agar tidak sampai terpapar virus
HIV.
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu kita melakukan berbagai upaya
preventip untuk mencegah tersebarnya virus hiv itu sendiri. Maka dari itu
kami dari kelompok 2 mata kuliah HIV AIDS akan melaksanakan kegiatan

1
penyuluhan tentang pendidikan seks dengan harapan mampu membentuk
kader-kader remaja paham tentang upaya pencegahan HIV AIDS.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana memberikan edukasi yang benar kepada para remaja tentang
HIV AIDS dan upaya preventif serta rehabilitatif penularan HIV AIDS
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Memberikan edukasi dan pemahaman kepada kader remaja tentang
virus HIV dan AIDS
2. Tujuan khusus
a. Memberikan pemahaman tentang apa itu HIV dan AIDS
b. Memberikan edukasi tentang bagaimana cara penularan HIV dan
AIDS
c. Memberikan edukasi kepada kader remaja tentang upaya yang bisa
di lakukan untuk mencegah penularan HIV dan aids
d. Memperbaiki stigma masyarakat tentang ODHA
e. Muberikan pemahaman tentang pentingnya jiwa interprunership
sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup ODHA
D. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat akan menjadi lebih rukun di karenakan tidak ada lagi
bagian dari masyarakat yang terisolasi karena presepsi dan stigma
buruk masyarakat telah di perbaiki
2. Bagi Siswa setempat
Dapat menjadi kader remaja yang mampu menjaga dirinya
terhadap HIV dan AIDS serta mampu memberikan edukasi kepada
masyarakat sekitar tentang HIV dan AIDS

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) yaitu virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired
Immunodeficiensy Syndrome (AIDS) adalah sindrom kekebalan tubuh
oleh infeksi HIV. perjalanan penyakit ini lambat dan gejala-gejala AIDS
rata-rata baru timbul 10 tahun sesudah terjadinya infeksi, bahkan dapat
lebih lama lagi. virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui
praantara darah, semen, dan sekret vagina. sebagian besar (75%) penularan
terjadi melalui hubungan seksual. (Noviana, 2013)
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI terjadi laju
peningkatan kasus baru HIV yang semakin cepat. Perkembangan kasus
HIV/AIDS di Indonesia memperlihatkan peningkatan yang semakin pesat
dengan akselerasi yang semakin menghawatirkan. peningkatan prevalensi
HIV/AIDS meningkatkan resiko tenaga kesehatan yang bekerja di fasilitas
kesehatan akan terpapar oleh infeksi yang secara potensial dapat
membahayakan jiwanya. (Noviana, 2013)
Tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien terjadi kontak langsung dengan cairan tubuh atau darah pasien,
sehingga dapat menjadi tempat dimana agen infeksius dapat hidup dan
berkembang biak yang kemudia menularkan dari pasien satu ke pasien
lainnya, khususnya bila kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh
tidak dilaksanakan terhadap semua pasien. (Noviana, 2013)
Tenaga kesehatan perlu mempertimbangkan bahwa semua pasien
berpotensi terinfeksi penyakit HIV atau AIDS maupun penyakit menular
lainnya, serta perlu menerapkan kewaspadaan universal untuk
meminimalkan resiko penularan dari darah dan cairan tubuh semua pasien.
tenaga kesehatan ketika memberikan perawatan pada pasien HIV/AIDS
memiliki resiko mendapat penularan. (Noviana, 2013)

3
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency
Syndrome, yaitu menurunya kekebalan tubuh terhadap penyakit karena
infeksi virus HIV (Human Immunodeviciency Virus) (Djoerban & Djazuli,
2006). Dari keterangan tersebut jelas bahwa sebelum seseorang menderita
AIDS dalam tubuhnya, terlebih dahulu terjadi kerusakan sistem kekebalan
tubuh. Akibat kerusakan kekebalan tubuh tersebut tubuh penderita menjadi
peka terhadap infeksi kuman yang dalam keadaan normal sebenarnya tidak
berbahaya. Infeksi kuman bentuk ini disebut infeksi oportunistik. Infeksi
oportunistik adalah infeksi yang timbul karena mikroba yang berasal dari
luar tubuh maupun dalam tubuh manusia, namun dalam keadaan normal
terkendali oleh kekebalan tubuh (Yunihastuti, 2005).

B. Cara Penularan
Selama ini banyak orang yang belum tahu mengenai penyakit
mematikan ini, termasuk cara penularannya. Sangatlah penting bagi kita
untuk mengetahui cara virus HIV menular dari seorang penderita ke orang
lain. Berikut ini berapa hal penularan HIV atau AIDS (Wandoyo, 2007).
1. Virus HIV dapat ditemukan dicairan tubuh, seperti darah, sperma,
cairan vagina, dan ASI. Akan tetapi, virus ini tidak dapat menular
melalu cairan tubuh seperti ludah, keringat, tinja, urin, dan air mata.
2. Virus HIV ditularkan melalui hubungan seksual, transfusi darah,
penggunaan jarum suntik secara bersama-sama dan dari ibu ke
bayinya.
a. Hubungan seksual
HIV dapat menular melalui hubungan seksual yang tidak
aman. Penularn ini terjadi melalui sperma dan cairan vagina.
Resiko penularan dapat dikurangi dengan menggunakan
kondom. Meskipun kedua pelaku seks sudah positif HIV,
mereka harus tetap memakai kondom. Jika tidak, adanya
kemungkinan terjadi infeksi ulang dengan tipe HIV yang
berbeda serta infeksi penyakit menular lainnya (Wandoyo,
2007).

4
Meski resiko terbesar pada ODHA yang melakukan
hubungan seksual dengan pasangan yang berbeda-beda, akan
tetapi ada resiko penularan pada suami/istri yang setia. Hasil
penelitian united nations populations fund, state of world
population pada tahun 2005 menunjukan 80% wanita di dunia
yang terinfeksi HIV tertular dari suami atau pasangan tetapnya.
b. Transfusi darah
Kemungkinan penularan melalui darah atau produk darah
yang tercemar virus HIV sangatlah besar, yaitu lebih dari 90%.
Oleh karna itu, untuk menjaga agar darah bebas dari HIV dan
virus lainnya, calon pendonor darah dan darah yang tersedia
harus diperiksa terlebih dahulu (Wandoyo, 2007).
c. Berbagi jarum atau infus yang tercemar
Pemakaian ulang atau berbagai jarum dan infus sangat
berisiko menularkan HIV. Resiko penularan ini dapat dikurangi
dengan menggunakan jarum atau infus baru atau sekali pekai.
Selain itu, penularan juga dapat dicegah dengan mensterilisasi
jarum atau infus sebelum digunakan (Wandoyo, 2007).
d. Penularan dari ibu ke bayi
Virus HIV dapat menulari bayi seorang ibu yang mengidap
HIV saat kehamilan, persalianan, dan ketika menyusui. Secara
umum, resiko penularan pada ibu ke bayi pada masa kehamilan
dan persalinan adalah 15-30%. Semakin besar pula
kemungkinan penularan ke anak yang sedang dikandung.
Walaupun begitu, tidak berarti semua bayi yang lahir dari ibu
positif HIV telah terinfeksi HIV. Status HIV bayi bisa terlihat
saat usia ia berusia 15 bulan (Wandoyo, 2007).
3. Kemungkinan penularan penularan virus HIV melalui ciuman bibir
sangatlah kecil. Akan tetapi, resiko ini akan meningkat tajam jika
terdapat luka di sekitar bibir atau di dalam rongga mulut.
4. Sebaliknya, penularan melalui tindik dan tato sangat mungkin
terjadi, terutama jika jarum yang digunakan tercemar virus HIV,

5
tidak steril, serta di pakai berama-sama. Selain itu, segala
pemotongan yang menggunkan benda tidak steril seperti pisau cukur
atau pisau juga dapat menularkan HIV. Itu sebabnya, berbagai pisau
cukur tidaklah disarankan, kecuali pisau sudah di sterilkan setiap
selesai digunakan. Pada intinya, semua peralatan menembus kulit
seharusnya hanya digunakan satu kali. Kemudian, sebaiknya
peralatan tersebut dimusnahkan atau disterilisasi (Wandoyo, 2007).
5. Virus HIV tidak dapat menular melalui udara, makanan, minuman,
ataupun sentuhan. Bahkan, perlu kalian ingat, virus ini cepat mati
jika berada di luar tubuh. Karena itu, hidup bersama orang HIV
positif bukanlah hal yang ditakuti. Dengan demikian, dapat di
simpulkan bahwa virus HIV tidak menular melalui kontak biasa
berikut ini (Wandoyo, 2007).
a. Bersalaman
b. Berpelukan
c. Berciuman
d. Batuk
e. Bersin
f. Gigitan nyamuk
g. Bekerja, sekolah, makan dan berkendaraan bersama
h. Memakai fasilitas umum, misalnya kolam renang, wc umum,
telepon umum, sauna, dan sebagainya
i. Memakai tempat tidur atau peralatan rumah tangga bersama

C. Cara mencegah infeksi HIV


Virus HIV umumnya menular melalui hubungan seksual dan
penyalahgunaan narkoba. Karena itu, langkah pertama yang harus kita
lakukan adalah menghindari kedua hal tersebut (Muninjaya, 1999).
Berhubungan seksual hanya boleh dilakukan dengan orang yang
sudah resmi menjadi suami atau istri kita. Kemudain, setialah kepadanya
seorang. Hindari berhubungan seksual dengan pasangan yang berbeda-

6
beda. Yang tak kalah penting, tingkatkan iman dan ketakwaan pada tuhan.
Jauhi perilaku seksual sebelum menikah (Wandoyo, 2007).
Selain seks bebas, banyak pula anak muda yang terinfeksi HIV
melalui jarum suntik. Menjadi pengguna narkoba saja sudah sangat
merugikan kita, terlebih lagi sampai terinfeksi HIV. Oleh karna itu, segera
jauhi narkoba. Obat-obatan ini tidak sama sekali bermanfaat bagi kita.
Kalian tidak akan menjadi kerena tau cool dengan memakai narkoba.
Sebaliknya, kalian akan terlihat “menyedihkan”. Supaya lebih aman,
pilihlah teman bergaul yang baik.Sebab, bagi remaja yang seperti kalian,
teman-teman sepergaulan (peer group) sangat berperan dalam membentuk
kepribadian. Berteman dengan pecandu narkoba bukanlah pilihan yang
bijaksana (Wandoyo, 2007).
Selain itu, harus hati-hati ketika harus transfusi darah atau donor
darah. Pastikan darah yang akan kalian gunakan aman. Jika harus
menggunakan obat-obatan yang disuntikan, pastikan memakai jarum yang
steril atau jarum baru. Jangan ragu untuk bertanya atau meminta jarum
yang baru kepada petugas medis (Muninjaya, 1999).
Upaya-Upaya di atas merupakan langkah primer dalam mencegah
penularan hiv aids, selain langkah-langkah di atas ada juga langkah
skunder yang koperatif dalam mencegah terjadinya penularan hiv aids
salah satunya adalah intake nutrisi yang adekuat, dengan asupan nutrisi
yang cukup akan meningkatkan kualitas sistem imunitas dari seseorang
sehingga resiko tertular virus hiv bisa berkurang. intake nutrisi yang baik
tidak hanya di upayakan untuk preventif namun juga bisa di gunakan
sebagai langkah kuratif dan rehabilitatif pada ODHA sebagai bentuk upaya
paliatif care kepada orang dengan HIV dan AIDS
Bagi ibu hamil yang menderita HIV/AIDS, memang ada
kemungkinan bayi yang di kandung ikut akan tertular. Akan tetapi, bukan
berarti kemungkinan ini tidak dapat diperkecil, selama masa mengandung,
ibu hamil dapat menggunakan obat ARV dan melakukan beberapa langkah
berikut ini:

7
1. Operasi Caesar
Masa persalinan merupakan periode yang sangat berbahaya. Pada
masa ini kemungkinan terjadi penularan HIV dari ibu keanak yang
telah dilahirkan. Dari seluruh kasus penularan ibu kepada anaknya,
sebanyak dua pertiga kasus terjadi pada masa ini. Persalinan normal
dianggap memiliki resiko penularan yang sangat besar. Oleh karna itu,
untuk ibu hamil dengan HIV positif dianjurkan untuk melahirkan
dengan operasi Caesar (Wandoyo, 2007).

2. Tidak menyusui
Walaupun ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, ibu dengan
HIV positif dianjurkan untuk menggangti ASI dengan susu formula.
Dengan demikian, kemungkinan penularan virus HIV dari ibu kepada
bayinya akan berkurang. Ini disebabkan 15-30% kasus penularan HIV
dari ibu yang positif HIV kepada bayinya terjadi melalui pemberian
ASI. Jika makanan/susu mudah diperoleh, aman dan dapat diterima
oleh bayi, WHO sangat menganjurkan untuk menyusui, meski begitu,
ASI tetap dianjurkan untuk satu bulan pertama dan di hentikan
sesegera mungkin (Wandoyo, 2007).

Dokter, perwat, dan petugas medis lainnya merupakan orang-orang


yang sangat beresiko tertular virus HIV. Oleh karna itu, ada beberapa
langkah penting yang harus selalu mereka perhatikan (Wandoyo, 2007).
Langkah-langkah tersebut antara lain:

1. Berhati-hati dengan benda tajam, seperti piasu bedah atau jarum


2. Segera musnahkan benda tajam setelah dipakai
3. Cuci tangan setelah melakukan kegiatan medis
4. Gunakan alat pelindung seperti, masker dan sarung tangan
5. Tangani peralatan yang tercemar oleh darah dan cairan tubuh lainnya
dengan hati-hati.

8
D. Stigma Masyarakat terhdap orang yang terkena HIV AIDS
Tujuan ke enam dalam MDGs yaitu menangani berbagai penyakit
menular paling berbahaya. Pada urutan teratas ditujukan untuk menangani
HIV yaitu virus penyebab AIDS di karenakan Apabila tidak ditangani
dengan serius masalah ini dapat mengganggu bahkan mengancam
ketenteraman hidup bangsa Indonesia. Kalopun kemudian dengan
pengobatan yang baik, penderita dapat melanjutkan kehidupan, persoalan
tidak kemudian menjadi selesai bagi ODHA (Asiyah, Pratamaningtyas, &
Suwoyo, 2015).
Ketika mereka berada di masyarakat, Stigma masih menjadi
persoalan yang banyak terjadi. Masyarakat relative masih mudah
memberikan cap atau sebutan kepada seseorang yang diduga mengidap
suatu penyakit yang berbahaya atau menular tanpa berupaya menyelidiki
kebenarannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi Stigma antara lain
bahwa masyarakat masih menganggap HIV/AIDS adalah penyakit yang
mengancam hidup, ketakutan untuk kontak dengan HIV, hubungan
HIV/AIDS dengan perilaku seperti homoseksual, IDU, PSK dan
sebagainya, ODHA dinilai sebagai penyakit yang dibuat sendiri, religi atau
kepercayaan yang menyamakan penyakit ini dengan kesalahan moral,
seperti penyimpangan seks yang pantas mendapat hukuman, status social
ekonomi, usia dan gender (Asiyah, Pratamaningtyas, & Suwoyo, 2015).
Dampak stigma yang masih kuat di masyarakat pada akhirnya akan
menyebabkan perubahan mengenai bagaimana seseorang dipandang oleh
orang lain, penolakan social atau penurunan penerimaan dalam interaksi
social, keterbatasan/ kehilangan kesempatan seperti misalnya tempat
tinggal, pekerjaan, akses terhadap pelayanan kesehatan, perasaan malu dan
benci terhadap diri sendiri, menurunkan kualitas hidup seseorang,
meningkatkan deskriminasi, menambah beban ganda keluarga serta dapat
menghambat upaya pencegahan dan perawatan (Asiyah, Pratamaningtyas,
& Suwoyo, 2015).
Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengatasi masalah stigma di
masyarakat berkaitan dengan HIV/AIDS, diantaranya di pelayanan

9
kesehatan dapat dilakukan dengan cara: membantu penderita untuk
mengatasi ketakutan terhadap status HIV/AIDS, mengajarkan ketrampilan
dalam menangani penderita, sedangkan dimasyarakat dapat dilakukan
upaya melibatkan tokoh masyarakat dalam memasyarakatkan anti stigma.
Dengan upaya-upaya ini, maka diharapkan para penderita HIV/AIDS
dapat diterima di masyarakat dan dapat diberdayakan untuk memandirikan
mereka melalui kegiatan kegiatan social entrepreneurship (Kewirausahaan
Sosial).

E. Interpruner pada ODHA


Pendidikan interpruner merupakan suatu hal yang bisa di lakukan
sebagai upaya pencegahan (preventif) dan pemulihan (rehabilitatif)
kejadian hiv aids. Upaya preventif melalui interpruner bisa di lakukan
dengan menyibukan orang-orang beresiko dengan kegiatan-kegiatan
positif serta berpenghasilan.
Menurut lapona 1998, perempuan menjadi pekerja seks didasari
alasan: karena kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan serta penghasilan
(54%), dikecewakan suami/pasangan (10 %) dan sisanya lain lain.
berdasarkan data tersebut mengindikasikan bahwa salah satu faktor resiko
untuk penyebaran hiv aids di sebabkan oleh kondisi ekonomi yang lemah.
Beban yang berat akan menyebabkan mereka mencari pelarian, misalnya
narkoba dan sex bebas.
Selain itu dengan interpruner juga bisa di upayakan untuk
meningkatkan kualitas hidup odha sebagai bentuk langkah pemulihan
(rehabilitatif) pada ODHA. Karena Berdasarkan survei Dampak Sosial
Ekonomi pada Individu dan Rumah Tangga dengan HIV di Tujuh Provinsi
di Indonesia, didapatkan hasil bahwa rata-rata hilangnya pendapatan akibat
merawat anggota rumah tangga yang sakit, 55% lebih tinggi pada rumah
tangga ODHA dibanding rumah tangga non ODHA. 74% Menyatakan
adanya tambahan pengeluaran akibat infeksi HIV. Rumah Tangga ODHA
mengeluarkan biaya kesehatan 5 kali lebih tinggi dari Rumah Tangga Non-
ODHA (Asiyah, Pratamaningtyas, & Suwoyo, 2015).

10
Rata-rata biaya kesehatan ODHA sendiri 3 kali lebih tinggi dari
Rumah Tangga Non-ODHA. Dari data di atas dapat diketahui bahwa
ODHA dan keluarga ODHA akan menghadapi beban ganda, baik sosial
maupun ekonomi, meskipun mereka masih mendapat obat ARV gratis dari
bantuan pemerintah, namun masih banyak pengeluaran yang dibutuhkan
oleh ODHA dan keluarganya. Kebijakan nasional penanggulangan HIV
dan AIDS menggaris bawahi kebutuhan serangkaian program layanan
yang komprehensif dan bermutu yang menjangkau luas masyarakat dengan
tujuan mencegah dan mengurangi penularan HIV, meningkatkan kualitas
hidup ODHA dan mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat HIV dan
AIDS pada individu, keluarga dan masyarakat (Asiyah, Pratamaningtyas,
& Suwoyo, 2015).
Social Entrepreneurship akhir-akhir ini menjadi makin popular.
Namun di Indonesia sendiri kegiatan ini masih belum mendapatkan
perhatian yang sungguh sungguh dari pemerintah dan para tokoh
masyarakat karena memang belum ada keberhasilan yang menonjol secara
nasional. Pengertian sederhana dari Social Entrepreneur adalah seseorang
yang mengerti permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan
entrepreneurship untuk melakukan perubahan social (social change),
terutama meliputi bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan dan
kesehatan (healthcare). Keberhasilan Sosial Entrepreneurship diukur dari
manfaat yang dirasakan oleh masyarakat (Asiyah, Pratamaningtyas, &
Suwoyo, 2015).
Pemberdayaan ODHA/OHIDHA diyakini merupakan salah satu
kunci bagi penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS. Program
pemberdayaan yang tepat dalam hal ini sangat dibutuhkan (Rima
Jauharoh, 2011 dalam Asiyah, Pratamaningtyas, & Suwoyo, 2015).
Program pemberdayaan merupakan langkah yang positif oleh karena dapat
menjawab kebutuhan sehingga para penderita HIV/AIDS akan mengalami
perubahan perubahan yang positif dan pada akhirnya turut pula
meningkatkan mutu hidup ODHA. Program pemberdayaan untuk ODHA
sejalan dengan prinsip dasar andragogy di mana program pemberdayaan

11
tersebut dipandang oleh ODHA sebagai program pemberdayaan yang
partisipatif dan menempatkan ODHA sebagai subyek bukan obyek
sehingga mereka dapat terlibat dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS. Dengan demikian perlu diadakan penelitian
untuk melihat Pengaruh Program Sosial Enterpreneurship pada ODHA
terhadap Stigma masyarakat tentang HIV/AIDS (Asiyah, Pratamaningtyas,
& Suwoyo, 2015).

12
BAB III

RENCANA KEGIATAN

A. Nama Kegiatan
Pengabdian Kepada Masyarakat
B. Tema Kegiatan
“Saya Berani Sehat Kenali HIV/AIDS Sedini Mungkin”

C. Waktu Dan Tempat Pelaksanan


Hari, Tanggal : Minggu, 23 Juni 2019
Waktu : 16.00-18.00
Tempat : Desa Saribaye, Kecamatan Lingsar

D. Bentuk Kegiatan
Penyuluhan kesehatan kelas A1 tingkat 2 prodi S1 keperawatan Stikes Yarsi
Matarm
1. Penyuluahn kesehatan tentang penularan HIV/AIDS melalui sex bebas
2. Simulasi pemasangan kondom
3. Pelatihan enterpreneur pembuatan pisang goreng

E. Sasaran Kegiatan
Komunitas masyarakat Dusun Sandongan, Desa Saribaye, Kecamatan
Lingsar. yang di latar belakangi oleh keadaan Desa berdasarkan hasil
observasi wawancara yang di lakukan di Desa Saribaye. Menurut pengakuan
masayarakat desa setempat bahwa Desa Saribaye Kec.Lingsar jarangkali
mendapatkan paparan pengetahuan tentang seks dan akibat buruk seks bebas
yang sedang maraknya terjadi. Maka perlu untuk diberikan pengetahuan
tentang bagaimana penularan HIV/AIDS melalui seksual dan memberikan
bekal bagi mereka saat mengahadapi dunia luar pada saat mereka keluar dari
Desa (misalnya bekerja dan merantau terutama dalam pergaulan).

13
F. Susunan Kepanitiaan
Pelindung Pejabat : Ketua Stikes Yarsi Mataram
Zulkahfi. S.kep., Ners., M.kes
Pembina : Tim Pengabdian Masyarakat STKES YARSI
Mataram
Ketua Panitia : M. Abdul Hamid Zubair
Sekertaris : Eti Junia Astuti
Bendahara : Nurimannisa
Dev. Acara
1. Kamalia
2. Ani Candra lestari
3. Elsa Karuniati
4. Bq.Ita Fitriana
5. Maria Ulfa Handayani
6. Anggi Widya Lestari
7. Diyah Ahadyatunnisa

Dev. Perlengkapan
1. I Putu Jaye
2. Agus Setia Budi
3. Iwan Susanto

Dev. Konsumsi
1. Ari Fitria Hartiasih
2. Imelda Syahrilia Ningsih
3. Annis Fitria
4. Dewi Susanti

14
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Penularan HIV/AIDS melalui sex bebas

Sasaran : Remaja Desa Saribaye, Kecamatan Lingsar

Tempat : Desa Saribaye, Kecamatan Lingsar

Hari/tanggal : Minggu, 23 Juni 2019

Waktu : 16.00-18.00 WIB

Penyuluhan : Kelompok II

1. Tujuan
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan remaja Desa
Saribaye, Kecamatan Lingsar dapat mengerti tentang bagaimana pencegahan
HIV AIDS melalui seks bebas.
2. Sasaran
Remaja usia 17-20 tahun
3. Metode
1. Penyuluhan
2. Tanya jawab
3. Simulasi
4. Media
1. Lembar kuisioner pre dan post test
2. LCD
3. Power Point (komputer)
4. Leaflet
5. Properti simulasi pasang kondom
6. Bahan pelatihan interpruner pelatihan pembuatan pisang goreng

15
5. Susunan acara Kegiatan
No Waktu Kegiatan Penanggung jawab
1 16.00-16.10 Pembukaan: MC
1. Memberi salam
2. Menjelaskan tujuan
penyuluhan
3. Menyampaikan
materi/pokok
pembahasaan yang
akan disampaikan
2 16.10 – .16.20 Pre test Panitia
3 16.20 – 17.00 Pelaksanaan : Hamid dan Diyah
Menjelaskan materi
penyuluhan secara
berurutan dan teratur serta
pembagian leaflet.
Materi :
1. Pengertian HIV/AIDS
2. Penularan HIV/AIDS
melalui sex bebas
3. Pencegahan penularan
HIV/AIDS melalui sex
bebas
4. Simulasi Pasang
kondom
4 17.00 – 17.15 Tanya jawab terkait materi panitia
yang disampaikan
6 17.15 – 17.25 Post test panitia
7 17.25 – 17.50 Pelatihan Interpreneur Nurimannisa
8 17.50 – 18.00 Penutup : MC
1. Menyimpulkan materi
yang telah disampaikan

16
2. Pembagian reward
3. Mengucapkan
terimakasih atas
perhatian dan waktu
yang telah diberikan
4. Mengucapkan salam

17
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pencegahan peningkatan angka kasus HIV dan AIDS merupakan suatu hal
yang sangat penting untuk di upayakan sebagai langkah awal untuk
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, berbagai upaya bisa di lakukan
baik itu upaya preventif (pecegahan) maupun upaya kuratif (pengobatan) dan
rehabilitatif (pemulihan).
B. Saran
Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan masayarakat
hendaknya bagi kita semua untuk lebih memahami lagi tentang konsep
penyakit hiv dan adis agar mampu memelihara diri pribadi dari hiv aids serta
menjadi pemeberi edukasi bagi yang lain

18
Daftar Pustaka

Asiyah, S., Pratamaningtyas, S., & Suwoyo. (2015). Pengaruh Program “Social
Enterpreneurship” Kelompok ODHA Terhadap Stigma. Kediri:
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=hubungan+
interpruner+dengan+kehidupan+odha&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3Dz
Q2pPdrUr_sJ. di akses pada tanggal 20 Mei 2019

Muninjaya, A. G. (1999). AIDS di Indonesia Masalah Dan Kebijakan


Penanggulanganya. Jakarta: EGC.

Noviana, N. (2013). Catatan Kuliah Kesehatan Reproduksi & HIV AIDS. Jakarta :
CV. TRANS INFO MEDIA.

Wandoyo, G. (2007). AWAS HIV AIDS. Jakarta: Dinamika Media.

Anda mungkin juga menyukai