Disusun Oleh:
Dokter Muda Stase Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Periode
20 Mei 2019 – 24 Juni 2019
Oleh:
Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan
Klinik Senior di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya Palembang periode 20 Mei 2019 – 24 Juni 2019.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan sukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ilmiah dengan judul
“SKIZOAFEKTIF TIPE BIPOLAR EPISODE MANIK DENGAN GEJALA
PSIKOSIS” untuk memenuhi tugas ilmiah yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya di Departemen Ilmu Kedokteran
Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Palembang.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada dr.
Bintang Arroyantri, Sp.KJ selaku pembimbing yang telah membantu memberikan
bimbingan dan masukan sehingga tugas ilmiah ini dapat selesai. Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan tugas ilmiah ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan tugas ilmiah ini, semoga
bermanfaat.
Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
iv
BAB I PENDAHULUAN
Berdasarkan salah satu studi, insiden gangguan ini sepuluh kali lebih
banyak terjadi di negara berkembang, dan paling sering terjadi pada pasien
dengan keadaan sosioekonomi rendah, pasien dengan gangguan kepribadian
yang sudah ada sebelumnya, dan pada imigran. Gangguan psikosis ini
kebanyakan timbul pada masa remaja dan dewasa muda, namun tidak menutup
kemungkinan timbul pada usia berapapun. Sebuah studi epidemiologi
internasional menyebutkan bahwa insiden gangguan ini dua kali lebih tinggi
pada perempuan daripada laki-laki. Secara umum, gangguan ini memiliki
prognosis yang baik.6 Kesembuhan biasanya terjadi dalam 2-3 bulan, dapat pula
dalam beberapa minggu bahkan beberapa hari, dan sebagian kecil dari pasien
dengan gangguan ini berkembang menjadi keadaan yang menetap dan
berhendaya. 6,7
1.2 Tujuan
Tulisan ilmiah ini disusun sebagai laporan kasus salah satu pasien di RS Ernaldi
Bahar sebagai salah satu sarana pembelajaran mengenai gangguan psikotik, dari
segi teori, kasus di lapangan dan analisis kasus tersebut dengan teori.
I. IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : Nn. ED
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum menikah
Suku/Bangsa : Sumatera Selatan
Pendidikan : S1 (tamat)
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Alamat : Desa Sukaraja Baru, Kecamatan Indralaya
Selatan, Kabupaten Ogan Ilir
Datang ke RS : Jumat, 24 Mei 2019
Cara ke RS : Dibawa oleh keluarga
Tempat Pemeriksaan : IGD RSUD Ernaldi Bahar Palembang
d. Riwayat premorbid
- Lahir : lahir spontan, langsung menangis
- Bayi : tumbuh kembang baik
- Anak-anak : sosialisasi baik
- Remaja : sosialisasi baik
- Dewasa : sosialisasi baik
- Riwayat minum alkohol (-)
- Riwayat NAPZA (-)
e. Riwayat keluarga
- Os merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
- Anggota keluarga dengan gangguan jiwa disangkal.
- Riwayat pada keluarga dengan keluhan yang sama disangkal.
- Hubungan dengan anggota keluarga terjalin baik.
Keterangan:
: Pasien
:Laki-laki
: Perempuan
f. Riwayat pendidikan
Pendidikan terakhir Sarjana Bahasa Indonesia (S1)
g. Riwayat pekerjaan
Tidak bekerja
h. Riwayat gaya hidup
Pasien tidak merokok dan tidak berolahraga setiap minggu.
i. Riwayat perkawinan
Pasien belum menikah.
B. STATUS NEUROLOGIKUS
1) Urat syaraf kepala (panca indera) : tidak ada kelainan
2) Gejala rangsang meningeal : tidak ada kelainan 3) Mata:
Gerakan : baik ke segala arah
Persepsi mata : baik, diplopia tidak ada, visus normal
Pupil :bentuk bulat, sentral, isokor, Ø
3mm/3mm
Refleks cahaya : +/+
Refleks kornea : +/+
Pemeriksaan oftalmoskopi : tidak dilakukan
4) Motorik
Fungsi Motorik Lengan
Gerakan Normal
Kekuatan 5/5
Klonus - - - -
Refleksfisiologis + + + +
Reflekspatologis - - - -
5) Sensibilitas : normal
6) Susunan syaraf vegetatif : tidak ada kelainan
7) Fungsi luhur : tidak ada kelainan
8) Kelainan khusus : tidak ada
C. STATUS PSIKIATRIKUS
KEADAAN UMUM
a. Sensorium : Compos Mentis
b. Perhatian : Atensi inadekuat
c. Sikap : Berubah-ubah
d. Inisiatif : Adekuat
e. Tingkah laku motorik : Gelisah
f. Ekspresi fasial : Wajar
g. Cara bicara : Lancar
h. Kontak psikis : adekuat
i. Kontak fisik : adekuat
j. Kontak mata : adekuat
k. Kontak verbal : adekuat
b. Hidup emosi
Stabilitas : labil
Dalam-dangkal : normal
Pengendalian : terganggu
Adekuat-Inadekuat : adekuat
Echt-unecht : Echt
Skala diferensiasi : normal
Einfuhlung : bisa dirasakan
Arus emosi : stabil
5
c. Keadaan dan fungsi intelektual
Daya ingat : baik
Daya konsentrasi : kemampuan memusatkan dan
mempertahankan perhatian
terganggu
Orientasi orang/waktu/tempat : baik
Luas pengetahuan umum : sulit dinilai
Discriminative judgement : terganggu
Discriminative insight : terganggu
Dugaan taraf intelegensi : sulit dinilai
Depersonalisasi dan derealisasi : tidak ada
b. Isi Pikiran
Waham : ada (curiga tunangannya selingkuh)
Pola Sentral : tidak ada
6
Fobia : tidak ada
Konfabulasi : tidak ada
Perasaan inferior : tidak ada
Kecurigaan : ada
Rasa permusuhan : tidak ada
Perasaan berdosa : tidak ada
Hipokondria : tidak ada
Ide bunuh diri : ada, 3 bulan lalu pasien ingin terjun ke sungai
Ide melukai diri : tidak ada
Lain-lain : tidak ada
Pemilikan pikiran
Obsesi : tidak ada
Aliensi : tidak ada
7
f. Dekorum
Kebersihan : cukup
Cara berpakaian : cukup
Sopan santun : cukup
D. PEMERIKSAAN LAIN
a. Pemeriksaan radiologi/foto thoraks : tidak dilakukan
b. Pemeriksaan radiologi/ CT scan : tidak dilakukan
c. Pemeriksaan darah rutin : tidak dilakukan
d. Pemeriksaan laboratorium : dilakukan
Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
Hemoglobin 11.4 12.0-16.0 gr%
Leukosit 7660 4000-11000 mm3
Laju Endap - 0-20 mm/jam
Darah
Hitung Jenis
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 1 1-3 %
Batang 2 2-6 %
Segmen 68 50-70 %
Limfosit 36 20-40 %
Monosit 3 2-8 %
Hematokrit 38 38-47 %
Trombosit 382000 150000-450000 mm3
Eritrosit 4.6 4.6-6.2 juta/mm3
Glukosa sewaktu 87 <=120 mg/dL
Ureum 15 15-39 mg/dL
Creatinine 0.8 <=1.1 mg/dL
8
SGOT 23 7-40 U/L
SPOT 13 7-41 U/L
V. DIAGNOSIS DIFFERENSIAL
- F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala
psikotik
- F20.0 Skizofrenia paranoid
- F30.2 Mania dengan gejala psikotik
VI. TERAPI
a. Psikofarmaka
- Inj. Haloperidol 1 amp (5mg) i.m, hanya diberikan saat pasien Commented [LE1]: Utk mengatasi gejala psikotik
akut, dikasih waktu gadges aja
gaduh gelisah
- Risperidone 2x2mg p.o Commented [LE2]: Risp: gol atip. Karena dapat
m- gej +-, efek samping lebih sedikit
- Natrium divalproat 1x500 mg p.o Commented [LE3]: Utk menstabilkan mood
b. Tambahan
Fiksasi dengan restrain, dilepaskan ketika pasien sudah tidak
gaduh gelisah
9
c. Psikoterapi Suportif
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya.
- Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien
dalam menghadapi penyakit.
- Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur.
Kognitif
- Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yang timbul akibat cara
berpikir yang salah, mengatasi perasaan, dan sikapnya terhadap
masalah yang dihadapi.
Keluarga
- Memberikan pengertian kepada keluarga tentang penyakit pasien
sehingga diharapkan keluarga dapat membantu dan mendukung
kesembuhan pasien.
Religius
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
10
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Gangguan skizoafektif adalah penyakit dengan gejala psikotik yang
persisten, seperti halusinasi atau delusi, terjadi bersama-sama dengan masalah
suasana (mood disorder) seperti depresi, manik, atau episode campuran. Gangguan
skizoafektif diperkirakan terjadi lebih sering daripada gangguan bipolar. Suatu
gangguan psikotik dengan gejalagejala skizofrenia dan manik sama-sama menonjol
dalam satu episode penyakit yang sama.8
Kriteria dignostik untuk gangguan skizoafektif yaitu terdapat gejala
skizofrenia dan gejala gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang
bersamaan atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain tetapi masih dalam
satu episode penyakit yang sama. Diagnosa gangguan ini tidak ditegakkan untuk
pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan gangguan perspektif tetapi dalam
episode penyakit yang berbeda. Gangguan mood yaitu kelainan fundamental dari
kelompok gangguan ini yaitu gangguan suasana perasaan yang biasanya mengarah
ke depresi atau ke arah elasi.8
Gangguan skizoafektif yaitu gejala skizofrenia dan gangguan afektif
samasama menonjol atau dalam beberapa hari sesudah yang lain, tetapi dalam satu
episode penyakit (tidak memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia maupun gangguan
afektif). Pedoman diagnosis gangguan skizoafektif tipe manik berdasarkan PPDGJ-
III yaitu 1). Kategori ini digunakan baik untuk episode skizofrenia tipe manik yang
tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode
skizoafektif tipe manik. 2). Afek harus meningkat secara menonjol atau ada
peningkatan afek yang tidak begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau
kegelisahan yang memuncak. 3). Dalam episode yang sama harus jelas ada
sedikitnya satu atau lebih baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas. Pemeriksaan
status psikiatri pada pasien ditemukan didapatkan penampilan wajar, roman muka
tampak gembira, kontak verbal dan visual cukup, mood euforia, afek inappropriate,
bentuk pikir logis realis, arus pikir koheren, isi pikir waham kebesaran dan curiga
ada, pada dorongan instingtual didapatkan ada riwayat insomnia dan raptus.8
11
3.2 Epidemiologi
Prevalensi seumur hidup dari gangguan skizoafektif adalah kurang dari 1%,
kemungkinan dalam rentan 0,5‐0,8%. Namun, angka tersebut adalah angka
perkiraan, pada pria lebih rendah dari pada wanita. Onset umur pada wanita lebih
besar daripada pria. Pada usia tua gangguan skizoafektif tipe depresif lebih sering
sedangkan untuk usia muda lebih sering gangguan skizoafektif tipe bipolar.
Lakilaki dengan gangguan skizoafektif kemungkinan menunjukkan perilaku
antisosial.9
3.3 Etiologi
Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, tetapi empat model
konseptual telah diajukan:10
1. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau
suatu tipe gangguan mood.
2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari
skizofrenia dan gangguan mood.
3. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang
berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun suatu
gangguan mood.
4. Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah
kelompok gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga
kemungkinan yang pertama.
Meskipun banyak riset famili dan genetik mengenai ganggua skizoafektif
didasarkan pada alasan bahwa skizofrenia dan gangguan mood merupakan entitas
terpisah, beberapa data menunjukan bahwa kedua gangguan tersebut terkait secara
genetik. Beberapa kebingungan yang timbul pada studi famili pasien gangguan
skizoafektif dapat merefleksikan perbedaan nonabsolut antara dua gangguan
primer. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila studi keluarga pasien dengan
gangguan skizoafektif melaporkan hasil yang tidak konsisten. Peningkatan
prevalensi skizofrenia tidak ditemukan dalam kerabat proban dengan gangguan
skizoafektif tipe bipolar; namun keluarga pasien dengan gangguan skizoafektif tipe
depresif berisiko lebih tinggi mengalami skizofrenia dari pada gangguan mood.10
12
3.4 Gambaran Klinis
Anamnesis
Adanya perasaan sedih dan hilangnya minat, berlnagsung paling sedikit dua minggu
atau rasa senang berlebihan yang berlangsung paling sedikit satu minggu. Gejala-
gejala tersebut muncul bersamaan dengan pembicaraan kacau, waham, halusinasi,
perilaku kacau, atau gejala negatif.11
Subtipe
Ada dua subtipe gangguan skizoafektif yaitu: 11
1. Tipe bipolar yaitu bila terdapat episode manik atau campuran. Selain itu
juga ditemui episode depresif mayor.
2. Tipe depresif yaitu bila hanya episode depresif mayor.
“thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya (withdrawal); dan
“thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya;
b) “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
13
“delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar;(tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk
kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus)
“delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
c) Halusinasi Auditorik:
• Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien, atau
• mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
• jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
mahluk asing dan dunia lain)
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau
berbulan-bulan terus menerus;
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),
yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau
neologisme;
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
14
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi
atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal).
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu
sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan penarikan diri secara
sosial.1
3.5 Diagnosis
a. Kriteria diagnosis DSM-IV-TR
Dokter harus mendiagnosis secara akurat penyakit afektif. Memastikan
bahwa diagnosis memenuhi kriteria baik episode manik maupun episode depresif
dan juga menentukan lama setiap episode secara tepat (tidak selalu mudah atau
mungkin dilakukan). Lamanya setiap episode harus diketahui karena dua alasan.
Pertama, memenuhi kriteria B (gejala psikotik tanpa sindrom mood), seseorang
harus mengetahui kapan episode afektif berakhir dan psikosis terus terjadi. Kedua,
memenuhi kriteria C, lama semua episode moodharus digabungkan dan
dibandingkan dengan lama total penyakit.12
Jika komponen mood muncul dalam jumlah yang bermakna pada penyakit
total makakriteria terpenuhi. Mengkalkulasi lama total episode sulit dilakukan dan
tidak membantu karena istilah “jumlah yang bermakna” tidak dijelaskan. Pada
praktiknya sebagian besar klinisi mencari komponen mood sebanyak 15 sampai 20
persen dari penyakit total. Pasien yang mengalami satu episode manik penuh selama
2 bulan tetapi mengalami gejala skizofrenia selama 10 tahun tidak memenuhi
kriteria gangguan skizoafektif.12
15
A. Periode penyakit tidak terputus berupa, pada suatu waktu, episode depresif
mayor, episode manik atau episode campuran yang terjadi bersamaan
dengan gejala yang memenuhi kriteria A skizofrenia.
Catatan : episode depresif mayor harus mencakup kriteria A1: mood
depresi.
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama
sekurang-kurangnya 2 minggu tanpa gejala mood yang menonjol.
C. Gejala yang memenuhi kriteria episode mood timbul dalam jumlah yang
bermakna pada durasi total periode aktif dan residual penyakit.
D. Gangguan tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (contoh; obat
yang disalah gunakan, suatu obat) atau keadaan kesehatan umum.
Tentukan tipe :
Tipe bipolar : jika gangguan mencakup episode manik atau campuran
(atau episode manik atau campuran dan episode depresif mayor)
Tipe depresif : jika gangguan hanya mencakup episode depresif mayor.
3. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood mayor yang hadir untuk
mayoritas total durasi dan residual penyakit.
4. Gangguan tidak disebabkan oleh efek dari zat (misalnya, penyalah gunaan
obat, medikasi) atau kondisi medis lain.12
17
1. Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe depresif
yang tunggal, dan untuk gangguan berulang dimana sebagian besar
episode didominasi oleh skizoafektif tipe depresif.
2. Afek depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala khas,
baik depresif maupun kelainan perilaku terkait seperti tercantum dalam
uraian untuk episode depresif (F32).
3. Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu dan sebaiknya
ada dua, gejala khas skizofrenia (sebagaimana ditetapkan dalam
pedoman diagnostik skizofrenia, F20- (a) sampai (d))
• Pedoman diagnostik Gangguan Skizoafektif tipe campuran menurut
PPDGJ-III yaitu:
1. Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia (F20.-) berada secara
bersama-sama dengan gejala-gejala afektif Bipolar campuran (F31.6).
18
3.7 Tatalaksana
Pengobatan pada skizoafektif terdiri dari pengobatan secara psikofarmaka dan
psikoterapi. Pengobatan untuk dengan gangguan skizoafektif merespon baik
terhadap pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat
mood stabilizer atau pengobatan dengan antipsikotik saja. Karena pengobatan yang
konsisten penting untuk hasil terbaik, psikoedukasi pada penderita dan keluarga,
serta menggunakan obat long acting bias menjadi bagian penting dari pengobatan
pada gangguan skizoafektif. Farmakoterapi yang digunakan adalah risperidon 2x4
mg, fluoxetine 1x10 mg. Pengobatan harus sesuai dengan tipe atau episode
skizoafektif yang terjadi. Karena episode skizoafektif sangat membedakan
pemberian obat yang akan diberikan. Pada keadaan manik akan obat antimanik dan
pada saat depresif akan diberikan antidepresif. Farmakoterapi untuk mengatasi
gejala skizoafektif tipe manik yaitu pengobatan dengan obat antipsikotik yang
dikombinasikan dengan obat mood stabilizer atau pengobatan dengan antipsikotik
saja. Cara kerja mood stabilezer yaitu membantu menstabilkan kimia otak tertentu
yang disebut neurotransmitters yang mengendalikan temperamen emosional dan
perilaku dan menyeimbangkan kimia otak tersebut sehingga dapat mengurangi
gejala gangguan kepribadian.13
3.8 Prognosis
Prognosis skizoafektif lebih baik dari pada skizofrenia tetapi lebih buruk bila
dibandingkan dengan gangguan mood. Perjalanan penyakitnya cenderung tidak
mengalami deteriorasi dan responsnya tehadap litium lebih baik daripada
skizofrenia. Onset biasanya akut, perilaku sangat terganggu, namun penyembuhan
secara sempurna dalam beberapa minggu.14
19
BAB IV ANALISIS KASUS
21
yang bersamaan (simultaneously) atau dalam beberapa hari yang satu
sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana,
sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik
skizofrenia maupun episode manik atau depresif.
1. Tidak dapat digunakan pada pasien yang menampilkan gejala
skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang
berbeda.
2. Bila seseorang skizofrenik menunjukan gejala depresif setelah mengalai
suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi pasca-
skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif
berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau
campuran dari keduanya (F25.2). pasien lain mengalami satu atau dua
episode skizoafektif terselip di antara episode manik atau depresif (F30-
F33).
• Pedoman diagnostik Gangguan Skizoafektif tipe Manik menurut PPDGJ-
III yaitu:
4. Kategori ini digunakan baik untuk episode skiziafektif tipe manik yang
tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar
episode skizoafektif tipe manik.
5. Afek harus menigkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang
tidak begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan
yang memuncak.
6. Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik
lagi dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk
skizofrenia, F20-pedoman diagnostik (a) sampai (d))
2) Aksis II
Gangguan kepribadian paranoid karena pasien sering cemburu dan curiga
dengan tunangannya yang merupakan seorang dukun dan mengatakan bahwa
calon tunangannya selingkuh dengan seorang janda.
3) Aksis III
Tidak ditemukan diagnosis karena tidak ada gangguan medis lain pada pasien.
4) Aksis IV
22
Stressor: putus obat, masalah interpersonal
5) Aksis V
Pasien mengalami gejala berat (serius), disabilitas berat. GAF Scale 50.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
10. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry:
Behavioral sciences/clinical psychiatry.10th edition. Philadelphia: Lippincott
Williams and WOLTERS Kluwer business.2007.
11. Amir N. Buku Ajar Psikiatri Fakultas Kedokteran Universias Indonesia. Edisi
kedua. Jakarta:
12. Jeste V et al. Diagnostic and Statistical Manual of Manual of Mental Disorders,
Fifth Edition. American Psychiatric Association. 2013.
25