ACARA VIII
PENENTUAN PENYEBARAN KUALITAS AIR
(pH, DHL, DO, TDS, dan Salinitas)
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat mengetahui penyebaran kualitas air (pH, DHL,
D0,TDS dan DO) dengan melakukan pengukuran menggunakan alat pada
sampel air.
yang berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan tanah, sebagian
menguap dan sebagian lainnya mengalir ke sungai, lalu disimpan di dalam
danau, waduk, dan rawa-rawa yang terdapat dalam suatu wilayah yang
disebut watershed atau drainage basin (daerah aliran sungai atau DAS).
Pada umumnya air permukaan akan mendapat pengotoran selama
pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun,
kotoran industri kota, dan sebagainya. Sumber air tawar dibedakan
menjadi air tanah dana air permukaan. Air tanah dikenal dengan akuifer
yang terletak pada kedalaman tertentu. Pemanfaatannya menggunakan
sumur resapan. Air permukaan dapat berupa sumur dangkal, mata air,
sungai, danau dan daerah aliran sungai (DAS).
Beberapa perbedaan kondisi lingkungan antara air tanah dan
permukaan terjadi, maka masing-masing akan mempunyai keunggulan
dan kelemahan. Kualitas air tanah relatif stabil. Air permukaan sangat
mudah dipengaruhi oleh pencemaran, sehingga manusia cenderung
menggunakan air tanah untuk suatu kebutuhan air dengan kualitas yang
tetap. Kualitas air tanah yang stabil sangat cocok untuk keperluan industri
yang memerlukan standar kualitas air tertentu (Sastranegara, 2004).
Pemanfaatan sumberdaya air, baik untuk keperluan industri, pertanian
(termasuk peternakan) maupun untuk keperluan manusia perlu terlebih
dahulu ditentukan status kualitas airnya (baku mutu air). Telah
dikemukakan bahwa membicarakan kualitas air (permukaan) pada
dasarnya adalah membicarakan karakteristik kualitas air yang berasal dari
sumber perairan alamiah maka uraian tentang kualitas air akan dimulai
dengan membahas karakteristik-karakteristik fisik seperti suhu dan bahan
terlarut dalam air serta karakteristik lain (kimia) yang terbentuk oleh
molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang larut air, misalnya pada air
buangan rumah tangga dan industri pencucian.
5. Salinitas
IV. Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam
tanah. Kandungan garam pada sebagian danau, sungai, dan saluran alami sangat kecil sehingga airdi tempat ini dikategorikan sebagai
air tawar dengan kandungan garam kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila
konsentrasinya 3 – 5%. HASIL PRAKTIKUM
Tabel 8.2 Data Lapangan Kualitas Air
Pengamatan Lapangan
No elevasi pH DO DHL TDS SALINITAS
Kondisi fisik air sumur Kondisi Sekitar
1 136 6 8,1 359 178 jernih tidak berwarna Perumahan
2 137 6 6,8 450 226 jernih tidak berwarna Perumahan
3 143 6 10 259 127 jernih tidak berwarna perumahan, jarak septiktank 2 m
4 151 6 8,7 223 114 jernih tidak berwarna deket tegalan dan makam
5 144 6 10,6 255 127 jernih tidak berwarna dekat sawah dan produksi batako
6 158 6 7,7 233 101 jernih tidak berwarna dekat sawah dan produksi batako
7 164 6 6,5 293 153 jernih tidak berwarna peternakan dan dekat tegalan
8 161 6 12,1 205 103 jernih tidak berwarna Kebun tebu dan peternakan
9 159 6 4,4 275 141 jernih tidak berwarna Perumahan
10 145 6 3,9 253 121 jernih tidak berwarna Jarak ke septiktank 1,5 m
Perhitungan interpolasi DO Desa Tridadi Kecamatan Sleman (terlampir)
Perhitungan interpolasi DHL Desa Tridadi Kecamatan Sleman (terlampir)
Gambar alat dan kegiatan lapangan (terlampir).
V. PEMBAHASAN
Praktikum Hidrologi Lingkungan acara yang kedelapan berkaitan dengan
penentuan penyebaran kualitas air mencakup pH, Daya Hantar Listrik (DHL),
Dissolved Oxygen (DO), Total Dissolved Solid (TDS), dan salinitas. Lokasi
pengambilan sampel air tanah yang dilakukkan terletak pada Kelurahan
Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Akan tetapi, penelitian hanya dilakukkan pada Desa
Purwomartani Selatan yang berbatasan langsung dengan Kelurahan
Maguwoharjo di sebalah barat, Kelurahan Tirtomartani di sebelah timur,
Kelurahan Tegaltirto dan Kalitirto di sebelah selatan. Peta yang digunakan
berupa peta administrasi, peta topografi, dan peta penggunaan lahan Kelurahan
Purwomartani Selatan berskala 17.500. Berdasarkan peta topografi diketahui
elevasi tertinggi sebesar 168,75 mdpl di bagian utara dan terendah sebesar 112,5
mdpl pada bagian selatan.Terdapat 10 titik jernih dan tidak berbau pengambilan
sampel air tanah.
Pengambilan sampel dilakukkan dengan memperlihatkan setiap
penggunaan lahan yang ada pada daerah penelitian. Teknik pengambilan sampel
dilakukkan dengan memasukan air tanah dari sumur ke dalam ember.
Selanjutnya, air tersebut diambil dengan mengambil air tersebut dengan botol
sampai tidak ada udara yang ada dalam botol. Hal tersebut dimaksudkan agar
salah satu parameter berupa DO tidak mengalami peningkatan dan agar
merepresentasikan kondisi di lapangan. Secara keseluruhan kondisi fisik air
sumur dengan kondisi lingkungan sekitar yang beragam. Kondisi lingkungan
sekitarnya antara lain perumahan, pemakaman, tegalan, persawahan, peternakan,
dan perkebunan.Perbedaan kondisi lingkungan sekitar tentunya akan
mempengaruhi kualitas air tanah pada sumur tersebut baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung dapat diketahui dari sifat
fisik air tersebut sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu dari komposisi
kimianya.
Pola persebaran kualitas air dengan berbagai parameter yang ditentukan
menunjukkan nilai yang secara umum cukup merata. Walaupun di beberapa titik
menunjukkan perbedaan nilai pada parameter yang cukup signifikan. Akan
tetapi, perbedaan nilai tersebut hanya pada titik tertentu tidak mencakup area
yang cukup luas. Adanya perbedaan nilai parameter di masing-masing titik
pengambilan air tentu sangat bergantung pada kondisi lingkungan sekitarnya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut dapat ditinjau dari
penggunaan lahan.
Pengukuran nilai pH yang dilakukkan dengan menggunakan pH strip dari
kesepuluh titik pengambilan sampel air menunjukkan nilai pH sebesar 6. Secara
keseluruhan pengambilan sampel memiliki pH yang sama walapun dengan
kondisi lingkungan sekitar yang berbeda. Faktor yang menyebabkan terjadinya
kesamaan pH pada daerah penelitian salah satunya penggunaan alat untuk
mengetes pH tersebut. Berdasarkan standar baku mutu air Pergub No. 20 Tahun
2008 masih memenuhi baku mutu air yang dianjurkan sebagai bahan baku air
minum yaitu berkisar antara pH 6 sampai 8,5. Selain itu, dengan nilai pH
sebesar 6 maka air sumur didaearh penelitian tergolong ke dalam air kelas I.
Faktor yang mempengaruhi nilai derajat keasaman dalam air antara lain suhu
udara, senyawa kimia terlarut, dan litologi batuan. Semakin tinggi suhu udara
maka derajat keasaman akan semakin turun sedangkan apabila batuan disekitar
akuifer merupakan jenis batuan asam tentu akan menurunkan pH air.
Pengukuran nilai daya hantar listrik (DHL) dilakukkan dengan
menggunakan EC meter. Berdasarkan hasil pengukuran pada sepuluh titik
sumur didapatkan nilai DHL tertinggi sebesar 450 μs/cm pada titik sumur ke-2
sedangkan nilai terendah sebesar 205 μs/cm pada titik-8. Berdasakan hasil
pembuatan peta kualitas air dengan parameter DHL, terdapat dua area dengan
nilai DHL 200-400 μs/cm yang ditandai dengan warna coklat tua dan DHL >
400 μs/cm ditandai dengan warna coklat muda. Sebagian besar nilai DHL pada
daerah penelitian berkisar antara 200-400 μs/cm yang terletak di hampir seluruh
daerah sedangkan nilai DHL >400 μs/cm hanya terdapat pada daerah selatan.
Jika disesuaikan dengan titik sumur pengambilan sampel yaitu berupa
pemakaman umum. Adanya zat-zat dari jasad manusia yang banyak
mengandung garam-garam terlarut menjadi faktor utama tingginya nilai DHL.
Nilai DHL memiliki hubungan erat dengan nilai TDS. Hal tersebut karena di
dalam larutan terlarut dapat mengandung larutan-larutan garam dengan
konsentrasi tertentu.
Pengukuran kadar Dissolved Oxygen (DO) dengan menggunakan alat
Intellegence Meter untuk keseluruhan sampel. Nilai kadar DO akan
merepresentasikan kandungan oksigen yang terlarut dalam air tersebut. Hasil
pengukuran kadar DO menunjukkan nilai tertinggi sebesar 12,1 mg/L pada titik
sumur ke-8 sedangkan nilai terendah sebesar 3,9 mg/L pada titik sumur ke-10.
Selanjutnya berdasarkan pembuatan peta kualitas air parameter DO terdapat tiga
zona dengan kadar DO<5 mg/L, 5 mg/L <DO<10 mg/L, dan DO>5 mg/L.
Sebagian besar daerah penelitian memiliki kadar DO < 5 mg/L. Jika
dibandingkan dengan baku mutu Pergub DIY termasuk ke dalam kelas II
dimana diperuntukkan sebagai pengairan lahan pertanian maupaun budidaya
ikan. Faktor yang mempegaruhi kadar DO antara lain suhu yang akan
mempengaruhi kelarutan oksigen. Selanjutnya, daerah dengan DO >10 mg/L
terletak di bagian barat dan timur laut sehingga air tersebut dapat digunakan
sebagai bahan baku air minum.
Hasil pengukuran TDS dengan didapatkan niali tertinggi sebesar 226
mg/L pada titik sumur ke-2 dan nilai terendah sebesar 101 mg/L pada titik ke-6.
Berdasarkan hasil pembuatan peta kualitas air parameter TDS menunjukkan
terdapat tiga area antara lain TDS<120 mg/L, 120 mg/L<TDS<180 mg/L, dan
180 mg/L>TDS. Sebagian besar daerah penelitian memiliki nilai 120
mg/L<TDS<180 mg/L khususnya pada bagian tengah penelitian. Berdasarkan
kondisi lapangan nilai TDS tinggi khususnya pada sumur 2 diketahui bahwa
lingkungan sekitarnya berupa pemakaman.. Secara keseluruhan nilai TDS
daerah penelitian masih dibawah baku mutu dan masih dapat digunakan sebagai
baku mutu air minum.
Hubungan antara setiap parameter terjadi antara TDS dan DHL. Semakin
tinggi nilai TDS maka semakin tinggi pula nilai DHL. Hal tersebut disebabkan
didalam padatan terlarut dapat terdiri atas garam-garam yang dapat mengalami
ionisasi sehingga dapat menghantarkan listrik. Selanjutnya jika nilai pH
semakin rendah maka akan meningkatkan nilai DHL air tersebut. Hal tersebut
didasarkan bahwa pH rendah akan memiliki sifat asam sehingga banyak
mengandung ion H+. Semakin banyak ion H+ dalam air maka akan
meningkatkan daya hantar listrik dalam air tersebut sehingga nilai DHLnya
semakin tinggi.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan perhitungan dan analisis yang telah dilakukkan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Asrifah, Dina, dkk. 2015. Buku Panduan Praktikum Hidrologi Lingkungan.
Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Boyd, C.E. 1982. Water Quality in Warm Water Fish Pond. Alabama, USA:
Auburn, University Agricultural Experimenta Satation.
Peraturam Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No. 20 Tahun 2008 tentang
Baku Mutu Air Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Salmin, 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan.
Jurnal Oseana Volume 3.
Sastranegara, Moh Husein. 2013. Pengelolaan Air Permukaan. Purwokerto:
Universitas Jendral Soedirman Purwokerto.
Sudadi, Purwanto. 2003. Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin
Environtmental Geology) Volume 13 No.02.