HALAMAN JUDUL
TESIS
WIDIASARI
1506779126
UNIVERSITAS INDONESIA
TESIS
WIDIASARI
1506779126
Universitas Indonesia
iii
Universitas Indonesia
iv
Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 9 Januari 2018
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
peneliti dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Magister Ilmu Keperawatan peminatan kepemimpinan dan
manajemen keperawatan pada Program Studi Magister Ilmu Keperawatan, Fakultas
Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.
Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
awal bimbingan sampai penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi peneliti untuk
menyelesaikan. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia;
2. Dr. Hanny Handiyani, S.Kp., M.Kep selaku dosen pembimbing 1 yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam
penyusunan tesis ini;
3. Dr. Enie Novieastari, S.Kp., MSN selaku dosen pembimbing 2 yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam
penyusunan tesis ini;
4. Tuti Afriani, S.Kp., M.Kep selaku penguji yang banyak memberikan saran,
masukan, dan perbaikan peneliti dalam tesis ini;
5. Sri Purwaningsih, S.Kp., M.Kes. selaku penguji yang banyak memberikan saran,
masukan, dan perbaikan peneliti dalam tesis ini;
6. Seluruh Dosen dan Staf pada Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia;
7. Keluarga, teman-teman, dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
tesis penelitian ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Peneliti berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang
telah membantu.
Depok, Januari 2018
Peneliti
BSTRAK
Universitas Indonesia
vii
¹Program Studi Magister Ilmu Keperawatan, Peminatan Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan,
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat
²Departemen Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar Fakultas Ilmu Keperawatan,
Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia
Email: widiasarisolichin17@gmail.com
Abstrak
Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan di Indonesia mayoritas masih kurang puas.
Penyebab ketidakpuasan pasien di antaranya faktor kesalahan identifikasi, komunikasi, pemberian obat,
dan risiko jatuh. Penelitian bertujuan mengidentifikasi hubungan penerapan keselamatan pasien dengan
kepuasan pasien di Rumah Sakit X. Desain penelitian menggunakan pendekatan cross sectional dengan
menyebarkan kuesioner kepada 143 pasien, pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling.
Data dianalisis menggunakan independent t-test dan uji chi-square. Hasil penelitian didapatkan ada
hubungan penerapan keselamatan pasien dengan kepuasan pasien (p= 0,001, OR=1,216). Karakteristik
pasien berupa umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan kelas rawat tidak berhubungan dengan
kepuasan pasien (p= 0,331; 0,818; 0,949, 1,000; dan 0,382). Hasil penelitian juga didapatkan bahwa
penerapan aspek keselamatan pasien berupa reassessment pasien risiko jatuh dan dimensi kehandalan
(memberi petunjuk) ketika melakukan tindakan keperawatan masih belum optimal sehingga menjadi
saran untuk ditingkatkan agar kepuasan pasien di rumah sakit X semakin meningkat.
Abstract
The level of patient satisfaction on nursing service in Indonesia majority still less satisfied. The causes of
patient dissatisfaction include the factors of misidentification, communication, drug delivery, and risk of
falls. The study aimed to identify the relationship of patient safety implementation with patient
satisfaction in Hospital X. The research design used cross sectional approach by distributing
questionnaires to 143 patients, sampling using cluster random sampling. Data were analyzed using
independent t-test and chi-square test. The result of the research shows that there is relationship of
patient safety implementation with patient satisfaction (p = 0.001, OR = 1.216). Patient characteristics of
age, sex, education, occupation, and nursing class were not related to patient satisfaction (p = 0.331,
0.818, 0.949, 1.000 and 0.382). The result of the research also found that the application of patient safety
aspect in the form of reassessment of patient risk and fall dimension of reliability (giving guidance) when
doing nursing action still not optimal so become suggestion to be improved so patient satisfaction in
hospital X increasing
DAFTAR ISI
Universitas Indonesia
viii
HALAMAN JUDUL....................................................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS........................................................ iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... vi
ABSTRAK..........................................................................................................................................vii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... viii
DAFTAR DIAGRAM..................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................................xi
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................1
2.1
Latar Belakang 1
2.2
Rumusan Masalah 5
2.3
Tujuan Penelitian 6
2.4
Manfaat Penelitian 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................8
2.1 Keselamatan Pasien 8
2.2 Kepuasan Pasien 15
2.3 Manajemen Keperawatan 22
2.4 Kerangka Teori 25
BAB 3 KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL 26
3.1 Kerangka Konsep Penelitian 26
4.2 Hipotesis 27
4.3 Definisi Operasional 28
BAB 4 METODE PENELITIAN...............................................................................................32
4.1 Rancangan Penelitian 32
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian 32
4.3 Tempat Penelitian 35
4.4 Waktu Penelitian 35
4.5 Etika Penelitian 36
4.6 Instrumen Pengumpulan Data 38
4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas 40
4.8 Pengumpulan Data 41
4.9 Pengolahan Data 42
4.10 Analisis Data 44
BAB 5 HASIL PENELITIAN.....................................................................................................46
5.1 Gambaran Karakteristik Pasien 46
5.2 Gambaran Penerapan Keselamatan Pasien 47
5.3 Gambaran Kepuasan Pasien 47
Universitas Indonesia
ix
Universitas Indonesia
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 2.1 Kerangka Teori Penelitian........................................................................ 25
Diagram 3.1 Definisi Operasional Penelitian Variabel Bebas...................................... 27
Diagram 4.1 Desain Penelitian Hubungan Penerapan Keselamatan Pasien dengan
Kepuasan Pasien di Rumah Sakit............................................................ 32
Gambar 4.2 Kerangka Kerja Pelaksanaan Penelitian Hubungan Penerapan Keselamatan
Pasien dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit.....................................36
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
Ketidakpuasan pasien saat dirawat di rumah sakit disebabkan oleh beberapa faktor.
Faktor kesalahan identitas masih sering terjadi yaitu kekeliruan identitas pasien
terutama di unit perawatan intensif, ruang operasi dan keadaan darurat. Faktor
komunikasi, penyebab terbanyak dikarenakan kesalahan dari penerapan keselamatan
pasien yang menimbulkan masalah di rumah sakit adalah komunikasi. Komunikasi
menjadi faktor dominan penyebab kesalahan di rumah sakit Swedia sebesar 67%
(Göras, Wallentin, Nilsson, & Ehrenberg, 2013). Kegagalan berkomunikasi dapat pula
mengakibatkan kesalahan pengobatan 75% yaitu pemberian obat melebihi dosis
(Smith, 2016). Operasi di tempat yang salah dan akuisisi operasi tidak tepat, menjadi
perhatian yang yang sangat penting ketika prosedur intra operasi (Ulrich & Kear, 2014).
Peningkatan risiko infeksi, penelitian di Polandia dari 1097 kasus infeksi masih
ditemukan di rumah sakit 957 kasus atau 87,2% (Deptu, Trejnowska, Ozorowski, &
Hryniewicz, 2015). Risiko jatuh di Amerika Serikat, ratusan ribu pasien jatuh di rumah
sakit setiap tahun, dengan 30-50% mengakibatkan cedera.1-6 pasien yang cedera
memerlukan perawatan tambahan waktu dirawat (JCI, 2015). Berbagai faktor penyebab
ketidakpuasan pasien dikarenakan penerapan keselamatan pasien yang belum optimal.
Penerapan keselamatan pasien dapat menurunkan risiko cedera dan membuat asuhan
pasien lebih aman. Keselamatan pasien merupakan upaya meminimalkan cereda hingga
ke tingkat minimum yang dapat diterima (Panesar, Stevens, Salvilla, & Sheikh, 2017).
Keselamatan pasien adalah sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi
asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis
2 Universitas Indonesia
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko (PMK RI, 2017). Keselamatan pasien
membutuhkan tindakan yang strategis dalam penerapannya di rumah sakit.
Penerapan keselamatan pasien yang kurang efektif dapat terjadi pada identifikasi
pasien, kesalahan dalam komunikasi, kesalahan titik operasi, kesalahan obat, infeksi di
rumah sakit dan pasien jatuh. Potensi kesalahan biasa terjadi pada identifikasi pasien
salah pemberian nama pasient, komunikasi pada saat discharge planning tidak lengkap,
dan kurang pengontrolan pasien mengakibatkan pasien jatuh. Kesalahan penerapan
keselamatan pasien terbanyak adalah komunikasi yang tidak efektif. Komunikasi di
rumah sakit Swedia didapatkan faktor paling dominan yaitu 67% (Göras et al., 2013).
Identifikasi risiko dari tahapan layanan dan kondisi pasien harus dilakukan untuk
menentukan tindakan pengurangan risiko. Pengendalian risiko merupakan bentuk
penerapan keselamatan pasien sesuai standar dapat meningkatkan mutu asuhan
keperawatan.
3 Universitas Indonesia
4
Kerugian yang terjadi sebagai akibat tidak dipedulikannya keselamatan pasien cukup
banyak. Banyak pasien terkena terkena dampak kesalahan medis berupa cacat ringan
sebanyak 70%, 7% pasien menderita cacat tetap, dan 13% terjadi fatal accident
(Collinson, Thorne, Dee, MacIntyre, & Pidgeon, 2013). Hasil penelitian di London
dilaporkan 456 insiden yang berhubungan dengan keselamatan pasien selama 54 bulan.
Sebagian besar insiden terjadi di ruang rawat (80%). Jenis insiden yang paling sering
terjadi adalah kesalahan pengobatan (62%). Insiden ini terutama terjadi saat meresepkan
sebesar 30% dan 29% pemberian obat dan diikuti oleh 26% komunikasi yang kurang
tepat. Masalah ini terutama terjadi antara berbagai kelompok profesional perawatan
kesehatan dan antar departemen yang berbeda (Scharein & Trendelenburg, 2013).
Kerugian yang diakibatkan karena keselamatan pasien terjadi di rumah sakit luar
maupun dalam negeri sendiri.
Rumah Sakit Persahabatan merupakan rumah sakit pendidikan tipe A, menjadi rumah
sakit pusat respirasi terkemuka di Asia Pasifik tahun 2019 adalah visinya. Rumah Sakit
Persahabatan berdiri pada 1963 sebagai sumbangan dari pemerintah Rusia. Rumah sakit
Persahabatan pada 18 Desember 2016 telah terakreditasi KARS-SERT/179/XII/2015
versi 2012 lulus paripurna. Pada 2 November 2016, ditetapkan sebagai rumah sakit
rujukan nasional berdasarkan menteri kesehatan RI NoHK.02./MENKES/566/2016.
Keselamatan pasien di Rumah Sakit Persahabatan telah berjalan sesuai standar JCI
2017. Tingkat kepuasan pasien di Rumah Sakit Persahabatan terus membaik.
Universitas Indonesia
5
85,97% dan 85,97%. Berdasarkan wawancara 5 perawat pada 24 Juni 2017 didapatkan
data bahwa identifikasi gelang pasien yang berasal dari poliklinik beberapa kali belum
dipasang. Pada bulan Maret 2016 pasien pindahan dari ICU ke ruang rawat, mengalami
infeksi luka tekan tidak diinfokan telah dilakukan pemeriksaan mikrobiologi, sehingga
di ruangan dilakukan pemeriksaan mikrobiologi ulang. Komunikasi perawat ketika
hand over belum efektif. Observasi ketika perawat melakukan hand over juga masih
belum optimal, tidak semua perawat mendengar dan mengetahui masalah keperawatan
pada pasien kelolaannya.
Universitas Indonesia
6
Universitas Indonesia
7
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Keselamatan pasien rumah sakit merupakan suatu sistem di rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis kejadian,
kemampuan belajar dari kejadian dan tindak lanjutnya serta usaha mencari jalan terbaik
untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya (PMK RI, 2017).
Tujuan keselamatan pasien menurut Joint Commission International (JCI, 2017) yaitu:
1) Meningkatkan ketepatan pada identifikasi pasien yaitu digunakan 2 identitas pasien
minimal nama dan tanggal lahir pasien, untuk mengidentifikasi dan meminimalisir
8 Universitas Indonesia
9
Sasaran kedua adalah meningkatkan komunikasi efektif yang singkat, akurat, lengkap,
jelas dan mudah dimengerti oleh penerima pesan sehingga akan mengurangi kesalahan
dan keselamatan pasien terjaga. Komunikasi efektif terbagi atas: 1) kondisi pasien
dalam keadaan kritis dilaporkan dengan menggunakan teknik SBAR saat timbang
terima pasien, 2) saat menerima instruksi verbal dengan memakai teknik tulis baca
kembali, penerima pesan mencatat kembali seluruh intruksi verbal, hasil laboratorium
Universitas Indonesia
10
pada lembar catatan integrasi dan telepon, seluruh pesan verbal dan hasil pemeriksaan
oleh penerima pesan dibacakan kembali kepada pemberi pesan, pesan tertulis dilakukan
verifikasi (diberi nama dan tanda tangan) pada kesempatan oleh pemberi pesan,
mencatat kembali pada catatan terintregrasi tindakan yang telah dilakukan.
Sasaran keempat adalah memastikan keamanan operasi. Pasien dan keluarga diberikan
informasi prosedur tindakan pembedahan serta diminta persetujuan secara tertulis
(inform consent/ formulir komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) di ruang rawat.
Keterlibatan pasien dalam memberikan penanda lokasi tindakan pembedahan yang
mudah dilihat.
Sasaran kelima yaitu mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan. Semua
petugas kesehatan melaksanakan kebersihan tangan enam langkah sesuai standar
(WHO, 2014). Petugas kesehatan membersihkan tangan pada 5 kondisi (moment) yaitu
sebelum kontak dengan pasien, setelah terjadi kontak dengan pasien, sebelum
melakukan tindakan aseptik, setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien, setelah kontak
dengan lingkungan pasien. Menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai keadaan:
menggunakan sarung tangan saat akan kontak dengan cairan tubuh, memakai sarung
tangan saat melakukan prosedur invasif, mengganti sarung tangan pada pasien yang
berbeda, memakai masker pada pasien yang memiliki penyakit pernapasan yang
menular dan mengganti masker pada pasien yang berbeda.
Sasaran keenam yaitu mengurangi risiko cedera pasien akibat jatuh. Pelaksanaannya
dengan melakukan pengkajian pasien risiko jatuh dan jika ada perubahan kondisi
Universitas Indonesia
11
pasien, pengkajian ulang dilakukan setelah tiga hari. Pengkajian dilakukan oleh perawat
untuk mencegah risiko jatuh. Menindaklanjuti hasil pengukuran sesuai derajat.
Memasang kancing risiko jatuh, memasang bendera risiko jatuh dan pendidikan
kesehatan pada pasien dan keluarga tentang risiko jatuh.
identitas pasien yaitu nama pasien dan tanggal lahirnya (JCI, 2017). Penggunaan gelang
identitas pasien penting digunakan ketika memastikan pengobatan pada pasien tepat dan
pada pasien yang membutuhkan transfusi darah juga mendapatkan tindakan yang tepat
(JCI, 2017).
dioperasi (Panesar et al., 2017). Penurunan kejadian risiko infeksi adalah upaya
menurunkan kejadian risiko infeksi pada layanan kesehatan (pasien) salah satunya
melalui menjaga kebersihan tangan( hand hygiene) (Panesar et al., 2017). Kebijakan
Nasional maupun dunia dilakukan untuk mengurangi penyakit di rumah sakit yang
ditularkan melalui tangan dan cara efektif untuk mengurangi infeksi silang yaitu
melakukan kebersihan tangan (hand hygiene) secara tepat (Panesar et al., 2017). Dengan
menjaga kebersihan tangan secara benar memberikan manfaat banyak bagi pasien dan
RS, termasuk meminimalkan biaya pengobatan pasien, pencegahan pasien terjadi
resisten terhadap obat-obatan (multi drugs resistant).
dan perbaikan sistem untuk mengurangi insiden (Malone, 2016). Sistem pelaporan
dapat meningkatkan keselamatan pasien dengan mempelajari kesalahan yang pernah
terjadi dan menentukan pola risiko yang mungkin tidak dapat diketahui tanpa sebuah
sistem pelaporan (Panesar et al., 2017).
Universitas Indonesia
16
diinginkan (Kotler & Keller, K, 2012). Kepuasan pasien adalah opini pasien tentang
perawatan yang diterima dari perawat (Wagner & Bear, 2008). Kepuasan pasien
merupakan emosi, persepsi dan perasaan tentang pelayanan yang diberikan (Mohan &
Kumar, 2011). Kepuasan pasien dapat diartikan sebagai keluaran (outcome) layanan
kesehatan. Dengan demikian kepuasan pasien merupakan salah satu tujuan dari
peningkatan mutu layanan kesehatan. Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan
pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya
setelah pasien membandingkannya dengan yang diharapkannya (Mezemir, Getachew, &
Gebresiassie, 2014). Kondisi harapan seseorang yang diterima tidak sesuai maka
individu tersebut akan kecewa. Kepuasan pasien adalah keinginan pasien akan
mendapatkan pelayanan keperawatan yang baik sehingga merasa puas yang dilihat dari
dimensi: bukti nyata,kehandalan, ketanggapan, responsibiliti, jaminan dan empati (Lei
& Jolibert, 2012).
Universitas Indonesia
17
Universitas Indonesia
18
Universitas Indonesia
19
Kuisioner pengukuran kepuasan lain dilakukan oleh (Tateke, Woldie, & Ololo, 2012)
dengan mengggunakan instrumen penilaian: waktu konsultasi, empati, kompetensi
perawat, skill perawat dan kebersihan ruang perawatan. Kuesioner tersebut memiliki
nilai koefisien α Chornbach >0,7 untuk setiap faktornya (Tateke, Woldie, & Ololo,
2012). Pengukuran menunjukkan bahwa durasi konsultasi yang memadai memiliki
0,095 (95% CI, 0,020 sampai 0,168) dan 0,011 (95% CI, 0,000 sampai 0,021) memberi
nilai kepuasan yang lebih tinggi. Pada skor kompetensi teknis perawat dirasakan 0,237
(p <0,0001) dan 0,409 (p <0,0001) petugas kesehatan yang dirasakan kurang puas,
durasi konsultasi yang dirasakan masih kurang puas, kebersihan rumah sakit dirasakan
masih kurang puas. Pengukuran kepuasan pasien rawat di Indonesia telah dilakukan
dengan instrument yang bervariasi masing masing rumah sakit. Pengukuran kepuasan
melalui kuesioner oleh (Özlü & Uzun, 2015) dan (Tateke, Woldie, & Ololo, 2012)
enunjukkan bahwa kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan diukur melalui
dimensi empati, interaksi, kepedulian, kemampuan dan bukti fisik. Akan tetapi, kedua
kuesioner belum mengukur terhadap kehandalan perawat, ketanggapan dan jaminan.
Selain itu, kuesioner tersebut belum terukur reliabilitasnya di Indonesia.
2.2.3.1 Umur
Umur merupakan jumlah usia pasien yang dihitung dari ulang tahun terakhir. Umur
dalam penelitian ini adalah pasien dewasa dengan 17 tahun ke atas saat menjalani
perawatan di RSUP Persahabatan Umur menjadi faktor yang signifikan dari kepuasan.
Pasien yang lebih tua umumnya lebih merasa puas dibandingkan dengan yang lebih
muda. Pasien yang lebih tua akan merasa puas dengan pelayanan di rumah sakit karena
harapannya lebih rendah (Özlü & Uzun, 2015). Umur pasien yang lebih tua juga
mempengaruhi perawat dalam memberikan pelayanan. Hal ini disebabkan nilai-nilai
budaya sebagai orang tua dihormati dan diberikan hak-hak istimewa dari generasi muda
Universitas Indonesia
20
sehingga mempengaruhi perawat lebih memperhatikan orang tua daripada anak muda
(Dzomeku et al., 2013).
2.2.3.3 Pendidikan
Pendidikan yaitu proses pembelajaran individu agar dapat mengerti memahami sesuatu.
Pasien dengan level pendidikan yang rendah memiliki kepuasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pasien yang memiliki level pendidikan lebih tinggi. Hal ini
disebabkan pasien dengan level pendidikan yang lebih tinggi dapat mengakses
informasi terkait perawatannya di rumah sakit sehingga dapat membandingkan
perawatan yang diterima dengan informasi yang diketahui, pasien menjadi tidak puas.
Pasien berpendidikan tinggi merasa kurang puas pada pelayanan keperawatan di RSUD
Wangaya dibanding pasien berpendidikan rendah (Wira, 2014). Pasien dengan level
pendidikan yang lebih rendah cenderung kurang kritis sehingga kepuasannya lebih
tinggi (Dzomeku et al., 2013). Pada penelitian pasien mengisi kolom pendidikan dalam
lembar kuesioner. Kategori terdiri dari non perguruan tinggi dan perguruan tinggi. Nilai
1 untuk pasien lulusan di bawah SLTA. Nilai 2 untuk pasien perguruan tinggi terdiri dari
lulusan D3 dan S1 dan seterusnya
2.2.3.4 Pekerjaan
Pekerjaan didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan individu untuk
memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Pekerjaan merupakan mata pencaharian seseorang
untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Pekerjaan menentukan tingkat kepuasan
pasien, pasien yang bekerja lebih merasa puas terhadap pelayanan keperawatan yang
diterima saat dirawat di RS dibandingkan dengan pasien yang tidak bekerja (Novitasari,
Universitas Indonesia
21
Muhammad, & Kaporina, 2014). Pasien yang bekerja merasa lebih puas terhadap
pelayanan di rumah sakit dibandingkan pasien tidak bekerja. Pelayanan keperawatan
dirasakan pada pasien yang belum bekerja dan pasien ibu rumah tangga memiliki skor
kepuasan lebih rendah dibandingkan dengan pasien bekerja sebagai pegawai
pemerintah (Tateke et al., 2012). Pada penelitian pasien mengisi kolom pekerjaan
dalam lembar kuesioner. Kategori terdiri dari tidak bekerja dan bekerja. Nilai 1 untuk
pasien tidak bekerja terdiri dari: pasien Ibu Rumah Tangga (IRT), pensiunan dan
pengangguran. Nilai 2 untuk pasien bekerja terdiri dari pasien pegawai negeri sipil
(PNS), karyawan swasta, wiraswasta dan buruh lepas.
Universitas Indonesia
22
2.3.2.2 Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan kegiatan yang meliputi penetapan hubungan antar
staf, prosedur diuraikan, persiapan perlengkapan untuk organisasi, pemberian
tugas staf. Penetapan hubungan antar staf melalui struktur organisasi menetapkan
hubungan formal, komunikasi, kekuasaan resmi untuk bertindak dan kewenangan
(Marquis & Huston, 2015).
Universitas Indonesia
23
2.3.2.3 Ketenagaan
Proses ketenagaan adalah sesuatu aktivitas dalam menentukan jumlah tipe tenaga
yang dibutuhkan merekrut tenaga baru, mewawancara, pekerjaan seseorang
berdasarkan deskripsi hasil kerja yang telah ditetapkan, menggunakan sumber
daya organisasi untuk orientasi, setiap pegawai tersosialisasi terhadap nilai
organisasi, budaya organisasi, kembangkan program pendidikan staf yang akan
membantu pegawai memenuhi tujuan organisasi, penjadwalan yang fleksibel
berdasarkan kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas dan retensi (Marquis
& Huston, 2015). Ketersediaan tenaga keperawatan yang sesuai dengan beban
kerja diperlukan agar tercapai pelayanan keperawatan bermutu. Beban kerja
perawat yang tinggi dapat mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap pasien
(Hariyati, 2014). Perbedaan jumlah tenaga perawat dengan pasien menentukan
kualitas pelayanan.
Universitas Indonesia
24
Universitas Indonesia
25
Peran interpersonal adalah peran yang dikerjakan oleh seorang manajer dalam
menjalankan hubungan dengan manusia baik yang internal maupun eksternal.
Tiga macam peran manajer dalam peran interpersonal yaitu figurehead,
leadership dan liaison. Peran sebagai figurehead merupakan simbol sebagai
pemimpin yang membutuhkan sejumlah penampilan tugas-tugas legal dan sosial
(Mengkoordinir suatu acara atau kegiatan). Peran kepemimpinan memiliki
tanggung jawab untuk memotivasi, memimpin dan mengendalikan staf (Thoha,
2013). Peran penghubung merupakan peran dalam mempertahankan jaringan
kontak di luar organisasi. Manajer melakukan interaksi dengan tenaga perawat
dan orang di luar organisasi sehinggan terjadi pergantian informasi.
Kerangka Teori Pelaksanaan Keselamatan pasien oleh Perawat dengan Kepuasan Pasien
Universitas Indonesia
26
Universitas Indonesia
BAB 3
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
Variabel bebas (independen) ialah variabel jika ada perubahan dapat mengakibatkan
perubahan variabel lain. Variabel bebas (independen) mewakili karakteristik/sifat dari
subjek yang keberadaannya menyebabkan perubahan pada variabel lain (Sastroasmoro
& Ismael, 2016). Variabel independen dalam penelitian ini yaitu penerapan keselamatan
pasien oleh perawat. Keselamatan pasien yang terdiri dari pengidentifikasi pasien,
komunikasi terapeutik, ketepatan Obat yang perlu di waspadai, ketepatan titik bedah,
prosedur dan tindakan bedah, menurunkan kejadian risiko infeksi, mencegah risiko
pasien jatuh.
27 Universitas Indonesia
28
komunikasi efektif, perhatian individu dan memahami kebutuhan pasien dan assurance
(garansi atau jaminan) para staf memiliki kecakapan, amanah, terbebas dari risiko &
sumber bahaya yang belum terkendali. Variabel bebas dan variabel terikat ini
dipengaruhi variabel confounding yaitu karakteristik pasien meliputi umur, jenis
kelamin pasien, pendidikan pasien, pekerjaan pasien dan kelas perawatan.
Variabel Dependen
Variabel Independen
Variabel confounding
Karakteristik pasien:
umur, jenis kelamin pasien,
pendidikan pasien, pekerjaan dan
kelas perawatan
2.5 Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan awal peneliti yang belum terbuti kebenarannya sehingga
perlu dilakukan uji kebenaran melalui metodologi yang standar atau diakui. Hipotesis
dari penelitian melihat hubungan antar variabel yang merupakan jawaban peneliti,
kemungkinan tentang hasil penelitian (Dharma, 2013). Pernyataan berisi tentang
variabel yang diteliti dihubungkan dengan variabel bebas maupun variabel terikat.
Hipotesis digunakan pada jenis penelitian analitik baik penelitian korelasi ataupun
penelitian eksperimen. Pembuktian kebenaran hipotesis dengan dilakukan uji statistik
yang relevan. Uji statistik digunakan untuk menentukan apakah hipotesis yang diajukan
ditolak atau diterima. Hipotesis yang diketengahkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Universitas Indonesia
29
1TP:Tidak
Pernah
2 JR: Jarang
3 SR: Sering
4SL: Selalu
Universitas Indonesia
30
Nilai angka
dengan rentang
23—92
Tabel 3.2
Definisi Operasional Penelitian Variabel Tergantung (Dependen)
Variabel Variabel Definisi Alat dan Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Dependen Operasional
Tabel 3.3
Definisi Operasional Penelitian Variabel Confounding
Variabel Definisi Operasional Alat dan Cara Ukur Hasil Ukur Skala
confounding
Karakteristik Pasien
Universitas Indonesia
31
Variabel Definisi Operasional Alat dan Cara Ukur Hasil Ukur Skala
confounding
kartu identitas
pasien yang dicatat
dalam rekam medik.
Universitas Indonesia
32
Variabel Definisi Operasional Alat dan Cara Ukur Hasil Ukur Skala
confounding
Kelas II untuk pasien
yang dirawat di
ruang: Melati Atas,
Melati Bawah dan
IW.
Universitas Indonesia
BAB 4
METODE PENELITIAN
Pasien Puas
Penerapan
Keselamatan Pasien
oleh Perawat
Pasien Tidak Puas
33 Universitas Indonesia
34
Keterangan:
N = besar populasi
n = besar sampel
P = Jumlah proporsi sebesar 60% untuk sosial
d = tingkat kepercayaan ketepatan yang diinginkan 95%(0,05)
(Z2) (1-α/ 2)= nilai baku distibusi normal pada koefisien atau dengan derajat
kepercayaan yang diinginkan 95% sebesar 1,96
Universitas Indonesia
35
Berdasarkan perhitungan diatas ditambah 10% untuk mengantisipasi drop out sehingga
jumlah sampel pasien setelah ditambah 13. Hasil perhitungan di atas maka jumlah
keseluruhan sampel pasien berjumlah 143 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan
metode cluster random sampling. Cluster random sampling yaitu pengambilan sampel
secara acak pada kelompok individu dalam populasi secara alamiah (Sastroasmoro &
Ismael, 2016) dalam penelitian ini cluster yang dimaksud adalah ruang rawat. Sebaran
responden sesuai cluster adalah:
Tabel 4.1
Pemetaan Jumlah Sampel di RSUP Persahabatan
IRIN A
1 Soka Atas 30 11 orang
2 Soka Bawah 12 4 orang
3 Anggrek Tengah Kanan (Bedah Kelas) 27 10 orang
4 Anggrek Tengah Kiri (Bedah Thorak) 15 6 orang
5 Anggrek Atas Kanan (Kebidanan 3) 27 10 orang
6 Anggrek Bawah 24 9 orang
IRIN B
7 Dahlia Atas 20 7 orang
8 Dahlia Bawah 20 7 orang
9 Cempaka Atas 30 11 orang
10 Cempaka Bawah 33 12 orang
IRIN C
11 Mawar Atas 30 12 orang
12 Mawar Bawah 30 13 orang
13 Melati Atas 30 11 orang
14 Melati Bawah 24 10 orang
15 IW 25 10 orang
Universitas Indonesia
36
Universitas Indonesia
37
Reliabilitas
Instrumen
Pengambilan Data
bersedia untuk berkomunikasi. Apabila pasien menolak sebagai responden peneliti tidak
memaksa pasien. Masalah etik perlu dicegah dengan melakukan penekanan masalah
etik yaitu dengan cara menghormati harkat dan martabat manusia, menghormati
kerahasiaan responden penelitian dan memperhitungkan manfaat dan kerugian yang
ditimbulkan pada saat penelitian, sesuai norma etika (Sastroasmoro & Ismael, 2016).
Universitas Indonesia
39
4.6.1 Kuesioner A
Kuesioner A adalah kuesioner karakteristik demografi dari pasien. Karakteristik
demografi pasien terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan kelas rawat
pasien. Pasien sebagai responden memilih pernyataan yang sesuai pada kolom yang
tersedia.
Tabel 4.2 Kisi- kisi Instrumen A
4.6.2 Kuesioner B
Kuesioner B adalah kuesioner persepsi pasien terhadap penerapan keselamatan pasien di
RS Persahabatan. Kuesioner ini dibuat oleh peneliti mengacu pada International Patient
Safety Goal (IPSG) (the Joint Commission, 2017). Kuesioner awal terdiri dari 32
pertanyaan dengan menyediakan 4 opsi jawaban. Kuesioner dilakukan uji validitas,
terdapat 9 pernyataan dilakukan pembuangan karena tidak valid. Pernyataan yang masih
dipertahankan sebanyak 23. Pernyataan dalam kuesioner peneliti buat dalam bentuk
pernyataan positif dan pernyataan negatif. Peneliti menggunakan skala Likert dari 1—4.
Pernyataan positif nilai 4= Selalu (SL), 3= Sering (SR), 2= Jarang (JR), 1= Tidak
pernah. Rentang penilaian responden dari pasien adalah 23 untuk nilai minimum dan 92
untuk nilai maksimum.
Universitas Indonesia
40
Tabel 4.3
Kisi-Kisi Kuisioner Penerapan Keselamatan pasien
4.6.3 Kuesioner C
Kuesioner C adalah kuesioner untuk menilai tingkat kepuasan pasien pada dimensi
tangible (bukti nyata), reliability (kehandalan), responsibility (ketanggapan),
assurance (jaminan) dan empati dari Parasuraman 1989 dan komunikasi terapeutik
(Anjaswarni, 2016). Kuesioner awal terdiri dari 30 pernyataan dengan opsi jawaban 4.
Skala pengukuran kuesioner ini menggunakan skala likert dari 1—4. Pernyataan positif
bernilai 4=Sangat puas (SP), 3= Puas (P), 2= Tidak puas (TP), 1= Sangat tidak puas
(STP). Pernyataan negatif nilai 4= Sangat tidak puas (STP), 3= Tidak puas (TP), 2=Puas
(P), 1=Sangat puas (SP). Kuesioner yang telah digunakan oleh dari Rubiah (2016) oleh
peneliti dilakukan modifikasi content. Kuesioner pada point 3 menyebutkan perawat
berpenampilan rapi dan bersih, peneliti perawat berpenampilan bersih dan rapi diganti
perawat berpenampilan rapi. Pada poin 5 menambahkan kata “dan keluarga” setelah
kata pasien. Mengganti kata setelah “kata perawatan” menjadi “ketika nanti telah
pulang dari rumah sakit”. Menghilangkan kata dan di antara cepat dan tanggap.
Kuesioner dilakukan uji validitas terdapat 7 pernyataan tidak valid, dan dilakukan
pembuangan. Kuesioiner yang dipertahankan sebanyak 23 pernyataan.
Universitas Indonesia
41
Tabel 4.4
Kisi –kisi kuesioner kepuasan pasien
2 Keandalan 8,9,11,12 -
3 Ketanggapan 13,14,15,16,17,18 -
4 Jaminan 19,21,23,24 -
5 Empati 26,27,28,29,30 -
Jumlah 23
Kuesioner B (keselamatan pasien) terdapat pernyataan yang tidak valid yaitu nomor: 2,
6, 10, 7, 20, 22, 25, 31 dan 32 dan pernyataan yang dibuang yaitu no 2, 6, 7, 10, 20, 22,
31, 32 akan tetapi pada no 1, 3, 4 dan 5 tetap digunakan untuk mempertahankan
subtansi. Kuesioner C (kepuasaan Pasien) terdapat pernyataan tidak valid yaitu nomor:
3, 5, 10, 22, 28, 29 dan 30 dilakukan pembuangan.
Universitas Indonesia
43
4.8.1.2 Peneliti mengajukan surat permohonan izin lolos etik pada Penelitian Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang keluar pada 13 November 2017
(lampiran 1)
4.8.1.3 Peneliti menyampaikan surat permohonan uji validitas dan realibitas ke RSUP
Fatwamawati yang keluar pada 13 November 2017 (lampiran 2)
4.8.1.4 Peneliti menyampaikan surat izin permohonan penelitian pada Direktur RSUP
Persahabatan pada 14 November 2017 (lampiran 3)
4.8.1.5 Peneliti melakukan penelitian di RSUP RSUP Persahabatan pada 15 November
2017.
4.8.2 Prosedur Teknis
Peneliti didampingi diklat melakukan penjelasan maksud dan tujuan kedatangan ke
ruang yang dilakukan untuk tempat penelitian. Melalui kepala Instalasi peneliti
menemui kepala ruangan dengan bagian diklat. Peneliti membina hubungan saling
percaya kepada kepala ruangan, menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan.
Sebelumnya peneliti melakukan survei rekam medis untuk menentukan responden yang
sesuai dengan kriteria inklusi. Pasien yang menjadi responden diberikan penjelasan,
maksud, tujuan, prosedur penelitian, serta manfaat penelitian. Pasien yang bersedia
menjadi responden menandatangani inform consent. Selanjutnya peneliti membagikan
kuesioner penelitian dengan menjelaskan cara mengisi kuesioner agar dapat dipahami
oleh pasien sebagai responden.
2 pasien belum mengisi data demografi dengan lengkap, di ruang Anggrek Tengan
Kanan 3 orang pasien belum mengisi kuisioner C (kepuasan pasien), ruang Mawar
Atas dan ruang Mawar Bawah masing-masing terdapat 1 orang belum mengisi kuisioner
C (kepuasan pasien) dan ruang Anggrek Atas Kanan ada 3 pasien belum mengisi
kuisioner B (keselamatan pasien). Di Ruang IW ada 1 pasien belum mengisi kuesioner
C dengan lengkap. Pasien diminta untuk mengisi kembali kueisioner yang belum
lengkap.
Kode untuk pernyataan positif pada kuesioner B (penerapan keselamatan pasien) dan
kuesioner C (kepuasan pasien) dinilai mulai dari kiri bernilai 1, 2, 3, 4 sebaliknya untuk
pernyataan negatif dari kiri dimulai dari 4, 3, 2, 1. Semua data dimasukan dan diolah
dengan komputer. Data yang diperoleh dan sumber data yang didapat diperiksa
kelengkapannya. Kode jawaban dibuat baku dan konsisten, agar hasil penelitian ketika
dilakukan indeks atau skala memiliki validitas tinggi.
Universitas Indonesia
45
Universitas Indonesia
46
Tabel 4.5
Analisis Univariat
Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta di Rawat
Inap di IRIN A: Soka Atas, Soka Bawah, Anggrek Tengah Kanan dan Kiri, Anggrek
Atas Kanan, Anggrek Bawah, Rawat Inap IRIN B: Dahlia Atas, Dahlia Bawah,
Cempaka Atas, Cempaka Bawah, Rawat Inap di IRIN C: Mawar Atas, Mawar Bawah,
Melati Atas, Melati Bawah dan IW pada 15—18 Desember 2017. Responden penelitian
adalah pasien berjumlah 143. Peneliti memberikan instrument penelitian pada ruangan
setelah mendapatkan izin dari Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan. Pasien diberikan
penjelasan penelitian, selanjutnya menandatangani inform concent. Pasien mengisi
lembar kuesioner dengan lengkap dan didampingi oleh peneliti sehingga pasien dapat
bertanya langsung bila ada yang belum dimengerti. Data yang berisi lengkap,
dikumpulkan dan diolah menggunakan komputer.
Tabel 5.1 menunjukkan rerata umur responden adalah 48,96 tahun dengan standar
deviasi 13,84. Rata-rata umur pasien dipercaya 95% CI= 47-51 tahun.
47 Universitas Indonesia
48
Tabel 5.2 Gambaran karakteristik pasien di IW dan ruang rawat inap (Jenis
kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Kelas Perawatan)
Tabel 5.2 menggambarkan pasien berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 80 orang
(55,9%). Berdasarkan tingkat pendidikan Non Perguruan tinggi sebanyak 124 orang
(86,7%). Responden untuk status pekerjaan, sebanyak 74 orang (51,7%) pasien telah
bekerja. Responden berada di ruang perawatan kelas III yaitu sebanyak 97 orang
(67,8%).
Tabel 5.3 Penerapan Keselamatan Pasien di IW dan Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit X
(n=143)
Universitas Indonesia
49
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien di IW dan Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit X
(n=143)
Tabel 5.4 menunjukan bahwa 66,4% pasien merasa puas pada pelayanan keperawatan
dimensi kepuasan pasien yang belum optimal terutama pada dimensi kehandalan yaitu
perawat tidak selalu memberikan petunjuk pada tindakan yang akan dilakukan
selanjutnya.
Tabel 5.5 Hubungan Umur Pasien dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit X (n=143)
Tabel 5.4 menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan
kepuasan pasien (p= 0,331) dengan koefisien hubungan sangat lemah.
5.4.2 Hubungan jenis kelamin dengan kepuasan pasien.
Tabel 5.6 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kepuasan Pasien di IW dan Ruang Rawat Inap di
Rumah Sakit X (n=143)
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa terdapat 80 pasien laki-laki 52 (65%) menyatakan puas.
Hasil analisis tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kepuasan
pasien (p=0,818).
Universitas Indonesia
50
Tabel 5.7 Hubungan pendidikan dengan kepuasan pasien di IW dan Ruang rawat di Rumah
Sakit X (n=143)
Tabel 5.7 menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara pendidikan pasien dengan
kepuasan pasien Hasil uji analisis memperoleh bahwa ada 83 pasien 66,9% yang
menyatakan puas pada pasien dengan non perguruan tinggi (p= 0,949).
Tabel 5.8 menjelaskan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pekerjaan dengan
kepuasaan pasien. Pasien yang bekerja sebanyak 74 (51,8%) sebanyak 49 (66,2%)
pasien merasa puas (p= 1,000).
5.5.2 Hubungan kelas perawatan dengan kepuasan pasien
Tabel 5.9 Hubungan kelas perawatan dengan kepuasan pasien di IW dan ruang rawat di
Rumah Sakit X
Kurang Puas Puas Total
Kelas Perawatan p
n % n % n %
Kelas III 52 53,6 45 46,4 97 100
Kelas II 9 42,9 12 57,1 21 100 0,382
Kelas I 10 40,0 15 60,0 25 100
Total 71 49,7 72 50,3 143 100
Tabel 5.9 menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara ruang perawatan dengan
kepuasan pasien. Responden paling banyak merasa puas dengan pelayanan kesehatan
sebanyak 15 pasien (60%) pada kelas I (p= 0,382).
Universitas Indonesia
51
Universitas Indonesia
BAB 6
PEMBAHASAN
Bab ini membahas hasil penelitian kesesuaian dan kesenjangan dengan daftar pustaka.
Pembahasan meliputi interpretasi dan diskusi hasil penelitian, keterbatasan penelitian,
implikasi terhadap pelayanan keperawatan, pendidikan keperawatan dan penelitian
selanjutnya.
52 Universitas Indonesia
53
Hasil penelitian tidak sependapat dengan (Dzomeku, Ba-Etilayoo, Perekuu, & Mantey,
2013) yang menyatakan umur pasien yang lebih tua mempengaruhi perawat dalam
memberikan pelayanan. Hal ini disebabkan nilai-nilai budaya sebagai orang tua
Universitas Indonesia
54
Hasil penelitian ini tidak sependapat dengan (Rinami, Purwasih, Sersanti, Hanum, &
Ivon, 2015) bahwa jenis kelamin mempengaruhi tingkat kepuasan pasien terhadap
pelayanan. Penelitian ini juga didukung (Dzomeku et al., 2013) yang menyatakan
bahwa pelayanan keperawatan yang dirasakan pasien laki-laki lebih merasa puas
dibandingkan dengan pasien perempuan di salah satu rumah sakit daerah. Pasien
perempuan lebih merasa puas dengan pelayanan perawatan dibanding dengan pasien
laki-laki. Persepsi dan reaksi terhadap gangguan sakit dipengaruhi oleh sex, ras,
pendidikan, kelas ekonomi dan latar belakang budaya, yang mempengaruhi penilaian
kepuasan pasien. Pasien perempuan lebih merasa puas pada pelayanan di RSUD
Noongan (Oroh & Pondaag, 2015). Pelayanan keperawatan yang dirasakan pasien laki-
laki lebih merasa puas dibandingkan dengan pasien perempuan di salah satu rumah
sakit daerah (Rinami et al., 2015).
6.2.3 Pendidikan
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara pendidikan pasien
dengan kepuasan pasien. Perasaan puas pada setiap individu tidaklah sama, akan tetapi
ungkapan puas pada sekelompok individu dapat terjadi hampir sama karena adanya
pengaruh lingkungan dan masyarakat golongan tertentu (Hidayati, Suryawati, &
Sriatmi, 2014). Kepuasan pasien tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan yang tinggi
akan tetapi pengaruh lingkungan, golongan masyarakat, pendidikan non formal di
Universitas Indonesia
55
Pasien berpendidikan tinggi merasa kurang puas pada pelayanan keperawatan di RSUD
Wangaya dibanding pasien berpendidikan rendah (Wira, 2014). Pasien dengan level
pendidikan yang lebih rendah cenderung kurang kritis sehingga kepuasannya lebih
tinggi (Dzomeku et al., 2013). Pasien dengan level pendidikan yang rendah memiliki
kepuasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang memiliki level pendidikan
tinggi. Hal ini disebabkan pasien dengan level pendidikan yang lebih tinggi bisa
mengakses informasi terkait perawatannya di rumah sakit sehingga dapat
membandingkan perawatan yang diterima dengan informasi yang diketahui, pasien
menjadi tidak puas.
6.2.4 Pekerjaan
Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan bermakna pekerjaan dengan
kepuasaan pasien. Meskipun pasien tidak bekerja cenderung merasa lebih puas
disbanding pasien bekerja. Penelitian sejalan bahwa Pemberian pelayanan profesional
kepada pasien dengan tidak membedakan antara pasien bekerja maupun tidak bekerja dapat
merasakan kepuasan yang sama (Hidayati et al., 2014). Pasien paling banyak pada kategori
tidak bekerja. Pasien tidak bekerja adalah pensiunan, ibu rumah tangga dan tidak
bekerja. Rumah sakit juga menyediakan pelayanan bagi pengguna asuransi kesehatan
mulai dari asuran BPJS dan asuransi swasta sehingga pasien tidak bekerja dapat
mendapatkan pelayanan kesehatan.
Penelitian tidak sejalan bahwa pekerjaan menentukan tingkat kepuasan pasien, pasien
yang bekerja lebih merasa puas terhadap pelayanan keperawatan yang diterima saat
dirawat di RS dibandingkan dengan pasien yang tidak bekerja. Pekerjaan dapat
menggambarkan keadaan sosial ekonomi seseorang dalam tuntutan pemeliharaan
kesehatan yang mempengaruhi kepuasan pelayanan (Novitasari, Muhammad, &
Kaporina, 2014). Pelayanan keperawatan dirasakan pada pasien yang belum bekerja dan
pasien ibu rumah tangga memiliki skor kepuasan lebih rendah dibandingkan dengan
pasien bekerja sebagai pegawai pemerintah (Tateke, Woldie, & Ololo, 2012).
Universitas Indonesia
56
Penelitian tidak sejalan bahwa kelas perawatan pasien berhubungan tingkat kepuasan.
Kepuasan pasien dipengaruhi oleh dimensi tangibel penampilam perawat, fasilitas yang
diberikan oleh rumah sakit di kelas VIP (Akhmad, 2008). Seseorang yang memiliki
status sosial ekonomi yang baik berkesempatan untuk menggunakan dan mendapatkan
fasilitas pelayanan yang lebih baik daripada pasien yang memiliki sosial ekonomi
rendah (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2017). Kelas perawatan diartikan sebagai
perbedaan ruangan pasien terkait fasilitas yang diberikan dari rumah sakit. Status sosial
ekonomi mempengaruhi pemilihan kelas rawat pasien di rumah sakit.
Penelitian pada aspek komunikasi terdapat hubungan dengan kepuasan pasien, Semakin
baik komunikasi yang dilaksanakan maka semakin puas pasien dalam pelayanan
keperawatan. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa komunikasi terapeutik berhubungan
Universitas Indonesia
57
dengan kepuasan pasien (Siti, Zulpahiyana, & Indrayana, 2015). Pada aspek penerapan
ketepatan obat dengan kepuasan pasien ditemukan hubungan, Pasien merasa puas pada
pemberian obat yang diberikan tepat waktu, diberikan penjelasan manfaat dan efek
samping obat (Hilmawan, Suprapti, & Solechan, 2014).
Penelitian pada aspek menurunkan risiko infeksi terdapat hubungan dengan kepuasan
pasien, resiko terinfeksi terjadi karena perawat berperan dalam mencegah infeksi yang
terjadi di rumah sakit (HAIs) (Lombogia, Rottie, & Karundeng, 2016). Penelitian pada
aspek pencegahan risiko jatuh terdapat hubungan dengan kepuasan pasien. Pelayanan
keperawatan di rumah sakit memberikan rasa aman dalam lingkungan rawat, hal
tersebut sangat penting dalam memberikan kesejahteraan dan ketahanan hidup
(Prasetyo & Hartanti, 2017).
Kepuasan pasien sangat dipengaruhi oleh sikap dan pendekatan perawat di rumah sakit
kepada pasien, mutu pelayanan keperawatan yang diterima pasien. Tindakan perawat
dalam hal ini adalah tindakan yang berkaitan dengan 6 standar keselamatan pasien.
Pasien lebih memilih ke rumah sakit swasta dengan membayar yang lebih mahal tanpa
menggunakan jamina kesehatan yang dimiliki.
Universitas Indonesia
58
Universitas Indonesia
BAB 7
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan simpulan dan saran. Simpulan ditarik dari bab–bab sebelumnya.
Saran dirincikan berdasarkan pelayanan keperawatan, pendidikan
dan keilmuan keperawatan dan penelitian selanjutnya.
7.1 Simpulan
Penelitian perawatan di IW dan Ruang Rawat Inap RSUP Persahabatan dilihat dari hasil
analisis data, pembahasan penerapan keselamatan pasien dengan kepuasan pasien
disimpulkan. Gambaran karakteristik pasien yang meliputi umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan dan kelas perawatan. Gambaran penerapan keselamatan dan
gambaran kepuasan pasien di IW dan Ruang Rawat Inap RSUP Persahabatan.
7.2 Saran
7.2.1 Bagi Pelayanan Keperawatan
7.2.1.1 Disarankan Direktur Rumah Sakit agar rumah sakit mempertahankan
penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan sosialisasi kepada seluruh petugas
mengenai sasaran keselamatan pasien (SKP) secara berkala dan selalu
59 Universitas Indonesia
60
Universitas Indonesia
61
DAFTAR PUSTAKA
Aiken, L. H., Walter, S., Den, H. K. Van, M, S. D., Reinhard, B., Martin, M., …
Universitas Indonesia
62
Strømseng, I. (2012). Patient safety, satisfaction, and quality of hospital care: cross
sectional surveys of nurses and patients in 12 countries in Europe and the United
States. BMJ, 1717(March), 1–14. https://doi.org/10.1136/bmj.e1717
Akhmad, M. (2008). Hubungan antara Persepsi Pasien terhadap Dimensi Mutu
Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan Pasien di Ruangh Rawat Inap Rumah
Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung. Jurnal Ners Dan Kebidanan
Indonesia.
Anjaryani, W. D. (2009). Kepuasan Pasien Rawat Inap terhadap Pelayanan Perawat di
RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia.
Bauk, I., Rahman, K. A., & Ariyanti, S. (2013). Hubungan Karakteristik Pasien dengan
Kualitas Pelayanan: Persepsi Pasien Pelayanan Rawat Inap RSUD Majene Tahun
2013, 1–12.
Brown, J. K. (2016). Relationship between Patient Safety Culture and Safety Outcome
Measures among Nurses. ProQuest Dissertations Publishing, 1–80.
Cahyadi, S. R., & Mudayana, A. A. (2014). Hubungan mutu pelayanan dengan
kepuasan pasien di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II. Journal Respati,
40–49.
Collinson, L., Thorne, K., Dee, S., MacIntyre, K., & Pidgeon, G. (2013). RMO patient
safety forums in New Zealand agents for change.
Deptu, A., Trejnowska, E., Ozorowski, T., & Hryniewicz, W. (2015). Risk factors for
healthcare-associated infection in light of two years of experience with the ECDC
point prevalence survey of healthcare-associated infection and antimicrobial use in
Poland. Journal of Hospital Infection, 90, 310–315.
https://doi.org/10.1016/j.jhin.2015.03.005
Dharma, K. K. (2013). Metodologi Penelitian Keperawatan (ketiga). Jakarta Timur:
Trans Info Media Jakarta.
Dzomeku, V. M., Ba-Etilayoo, A., Perekuu, T., & Mantey, R. E. (2013). In-Patient
Satisfaction with Nursing Care : A Case Study at Kwame Nkrumah University of
Science and Technology Hospital, 2(1), 19–24.
Fujita, S., Seto, K., Ito, S., Wu, Y., Huang, C., & Hasegawa, T. (2013). The
characteristics of patient safety culture in Japan , Taiwan and the United States, 1–
11. https://doi.org/10.1186/1472-6963-13-20
Universitas Indonesia
63
Gerri, Kaufman & Dorothy, M. C. (2013). The effect of organisational culture on patient
safety - Research Database, The University of York. the univercity of york.
https://doi.org/10.7748/ns2013.06.27.43.50.e7280
Gilman, M., Adams, E. K., Hockenberry, Jason M Milstein, A. S., Wilson, I. B., &
Becker, E. R. (2015). Safety-Net Hospitals More Likely Than Other Hospitals To
Fare Poorly Under Medicare â€TM s Value-Based Purchasing, 3(Mar), 398–405.
Göras, C., Wallentin, F. Y., Nilsson, U., & Ehrenberg, A. (2013). Swedish translation
and psychometric testing of the safety attitudes questionnaire ( operating room
version), 1–7. https://doi.org/10.1186/1472-6963-13-104 Cite
Hafid, M. A. (2014). Hubungan kinerja perawat terhadap tingkat kepuasan pasien
pengguna yankestis dalam pelayanan keperawatan di rsud syech yusuf kab.gowa.
Hubungan Kinerja Perawat Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Pengguna
Yankestis Dalam Pelayanan Keperawatan Di Rsud Syech Yusuf Kab.gowa, VII(2),
1–8.
Hidayati, A. N., Suryawati, C., & Sriatmi, A. (2014). Analisis Hubungan Karakteristik
Pasien dengan Kepuasan Pelayanan Rawat Jalan Semarang Eye Center ( SEC )
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, 2, 9–14.
Hilmawan, F. A., Suprapti, E., & Solechan, A. (2014). Hubungan antara Penerapan
Standart Opeational Procedure (SOP) Pemberian Obat Prinsip Enam Benar dengan
Tingkat Kepuasan Pasien di RSUD Ungaran, 1–10.
Ibigbami, O. I., & Olowookere, S. A. (2015). Patients Satisfaction with Nursing Care in
a Maternity Unit in South-Western Nigeria : Relationship with Self Esteem
Adekunle B .Eegunranti Adesanmi Akinsulore Adebukola Ibigbami, 23(1), 176–
183.
JCI. (2015). Sentinel Event Alert, Issue 55: Preventing falls and fall-related injuries in
health care facilities. JCI.
JCI. (2017). Hospital National Patient Safety Goals.
KBBI. (2017). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Kemenkes Republik Indoneasia. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit (2008).
Klaipertch. (2016). Welcome to the Departement of Nursing Faculty of Medicine Siriraj
Hospital, Mahidol University.
Kotler, P., & Keller, K, L. (2012). Marketing Management. (S. Yagan, Ed.) (14th ed.).
Universitas Indonesia
64
America.
Latiff, A., Yunus, M., Din, C., Ma’on, N. (2013). Patient Satisfaction and Service
Quality with Access to 1Malaysia Clinic. Scientific & Academic Publishing.
https://doi.org/10.5923/j.mm.20130302.01
Lawton, R., O’Hara, J., Sheard, L., Reynolds, C., Cocks, K., Armitage, G., & Wright, J.
(2015). Can staff and patient perspectives on hospital safety predict harm-free
care ? An analysis of staff and patient survey data and routinely collected
outcomes. BMJ Quality & Safety, 24, 369–376. https://doi.org/10.1136/bmjqs-
2014-003691
Lei, P., & Jolibert, A. (2012). A three-model comparison of the relationship between
quality , satisfaction and loyalty : an empirical study of the Chinese healthcare
system. BMC Health Services Research.
Lombogia, A., Rottie, J., & Karundeng, M. (2016). Hubungan Perilaku dengan
Kemampuan Perawatan dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety)
di Ruang Akut Instalasi Gawat Darurat RSUPProf.DR.R.D. Kandou Manado.
Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia, 4.
Malone, B. (2016). Nurses as leaders. (W. Rosa, Ed.). New York: springer publishing
company.
Mezemir, R., Getachew, D., & Gebresiassie, M. (2014). Patients ’ Satisfaction and its
determinants in Outpatient Department of Deberebirhan referral Hospital, North
Shoa, Ethiopia, 3(3), 1–11. https://doi.org/10.4172/2162-6359.1000191
Mohan, D. R., & Kumar, K. S. A. I. (2011). A study on the satisfaction of patients with
reference to hospital services. Journal of Business Economics & Management
Research, 1(3), 15–25.
Novitasari, A., Muhammad, H., & Kaporina, A. (2014). Kepuasan Pasien Rawat Inap
terhadap Pelayanan Keperawatan di RSUP Dr . Kariadi Semarang, (2).
Özlü, Z. K., & Uzun, O. (2015a). Evaluation of Satisfaction with Nursing Care of
Patients Hospitalaized in. International Journal of Caring Science, 8(1), 19–24.
Özlü, Z. K., & Uzun, O. (2015b). Evaluation of Satisfaction with Nursing Care of
Patients Hospitalaized in Surgical Clinics of Different Hospitals. International
Journal of Caring Sciences, 8(1), 19–24.
Pan, J., Liu, D., & Ali, S. (2015). Patient dissatisfaction in China: What matters. Social
Universitas Indonesia
65
0500-6-276
Siti, M., Zulpahiyana, & Indrayana, S. (2015). Komunikasi Terapeutik Perawat
Berhubungan dengan Kepuasan Pasien, 4(1), 30–34.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21927/jnki.2016.4(1).30-34
Smith, S. (2016). Reducing medical errors and increasing patient safety in health care.
ProQuest Dissertations Publishing. Utica College. https://doi.org/10183250.
Sumaedi, S., Yuda Bakti, I. G. M., Rakhmawati, T., Astrini, N. J., Widianti, T., &
Yarmen, M. (2016). Indonesian public healthcare service institution’s patient
satisfaction barometer (IPHSI-PSB). International Journal of Productivity and
Performance Management, 65(1), 25–41. https://doi.org/10.1108/IJPPM-07-2014-
0112
Tang, wai mun, Soong, C.-Y., & Lim, W. C. (2013). Patient Satisfaction with Nursing
Care : A Descriptive Study Using Interaction Model of Client Health Behavior.
International Jpurnal of Nursing Science, 3(2), 51–56.
https://doi.org/10.5923/j.nursing.20130302.04
Tateke, T., Woldie, M., & Ololo, S. (2012). Determinants of patient satisfaction with
outpatient health services at public and private hospitals in Addis Ababa, Ethiopia,
1–12. https://doi.org/10.4102/phcfm.v4i1.384
The Joint Commission. National Patient Safety Goals Effective January 2017 (2017).
Ulrich, B., & Kear, T. (2014). Patient Safety Culture in Nephrology Nurse Practice
Settings : Initial Findings. Continuing Nursing Education (CNE), 41(5), 459–475.
Umaternate, T. S., Kumaat, L. T., & Mulyadi. (2015). Hubungan pelaksanaan
identifikasi pasien secara benar dengan kepuasan pasien di Instalasi Gawat Darurat
[IGD] RSUP Prof.DR.R.D.Kandou Manado. Jurnal Ners Dan Kebidanan
Indonesia, 3
Utama, P. Y., Apriatni, E. P., & Listyorini, S. (2013). Analisis Tingkat Kepuasan Pasien
Rawat Inap Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Dilihat dari Dimensi
Kualitas Pelayanan, 1–9.
Wagner, D., & Bear, M. (2008). nursing framework. Journal of Advaced Nursing, 692–
791. https://doi.org/10.1111/j.1365-2648.2008.04866.x
Wai, M. T., Soong, C.-Y., & Wen, C. L. (2013). Patient Satisfaction with Nursing Care :
A Descriptive Study Using Interaction Model of Client Health Behavior.
Universitas Indonesia
67
Universitas Indonesia