Anda di halaman 1dari 79

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN DENGAN


KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

HALAMAN JUDUL

TESIS

WIDIASARI
1506779126

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
DEPOK
2018
ii

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN DENGAN


KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Magister Keperawatan

WIDIASARI
1506779126

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN
DEPOK
JANUARI 2018

Universitas Indonesia
iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Universitas Indonesia
iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN

Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 9 Januari 2018
vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
peneliti dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Magister Ilmu Keperawatan peminatan kepemimpinan dan
manajemen keperawatan pada Program Studi Magister Ilmu Keperawatan, Fakultas
Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.

Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
awal bimbingan sampai penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi peneliti untuk
menyelesaikan. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia;
2. Dr. Hanny Handiyani, S.Kp., M.Kep selaku dosen pembimbing 1 yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam
penyusunan tesis ini;
3. Dr. Enie Novieastari, S.Kp., MSN selaku dosen pembimbing 2 yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam
penyusunan tesis ini;
4. Tuti Afriani, S.Kp., M.Kep selaku penguji yang banyak memberikan saran,
masukan, dan perbaikan peneliti dalam tesis ini;
5. Sri Purwaningsih, S.Kp., M.Kes. selaku penguji yang banyak memberikan saran,
masukan, dan perbaikan peneliti dalam tesis ini;
6. Seluruh Dosen dan Staf pada Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia;
7. Keluarga, teman-teman, dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
tesis penelitian ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Peneliti berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang
telah membantu.
Depok, Januari 2018
Peneliti
BSTRAK

Kepuasan Pasien terhadap Penerapan Keselamatan Pasien di


Rumah Sakit

Universitas Indonesia
vii

Widiasari¹, Hanny Handiyani², Enie Novieastari2

¹Program Studi Magister Ilmu Keperawatan, Peminatan Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan,
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat
²Departemen Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar Fakultas Ilmu Keperawatan,
Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia

Email: widiasarisolichin17@gmail.com

Abstrak

Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan di Indonesia mayoritas masih kurang puas.
Penyebab ketidakpuasan pasien di antaranya faktor kesalahan identifikasi, komunikasi, pemberian obat,
dan risiko jatuh. Penelitian bertujuan mengidentifikasi hubungan penerapan keselamatan pasien dengan
kepuasan pasien di Rumah Sakit X. Desain penelitian menggunakan pendekatan cross sectional dengan
menyebarkan kuesioner kepada 143 pasien, pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling.
Data dianalisis menggunakan independent t-test dan uji chi-square. Hasil penelitian didapatkan ada
hubungan penerapan keselamatan pasien dengan kepuasan pasien (p= 0,001, OR=1,216). Karakteristik
pasien berupa umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan kelas rawat tidak berhubungan dengan
kepuasan pasien (p= 0,331; 0,818; 0,949, 1,000; dan 0,382). Hasil penelitian juga didapatkan bahwa
penerapan aspek keselamatan pasien berupa reassessment pasien risiko jatuh dan dimensi kehandalan
(memberi petunjuk) ketika melakukan tindakan keperawatan masih belum optimal sehingga menjadi
saran untuk ditingkatkan agar kepuasan pasien di rumah sakit X semakin meningkat.

Kata kunci: kepuasan pasien, keselamatan pasien, penerapan

Patient Satisfaction Against Application of Patient Safety at Hospital

Abstract

The level of patient satisfaction on nursing service in Indonesia majority still less satisfied. The causes of
patient dissatisfaction include the factors of misidentification, communication, drug delivery, and risk of
falls. The study aimed to identify the relationship of patient safety implementation with patient
satisfaction in Hospital X. The research design used cross sectional approach by distributing
questionnaires to 143 patients, sampling using cluster random sampling. Data were analyzed using
independent t-test and chi-square test. The result of the research shows that there is relationship of
patient safety implementation with patient satisfaction (p = 0.001, OR = 1.216). Patient characteristics of
age, sex, education, occupation, and nursing class were not related to patient satisfaction (p = 0.331,
0.818, 0.949, 1.000 and 0.382). The result of the research also found that the application of patient safety
aspect in the form of reassessment of patient risk and fall dimension of reliability (giving guidance) when
doing nursing action still not optimal so become suggestion to be improved so patient satisfaction in
hospital X increasing

Key words: Application, patient satisfaction, patient safety

DAFTAR ISI

Universitas Indonesia
viii

HALAMAN JUDUL....................................................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS........................................................ iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... vi
ABSTRAK..........................................................................................................................................vii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... viii
DAFTAR DIAGRAM..................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................................xi
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................1
2.1
Latar Belakang 1
2.2
Rumusan Masalah 5
2.3
Tujuan Penelitian 6
2.4
Manfaat Penelitian 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................8
2.1 Keselamatan Pasien 8
2.2 Kepuasan Pasien 15
2.3 Manajemen Keperawatan 22
2.4 Kerangka Teori 25
BAB 3 KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL 26
3.1 Kerangka Konsep Penelitian 26
4.2 Hipotesis 27
4.3 Definisi Operasional 28
BAB 4 METODE PENELITIAN...............................................................................................32
4.1 Rancangan Penelitian 32
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian 32
4.3 Tempat Penelitian 35
4.4 Waktu Penelitian 35
4.5 Etika Penelitian 36
4.6 Instrumen Pengumpulan Data 38
4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas 40
4.8 Pengumpulan Data 41
4.9 Pengolahan Data 42
4.10 Analisis Data 44
BAB 5 HASIL PENELITIAN.....................................................................................................46
5.1 Gambaran Karakteristik Pasien 46
5.2 Gambaran Penerapan Keselamatan Pasien 47
5.3 Gambaran Kepuasan Pasien 47
Universitas Indonesia
ix

5.4 Hubungan Karakteristik Pasien dengan Kepuasan Pasien 48


5.5 Hubungan pendidikan dengan kepuasan pasien 48
5.6 Hubungan Keselamatan Pasien dengan Kepuasan Pasien 50
BAB 6 PEMBAHASAN.................................................................................................................51
6.1 Interpretasi dan Diskusi 51
6.2 Hubungan Karakteristik Pasien dengan Kepuasan Pasien 52
6.3 Hubungan Penerapan Keselamatan Pasien dengan Kepuasan Pasien………...55
6.4 Implikasi Penelitian 56
6.5 Keterbatasan Penelitian 57
BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN............................................................................................58
7.1 Simpulan 58
7.2 Saran 58
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................61

Universitas Indonesia
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 2.1 Kerangka Teori Penelitian........................................................................ 25
Diagram 3.1 Definisi Operasional Penelitian Variabel Bebas...................................... 27
Diagram 4.1 Desain Penelitian Hubungan Penerapan Keselamatan Pasien dengan
Kepuasan Pasien di Rumah Sakit............................................................ 32
Gambar 4.2 Kerangka Kerja Pelaksanaan Penelitian Hubungan Penerapan Keselamatan
Pasien dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit.....................................36
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian Variabel Bebas (Independen) .................... 28


Tabel 3.2 Definisi Operasional Penelitian Variabel Tergantung (Dependen)............... 29
Tabel 3.3 Definisi Operasional Penelitian Variabel perancu (Confounding)................ 29
Tabel 4.1 Pemetaan Jumlah Sampel di RSUP Persahabatan......................................... 35
Tabel 4.2 Kisi- kisi Instrumen A.................................................................................. 38
Tabel 4. 3 Kisi-Kisi Kuisioner Penerapan Keselamatan pasien......................................... 39
Tabel 4.4 Kisi –kisi kuesioner kepuasan pasien............................................................ 40
Tabel 4.5 Analisis Univaria............................................................................................... 47
Tabel 4.6 Analisis Bivariat dan Uji Statistik...................................................................... 45
Tabel 5.1 Gambaran Karakteristik umur Pasien........................................................... 46
Tabel 5.2 Gambaran Jenis kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Kelas Perawatan............. 47
Tabel 5.3 Gambaran Penerapan keselamatan pasien.................................................... 47
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien.......................................................... 48
Tabel 5.5 Hubungan Umur pasien dengan kepuasan pasien........................................ 48
Tabel 5.6 Hubungan Jenis Kelamin dengan kepuasan pasien....................................... 48
Tabel 5.7 Hubungan pendidikan dengan kepuasan pasien............................................ 49
Tabel 5.8 Hubungan Pekerjaan dengan Kepuasan Pasien............................................ 49
Tabel 5.9 Hubungan kelas perawatan dengan kepuasan pasien................................... 49
Tabel 5.10 Hubungan keselamatan pasien dengan kepuasan pasien........................... 50
xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Lolos Kaji Etik


Lampiran 2 Surat Ijin Validatas dan Realibilitas
Lampiran 3 Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 4 Kuesioner

Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan keperawatan yang berkualitas menjadi faktor penentu tingkat kepuasan
pasien. Pelayanan keperawatan yang diberikan semakin baik akan meningkatkan
kepuasan pasien (Cahyadi & Mudayana, 2014; Wulandari, 2015). Pelayanan
keperawatan sebagai lini terdepan berperan sangat tinggi atas kepuasan yang diterima
pasien (Philip, 2014). Pelayanan perawatan tidak optimal tentunya dapat menyebabkan
ketidakpuasan pasien.

Ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan baik di Indonesia maupun di


negara berkembang lainnya masih menjadi masalah. Pasien di Indonesia didapatkan
70% kurang puas terhadap pelayanan keperawatan (Hafid, 2014). Sumaedi et al. (2016)
menyatakan bahwa nilai kepuasan pasien di Indonesia sebesar 55,987 sedangkan indeks
penentu Patient Satisfaction Index (PSI) 51,926—68,425. Pan, Liu, & Ali (2015) di
Cina mendapatkan angka ketidakpuasan pasien terjadi pada kasus rawat jalan dan rawat
inap di satu rumah sakit. Data di rumah sakit salah satu negara Asean pada 2016
didapatkan bahwa kepuasan pasien baru 79%, sedangkan standar angka kepuasan pasien
>80% dengan angka komplain 4—5 kasus/ bulan (Klaipertch, 2016). Standar pelayanan
minimal rumah sakit, kepuasan pasien rawat inap di Indonesia ≥90% (Kemenkes
Republik Indoneasia, 2008). Standar pelayanan minimal, kepuasan pasien sebagai tolak
ukur untuk meningkatkan pelayanan.

Pelayanan keperawatan yang mengacu standar pelayanan minimal akan meningkatkan


kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Standar pelayanan
minimal dapat digunakan sebagai instrumen untuk melihat kebutuhan pasien telah
terpenuhi dan menilai hasil pelaksanaaan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan (Wai,
Soong, & Wen, 2013). Instrumen kepuasan pasien digunakan untuk mengevaluasi
kinerja rumah sakit untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Instrumen
yang relevan untuk pengukuran kepuasan pasien diidentifikasi dan dikembangkan untuk
peningkatan pelayanan keperawatan (Péfoyo & Wodchis, 2013). Pelayanan
keperawatan di bawah standar dapat berdampak pada ketidakpuasan pasien.
1 Universitas Indonesia
Dampak kepuasan yang dirasakan dapat memberikan umpan balik bahwa rumah sakit
memahami kualitas pelayanan. Pasien merasakan puas ketika mendapat informasi,
kualitas konsultasi, fasilitas lingkungan fisik yang baik sehingga pasien ingin kembali
mengunjungi rumah sakit saat membutuhkan pelayanan (Pouragha & Zarei, 2016).
Pelayanan yang memuaskan pasien ketika di rumah sakit akan direkomendasikan
kepada orang lain untuk menjadikan salah satu rujukan tempat mendapatkan pengobatan
(Aiken et al., 2012). Rumah sakit sebagai subyek layanan kesehatan harus memahami
faktor–faktor pendorong kepuasan tingkat layanan dan mengidentifikasi penyebab
ketidakpuasan pasien.

Ketidakpuasan pasien saat dirawat di rumah sakit disebabkan oleh beberapa faktor.
Faktor kesalahan identitas masih sering terjadi yaitu kekeliruan identitas pasien
terutama di unit perawatan intensif, ruang operasi dan keadaan darurat. Faktor
komunikasi, penyebab terbanyak dikarenakan kesalahan dari penerapan keselamatan
pasien yang menimbulkan masalah di rumah sakit adalah komunikasi. Komunikasi
menjadi faktor dominan penyebab kesalahan di rumah sakit Swedia sebesar 67%
(Göras, Wallentin, Nilsson, & Ehrenberg, 2013). Kegagalan berkomunikasi dapat pula
mengakibatkan kesalahan pengobatan 75% yaitu pemberian obat melebihi dosis
(Smith, 2016). Operasi di tempat yang salah dan akuisisi operasi tidak tepat, menjadi
perhatian yang yang sangat penting ketika prosedur intra operasi (Ulrich & Kear, 2014).
Peningkatan risiko infeksi, penelitian di Polandia dari 1097 kasus infeksi masih
ditemukan di rumah sakit 957 kasus atau 87,2% (Deptu, Trejnowska, Ozorowski, &
Hryniewicz, 2015). Risiko jatuh di Amerika Serikat, ratusan ribu pasien jatuh di rumah
sakit setiap tahun, dengan 30-50% mengakibatkan cedera.1-6 pasien yang cedera
memerlukan perawatan tambahan waktu dirawat (JCI, 2015). Berbagai faktor penyebab
ketidakpuasan pasien dikarenakan penerapan keselamatan pasien yang belum optimal.

Penerapan keselamatan pasien dapat menurunkan risiko cedera dan membuat asuhan
pasien lebih aman. Keselamatan pasien merupakan upaya meminimalkan cereda hingga
ke tingkat minimum yang dapat diterima (Panesar, Stevens, Salvilla, & Sheikh, 2017).
Keselamatan pasien adalah sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi
asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis

2 Universitas Indonesia
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko (PMK RI, 2017). Keselamatan pasien
membutuhkan tindakan yang strategis dalam penerapannya di rumah sakit.

Strategi keselamatan pasien dapat diterapkan melalui asuhan keperawatan dalam


melakukan setiap tindakan. Tindakan keselamatan pasien ini dilakukan oleh perawat
dan seluruh petugas di rumah sakit secara terus menerus, dan dilakukan evaluasi.
Insiden dapat diperkecil dengan menerapkan pelaksanaan keselamatan pasien secara
terus menerus di rumah sakit (Fujita et al., 2013). Peningkatan penerapan keselamatan
pasien wajib dilakukan monitoring dan dapat dilakukan pengukuran. Keselamatan
pasien secara keseluruhan terbukti paling berpengaruh terhadap dukungan manajemen
rumah sakit untuk pembelajaran organisasi dan perbaikan terus-menerus (Brown, 2016).
Monitoring dan evaluasi sangat penting dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas
keselamatan pasien.

Penerapan keselamatan pasien yang kurang efektif dapat terjadi pada identifikasi
pasien, kesalahan dalam komunikasi, kesalahan titik operasi, kesalahan obat, infeksi di
rumah sakit dan pasien jatuh. Potensi kesalahan biasa terjadi pada identifikasi pasien
salah pemberian nama pasient, komunikasi pada saat discharge planning tidak lengkap,
dan kurang pengontrolan pasien mengakibatkan pasien jatuh. Kesalahan penerapan
keselamatan pasien terbanyak adalah komunikasi yang tidak efektif. Komunikasi di
rumah sakit Swedia didapatkan faktor paling dominan yaitu 67% (Göras et al., 2013).
Identifikasi risiko dari tahapan layanan dan kondisi pasien harus dilakukan untuk
menentukan tindakan pengurangan risiko. Pengendalian risiko merupakan bentuk
penerapan keselamatan pasien sesuai standar dapat meningkatkan mutu asuhan
keperawatan.

Kinerja asuhan keperawatan yang baik akan meningkatkan efektifitas mutu


keperawatan. Penerapan asuhan keperawatan layanan keperawatan Pelayanan
keperawatan dengan penerapam keselamatan pasien dapat meminimalkan tingkat
kesalahan dan berdampak pada penurunan biaya yang harus dibayar oleh pasien akibat
masa rawat yang lama (Gerri, Kaufman & Dorothy, 2013). Rumah Sakit yang

3 Universitas Indonesia
4

menerapkan keselamatan pasien lebih meminimalkan pengeluaran finansial dibanding


dengan tidak menerapkan keselamatan pasien (Gilman, Adams, Hockenberry, Jason M
Milstein, Wilson, & Becker, 2015). Keselamatan pasien memiliki outcome yang positif
bagi pelayanan di rumah sakit. Outcome dari penerapan keselamatan pasien adalah
mendorong peningkatan pelayanan kesehatan (Lawton et al., 2015). Pelayanan
kesehatan yang tidak menerapkan keselamatan pasien dapat menimbulkan kerugian.

Kerugian yang terjadi sebagai akibat tidak dipedulikannya keselamatan pasien cukup
banyak. Banyak pasien terkena terkena dampak kesalahan medis berupa cacat ringan
sebanyak 70%, 7% pasien menderita cacat tetap, dan 13% terjadi fatal accident
(Collinson, Thorne, Dee, MacIntyre, & Pidgeon, 2013). Hasil penelitian di London
dilaporkan 456 insiden yang berhubungan dengan keselamatan pasien selama 54 bulan.
Sebagian besar insiden terjadi di ruang rawat (80%). Jenis insiden yang paling sering
terjadi adalah kesalahan pengobatan (62%). Insiden ini terutama terjadi saat meresepkan
sebesar 30% dan 29% pemberian obat dan diikuti oleh 26% komunikasi yang kurang
tepat. Masalah ini terutama terjadi antara berbagai kelompok profesional perawatan
kesehatan dan antar departemen yang berbeda (Scharein & Trendelenburg, 2013).
Kerugian yang diakibatkan karena keselamatan pasien terjadi di rumah sakit luar
maupun dalam negeri sendiri.

Rumah Sakit Persahabatan merupakan rumah sakit pendidikan tipe A, menjadi rumah
sakit pusat respirasi terkemuka di Asia Pasifik tahun 2019 adalah visinya. Rumah Sakit
Persahabatan berdiri pada 1963 sebagai sumbangan dari pemerintah Rusia. Rumah sakit
Persahabatan pada 18 Desember 2016 telah terakreditasi KARS-SERT/179/XII/2015
versi 2012 lulus paripurna. Pada 2 November 2016, ditetapkan sebagai rumah sakit
rujukan nasional berdasarkan menteri kesehatan RI NoHK.02./MENKES/566/2016.
Keselamatan pasien di Rumah Sakit Persahabatan telah berjalan sesuai standar JCI
2017. Tingkat kepuasan pasien di Rumah Sakit Persahabatan terus membaik.

Berdasarkan laporan kinerja bidang perawatan RSUP Persahabatan 2016, tingkat


kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan triwulan pertama 77,8%, triwulan
kedua 80,9% , triwulan ketiga 84,3% dan terus meningkat pada triwulan sebesar

Universitas Indonesia
5

85,97% dan 85,97%. Berdasarkan wawancara 5 perawat pada 24 Juni 2017 didapatkan
data bahwa identifikasi gelang pasien yang berasal dari poliklinik beberapa kali belum
dipasang. Pada bulan Maret 2016 pasien pindahan dari ICU ke ruang rawat, mengalami
infeksi luka tekan tidak diinfokan telah dilakukan pemeriksaan mikrobiologi, sehingga
di ruangan dilakukan pemeriksaan mikrobiologi ulang. Komunikasi perawat ketika
hand over belum efektif. Observasi ketika perawat melakukan hand over juga masih
belum optimal, tidak semua perawat mendengar dan mengetahui masalah keperawatan
pada pasien kelolaannya.

Insiden keselamatan pasien sesuai laporan kinerja bidang perawatan RSUP


Persahabatan 2016 menunjukkan pasien jatuh terdapat 7 kasus. Pada keselamatan
pasien mengurangi risiko infeksi akibat perawata kesehatan masih ditemukan perawat
yang tidak membersihkan tangan, terutama sebelum melakukan tindakan keperawatan
dan pada kegiatan five moment yang lain seperti setelah masuk lingkungan ruang rawat.
Observasi yang dilakukan pada perawat di Intermediate Ward (IW) pada 19 Desember
2017 dan ruang rawat inap. Observasi pada 5 perawat saat dinas sore tidak satupun
membersihkan tangan saat ke kamar pasien.

Kondisi yang telah digambarkan menunjukkan bahwa penerapan keselamatan pasien


oleh perawat belum optimal dan kondisi ini diduga berdampak pada tingkat pasien.
Peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul: “Hubungan Penerapan Keselamatan
Pasien dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit”.

1.2 Rumusan Masalah


Keselamatan pasien merupakan sesuatu hal yang penting untuk diterapkan di rumah
sakit. Rumah Sakit Persahabatan telah menerapkan keselamatan pasien namun belum
optimal dalam aplikasinya. Ketepatan identifikasi pada pasien yang akan dirawat inap
tidak semua telah terpasang gelang identitas. Komunikasi yang dilakukan oleh perawat
dengan perawat dan perawat dengan pasien belum efektif. Perawat di rumah sakit masih
ditemukan tidak membersihkan tangan terutama sebelum melakukan tindakan ke pasien.
Kejadian pasien jatuh masih belum memenuhi standar yaitu terdapat 7 pasien jatuh
sesuai laporan kinerja keperawatan 2016.

Universitas Indonesia
6

Rendahnya tingkat penerapan keselamatan pasien oleh perawat dapat mengakibatkan


ketidakpuasan dari pasien. Berdasarkan laporan kinerja bidang perawatan RSUP
Persahabatan 2016, tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan triwulan
pertama 77,8%, triwulan kedua 80,9% , triwulan ketiga 84,3% dan pada triwulan
sebesar 85,97% dan 85,97%. Ketidakpuasan pasien terhadap perawat berdampak pada
penurunan mutu pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Persahabatan. Penelitian
tentang penerapan keselamatan pasien oleh perawat dikaitkan kepuasan pasien di
Rumah Sakit Persahabatan belum pernah dilakukan, maka peneliti merasa perlu
melakukan penelitian tentang penerapan keselamatan pasien oleh perawat dengan
kepuasan pasien di Rumah Sakit Persahabatan. Rumusan permasalahan dalam penelitian
ini adalah “Belum diketahuinya hubungan penerapan keselamatan pasien dengan
kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta.”

1.3 Tujuan Penelitian


2.1.1 Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penerapan keselamatan pasien
dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta

2.1.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari penelitian ini adalah dapat teridentifikasinya:
1.3.2.1 Gambaran karakteristik pasien di IW dan Ruang Rawat Inap RSUP
Persahabatan.
1.3.2.2 Gambaran penerapan keselamatan pasien di IW dan Ruang Rawat Inap
RSUP Persahabatan
1.3.2.3 Gambaran kepuasan pasien di IW dan Ruang Rawat Inap RSUP
Persahabatan
1.3.2.4 Hubungan umur dengan kepuasan pasien.
1.3.2.5 Hubungan jenis kelamin dengan kepuasan pasien.
1.3.2.6 Hubungan pendidikan dengan kepuasan pasien.
1.3.2.7 Hubungan pekerjaan dengan kepuasan pasien.
1.3.2.8 Hubungan kelas rawat dengan kepuasan pasien.
1.3.2.9 Hubungan penerapan keselamatan pasien dengan kepuasan pasien.

Universitas Indonesia
7

1.4 Manfaat Penelitian


2.1.3 Bagi Pasien
Penelitian ini menghasilkan manfaat untuk pasien yaitu perawat menerapkan
keselamatan pasien pada setiap asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien,
sehingga keselamatan pasien menjadi lebih aman. Penerapan keselamatan pasien oleh
semua perawat meningkatkan mutu asuhan, sehingga kepuasan pasien meningkat.

2.1.4 Bagi Manajemen Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit


Penelitian ini menghasilkan manfaat bagi manajemen keperawatan rumah sakit yaitu
diperolehnya data kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan dan data penerapan
keselamatan pasien oleh perawat dilihat dari persepsi pasien. Hasil penelitian tentang
penerapan keselamatan dan kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan sebagai data
acuan bagi manajemen rumah sakit untuk meningkatkan pelayanan keparawatan melalui
program-program yang berfokus pada upaya keselamatan pasien.

2.1.5 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan dan Penelitian Selanjutnya.


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi kemajuan ilmu
keperawatan, khususnya untuk menambah masukan terhadap keselamatan pasien di
rumah sakit dan kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan di rumah sakit.
Penelitian ini penting bagi tenaga kesehatan institusi rumah sakit sebagai pemberi
pelayanan kesehatan, karena keselamatan pasien menjadi standar mutu keperawatan
untuk meningkatkan kepuasan pasien. Penelitian bertujuan sebagai rujukan untuk
pengembangan penelitian terkait kepuasan pasien pada pelayanan keperawatan yang
dihubungkan dengan penerapan keselamatan pasien oleh perawat.

Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan Pasien


2.1.1 Pengertian Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien merupakan sebuah sistem yang memberikan pasien aman selama di
rumah sakit dan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan akibat kesalahan
melaksanakan tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Keselamatan pasien adalah Sistem mengurangi risiko bahaya yang tidak perlu berkaitan
dengan pelayanan kesehatan minimum sesuai standar pasien (WHO, 2013).
Keselamatan pasien adalah pemberian pelayanan kepada pasien lebih aman selama
dalam proses perawatan di rumah sakit (PMK RI, 2017).

Keselamatan pasien rumah sakit merupakan suatu sistem di rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis kejadian,
kemampuan belajar dari kejadian dan tindak lanjutnya serta usaha mencari jalan terbaik
untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya (PMK RI, 2017).

2.1.2 Tujuan Keselamatan Pasien


Keselamatan pasien bertujuan untuk menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah
sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat,
menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan dan terlaksananya program-program
pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan serta
terwujudnya program pelaporan dan pencatatan kejadian keselamatan pasien di rumah
sakit (PMK RI, 2017)

Tujuan keselamatan pasien menurut Joint Commission International (JCI, 2017) yaitu:
1) Meningkatkan ketepatan pada identifikasi pasien yaitu digunakan 2 identitas pasien
minimal nama dan tanggal lahir pasien, untuk mengidentifikasi dan meminimalisir

8 Universitas Indonesia
9

kesalahan. 2) Meningkatkan komunikasi terapeutik pada semua pemberi pelayanan


kesehatan di rumah sakit menggunakan teknik Situation, Background, Assessment dan
Recommendation (SBAR) melaporkan kondisi kritis maupun ketika timbang terima
pasien. 3) Meningkatkan ketepatan dalam managemen obat, di antaranya dengan cara
memberikan label. 4) Menurunkan risiko infeksi melalui membiasakan membersihkan
tangan dengan benar dan menjaga central line penyebaran infeksi melalui darah serta
mencegah resistensi penggunaan obat infeksi. 5) Menggunakan program pengobatan
selama perawatan secara akurat dan tepat, menginfokan pemberian obat secara lengkap
dan berkesinambungan dengan petugas berikutnya, daftar pengobatan pasien dibuat
lengkap, diupayakan pasien mendapatkan obat minimal, 6) Mencegah pasien dari
kemungkinan kejadian risiko jatuh. 7) Mengurangi risiko pasien terjadi dekubitus
(cedera tekan). 8) Rumah sakit mengidentifikasi keselamatan pasien. 9) Standar umum
menghindari kesalahan lokasi, prosedur dan pasien pada ketika tindakan operasi
berjalan.

2.1.3 Enam Sasaran Keselamatan Pasien


Sasaran International Patient Safety Goals (IPSG) terbagi 6 menurut Joint Commission
International (JCI, 2017), adalah: pertama, mengidentifikasi pasien dengan tepat terbagi
atas: 1) saat pemasangan gelang dijelaskan tujuan pemasangannya, 2) memastikan
gelang identitas pasien sesuai dengan nama lengkap, nomor rekam medis dan tanggal
lahir, 3) perawat mengenalkan dirinya kepada pasien, 4) menanyakan identitas pasien
minimal dengan komunikasi aktif dan pertanyaan terbuka, 5) pasien diidentifikasi
sebelum memberikan obat, sebelum transfusi diberikan, sebelum pengambilan sampel
darah untuk pemeriksaan laboratorium dan sebelum pasien diberikan
pelayanan/prosedur tindakan.

Sasaran kedua adalah meningkatkan komunikasi efektif yang singkat, akurat, lengkap,
jelas dan mudah dimengerti oleh penerima pesan sehingga akan mengurangi kesalahan
dan keselamatan pasien terjaga. Komunikasi efektif terbagi atas: 1) kondisi pasien
dalam keadaan kritis dilaporkan dengan menggunakan teknik SBAR saat timbang
terima pasien, 2) saat menerima instruksi verbal dengan memakai teknik tulis baca
kembali, penerima pesan mencatat kembali seluruh intruksi verbal, hasil laboratorium
Universitas Indonesia
10

pada lembar catatan integrasi dan telepon, seluruh pesan verbal dan hasil pemeriksaan
oleh penerima pesan dibacakan kembali kepada pemberi pesan, pesan tertulis dilakukan
verifikasi (diberi nama dan tanda tangan) pada kesempatan oleh pemberi pesan,
mencatat kembali pada catatan terintregrasi tindakan yang telah dilakukan.

Sasaran ketiga adalah meningkatkan keamanan obat-obat risiko tinggi. Sasaran


diperlukan pengawasan yang tinggi terhadap pemakaian obat yang diperlukan, contoh
1) tidak disimpan cairan elektrolit pekat di ruang rawat akan tetapi disediakan untuk
satu kali pemberian jika ada resep dokter, 2) pemberian label jelas dan disimpan di
tempat dengan akses yang terbatas pada cairan elektrolit pekat yang tersedia di ruang
rawat, 3) tersedianya daftar obat yang memiliki kewaspadaan tinggi yang diperlukan di
ruang rawat, 4) setiap obat yang diberikan menerapkan 7 prinsip benar.

Sasaran keempat adalah memastikan keamanan operasi. Pasien dan keluarga diberikan
informasi prosedur tindakan pembedahan serta diminta persetujuan secara tertulis
(inform consent/ formulir komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) di ruang rawat.
Keterlibatan pasien dalam memberikan penanda lokasi tindakan pembedahan yang
mudah dilihat.

Sasaran kelima yaitu mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan. Semua
petugas kesehatan melaksanakan kebersihan tangan enam langkah sesuai standar
(WHO, 2014). Petugas kesehatan membersihkan tangan pada 5 kondisi (moment) yaitu
sebelum kontak dengan pasien, setelah terjadi kontak dengan pasien, sebelum
melakukan tindakan aseptik, setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien, setelah kontak
dengan lingkungan pasien. Menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai keadaan:
menggunakan sarung tangan saat akan kontak dengan cairan tubuh, memakai sarung
tangan saat melakukan prosedur invasif, mengganti sarung tangan pada pasien yang
berbeda, memakai masker pada pasien yang memiliki penyakit pernapasan yang
menular dan mengganti masker pada pasien yang berbeda.

Sasaran keenam yaitu mengurangi risiko cedera pasien akibat jatuh. Pelaksanaannya
dengan melakukan pengkajian pasien risiko jatuh dan jika ada perubahan kondisi
Universitas Indonesia
11

pasien, pengkajian ulang dilakukan setelah tiga hari. Pengkajian dilakukan oleh perawat
untuk mencegah risiko jatuh. Menindaklanjuti hasil pengukuran sesuai derajat.
Memasang kancing risiko jatuh, memasang bendera risiko jatuh dan pendidikan
kesehatan pada pasien dan keluarga tentang risiko jatuh.

2.1.4 Pelaksanaan Keselamatan Pasien


Keselamatan pasien pada pelayanan keperawatan menjadi suatu yang harus diterapkan.
Pemberian pelayanan kepada pasien lebih aman selama dalam proses perawatan di
rumah sakit. Keselamatan pasien RS dapat dinilai dengan melihat sasaran keselamatan
pasien atau yang sering dikenal dengan International Patient Safety Goals (IPSG).
Tujuan mendasar keselamatan pasien disusun dalam rangka meningkatkan pelayanan
kesehatan yang aman dan bermutu tinggi, selalu menilai peningkatan keselamatan
pasien di RS. Sasaran keselamatan pasien dapat dibagi menjadi 6 adalah: Identifitas
pasien tepat, Ketepatan berkomunikasi, waspada terhadap obat yang mirip, Ketepatan
titik operasi, cara serta pasiennya, menurunkan potensial terjadi infeksi dan menghindari
pasien terjatuh (PMK RI, 2017). Sasaran keselamatan pasien ini menjadi indikator
pelaksanaan pelayanan kesehatan yang bermutu.

2.1.4.1 Mengidentifikasi pasien dengan tepat


Identifikasi pasien merupakan hal yang sangat penting dalam pemberian pelayanan
kepada pasien. Identifikasi pasien adalah proses penandaan pada pasien rawat inap,
menggunakan gelang identitas minimal dengan dua dari identitas pasien yaitu nama
pasien dan tanggal lahir pasien. Kekeliruan dapat dialami pada saat diagnosa
pengobatan dan perawatan. Kekeliruan dapat dialami pada pasien ditahapan awal
pertengahan perawatan atau saat pasien akan pulang dari layanan kesehatan. Kekeliruan
dari identitas pasien dapat dialami diwaktu pasien tidak sadar dengan anestesi dll.
Pencegahannya dengan melakukan pengulangan kontrol minimal dua kali pada pasien
yang mendapatkan pelayanan. (McNew, 2014; (PMK RI, 2017). Pengontrolan pada
identitas pasien harus dilakukan pada saat memberikan terapi, transfusi, pemeriksaan
sampel darah dan penunjang lain. Identifitas pasien dilakukan dengan menggunakan dua
identitas pasien, nama pasien, waktu kelahirannya, ruang perawatan tidak boleh dipakai
untuk identitas pasien. Penggunaan gelang identitas minimal menggunakan dua dari
Universitas Indonesia
12

identitas pasien yaitu nama pasien dan tanggal lahirnya (JCI, 2017). Penggunaan gelang
identitas pasien penting digunakan ketika memastikan pengobatan pada pasien tepat dan
pada pasien yang membutuhkan transfusi darah juga mendapatkan tindakan yang tepat
(JCI, 2017).

2.1.4.2 Meningkatkan komunikasi efektif


Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain.
Kominikasi adalah transmisi linear pesan dengan perantara (Panesar et al., 2017).
Komunikasi yang baik merupakan komunikasi komunikasi yang dilakukan pada waktu
yang sesuai, tidak ada yang kurang, tidak bias dan mudah dimengerti bagi tenaga
kesehatan. Komunikasi terapeutik adalah pengiriman informasi akurat, sehingga
penerima akan memahami perihal yang disampaikan (Panesar et al., 2017). Hal ini akan
menghindari kekeliruan dan keselamatan pasien dapat ditingkatkan. Komunikasi
terapeutik, mendengarkan permintaan, mencatat semuanya tidak boleh kurang,
menanyakan kembali yang diminta telah tercatat dengan baik melalui pembacaan ulang
hasil cacatan. Komunikasi yang dilakukan terapeutik yaitu dengan tidak mengurangi
interupsi, mencegah melakukan penundaan penyampaian atau segera menyampaikan
pesan yang diterimanya (Panesar et al., 2017).

2.1.4.3 Meningkatkan keamanan Obat-obatan risiko tinggi


Manajemen pelayanan kesehatan berkewajiban untuk menjaga ketat keselamatan pasien
dalam hal pemberian terapi. Peningkatan obat yang perlu diwaspadasi adalah usaha
yang paling efektif untuk mengurangi kesalahan akibat pemberian obat dengan berfokus
bagaimana mempersiapkan, menyimpan, obat injeksi konsentrasi tinggi, jenis obat
golongan waspada (high alert) (Panesar et al., 2017). Golongan obat yang perlu
diwaspadai adalah obat yang paling menyebabkan terjadinya kekeliruan serius (sentinel
event), jika penggunaannya tidak tepat. Obat-obat tersebut adalah obat dengan
konsentrasi tinggi seperti obat-obat kalium klorida, kalium fosfat, natrium klorida 3%;
obat sedasi/narkotika, insulin (Gerri, Kaufman & Dorothy, 2013). Obat golongan ini
harus ada etiket obat yang jelas melekat sampai obat itu diberikan kepada pasien.
Penyimpanan obat berkonsentrasi tinggi tidak boleh di ruangan sebelum digunakan pada
pasien.
Universitas Indonesia
13

2.1.4.4 Memastikan keamanan operasi.


Peningkatan keselamatan pasien pembedahan menjadi tanggung jawab tim tenaga
kesehatan secara bersama. Ketepatan lokasi, prosedur, tindakan bedah adalah
peningkatan keselamatan pasien operasi secara bersama melakukan pengontrolan pasien
ketika belum masuk ruang bedah, di dalam ruang bedah dan di pemulihan pasien pasca
operasi (Panesar et al., 2017). Kesalahan lokasi yang akan dilakukan pembedahan,
kesalahan pasien yang akan dioperasi, kesalahan tindakan sangat berbahaya dan dapat
terjadi di layanan kesehatan. Kesalahan di atas disebabkan karena semua personil ruang
bedah tidak melakukan kontrol ulang pada lokasi yang akan dilakukan pembedahan
(PMK RI, 2017). Layanan kesehatan bersama–sama membuat aturan baku mencegah
sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Titik lokasi pembedahan memerlukan keterlibatan
pasien sebelum masuk ruang operasi. Pemberian titik lokasi operasi tidak boleh
berubah, harus dilakukan oleh dokter spesialis yang akan mengoperasi. Penandaan
dilakukan saat pasien dengan kesadaran baik, harus terlihat jelas sampai akan dilakukan
operasi. Penandaan dikerjakan di semua kasus termasuk bagian tubuh yang memiliki
dua sisi, banyak bagian kecil seperti adanya luka pada telunjuk, jempol dan tulang
belakang (Panesar et al., 2017).

2.1.4.5 Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan


Menurunkan kejadian risiko infeksi pada layanan kesehatan menjadi sesuatu yang
menantang. Tingkat kejadian infeksi di layanan kesehatan menunjukkan angka berbeda
3,5—12% terjadi di negara maju, sedangkan di negara berkembang berada pada 5,7—
19,1% (Panesar et al., 2017). Penyebaran infeksi dapat terjadi di RS melalui kontak
tenaga kesehatan dengan pasein, maupun kontak pasien dengan pasien lainnya. Penyakit
infeksi yang didapat di rumah sakit disebut sebagai (Hospital Acquired Infection).
Infeksi Terkait Layanan Kesehatan atau “HAIs” (Healthcare-Associated Infections)
dengan pengertian yang lebih luas, yaitu kejadian infeksi tidak hanya berasal dari rumah
sakit, tetapi juga dapat dari fasilitas pelayanan kesehatan lainnya (Widodo, 2017). Tidak
terbatas infeksi kepada pasien namun dapat juga kepada petugas kesehatan dan
pengunjung yang tertular pada saat berada di dalam lingkungan fasilitas pelayanan
kesehatan. (Panesar et al., 2017). Kriteria HAIs yaitu terjadinya infeksi 48 jam setelah
pasien masuk rawat, setelah pulang rawat 3 hari kemudian dan 30 hari pasien setelah
Universitas Indonesia
14

dioperasi (Panesar et al., 2017). Penurunan kejadian risiko infeksi adalah upaya
menurunkan kejadian risiko infeksi pada layanan kesehatan (pasien) salah satunya
melalui menjaga kebersihan tangan( hand hygiene) (Panesar et al., 2017). Kebijakan
Nasional maupun dunia dilakukan untuk mengurangi penyakit di rumah sakit yang
ditularkan melalui tangan dan cara efektif untuk mengurangi infeksi silang yaitu
melakukan kebersihan tangan (hand hygiene) secara tepat (Panesar et al., 2017). Dengan
menjaga kebersihan tangan secara benar memberikan manfaat banyak bagi pasien dan
RS, termasuk meminimalkan biaya pengobatan pasien, pencegahan pasien terjadi
resisten terhadap obat-obatan (multi drugs resistant).

2.1.4.6 Mengurangi risiko cedera pasien akibat jatuh


Jatuh merupakan kejadian seseorang mengalami kontak dengan lantai atau dataran yang
lebih tinggi tanpa sengaja. Kejadian pasien terjatuh dapat menjadi penyebab kematian,
oleh sebab itu layanan kesehatan harus menjaga pasien tidak jatuh, melakukan analisis
pasien risiko terjatuh. Rumah sakit juga perlu mengevaluasi fasilitas yang tersedia dan
mengevaluasi pasien dengan melihat riwayat jatuh, obat yang dikonsumsi, gaya berjalan
dan alat bantu yang dibutuhkan dalam berjalan (PMK RI, 2017). Usia lanjut di United
Kingdom lebih dari 1,5 juta terjatuh di rumahnya setiap tahun, terdapat 300.000 terjadi
fraktur osteoporotic dan 75.000 terjadi fraktur panggul (Panesar et al., 2017). Insiden
akibat pasien jatuh ini berdampak serius di antaranya pasien akan mengalami takut
bergerak sehingga kesejahteraan mereka terganggu. Insiden paling fatal adalah pasien
meninggal akibat terjatuh. Pencegahan risiko jatuh adalah suatu upaya yang dilakukan
untuk mengurangi risiko jatuh di antaranya: melakukan anamnesa pada pasien di atas 65
tahun dan pasien muda dengan kondisi gangguan mobilitas fisiknya menggunakan tanda
bahaya seperti bendera merah dan pamasangan pengaman tempat tidur pasien selalu
dilakukan. Melakukan penilaian ulang pasien risiko jatuh. pengawasan pada pasien
dengan obat-obatan psikotropika dan obat yang dapat menyebabkan tekanan darah turun
(Panesar et al., 2017).

2.1.5 Sistem Pelaporan


Sistem pelaporan yang tepat merupakan aspek utama pada iklim keselamatan pasien.
Peningkatan keselamatan pasien membutuhkan pelaporan kesalahan yang bermanfaat
Universitas Indonesia
15

dan perbaikan sistem untuk mengurangi insiden (Malone, 2016). Sistem pelaporan
dapat meningkatkan keselamatan pasien dengan mempelajari kesalahan yang pernah
terjadi dan menentukan pola risiko yang mungkin tidak dapat diketahui tanpa sebuah
sistem pelaporan (Panesar et al., 2017).

2.1.6 Pengukuran keselamatan pasien


Keselamatan pasien yang diukur secara komposit belum ditemukan oleh peneliti baik di
negara maju maupun di Indonesia. Pengukuran keselamatan pasien yang ada saat ini
menggunakan intrumen secara terpisah, seperti penilaian keselamatan pasien pemberian
obat yang dilakukan oleh Myhre (2007) dan intrumen tentang komunikasi oleh
Rubai’ah 2016.

Pengukuran keselamatan pasien dilakukan menggunakan kuesioner. Kuesioner dibuat


berdasarkan standar keselamatan pasien dari JCI tahun 2017 yang terdiri dari 6 yaitu:
Ketepatan identifikasi pasien, komunikasi efektif, ketepatan pemberian obat, ketepatan
lokasi dan prosedur tindakan, penurunan infeksi, mencegah pasien jatuh. Kuesioner
berbentuk pernyataan yang diukur menggunakan skala Likert melalui ukuran bertingkat
dalam penilaian kepentingan. Tingkat kepentingan diukur dengan skala 1 untuk
penilaian tidak pernah dilakukan (TP), 2 untuk penilaian jarang dilakukan (JR), 3 untuk
penilaian sering dilakukan (SR), 4 untuk penilaian selalu dilakukan. Pada penelitian
penerapan keselamatan ini diukur dengan kategori dilakukan dan tidak dilakukan.
Kategori tidak dilakukan apabila nilai mean< 70,80 tidak dilakukan, dan dilakukan
apabila nilai mean≥ 70,80 dilakukan rentang penilaian 23—92.

2.2 Kepuasan Pasien


2.2.1 Pengertian Kepuasan Pasien
Kepuasan merupakan perasaan seseorang yang terpenuhi akan kebutuhan, harapan dan
keinginan. Kepuasan pasien dapat diartikan suatu keinginan pasien untuk mendapatkan
pelayanan keperawatan yang baik sehingga merasa puas. Pasien adalah orang sakit atau
penderita yang memperoleh pelayanan di suatu unit pelayanan kesehatan (KBBI, 2017).
Kepuasan pasien adalah perasaan senang ataupun perasaan kecewa seorang pasien
setelah membandingkan hasil penampilan produk dan jasa dengan harapan yang

Universitas Indonesia
16

diinginkan (Kotler & Keller, K, 2012). Kepuasan pasien adalah opini pasien tentang
perawatan yang diterima dari perawat (Wagner & Bear, 2008). Kepuasan pasien
merupakan emosi, persepsi dan perasaan tentang pelayanan yang diberikan (Mohan &
Kumar, 2011). Kepuasan pasien dapat diartikan sebagai keluaran (outcome) layanan
kesehatan. Dengan demikian kepuasan pasien merupakan salah satu tujuan dari
peningkatan mutu layanan kesehatan. Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan
pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya
setelah pasien membandingkannya dengan yang diharapkannya (Mezemir, Getachew, &
Gebresiassie, 2014). Kondisi harapan seseorang yang diterima tidak sesuai maka
individu tersebut akan kecewa. Kepuasan pasien adalah keinginan pasien akan
mendapatkan pelayanan keperawatan yang baik sehingga merasa puas yang dilihat dari
dimensi: bukti nyata,kehandalan, ketanggapan, responsibiliti, jaminan dan empati (Lei
& Jolibert, 2012).

2.2.2 Pengukuran Kepuasan Pasien


Kepuasan pasien adalah salah satu indikator dalam mengukur kualitas pelayanan
kesehatan. Model pengukuran kualitas pelayanan kesehatan yang telah diterapkan yaitu
model service quality (SERVQUAL) dikembangkan oleh Parasuraman (1989).
SERVQUAL yaitu pendekatan yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan
dengan membandingkan antara harapan dan persepsi terhadap layanan yang diterima
(Latiff, A., Yunus, M., Din, C., Ma’on, 2013). Dimensi pelayanan kesehatan yang
mempengaruhi kepuasan pasien terdiri dari 5 dimensi meliputi tangibles (bukti fisik),
reliability (kehandalan), responsiveness (ketanggapan), assurance (jaminan) dan
emphaty (empati)(Lei & Jolibert, 2012). Tingkatan dikuantitaskan dengan menggunakan
penilaian bertingkat yaitu: sangat tidak puas=1, tidak puas=2, puas=3, sangat puas=4.
Pada penelitian kepuasan pasien ini diukur dengan kategori kurang puas dan puas.
Kategori kurang puas apabila nilai mean < 69, dan puas apabila nilai mean ≥ 69
dilakukan rentang penilaian 23—92.

Universitas Indonesia
17

2.2.2.1 Tangibles (bukti fisik/ bukti nyata)


Tangibel adalah bukti fisik atau bukti nyata yang meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,
sarana komunikasi, kemutahiran peralatan yang digunakan, kondisi sarana, kondisi
(sumber daya manusia), penampilan seluruh tenaga kesehatan termasuk perawat di
suatu rumah sakit. Dimensi tangible adalah pemberian arahan untuk memudahkan
menemukan rumah sakit, daya tarik, kebersihan lingkungan, kerapihan, kecerdasan staf
dan ketersediaan peralatan rumah sakit (Peprah, 2014). Pasien merasa puas dengan
fasilitas rumah sakit yang menyediakan batas tempat tidur sehingga privasi pasien
terjaga dengan baik dan mengurangi risiko jatuh

2.2.2.2 Reliability (kehandalan)


Kehandalan adalah kemampuan seseorang untuk menyediakan pelayanan yang layak
atau tidak bagi pasien di rumah sakit. Kehandalan yaitu kemampuan rumah sakit dalam
memberikan pelayanan secara efisien, tingkat pelayanan yang sama dan pasien memiliki
waktu yang cukup untuk memberitahu masalah kesehatannya (Peprah, 2014).
Kehandalan merupakan pemberian perawatan secara professional sejak pasien masuk
sampai keluar rumah sakit dan pelayanan yang kompeten, lancar tanpa komplikasi atau
masalah baru dan terhindar dari kesalahan prosedur tindakan. Kehandalan diartikan
sebagai kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan secara
kompeten, efisien, tidak terjadi masalah baru akibat pemberian asuhan keperawatan,
serta memiliki waktu yang cukup untuk untuk pasien.

2.2.2.3 Responsiveness (ketanggapan)


Ketanggapan didefinisikan sebagai kesigapan atau kecepatan respon dari perawat dalam
menanggapi keluhan pasien di rumah sakit. Sebesar 50% pasien membutuhkan
perhatian dari perawat untuk meningkatkan rasa nyaman terhadap sakit yang
dirasakannya. Ketanggapan petugas rumah sakit menanggapai kasus-kasus darurat,
bereaksi segera untuk memenuhi kebutuhan pasien dalam keadaan darurat (Peprah,
2014).

Universitas Indonesia
18

2.2.2.4 Assurance (jaminan)


Jaminan yaitu tanggungan akan kewajiban seseorang tentang keselamatan, barang dan
harta benda. Pasien membutuhkan jaminan terhadap kualitas pelayanan asuhan
keperawatan yang diberikan oleh perawat ketika berinteraksi. Jaminan bagi pasien
adalah tanggungan akan kewajiban perawat tentang keselamatan dan jaminan kualitas
pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat dalam pemberian
pelayanan dengan baik. Interaksi yang baik dalam pemberian pelayanan menciptakan
reputasi rumah sakit yang baik sehingga mampu menjamin kualitas pelayanan yang
diberikan (Peprah, 2014). Harapan pasien sebelum masuk rumah sakit untuk
diperlakukan dengan peduli dan bermartabat 78% dan pasien mengharapkan perawat
memiliki sikap sopan ketika berinteraksi dengan pasien 18% (Dzomeku et al., 2013).

2.2.2.5 Empathy (kepedulian)


Kepedulian merupakan sikap seseorang ikut merasakan suasana hati orang lain.
Kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan di rumah sakit disebabkan sikap peduli
oleh perawat, senyum dan menghormati pasien (Tang, Soong, & Lim, 2013). Empati
perawat merupakan sikap kepedulian perawat, ikut merasakan suasana hati pasien
dalam memberikan asuhan keperawatan di rumah sakit. Faktor lain yang mempengaruhi
kepuasan pasien yaitu perawatan individu yang diberikan, pemahaman petugas akan
kebutuhan spesifik pasien dan layanan yang akan diberikan kepada pasien diberitahu
terlebih dahulu (Peprah, 2014).

Pengukuran kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan menggunakan kuesioner


telah banyak dilakukan di berbagai negara. Sebuah studi di Turki oleh (Özlü & Uzun,
tahun 2015) mengukur kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan dengan
menggunakan kuesioner “The Newcastell Scale of Satisfaction with Nursing (NSSN).
Kuesioner ini mengukur 5 aspek pelayanan keperawatan yaitu kepedulian, dukungan
emosional, hubungan dan informasi serta waktu pelayanan yang dibagi dalam skala
pengalaman pasien berhubungan dengan pelayanan keperawatan (α Chornbach = 0,75)
dan kepuasan terhadap pelayanan keperawatan adalah (α Chornbach =0,94) (Özlü &
Uzun, 2015).

Universitas Indonesia
19

Kuisioner pengukuran kepuasan lain dilakukan oleh (Tateke, Woldie, & Ololo, 2012)
dengan mengggunakan instrumen penilaian: waktu konsultasi, empati, kompetensi
perawat, skill perawat dan kebersihan ruang perawatan. Kuesioner tersebut memiliki
nilai koefisien α Chornbach >0,7 untuk setiap faktornya (Tateke, Woldie, & Ololo,
2012). Pengukuran menunjukkan bahwa durasi konsultasi yang memadai memiliki
0,095 (95% CI, 0,020 sampai 0,168) dan 0,011 (95% CI, 0,000 sampai 0,021) memberi
nilai kepuasan yang lebih tinggi. Pada skor kompetensi teknis perawat dirasakan 0,237
(p <0,0001) dan 0,409 (p <0,0001) petugas kesehatan yang dirasakan kurang puas,
durasi konsultasi yang dirasakan masih kurang puas, kebersihan rumah sakit dirasakan
masih kurang puas. Pengukuran kepuasan pasien rawat di Indonesia telah dilakukan
dengan instrument yang bervariasi masing masing rumah sakit. Pengukuran kepuasan
melalui kuesioner oleh (Özlü & Uzun, 2015) dan (Tateke, Woldie, & Ololo, 2012)
enunjukkan bahwa kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan diukur melalui
dimensi empati, interaksi, kepedulian, kemampuan dan bukti fisik. Akan tetapi, kedua
kuesioner belum mengukur terhadap kehandalan perawat, ketanggapan dan jaminan.
Selain itu, kuesioner tersebut belum terukur reliabilitasnya di Indonesia.

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien


Kepuasan pasien saat mendapatkan pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
kelas perawatan, komunikasi-informasi, faktor lingkungan-organisasi dan keterampilan
profesional.

2.2.3.1 Umur
Umur merupakan jumlah usia pasien yang dihitung dari ulang tahun terakhir. Umur
dalam penelitian ini adalah pasien dewasa dengan 17 tahun ke atas saat menjalani
perawatan di RSUP Persahabatan Umur menjadi faktor yang signifikan dari kepuasan.
Pasien yang lebih tua umumnya lebih merasa puas dibandingkan dengan yang lebih
muda. Pasien yang lebih tua akan merasa puas dengan pelayanan di rumah sakit karena
harapannya lebih rendah (Özlü & Uzun, 2015). Umur pasien yang lebih tua juga
mempengaruhi perawat dalam memberikan pelayanan. Hal ini disebabkan nilai-nilai
budaya sebagai orang tua dihormati dan diberikan hak-hak istimewa dari generasi muda

Universitas Indonesia
20

sehingga mempengaruhi perawat lebih memperhatikan orang tua daripada anak muda
(Dzomeku et al., 2013).

2.2.3.2 Jenis kelamin


Jenis kelamin adalah identitas pasien yang dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan.
Jenis kelamin mempengaruhi tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan. Pelayanan
keperawatan yang dirasakan pasien laki-laki lebih merasa puas dibandingkan dengan
pasien perempuan di salah satu rumah sakit daerah (Rinami, Purwasih, Sersanti,
Hanum, & Ivon, 2015). Pasien laki- laki lebih merasa puas dengan pelayanan perawatan
dibanding dengan pasien perempuan (Dzomeku et al., 2013).

2.2.3.3 Pendidikan
Pendidikan yaitu proses pembelajaran individu agar dapat mengerti memahami sesuatu.
Pasien dengan level pendidikan yang rendah memiliki kepuasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pasien yang memiliki level pendidikan lebih tinggi. Hal ini
disebabkan pasien dengan level pendidikan yang lebih tinggi dapat mengakses
informasi terkait perawatannya di rumah sakit sehingga dapat membandingkan
perawatan yang diterima dengan informasi yang diketahui, pasien menjadi tidak puas.
Pasien berpendidikan tinggi merasa kurang puas pada pelayanan keperawatan di RSUD
Wangaya dibanding pasien berpendidikan rendah (Wira, 2014). Pasien dengan level
pendidikan yang lebih rendah cenderung kurang kritis sehingga kepuasannya lebih
tinggi (Dzomeku et al., 2013). Pada penelitian pasien mengisi kolom pendidikan dalam
lembar kuesioner. Kategori terdiri dari non perguruan tinggi dan perguruan tinggi. Nilai
1 untuk pasien lulusan di bawah SLTA. Nilai 2 untuk pasien perguruan tinggi terdiri dari
lulusan D3 dan S1 dan seterusnya

2.2.3.4 Pekerjaan
Pekerjaan didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan individu untuk
memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Pekerjaan merupakan mata pencaharian seseorang
untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Pekerjaan menentukan tingkat kepuasan
pasien, pasien yang bekerja lebih merasa puas terhadap pelayanan keperawatan yang
diterima saat dirawat di RS dibandingkan dengan pasien yang tidak bekerja (Novitasari,

Universitas Indonesia
21

Muhammad, & Kaporina, 2014). Pasien yang bekerja merasa lebih puas terhadap
pelayanan di rumah sakit dibandingkan pasien tidak bekerja. Pelayanan keperawatan
dirasakan pada pasien yang belum bekerja dan pasien ibu rumah tangga memiliki skor
kepuasan lebih rendah dibandingkan dengan pasien bekerja sebagai pegawai
pemerintah (Tateke et al., 2012). Pada penelitian pasien mengisi kolom pekerjaan
dalam lembar kuesioner. Kategori terdiri dari tidak bekerja dan bekerja. Nilai 1 untuk
pasien tidak bekerja terdiri dari: pasien Ibu Rumah Tangga (IRT), pensiunan dan
pengangguran. Nilai 2 untuk pasien bekerja terdiri dari pasien pegawai negeri sipil
(PNS), karyawan swasta, wiraswasta dan buruh lepas.

2.2.3.5 Kelas perawatan


Kelas perawatan diartikan sebagai perbedaan ruangan pasien terkait fasilitas yang
diberikan dari rumah sakit. Status sosial ekonomi dihubungkan dengan dengan kelas
rawat pasien di rumah sakit. Seseorang yang memiliki status sosial ekonomi yang baik
berkesempatan untuk menggunakan dan mendapatkan fasilitas pelayanan yang lebih
baik daripada pasien yang memiliki sosial ekonomi rendah (Potter, Perry, Stockert, &
Hall, 2017). Profil kelas perawatan pasien di RSUP Persahabatan dalam penelitian
dikategorikan menjadi 3 kelas terdiri Kelas III pasien yang dirawat di ruang: Soka Atas,
Soka Bawah, Anggrek Tengah Kanan (Bedah Kelas), Anggrek Tengah Kiri (Bedah
Thorak), Anggrek Atas Kanan (Kebidanan kelas 3), Anggrek Bawah, Dahlia Atas,
Dahlia Bawah, Cempaka Atas dan Cempaka Bawah. Kelas II untuk pasien yang
dirawat di ruang: Melati Atas, Melati Bawah dan ruang IW. Kelas I untuk pasien yang
dirawat di ruang: Mawar Atas dan Mawar Bawah.

Universitas Indonesia
22

2.3 Manajemen Keperawatan


2.3.1 Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan proses koordinasi dan integrasi dari sumber- sumber
melalui aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengarahan
dan pengendalian untuk menyelesaikan tujuan umum dan khusus dari institusi.
Manajemen adalah melakukan suatu pekerjaan melalui orang lain (Tappen &
Weiss 2014).
2.3.2 Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen terdiri dari 5 yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian (Marquis & Huston, 2015).
2.3.2.1 Perencanaan
Perencanaan adalah suatu upaya memutuskan apa yang akan dilakukan, siapa
yang melakukan, bagaimana, kapan dan dimana hal tersebut dapat dilakukan.
Perencanaan yaitu proses yang proaktif dan memiliki tujuan (Marquis & Huston,
2015). Perencanaan merupakan kemampuan memprediksi dan memproyeksikan
ke depan situasi dan kondisi yang perlu diperhatikan dalam perencanaan (Huber,
2010). Perencanaan berguna untuk mengatasi masalah yang akan dihadapi,
mempermudah tujuan organisasi, memudahkan membuat rencana baru,
memberikan arah lebih jelas, mengefektif dan mengefisienkan penggunaan
sumber daya, mengurangi risiko kegagalan, menjadi landasan fungsi
pengendalian, evaluasi dan revisi (Marquis & Huston, 2015).

2.3.2.2 Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan kegiatan yang meliputi penetapan hubungan antar
staf, prosedur diuraikan, persiapan perlengkapan untuk organisasi, pemberian
tugas staf. Penetapan hubungan antar staf melalui struktur organisasi menetapkan
hubungan formal, komunikasi, kekuasaan resmi untuk bertindak dan kewenangan
(Marquis & Huston, 2015).

Universitas Indonesia
23

Prinsip-prinsip pengorganisasiaan yaitu adanya komando, kesatuan perintah,


rentang kendali dan spesialisasi (Marquis & Huston, 2015). Seorang manajer
bertanggung jawab secara berkala memeriksa jumlah staf sesuai rantai komando
memastikan tugas-tugas dijalankan. Manajer tingkat atas memiliki rentang
kendali yang sempit, tetapi manajer tingkat lainnya memiliki rentang kendali yang
luas.
Karakteristik pengorganisasian yang baik adalah rencana organisasi harus
menunjukkan garis otoritas dan komunikasi, manajer bertanggung jawab pada
areanya dan penampilan kerja personilnya, manajer bertanggung jawab
menentukan penugasan dan tampilan pekerja serta evaluasi kinerja staf sebagai
hasil kerja, setiap individu harus melaporkan hasil kerjanya agar tidak bias.
Seorang manajer harus mempertahankan komunikasi terbuka, baik ke atas ke
bawah maupun horizontal (Simamora, 2012).

2.3.2.3 Ketenagaan
Proses ketenagaan adalah sesuatu aktivitas dalam menentukan jumlah tipe tenaga
yang dibutuhkan merekrut tenaga baru, mewawancara, pekerjaan seseorang
berdasarkan deskripsi hasil kerja yang telah ditetapkan, menggunakan sumber
daya organisasi untuk orientasi, setiap pegawai tersosialisasi terhadap nilai
organisasi, budaya organisasi, kembangkan program pendidikan staf yang akan
membantu pegawai memenuhi tujuan organisasi, penjadwalan yang fleksibel
berdasarkan kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas dan retensi (Marquis
& Huston, 2015). Ketersediaan tenaga keperawatan yang sesuai dengan beban
kerja diperlukan agar tercapai pelayanan keperawatan bermutu. Beban kerja
perawat yang tinggi dapat mempengaruhi kualitas pelayanan terhadap pasien
(Hariyati, 2014). Perbedaan jumlah tenaga perawat dengan pasien menentukan
kualitas pelayanan.

2.3.2.4 Pengarahan (Actuating)

Universitas Indonesia
24

Pengarahan merupakan aktivitas memimpin bawahan, memberikan contoh dan


memberikan arahan pada bawahan. Pengarahan adalah kegiatan memotivasi,
memimpin bawahan untuk melakukan kegiatan yang direncanakan (Huber, 2010).
Komponen pengarahan meliputi: memotivasi, menciptakan suasana, membina
komunikasi organisasi, supervisi dan menginspirasi orang lain untuk mencapai
tujuan (Marquis & Huston, 2015).

2.3.2.5 Pengendalian (Controlling)


Pengendalian adalah aktivitas membandingkan hasil yang telah dilaksanakan
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan melakukan koreksi jika
dibutuhkan. Pengendalian yaitu proses pengamatan secara berkelanjutan
terhadap rencana kerja yang telah dibentuk dan melakukan koreksi terhadap
kesalahan yang terjadi (Huber, 2010). Manajer perawat memiliki peran penting
dalam memperbaiki kepuasan pasien dengan cara menerapkan budaya caring,
melakukan ronde keperawatan, menciptakan lingkungan kerja yang positif,
memberdayakan tenaga perawat, berperan sebagai agen perubahan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan secara berkelanjutan dan
mengikuti perubahan eksternal seperti kemajuan teknologi terhadap keperawatan
(Philip, 2014).

2.3.3 Peran Manajemen


Manajer memiliki peran penting dalam membimbing dan memberdayakan tenaga
perawat. Peran manajer dikerjakan untuk meyakini bahwa tenaga perawat
melakukan pekerjaan dan bekerja dengan baik (Tappen & Weiss, 2014). Manajer
secara umum memiliki 3 peran yaitu

2.3.3.1 Peran interpersonal

Universitas Indonesia
25

Peran interpersonal adalah peran yang dikerjakan oleh seorang manajer dalam
menjalankan hubungan dengan manusia baik yang internal maupun eksternal.
Tiga macam peran manajer dalam peran interpersonal yaitu figurehead,
leadership dan liaison. Peran sebagai figurehead merupakan simbol sebagai
pemimpin yang membutuhkan sejumlah penampilan tugas-tugas legal dan sosial
(Mengkoordinir suatu acara atau kegiatan). Peran kepemimpinan memiliki
tanggung jawab untuk memotivasi, memimpin dan mengendalikan staf (Thoha,
2013). Peran penghubung merupakan peran dalam mempertahankan jaringan
kontak di luar organisasi. Manajer melakukan interaksi dengan tenaga perawat
dan orang di luar organisasi sehinggan terjadi pergantian informasi.

2.3.3.2 Peran informational


Peran manajer dalam peran informasional terbagi atas 3: monitor untuk
mengumpulkan dan menerima informasi, disseminator untuk menyebarkan
informasi yang diperoleh dari pihak luar ke dalam anggota organisasi dan spoke
person untuk mewakil organisasi sebagai juru bicara.

2.3.3.3 Peran decisional


Peran pengambil keputusan seorang manajer terbagi atas 4: entrepreneur
(wirausaha), disturbance handler (menyelesaikan masalah), resource allocator
(mengalokasikan sumber daya) dan negotiator (juru runding). Peran ini adalah
peran yang rumit disebabkan oleh pengambilan keputusan strategis bagi
organisasi (Thoha, 2013). Pengambilan keputusan dalam organisasi terdiri dari 2
keputusan yaitu terprogram dan tidak terprogram (Greenber, 2011).

2.3 Kerangka Teori


Kerangka teori suatu penelitian adalah keterkaitan suatu konsep terhadap konsep yang
lain pada masalah yang dilakukan penelitian.

Kerangka Teori Pelaksanaan Keselamatan pasien oleh Perawat dengan Kepuasan Pasien
Universitas Indonesia
26

Diagram 2.1 Kerangka Penelitian


Keselamatan Pasien:
1. Pengidentifikasin klien
2. Komunikasi terapeutik
3. Ketepatan obat yang perlu di waspadai
4. Ketepatan titik bedah, prosedur dan tindakan Persepsi Penerapan Keselamatan
bedah. Pasien
5. Menurunkan kejadian risiko infeksi
6. Mencegah risiko pasien jatuh
(PMK, 2017)

Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kepuasan Pasien


Pasien: Bukti Fisik (Tangible)
1. Umur pasien (Özlü & Uzun, 2015) Kehandalan (Reliabilit)
2. Jenis kelamin pasien (Dzomeku, 2013) Ketanggapan (Responsiveness)
3. Pendidikan pasien (Dzomeku, 2013) Jaminan (Assurance)
4. Pekerjaan pasien ((Tateke et al., 2012). (Dzomeku et al., 2013)
Empati (empathy)
5. Kelas perawatan (Potter et al., 2017).
(A.Peprah,2014)

Universitas Indonesia
BAB 3
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

2.4 Kerangka Konsep Penelitian


Kerangka konsep dalam penelitian adalah landasan berfikir untuk menjelaskan secara
umum konsep dalam penelitian. Kerangka konsep menjelaskan konsep yang jelas dari
bagian ataupun hal-hal yang ingin diteliti dan hubungannya dengan tujuan penelitian
(Ibigbami & Olowookere, 2015). Kerangka konsep dibuat berdasarkan kerangka teori
yang dibuat dengan skema-skema yang mudah dipahami. Skema dibuat dengan
variabel-variabel yang diteliti serta dilengkapi dengan keterangan sebagai pedoman
peneliti dalam melakukan penelitian. Penelitian meliputi variabel bebas (independen),
variabel terikat (dependen) dan variabel perancu counfonding yang mempengaruhi
variabel bebas maupun variabel terikat.

Variabel bebas (independen) ialah variabel jika ada perubahan dapat mengakibatkan
perubahan variabel lain. Variabel bebas (independen) mewakili karakteristik/sifat dari
subjek yang keberadaannya menyebabkan perubahan pada variabel lain (Sastroasmoro
& Ismael, 2016). Variabel independen dalam penelitian ini yaitu penerapan keselamatan
pasien oleh perawat. Keselamatan pasien yang terdiri dari pengidentifikasi pasien,
komunikasi terapeutik, ketepatan Obat yang perlu di waspadai, ketepatan titik bedah,
prosedur dan tindakan bedah, menurunkan kejadian risiko infeksi, mencegah risiko
pasien jatuh.

Variabel terikat (dependen) penelitian mewakili tingkat kepuasan pasien di RS


Persahabatan. Kepuasan pasien dapat dilihat dari dimensi kepuasan pasien yaitu:
Tangibles (bukti fisik) seperti sarana, prasarana, penampilan perawat. Reliability
(kehandalan) merupakan kapasitas layanan keperawatan untuk melakukan layanan
sesuai janji dengan secepatnya dan diterima pasien, tepat dalam ukuran layanan serta
memberikan kepuasan pasien. Responsiveness (tingkat ketanggapan) semua staf untuk
membantu pelanggan memberikan pelayanan yang baik. Emphaty (empati) rasa untuk
peduli yang menciptakan kemudahan melakukan kerja sama dalam bentuk hubungan,

27 Universitas Indonesia
28

komunikasi efektif, perhatian individu dan memahami kebutuhan pasien dan assurance
(garansi atau jaminan) para staf memiliki kecakapan, amanah, terbebas dari risiko &
sumber bahaya yang belum terkendali. Variabel bebas dan variabel terikat ini
dipengaruhi variabel confounding yaitu karakteristik pasien meliputi umur, jenis
kelamin pasien, pendidikan pasien, pekerjaan pasien dan kelas perawatan.

Diagram 3.1 Kerangka konsep penelitian

Variabel Dependen
Variabel Independen

Penerapan Keselamatan Pasien Kepuasan pasien

Variabel confounding

Karakteristik pasien:
umur, jenis kelamin pasien,
pendidikan pasien, pekerjaan dan
kelas perawatan

2.5 Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan awal peneliti yang belum terbuti kebenarannya sehingga
perlu dilakukan uji kebenaran melalui metodologi yang standar atau diakui. Hipotesis
dari penelitian melihat hubungan antar variabel yang merupakan jawaban peneliti,
kemungkinan tentang hasil penelitian (Dharma, 2013). Pernyataan berisi tentang
variabel yang diteliti dihubungkan dengan variabel bebas maupun variabel terikat.
Hipotesis digunakan pada jenis penelitian analitik baik penelitian korelasi ataupun
penelitian eksperimen. Pembuktian kebenaran hipotesis dengan dilakukan uji statistik
yang relevan. Uji statistik digunakan untuk menentukan apakah hipotesis yang diajukan
ditolak atau diterima. Hipotesis yang diketengahkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:

Universitas Indonesia
29

2.5.1 Hipotesis mayor


H1: Ada hubungan penerapan keselamatan pasien dengan kepuasan pasien di RSUP
Persahabatan.
H2: Tidak ada hubungan penerapan keselamatan pasien dengan kepuasan pasien di
RSUP Persahabatan.

2.5.2 Hipotesis minor


Hipotesis minor pada penelitian ini adalah:
1. Tidak ada hubungan umur dengan kepuasan pasien.
2. Tidak ada hubungan jenis kelamin dengan kepuasan pasien.
3. Tidak ada hubungan pendidikan dengan kepuasan pasien.
4. Tidak ada hubungan pekerjaan dengan kepuasan pasien.
5. Tidak ada hubungan kelas rawat dengan kepuasan pasien.

3.1 Definisi Operasional


Definisi operasional merupakan penjelasan tentang variabel dan sub variabel yang
diteliti untuk mempermudah peneliti dalam menetukan metode pengumpulan data dan
jenis data (skala pengukuran). Definisi operasional adalah gambaran tentang variabel,
mendefinisikan variabel, cara mengukurnya, kriteria pengukuran, instrument yang
digunakan sehingga lebih kongkrit (Dharma, 2013). Definisi operasional pada penelitian
ini tersusun pada tabel 3.1
Tabel 3.1
Definisi Operasional Penelitian Variabel Bebas (Independen)
Variabel Variabel Definisi Alat dan Cara Hasil Ukur Skala
Independen Operasional Ukur

Penerapan Pemberian Kuesioner B Dikatagorikan Ordinal


keselamatan pasien pelayanan kepada penerapan dengan nilai:
oleh perawat pasien lebih aman keselamatan
selama dalam proses pasien terdiri 0= Tidak dilakukan
perawatan di rumah dari 23 mean < 70,80
sakit Persahabatan pertanyaan 1= Dilakukan, nilai
yang meliputi: dengan bentuk mean ≥ 70,80
skala Likert
dengan rentang
skala 1—4

1TP:Tidak
Pernah
2 JR: Jarang
3 SR: Sering
4SL: Selalu

Universitas Indonesia
30

Variabel Variabel Definisi Alat dan Cara Hasil Ukur Skala


Independen Operasional Ukur

Nilai angka
dengan rentang
23—92

Tabel 3.2
Definisi Operasional Penelitian Variabel Tergantung (Dependen)
Variabel Variabel Definisi Alat dan Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Dependen Operasional

Kepuasan Keinginan pasien akan Kuesioner C tingkat Dikategorikan Nominal


Pasien mendapatkan kepuasan pasien dengan:
pelayanan terdiri dari 23 0=Kurang puas
keperawatan yang baik pertanyaan no.1-23, nilai median< 69
sehingga merasa puas Penilaian
menggunakan skala 1=Puas nilai
Likert Median≥ 69 yang
dengan rentang
skala 1—4
1STP:Sangat
tidak Puas
2  TP:Tidak puas
3  P: Puas
4 SP:SangatPuas
Nilai angka dengan
rentang 23—92

Tabel 3.3
Definisi Operasional Penelitian Variabel Confounding
Variabel Definisi Operasional Alat dan Cara Ukur Hasil Ukur Skala
confounding

Karakteristik Pasien

1. Umur Lama hidup pasien Kuesioner A Tahun Rasio


dalam tahun yang Responden mengisi
dihitung berdasarkan kolom umur dalam
tahun kelahiran lembar kuesioner.
Pasien dewasa
dengan 17 tahun ke
atas.

2. Jenis Identitas pasien yang Kuesioner A Dikatagorikan Nominal


kelamin dibedakan menjadi laki- Responden mengisi 1. Perempuan
laki dan perempuan. kolom jenis kelamin 2. Laki-Laki
dalam lembar
kuesioner.
Sesuai dengan data

Universitas Indonesia
31

Variabel Definisi Operasional Alat dan Cara Ukur Hasil Ukur Skala
confounding
kartu identitas
pasien yang dicatat
dalam rekam medik.

3. Pendidikan Pendidikan formal Kuesioner A Dikatagorikan Ordinal


terakhir pasien Responden mengisi 1. Non
kolom pendidikan Perguruan
dalam lembar tinggi
kuesioner 1. Perguruan
Non perguruan tinggi
tinggi utk lulusan di
bawah SLTA,
perguruan tinggi utk
lulusan D3 dan S1
dan seterusnya

4. Pekerjaan Mata pencaharian pasien Kuesioner A Dikatagorikan Nominal


Untuk memenuhi Responden mengisi 1. Tidak bekerja
kebutuhan hidup kolom pekerjaan 2. Bekerja
keluarganya. dalam lembar
kuesioner.
Tidak bekerja untuk
pasien Ibu Rumah
Tangga (IRT),
pensiunan dan
pengangguran.
Bekerja untuk
Pegawai negeri sipil
(PNS), karyawan
swasta, wiraswasta
dan buruh lepas.

5. Kelas Kelas perawatan Kuesioner A Dikatagorikan Nominal


perawatan diartikan sebagai Responden mengisi 1. Kelas III
perbedaan ruangan kolom kelas rawat 2. Kelas II
pasien terkait fasilitas dalam lembar 3. Kelas I
yang diberikan dari kuesioner,
rumah sakit. Kelas III pasien yang
dirawat di ruang:
Soka Atas, Soka
Bawah, Anggrek
Tengah Kanan
(Bedah Kelas),
Anggrek Tengah Kiri
(Bedah Thorak),
Anggrek Atas Kanan
(Kebidanan 3),
Anggrek Bawah,
Dahlia Atas, Dahlia
Bawah, Cempaka
Atas dan Cempaka
Bawah.

Universitas Indonesia
32

Variabel Definisi Operasional Alat dan Cara Ukur Hasil Ukur Skala
confounding
Kelas II untuk pasien
yang dirawat di
ruang: Melati Atas,
Melati Bawah dan
IW.

Kelas I untuk pasien


yang dirawat di
ruang: Mawar Atas
dan Mawar Bawah

Universitas Indonesia
BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dimana peneliti menggunakan
penelitian deskripsi korelasi dengan meminta jawaban yang diukur satu kali kesempatan
dengan menyebarkan kuesioner sebanyak 46 pertanyaan. Cross sectional merupakan
jenis penelitian diamati/ diukur/ diminta jawabannya dalam kesempatan satu kali, satu
waktu (Sastroasmoro & Ismael, 2016). Peneliti mencari hubungan antara penerapan
keselamatan pasien oleh perawat dengan kepuasan pasien. Pendekatan cross sectional
yaitu metode penelitian yang mempelajari tentang hubungan variabel dependen dengan
independen dimana pengambilan data dilakukan dalam satu waktu bersamaan.
Penelitian menganalisis hubungan penerapan keselamatan pasien oleh perawat terhadap
kepuasan pasien di RSUP Persahabatan.

Diagram 4.1 Desain Penelitian Hubungan Penerapan Keselamatan Pasien dengan


Kepuasan Pasien

Pasien Puas

Penerapan
Keselamatan Pasien
oleh Perawat
Pasien Tidak Puas

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian adalah kumpulan subjek yang mempunyai karakteristik
tertentu untuk dilakukan penelitian. Sejumlah besar subjek yang memiliki karakteristik
tertentu yang disesuaikan dengan ranah dan tujuan penelitian (Sastroasmoro & Ismael,
2016). Data populasi jumlah perawat tiap instalasi rawat inap dan Intermediate ward
(IW) menjadi target dalam pengambilan sampel, sehingga ukuran sampel dapat
ditetapkan.

33 Universitas Indonesia
34

4.2.1 Populasi Penelitian


Populasi merupakan kumpulan objek yang menjadi sasaran penelitian yang akan
diterapkan (Sastroasmoro & Ismael, 2016). Populasi pada penelitian adalah pasien yang
sedang menjalani perawatan rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Persahatabatan.
Total populasi sebanyak 424 yang ada di 15 ruangan sebagai berikut Soka Atas, Soka
Bawah, Anggrek Tengah Kanan (Bedah Kelas), Anggrek Tengah Kiri (Bedah Thorak),
Anggrek Atas Kanan (Kebidanan 3), Anggrek Bawah, Dahlia Atas, Dahlia Bawah,
Cempaka Atas, Cempaka Bawah, Mawar Atas, Mawar Bawah, Melati Atas, Melati
Bawah dan IW.

4.2.2 Sampel Penelitian


Sampel representasi populasi yang memiliki karakteristik. Sampel adalah bagian dari
populasi yang ditentukan oleh peneliti dengan cara khusus yang dapat
merepresentasikan populasi (Sastroasmoro & Ismael, 2016). Kriteria inklusi pasien
adalah adalah pasien dewasa yang dirawat ≥ 3 hari perawatan (termasuk pasien IW dan
ibu hamil). Kriteria eksklusi adalah pasien yang mengalami penurunan kesadaran,
pasien ICU, pasien NICU dan pasien Anak. Perhitungan sampel digunakan dengan
formula sebagai berikut:

(Z2) (1-α/ 2) P(1-P)N


n= ------------------------------------
(d2)(N-1)+(Z2)1-α/2 P(1-P)

Keterangan:
N = besar populasi
n = besar sampel
P = Jumlah proporsi sebesar 60% untuk sosial
d = tingkat kepercayaan ketepatan yang diinginkan 95%(0,05)
(Z2) (1-α/ 2)= nilai baku distibusi normal pada koefisien atau dengan derajat
kepercayaan yang diinginkan 95% sebesar 1,96

(1,96)2x0,6(1- 0,6)x 200


Besar sampel pasien =
(0,05)2(200-1)+(1,96)2x0,6(1-0,6)

Besar sampel pasien = 129,86


= 130 orang

Universitas Indonesia
35

Berdasarkan perhitungan diatas ditambah 10% untuk mengantisipasi drop out sehingga
jumlah sampel pasien setelah ditambah 13. Hasil perhitungan di atas maka jumlah
keseluruhan sampel pasien berjumlah 143 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan
metode cluster random sampling. Cluster random sampling yaitu pengambilan sampel
secara acak pada kelompok individu dalam populasi secara alamiah (Sastroasmoro &
Ismael, 2016) dalam penelitian ini cluster yang dimaksud adalah ruang rawat. Sebaran
responden sesuai cluster adalah:

Tabel 4.1
Pemetaan Jumlah Sampel di RSUP Persahabatan

NO Ruangan Jumlah Tempat Jumlah Responden


Tidur

IRIN A
1 Soka Atas 30 11 orang
2 Soka Bawah 12 4 orang
3 Anggrek Tengah Kanan (Bedah Kelas) 27 10 orang
4 Anggrek Tengah Kiri (Bedah Thorak) 15 6 orang
5 Anggrek Atas Kanan (Kebidanan 3) 27 10 orang
6 Anggrek Bawah 24 9 orang

IRIN B
7 Dahlia Atas 20 7 orang
8 Dahlia Bawah 20 7 orang
9 Cempaka Atas 30 11 orang
10 Cempaka Bawah 33 12 orang

IRIN C
11 Mawar Atas 30 12 orang
12 Mawar Bawah 30 13 orang
13 Melati Atas 30 11 orang
14 Melati Bawah 24 10 orang
15 IW 25 10 orang

Total: 377 143 orang

(Sumber: RSUP Persahabatan)


Responden penelitian diambil secara cluster, yang dimaksud adalah ruangan. Jumlah
sampling masing ruang ditentukan seperti tabel 4.1. Cluster yang diambil samping
berjumlah. Caranya peneliti:
1. Mendatangi satu per satu ruangan rawat (cluster) sesuai jumlah cluster terpilih
(15 ruang rawat). Menyusun sampel frame berdasarkan cluster.

Universitas Indonesia
36

2. Mendatangi nurse station, berdiskusi dengan kepala ruangan untuk mendapatkan


jumlah responden (pasien) dan sesuai urutan yang memenuhi kriteria.
Menentukan jumlah cluster yang diambil sebagai cluster.
3. Menetapkan sampel pada seluruh responden yang memenuhi kriteria inklusi
sesuai urutan dan memenuhi kriteria dipilih sebagai sampel selanjutnya
diberikan kuisioner, hingga terpenuhinya jumlah sampel.
4. Melakukan penelitian pada setiap sampel yang terpilih.

4.3 Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan di ruangan dewasa Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta
yaitu di Rawat Inap di IRIN A: Soka atas, Soka Bawah, Anggrek tengah kanan dan kiri,
Anggrek atas kanan, Anggrek Bawah, Rawat Inap IRIN B: Dahlia Atas, Dahlia Bawah,
Cempaka Atas, Cempaka Bawah, Rawat Inap di IRIN C: Mawar Atas, Mawar Bawah,
Melati Atas, Melati Bawah dan IW. Ruangan ini dipilih sebagai tempat pengambilan
data karena insiden keselamatan pasien masih terjadi seperti adanya pasien yang jatuh
dari tempat tidur dan tingkat kepuasan pasien di rumah sakit masih belum optimal.
Hubungan persepsi penerapan keselamatan pasien dengan kepuasan pasien belum
pernah diuji di RSUP Persahabatan. RSUP Persahabatan sedang persiapan akreditasi
Joint Commission International (JCI).

4.4 Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan pada Maret sampai Desember 2017. Penelitian ini dimulai dengan
pembuatan proposal penelitian pada Maret 2017. Ujian proposal dilakukan pada 20
November 2017. Peneliti melakukan uji etik di Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) UI
dan lolos uji etik pada 13 Desember 2017. Peneliti melakukan uji validitas dan
reliabilitas di RS Fatmawati Jakarta, setelah mendapatkan surat pengantar dari fakultas,
pada 13 Desember dan 14 Desember 2017. Pengambilan data pada responden penelitian
dengan memberikan kuesioner di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta dilakukan pada 15
Desember sampai 18 Desember 2017. Pengolahan data dilakukan pada 19 Desember
dan sidang tesis dilakukan pada 3 Januari 2018. Alur penelitian diperjelas dengan
gambar 4.3

Universitas Indonesia
37

Diagram 4.2 Kerangka Kerja Pelaksanaan Penelitian Hubungan Penerapan Keselamatan


Pasien dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit

Penyusunan Ujian Uji Etik Penelitian


Proposal Proposal

Uji Validitas dan

Reliabilitas

Instrumen
Pengambilan Data

Publikasi Sidang Tesis Analisis Hasil

4.5 Etika Penelitian


Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakuan tahapan uji etik di kampus melalui
komite etik Fakultas Ilmu Keperawatan UI pada 21 November 2017 dan lolos uji etik
pada 13 Desember 2017. Setelah lolos uji etik di Fakultas Ilmu Keperawatan UI pada 13
Desember, peneliti melakukan uji validitas dan uji reliabilitas, peneliti melakukan
penelitian di RS yang dipilih. Penelitian diawali dengan memperkenalkan diri kepada
calon responden pada suatu ruang, menjelaskan kepada calon responden tujuan dari
penelitian, manfaat penelitian bagi rumah sakit, hak responden untuk menolak terlibat
atau mengundurkan diri selama proses penelitian dan hak kerahasiaan identitas
responden. Sebelum calon responden menyatakan persetujuan untuk menjadi responden
penelitian inform concent yang harus ditandatangani pasien (Sastroasmoro & Ismael,
2016). Beberapa etik penelitian yang harus diperhatikan dan dipenuhi oleh peneliti
apabila repondennya manusia adalah: Harkat dan martabat (respect to people), berbuat
baik (beneficience) dan tidak merugikan (non maleficence), keadilan (justice).

4.5.1 Respect to people (menghargai harkat dan martabat manusia)


Proses pengambilan data penelitian ini menghargai harkat dan martabat pasien yang
dilakukan dengan cara: Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, meminta ijin dari
responden untuk bersedia menjadi responden penelitian. Ketika ingin meminta ijin,
peneliti mempertimbangkan kondisi pasien, pada saat pasien sedang makan atau sedang
ada tindakan keperawatan, peneliti memberikan waktu sampai pasien tenang dan
Universitas Indonesia
38

bersedia untuk berkomunikasi. Apabila pasien menolak sebagai responden peneliti tidak
memaksa pasien. Masalah etik perlu dicegah dengan melakukan penekanan masalah
etik yaitu dengan cara menghormati harkat dan martabat manusia, menghormati
kerahasiaan responden penelitian dan memperhitungkan manfaat dan kerugian yang
ditimbulkan pada saat penelitian, sesuai norma etika (Sastroasmoro & Ismael, 2016).

4.5.2 Beneficience (berbuat baik)


Penelitian ini memberikan manfaat kepada pasien secara tidak langsung atau tidak saat
mengumpulkan data. Hasil jawaban pasien memberikan gambaran kepuasan pasien
secara nyata, sehingga data menjadi masukan untuk peningkatan kualitas pelayanan.
Manfaat dari penelitian ini adalah pengembangan kualitas pelayanan di rumah sakit.
Tidak ada kerugian yang ditimbulkan dari penelitian ini dan tidak mempengaruhi
pemberian pelayanan perawat kepada pasien. Responden memerlukan waktu kurang
lebih 15—20 menit untuk mengisi kuisioner.

4.5.3 Justice (keadilan)


Peneliti tidak membeda - bedakan perlakuan terhap pasien ketika pengumpulan data.
Menghormati keberadaan sebagai umat manusia (respect for human dignity) merupakan
hal yang penting dalam suatu penelitian. Penelitian ini memberikan kebebasan kepada
calon responden untuk ikut terlibat dalam penelitian atau menolak ikut dengan alasan
apapun. Responden juga memiliki hak untuk berhenti sebagai resonden pada saat proses
penelitian berlangsung. Pada saat pengumpulan data, ditemukan ada pasien menolak
sebagai responden, dengan alasan pasien dirawat belum tiga hari rawat. Respon
peneluiti pada penolakan pasien ini, tetap menghargai kebebasan pasien. Responden
yang bersedia setelah mendapatkan informasi menandatangani informed consent
sebagai pernyataan bersedia sebagai responden. Menghormati kerahasiaan subjek
(respect for privacy and confidentiality) . Peneliti meminta responden untuk mengisi
nama dengsn inisial. Pada saat pengisian , peneliti menggunakan kode mulai R1 untuk
responden 1 dan seterusnya. Data akan dimusnahkan 1 bulan setelah sidang tesis.

Universitas Indonesia
39

4.6 Instrumen Pengumpulan Data


Alat pengumpul data yang peneliti gunakan adalah kuesioner. Peneliti menggunakan
kuesioner sebagai instrument penelitian, tentang penerapan keselamatan pasien dan
kuesioner tentang kepuasan pasien RSUP Persahabatan Jakarta.

4.6.1 Kuesioner A
Kuesioner A adalah kuesioner karakteristik demografi dari pasien. Karakteristik
demografi pasien terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan kelas rawat
pasien. Pasien sebagai responden memilih pernyataan yang sesuai pada kolom yang
tersedia.
Tabel 4.2 Kisi- kisi Instrumen A

No. Pokok Bahasan Jumlah Soal No Pertanyaan


1 Umur Pasien 1 1
2 Jenis Kelamin 1 2
3 Pendidikan 1 3
4 Pekerjaan 1 4
5 Kelas Rawat 1 5

4.6.2 Kuesioner B
Kuesioner B adalah kuesioner persepsi pasien terhadap penerapan keselamatan pasien di
RS Persahabatan. Kuesioner ini dibuat oleh peneliti mengacu pada International Patient
Safety Goal (IPSG) (the Joint Commission, 2017). Kuesioner awal terdiri dari 32
pertanyaan dengan menyediakan 4 opsi jawaban. Kuesioner dilakukan uji validitas,
terdapat 9 pernyataan dilakukan pembuangan karena tidak valid. Pernyataan yang masih
dipertahankan sebanyak 23. Pernyataan dalam kuesioner peneliti buat dalam bentuk
pernyataan positif dan pernyataan negatif. Peneliti menggunakan skala Likert dari 1—4.
Pernyataan positif nilai 4= Selalu (SL), 3= Sering (SR), 2= Jarang (JR), 1= Tidak
pernah. Rentang penilaian responden dari pasien adalah 23 untuk nilai minimum dan 92
untuk nilai maksimum.

Universitas Indonesia
40

Tabel 4.3
Kisi-Kisi Kuisioner Penerapan Keselamatan pasien

Kuisioner Pernyataan positif Pernyataan


negatif
1 Pengidentifikasian pasien 1
2 Komunikasi terapeutik 3, 4
3 Ketepatan obat yang perlu 8, 9, 11, 12, 13 5
diwaspadai (high- alert)
4 Ketepatan lokasi, prosedur, dan 14,15, 16, 17, 18,
tindakan bedah 19
5 Mengurangi risiko infeksi 21, 23
6 Pencegahan risiko jatuh 24, 26, 27, 28, 29 30
Jumlah 21 2

4.6.3 Kuesioner C
Kuesioner C adalah kuesioner untuk menilai tingkat kepuasan pasien pada dimensi
tangible (bukti nyata), reliability (kehandalan), responsibility (ketanggapan),
assurance (jaminan) dan empati dari Parasuraman 1989 dan komunikasi terapeutik
(Anjaswarni, 2016). Kuesioner awal terdiri dari 30 pernyataan dengan opsi jawaban 4.
Skala pengukuran kuesioner ini menggunakan skala likert dari 1—4. Pernyataan positif
bernilai 4=Sangat puas (SP), 3= Puas (P), 2= Tidak puas (TP), 1= Sangat tidak puas
(STP). Pernyataan negatif nilai 4= Sangat tidak puas (STP), 3= Tidak puas (TP), 2=Puas
(P), 1=Sangat puas (SP). Kuesioner yang telah digunakan oleh dari Rubiah (2016) oleh
peneliti dilakukan modifikasi content. Kuesioner pada point 3 menyebutkan perawat
berpenampilan rapi dan bersih, peneliti perawat berpenampilan bersih dan rapi diganti
perawat berpenampilan rapi. Pada poin 5 menambahkan kata “dan keluarga” setelah
kata pasien. Mengganti kata setelah “kata perawatan” menjadi “ketika nanti telah
pulang dari rumah sakit”. Menghilangkan kata dan di antara cepat dan tanggap.
Kuesioner dilakukan uji validitas terdapat 7 pernyataan tidak valid, dan dilakukan
pembuangan. Kuesioiner yang dipertahankan sebanyak 23 pernyataan.

Universitas Indonesia
41

Tabel 4.4
Kisi –kisi kuesioner kepuasan pasien

No Variabel Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif


1 Bukti nyata 1,3,4,5 -

2 Keandalan 8,9,11,12 -
3 Ketanggapan 13,14,15,16,17,18 -
4 Jaminan 19,21,23,24 -
5 Empati 26,27,28,29,30 -
Jumlah 23

4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas


Kuesioner penerapan keselamatan pasien (kuesioner B) terdiri dari 23 pertanyaan dan
kuesioner kepuasan pasien (kuesioner C), 23 pertanyaan. Kuesioner keselamatan pasien
dikembangkan peneliti dari six goal keselamatan pasien PMK 2017, kuesioner kepuasan
pasien merupakan modifikasi kuesioner yang telah digunakan dan dikembangkan oleh
Rubiah (2016). Instrumen sebagai alat pengumpul data pada penelitian ini diterapkan di
Instalasi Rawat Inap (IRIN) A, B, C dan Intermediate ward (IW) dengan pertimbangan
mempunyai karakteristik yang sama dengan ruangan yang diteliti. Uji coba kuesioner
dilakukan di Rumah Sakit Fatmawati oleh karena Rumah Sakit Fatmawati merupakan
rumah sakit A, sama dengan Rumah Sakit Persahabatan. Jumlah yang digunakan dalam
uji coba kuesioner terdiri 30 instrumen. Uji coba pada kuesioner B tentang keselamatan
pasien dan kuesioner C tentang kepuasan pasien dengan cara: uji validitas dan uji
reliabilitas.

4.7.1 Uji Validitas


Uji validitas adalah pengujian yang dilakukan untuk menilai tingkat keandalan dan
kesahihan alat ukur yang digunakan (Sastroasmoro & Ismael, 2016). Validitas
menunjukan ketepatan pengukuran sebuah instrument. Validitas merupakan syarat yang
mutlak alat ukur agar dapat digunakan.Validitas untuk mengetahui ketepatan suatu alat
ukur dalam mengukur suatu data. Uji validitas suatu kuesioner dilakukan dengan
menggunakan komputer. Hasil keputusan uji validitas adalah bila r hitung lebih besar
daripada r tabel, maka pernyataan tersebut berarti valid, dan sebaliknya bila r hitung
lebih kecil daripada r tabel, maka pernyataan tersebut berarti tidak valid. Hasil r tabel
adalah 0,361 (n= 30), dengan tingkat kemaknaan 5%, sehingga seluruh hasil r hitung
yang mempunyai nilai < 0,361 tidak digunakan atau pernyataan tersebut dibuang.
Universitas Indonesia
42

Kuesioner B (keselamatan pasien) terdapat pernyataan yang tidak valid yaitu nomor: 2,
6, 10, 7, 20, 22, 25, 31 dan 32 dan pernyataan yang dibuang yaitu no 2, 6, 7, 10, 20, 22,
31, 32 akan tetapi pada no 1, 3, 4 dan 5 tetap digunakan untuk mempertahankan
subtansi. Kuesioner C (kepuasaan Pasien) terdapat pernyataan tidak valid yaitu nomor:
3, 5, 10, 22, 28, 29 dan 30 dilakukan pembuangan.

4.7.2 Uji Reliabilitas


Reliabilitas merupakan pengukuran data yang menunjukan konsistensi sebuah
instrumen bila digunakan kembali secara berulang. Reliabilitas adalah tingkatan
konsistensi dari pengukuran (Dharma, 2013). Uji reliabilitas adalah dilakukan untuk
mengetahui hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap gejala serupa dengan alat ukur yang serupa. Peneliti melakukan uji
reliabilitas untuk instrumen B dan C dengan menggunakan koefisien alpha Cronbach
yaitu dengan membandingkan r alpha. Jika r alpha lebih besar dari 0.6 atau bila r alpha
> r tabel berarti kuisioner B (keselamatan pasien) mempunyai nilai alpha Cronbach
sebesar 0.79 berarti reliable. Kuesioner B (keselamatan pasien) setelah dilakukan
pembuangan pada 9 pernyataan kemudian dilakukan uji validitas nilai alpha Cronbach
menjadi 0,85. Kuesioner C (kepuasan pasien) mempunyai nilai alpha Cronbach sebesar
0.918, bermakna sangat reliable setelah dilakukan pembuangan pada 7 pernyataan
kemudian dilakukan uji validitas nilai alpha Cronbach menjadi 0,925.

2.6 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri, sehingga data bias dapat
diminimalisasi. Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada
seluruh responden. Sebelum kuesioner dibagikan peneliti menemui kepala ruangan
untuk menjelaskan tujuan penelitian, prosedur, manfaat penelitian, hak-hak responden,
kerahasiaan responden.

4.8.1 Prosedur Administrasi


4.8.1.1 Peneliti menyampaikan surat izin permohonan penelitian kepada Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia yang keluar pada 13 November 2017

Universitas Indonesia
43

4.8.1.2 Peneliti mengajukan surat permohonan izin lolos etik pada Penelitian Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang keluar pada 13 November 2017
(lampiran 1)
4.8.1.3 Peneliti menyampaikan surat permohonan uji validitas dan realibitas ke RSUP
Fatwamawati yang keluar pada 13 November 2017 (lampiran 2)
4.8.1.4 Peneliti menyampaikan surat izin permohonan penelitian pada Direktur RSUP
Persahabatan pada 14 November 2017 (lampiran 3)
4.8.1.5 Peneliti melakukan penelitian di RSUP RSUP Persahabatan pada 15 November
2017.
4.8.2 Prosedur Teknis
Peneliti didampingi diklat melakukan penjelasan maksud dan tujuan kedatangan ke
ruang yang dilakukan untuk tempat penelitian. Melalui kepala Instalasi peneliti
menemui kepala ruangan dengan bagian diklat. Peneliti membina hubungan saling
percaya kepada kepala ruangan, menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan.
Sebelumnya peneliti melakukan survei rekam medis untuk menentukan responden yang
sesuai dengan kriteria inklusi. Pasien yang menjadi responden diberikan penjelasan,
maksud, tujuan, prosedur penelitian, serta manfaat penelitian. Pasien yang bersedia
menjadi responden menandatangani inform consent. Selanjutnya peneliti membagikan
kuesioner penelitian dengan menjelaskan cara mengisi kuesioner agar dapat dipahami
oleh pasien sebagai responden.

4.8 Pengolahan Data


Pengolahan dan analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul dari hasil
kuesioner responden. Pengelolaan data dilakukan dengan tahap: mengedit data
(editing), pengkodean data (coding), pemasukan data (entry data), pembersihan data
(cleaning), penyajian data.

4.9.1. Pengeditan data (editing)


Peneliti memeriksa semua kuesioner yang telah diisi oleh responden sebanyak 143.
Pengeditan data penelitian dilakukan dengan memeriksa kuesioner baik A, B, dan C
yang terkumpul dari pasien. Kuesioner data pasien yang diterima peneliti, ditemukan
sebanyak 5 pasien belum mengisi data demografi. Pasien ruang Cempaka Atas terdapat
Universitas Indonesia
44

2 pasien belum mengisi data demografi dengan lengkap, di ruang Anggrek Tengan
Kanan 3 orang pasien belum mengisi kuisioner C (kepuasan pasien), ruang Mawar
Atas dan ruang Mawar Bawah masing-masing terdapat 1 orang belum mengisi kuisioner
C (kepuasan pasien) dan ruang Anggrek Atas Kanan ada 3 pasien belum mengisi
kuisioner B (keselamatan pasien). Di Ruang IW ada 1 pasien belum mengisi kuesioner
C dengan lengkap. Pasien diminta untuk mengisi kembali kueisioner yang belum
lengkap.

4.9.2 Pengkodean data (coding)


Pengkodean data penelitian diawali dengan memberikan kode R1 pada responden
pertama di Soka Atas dan seterusnya hingga responden ke -143. Peneliti memberi kode
karakteristik pasien , untuk umur ditulis sesuai tahun usia, jenis kelamin laki laki diberi
kode 1 dan perempuan 0. Pendidikan diberi kode 1 untuk non perguruan tinggi dan 2
untuk responden yang sarjan. Pekerjaan peneliti memberi kode 1 untuk responden yang
tidak bekerja dan 2 untuk yang bekerja. Kelas rawat pasien 1 untuk pasien kelas III , 2
untuk pasien dirawat di kelas II dan 3, untuk pasien yang dirawat di kelas I.

Kode untuk pernyataan positif pada kuesioner B (penerapan keselamatan pasien) dan
kuesioner C (kepuasan pasien) dinilai mulai dari kiri bernilai 1, 2, 3, 4 sebaliknya untuk
pernyataan negatif dari kiri dimulai dari 4, 3, 2, 1. Semua data dimasukan dan diolah
dengan komputer. Data yang diperoleh dan sumber data yang didapat diperiksa
kelengkapannya. Kode jawaban dibuat baku dan konsisten, agar hasil penelitian ketika
dilakukan indeks atau skala memiliki validitas tinggi.

4.9.3 Pemasukan data (entry data)


Peneliti memasukkan hasil pengkodean pada statistik SPSS kemudian diolah dengan
komputer. Data merupakan karakteristik pasien, penerapan keselamatan pasien dan
kepeuasan pasien.yang telah dilakukan pengkodean diolah dengan menggunakan
program komputer, dilakukan pada 19 Desember 2017.

Universitas Indonesia
45

4.9.4 Pembersihan data (cleaning)


Peneliti tidak melakukan kesalahan pada saat memasukan data. Data 143 yang
dimasukkan tidak ditemukan kesalahan ketika memasukkan aplikasi ke komputer. Data
dengan pertanyaan negatif, pengkodean penilaina dibalik terlebih dahulu baru
dimasukan ke komputer. Proses pembersihan data pada 19 Desember 2017.

4.9.5 Penyajian data


Peneliti menggunakan tabel-tabel pada penyajian data hasil pengolahan statistik
SPSS.Langkah terakhir dari pengolahan data adalah menyajikan hasil pengolahan data.
Bentuk hasil pengolahan data hasil penelitian menggunakan tabel.

4.9 Analisis Data


Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer. Analisis data yang
dilakukan meliputi:

2.6.1 Analisis Univariat


Analisis Univariat adalah analisis penelitian dilakukan pada satu variabel atau tiap
variabel. Data yang numerik menggunakan nilai mean (rata-rata) atau median, standar
deviasi dan interkuartil range. Pada penelitian ini, yang jenis datanya numerik adalah
usia dan lama masa kerja. Pada data kategorik peringkasan data hanya menggunakan
distribusi frekuensi dengan ukuran prosentase atau proporsi. Pada penelitian ini yang
jenis datanya kategorik adalah: Jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
kepuasan pasien dan penerapan tindakan keselamatan pasien oleh perawat. Tujuan dari
analisis ini adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing-
masing variabel yang diteliti. Analisis data kuantitatif dihadapkan pada kumpulan data
yang besar atau banyak yang belum jelas maknanya. Fungsi analisis sebenarnya adalah
menyederhanakan atau meringkas kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi
yang berguna. Peringkasan tersebut berupa ukuran-ukuran statistik, tabel dan juga grafik
(Sastroasmoro & Ismael, 2016).

Universitas Indonesia
46

Tabel 4.5
Analisis Univariat

Variabel Jenis Data Uji Statistik


Keselamatan pasien Kategorik Frekuensi dan proporsi
Usia pasien Numerik Mean, median, standar deviasi, nilai minimum,
nilai maksimum, tingkat kepercayaan
Jenis kelamin pasien Kategorik Frekuensi dan proporsi
Pendidikan Kategorik Frekuensi dan proporsi
Pekerjaan Kategorik Frekuensi dan proporsi
Kelas Keperawatan Kategorik Frekuensi dan proporsi
Kepuasan pasien Kategorik Frekuensi dan proporsi

4.10.2 Analisis Bivariat


Kegunaan analisis bivariat adalah untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara
dua variabel, perbedaan yang signifikan antara dua atau lebih kelompok/sampel
(Sastroasmoro & Ismael, 2016). Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara penerapan tindakan keselamatan pasien oleh perawat
pelaksana dengan kepuasan pasien.

Penerapan keselamatan pasien, tingkat pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, kelas


perawatan dengan kepuasan pasien uji yang digunakan adalah Chi Square. Variabel
umum dengan kepuasan pasien yang dilakukan dengan uji independen t-test bila data
terdistribusi normal yang sebelumnya dilakukan uji normalitas data menggunakan
kolmogorov smirnov dikatakan normal bila ρ > 0,05.
Tabel 4.6
Analisis Bivariat dan Uji Statistik

No *Variabel Jenis Variabel Jenis Uji Statistik


Independen dan Dependen
variabel confounding
*Penerapan Chi Square/
1 Numerik Kepuasan pasien Nominal
Keselamatan pasien fisher
Numerik Nominal T-
2 Usia pasien Kepuasan pasien Independen /T-
Test
3 Jenis kelamin pasien Kategorik Kepuasan pasien Nominal Chi Square
4 Pendidikan pasien Kategorik Kepuasan pasien Nominal Chi Square
5 Pekerjaan pasien Kategorik Kepuasan pasien Nominal Chi Square
6 Kelas perawatan Kategorik Kepuasan pasien Ordinal Chi Square

Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta di Rawat
Inap di IRIN A: Soka Atas, Soka Bawah, Anggrek Tengah Kanan dan Kiri, Anggrek
Atas Kanan, Anggrek Bawah, Rawat Inap IRIN B: Dahlia Atas, Dahlia Bawah,
Cempaka Atas, Cempaka Bawah, Rawat Inap di IRIN C: Mawar Atas, Mawar Bawah,
Melati Atas, Melati Bawah dan IW pada 15—18 Desember 2017. Responden penelitian
adalah pasien berjumlah 143. Peneliti memberikan instrument penelitian pada ruangan
setelah mendapatkan izin dari Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan. Pasien diberikan
penjelasan penelitian, selanjutnya menandatangani inform concent. Pasien mengisi
lembar kuesioner dengan lengkap dan didampingi oleh peneliti sehingga pasien dapat
bertanya langsung bila ada yang belum dimengerti. Data yang berisi lengkap,
dikumpulkan dan diolah menggunakan komputer.

5.1 Gambaran Karakteristik Pasien


Karakteristik pasien meliputi menurut umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan,
dan kelas perawatan dari total seluruh pasien sebanyak 143 digambarkan pada table
dibawah ini.
Tabel 5.1 Gambaran Karakteristik umur Pasien di IW dan ruang rawat inap (n=143)

Variabel Standar Deviasi 95% CI


Umur 13,84 46,67-51,25

Tabel 5.1 menunjukkan rerata umur responden adalah 48,96 tahun dengan standar
deviasi 13,84. Rata-rata umur pasien dipercaya 95% CI= 47-51 tahun.

47 Universitas Indonesia
48

Tabel 5.2 Gambaran karakteristik pasien di IW dan ruang rawat inap (Jenis
kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Kelas Perawatan)

Variabel Frekuensi Persentase


Jenis Kelamin
a. Wanita 63 44,1
b. Laki-Laki 80 55,9
Pendidikan
a. Non Perguruan Tinggi 124 86,7
b. Perguruan Tinggi 19 13,3
Pekerjaan
a. Tidak Bekerja 69 48,3
b. Bekerja 74 51,7
Kelas Perawatan
a. Kelas III 97 67,8
b. Kelas II 21 14,7
c. Kelas I 25 17,5

Tabel 5.2 menggambarkan pasien berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 80 orang
(55,9%). Berdasarkan tingkat pendidikan Non Perguruan tinggi sebanyak 124 orang
(86,7%). Responden untuk status pekerjaan, sebanyak 74 orang (51,7%) pasien telah
bekerja. Responden berada di ruang perawatan kelas III yaitu sebanyak 97 orang
(67,8%).

5.2 Gambaran Penerapan Keselamatan Pasien

Tabel 5.3 Penerapan Keselamatan Pasien di IW dan Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit X
(n=143)

Variabel Frekuensi(n) Persentase (%)


Tidak dilakukan 61 42,7
Dilakukan 82 57,3
Total 143 100

Tabel 5.2 menunjukkan penerapan keselamatan pasien 57,3% menyatakan sudah


dilakukan. Aspek dari keselamatan pasien yang belum optimal terutama pada aspek
komunikasi reassessment risiko jatuh.

5.3 Gambaran Kepuasan Pasien

Universitas Indonesia
49

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien di IW dan Ruang Rawat Inap di Rumah Sakit X
(n=143)

Kepuasan Pasien Frekuensi Persentase


Kurang Puas 48 33,6
Puas 95 66,4
Total 143 100,0

Tabel 5.4 menunjukan bahwa 66,4% pasien merasa puas pada pelayanan keperawatan
dimensi kepuasan pasien yang belum optimal terutama pada dimensi kehandalan yaitu
perawat tidak selalu memberikan petunjuk pada tindakan yang akan dilakukan
selanjutnya.

5.4 Hubungan Karakteristik Pasien dengan Kepuasan Pasien


5.4.1 Hubungan umur pasien dengan kepuasan pasien

Tabel 5.5 Hubungan Umur Pasien dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit X (n=143)

Variabel Uji Correlation Coeficient p

Umur Spearman’s rho 0,082 0,331

Tabel 5.4 menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan
kepuasan pasien (p= 0,331) dengan koefisien hubungan sangat lemah.
5.4.2 Hubungan jenis kelamin dengan kepuasan pasien.

Tabel 5.6 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kepuasan Pasien di IW dan Ruang Rawat Inap di
Rumah Sakit X (n=143)

Jenis Kurang Puas Puas Total OR


P
Kelamin n % n % n % (95% CI)
Wanita 20 31,7 43 68,3 63 100 0,772
0, 818
Laki-laki 28 35,0 52 65,0 80 100 (0,398-1,496)
Total 48 33,6 95 66,3 143 100

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa terdapat 80 pasien laki-laki 52 (65%) menyatakan puas.
Hasil analisis tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kepuasan
pasien (p=0,818).

5.5 Hubungan pendidikan dengan kepuasan pasien

Universitas Indonesia
50

Tabel 5.7 Hubungan pendidikan dengan kepuasan pasien di IW dan Ruang rawat di Rumah
Sakit X (n=143)

Kurang Puas Puas Total


Pendidikan p
n % n % n %
Non perguruan tinggi 41 33,1 83 66,9 124 100 0,949
Perguruan tinggi 7 36,8 12 63,2 19 100
Total 48 33,6 95 66,4 143

Tabel 5.7 menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara pendidikan pasien dengan
kepuasan pasien Hasil uji analisis memperoleh bahwa ada 83 pasien 66,9% yang
menyatakan puas pada pasien dengan non perguruan tinggi (p= 0,949).

5.5.1 Hubungan pekerjaan dengan kepuasan pasien


Tabel 5.8 Hubungan Pekerjaan dengan Kepuasan Pasien di IW dan Ruang Rawat di Rumah
Sakit X (n=143)

Kurang Puas Puas Total


Pekerjaan p
n % n % n %
Tidak bekerja 23 33,3 46 66,7 69 48,2
1,000
Bekerja 25 33,8 49 66,2 74 51,8
Total 48 49,7 95 50,3 143 100

Tabel 5.8 menjelaskan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pekerjaan dengan
kepuasaan pasien. Pasien yang bekerja sebanyak 74 (51,8%) sebanyak 49 (66,2%)
pasien merasa puas (p= 1,000).
5.5.2 Hubungan kelas perawatan dengan kepuasan pasien
Tabel 5.9 Hubungan kelas perawatan dengan kepuasan pasien di IW dan ruang rawat di
Rumah Sakit X
Kurang Puas Puas Total
Kelas Perawatan p
n % n % n %
Kelas III 52 53,6 45 46,4 97 100
Kelas II 9 42,9 12 57,1 21 100 0,382
Kelas I 10 40,0 15 60,0 25 100
Total 71 49,7 72 50,3 143 100

Tabel 5.9 menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara ruang perawatan dengan
kepuasan pasien. Responden paling banyak merasa puas dengan pelayanan kesehatan
sebanyak 15 pasien (60%) pada kelas I (p= 0,382).

Universitas Indonesia
51

5.6 Hubungan Keselamatan Pasien dengan Kepuasan Pasien


Analisis bivariat variabel independen dengan variabel dependen menggunakan uji
statistik Pearson Chi-Square. Variabel independen pada penelitian ini yaitu faktor
penerapan keselamatan pasien terhadap variabel dependen yaitu kepuasan pasien.

Tabel 5.10 Hubungan keselamatan pasien dengan kepuasan pasien (n=143)

Penerapan Kesematan Kurang Puas Puas Total OR


p
Pasien n % n % n % (95% CI)
Tidak dilakukan 32 52,5 29 47,5 61 42,7 0,92-2,13
0,001*
Dilakukan 16 19,5 66 80,5 82 57,3 1,216
Total 48 33,6 95 66,4 143 100

* Tabel 5.10 menunjukkan ada hubungan bermakna antara penerapan keselamatan


pasien dengan kepuasan pasien. Penerapan keselamatan pasien yanga dilakukan
sebanyak 82 (57,3%) dan yang menyatakan puas sebanyak 66 (80,5%). Hasil analisis
diperoleh OR=1,216 yang artinya, pasien merasa puas 1,2 kali lebih besar pada perawat
yang melakukan penerapan keselamatan pasien dibandingkan dengan perawat yang
tidak melakukan penerapan keselamatan pasien ketika melakukan tindakan keperawatan
dengan interval kepercayaan 95% CI=0,91—2,13 (p=0,001).

Universitas Indonesia
BAB 6
PEMBAHASAN

Bab ini membahas hasil penelitian kesesuaian dan kesenjangan dengan daftar pustaka.
Pembahasan meliputi interpretasi dan diskusi hasil penelitian, keterbatasan penelitian,
implikasi terhadap pelayanan keperawatan, pendidikan keperawatan dan penelitian
selanjutnya.

6.1 Interpretasi dan Diskusi


Interprestasi hasil penelitian ini menguraikan tentang gambaran karakteristik pasien
yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan kelas perawatan di IW,
dan Ruang Rawat Inap RSUP Persahabatan, gambaran penerapan keselamatan pasien di
IW dan Ruang Rawat Inap RSUP Persahabatan, gambaran kepuasan pasien di IW dan
Ruang Rawat Inap RSUP Persahabatan, hubungan umur dengan kepuasan pasien di
RSUP Persahabatan, hubungan jenis kelamin dengan kepuasan pasien di RSUP
Persahabatan, hubungan pendidikan dengan kepuasan pasien di RSUP Persahabatan,
hubungan pekerjaan dengan kepuasan pasien di RSUP Persahabatan, hubungan kelas
rawat dengan kepuasan pasien di RSUP Persahabatan, hubungan penerapan keselamatan
pasien dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta.
Hasil temuan ini dikaitkan dengan teori pada Bab 2, temuan hasil penelitian lain dan
pendapat peneliti.

6.1.1 Gambaran Karakteristik Pasien


Pada penelitian karateristik pasien menunjukkan rerata umur pasien yang dirawat di
Rumah Sakit X lansia awal (Depkes, 2009), penelitian ini dilakukan di ruang rawat
dewasa dan sesuai kriteria inklusi. Gambaran jenis kelamin pasien didapatkan berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan berbanding 6:4. Rerata pasien rawat inap seluruh
ruang rawat di Rumah Sakit X menunjukkan laki-laki lebih banyak dengan
perbandingan 9:3

52 Universitas Indonesia
53

Penelitian ini didapatkan gambaran pendidikan pasien rendah. Penelitian dilakukan


terbanyak di kelas 3 dengan kemampuan sosial ekonomi menengah ke bawah, sehingga
kemampuan untuk meraih pendidikan tinggi terbatas. Pasien lebih banyak yang bekerja,
walaupun perbedaannya tidak terlalu signifikan. Pasien rawat inap mayoritas laki laki,
yang bertanggung jawab sebagai pencari nafkah utama keluarga. Kelas perawatan
didominasi di kelas III. Cluster pada penelitian ini paling banyak ruang rawat pasien
kelas III. Ruang rawat kelas III tersedia 10 dari 15 ruang rawat cluster yang ditetapkan.

6.1.2 Gambaran Penerapan Keselamatan Pasien


Pasien menyatakan penerapan keselamatan pasien sebagian besar sudah dilakukan.
Aspek dari keselamatan pasien yang belum optimal terutama aspek reassessment risiko
jatuh. Laporan kinerja bidang Keperawatan masih didapatkan insiden pasien jatuh.

6.1.3 Gambaran Kepuasan Pasien di rumah sakit


Gambaran kepuasan pasien masih dibawah standar standar pelayanan minimal yang
ditetapkan Depkes (2008). Aspek kepuasan pasien yang belum optimal terutama pada
dimensi kehandalan yaitu perawat tidak selalu memberikan petunjuk pada tindakan
yang akan dilakukan selanjutnya.

6.2 Hubungan Karakteristik Pasien dengan Kepuasan Pasien


6.2.1 Umur
Penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan antara umur dengan kepuasan pasien.
Hal ini sejalan dengan penelitian (Oroh, Rompas, & Pondaag, 2014) menyatakan bahwa
tidak hanya umur pasien yang mempengaruhi kepuasan tetapi dipengaruhi aspek yang
lain. Kepuasan dipengaruhi oleh umur. Umur semakin tua akan emosionalnya lebih
terkontrol, lebih dapat menerima keterbatasan fisik dari pada orang yang lebih muda.
Hal ini karena orang usia tua usia tua tuntutan dan harapannya lebih rendah dari pasien
usia muda.

Hasil penelitian tidak sependapat dengan (Dzomeku, Ba-Etilayoo, Perekuu, & Mantey,
2013) yang menyatakan umur pasien yang lebih tua mempengaruhi perawat dalam
memberikan pelayanan. Hal ini disebabkan nilai-nilai budaya sebagai orang tua

Universitas Indonesia
54

dihormati, diberikan hak-hak istimewa dari generasi muda sehingga mempengaruhi


perawat lebih memperhatikan orang tua daripada anak muda. Pasien yang lebih tua
umumnya lebih merasa puas dibandingkan dengan yang lebih muda. Pasien yang lebih
tua akan merasa puas dengan pelayanan di rumah sakit karena harapannya lebih rendah
(Özlü & Uzun, 2015)

6.2.2 Jenis Kelamin


Penelitian menunjukkan tidak ada hubungan jenis kelamin dengan kepuasan pasien.
Hasil penelitian ini sependapat dengan Dolinsky (2014) menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kepuasan seseorang. Responden antara
pria dan wanita akan relatif sama dalam menilai kepuasan pelayanan.

Hasil penelitian ini tidak sependapat dengan (Rinami, Purwasih, Sersanti, Hanum, &
Ivon, 2015) bahwa jenis kelamin mempengaruhi tingkat kepuasan pasien terhadap
pelayanan. Penelitian ini juga didukung (Dzomeku et al., 2013) yang menyatakan
bahwa pelayanan keperawatan yang dirasakan pasien laki-laki lebih merasa puas
dibandingkan dengan pasien perempuan di salah satu rumah sakit daerah. Pasien
perempuan lebih merasa puas dengan pelayanan perawatan dibanding dengan pasien
laki-laki. Persepsi dan reaksi terhadap gangguan sakit dipengaruhi oleh sex, ras,
pendidikan, kelas ekonomi dan latar belakang budaya, yang mempengaruhi penilaian
kepuasan pasien. Pasien perempuan lebih merasa puas pada pelayanan di RSUD
Noongan (Oroh & Pondaag, 2015). Pelayanan keperawatan yang dirasakan pasien laki-
laki lebih merasa puas dibandingkan dengan pasien perempuan di salah satu rumah
sakit daerah (Rinami et al., 2015).

6.2.3 Pendidikan
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara pendidikan pasien
dengan kepuasan pasien. Perasaan puas pada setiap individu tidaklah sama, akan tetapi
ungkapan puas pada sekelompok individu dapat terjadi hampir sama karena adanya
pengaruh lingkungan dan masyarakat golongan tertentu (Hidayati, Suryawati, &
Sriatmi, 2014). Kepuasan pasien tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan yang tinggi
akan tetapi pengaruh lingkungan, golongan masyarakat, pendidikan non formal di
Universitas Indonesia
55

lingkungannya, pengalaman hidup seseorang, berkontribusi pada penilaian tingkat


kepuasan pasien. Kepuasan pasien tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal,
tetapi lingkungan juga mempengaruhi (Bauk, Rahman, & Ariyanti, 2013)

Pasien berpendidikan tinggi merasa kurang puas pada pelayanan keperawatan di RSUD
Wangaya dibanding pasien berpendidikan rendah (Wira, 2014). Pasien dengan level
pendidikan yang lebih rendah cenderung kurang kritis sehingga kepuasannya lebih
tinggi (Dzomeku et al., 2013). Pasien dengan level pendidikan yang rendah memiliki
kepuasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang memiliki level pendidikan
tinggi. Hal ini disebabkan pasien dengan level pendidikan yang lebih tinggi bisa
mengakses informasi terkait perawatannya di rumah sakit sehingga dapat
membandingkan perawatan yang diterima dengan informasi yang diketahui, pasien
menjadi tidak puas.

6.2.4 Pekerjaan
Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan bermakna pekerjaan dengan
kepuasaan pasien. Meskipun pasien tidak bekerja cenderung merasa lebih puas
disbanding pasien bekerja. Penelitian sejalan bahwa Pemberian pelayanan profesional
kepada pasien dengan tidak membedakan antara pasien bekerja maupun tidak bekerja dapat
merasakan kepuasan yang sama (Hidayati et al., 2014). Pasien paling banyak pada kategori
tidak bekerja. Pasien tidak bekerja adalah pensiunan, ibu rumah tangga dan tidak
bekerja. Rumah sakit juga menyediakan pelayanan bagi pengguna asuransi kesehatan
mulai dari asuran BPJS dan asuransi swasta sehingga pasien tidak bekerja dapat
mendapatkan pelayanan kesehatan.

Penelitian tidak sejalan bahwa pekerjaan menentukan tingkat kepuasan pasien, pasien
yang bekerja lebih merasa puas terhadap pelayanan keperawatan yang diterima saat
dirawat di RS dibandingkan dengan pasien yang tidak bekerja. Pekerjaan dapat
menggambarkan keadaan sosial ekonomi seseorang dalam tuntutan pemeliharaan
kesehatan yang mempengaruhi kepuasan pelayanan (Novitasari, Muhammad, &
Kaporina, 2014). Pelayanan keperawatan dirasakan pada pasien yang belum bekerja dan
pasien ibu rumah tangga memiliki skor kepuasan lebih rendah dibandingkan dengan
pasien bekerja sebagai pegawai pemerintah (Tateke, Woldie, & Ololo, 2012).
Universitas Indonesia
56

6.2.5 Kelas Perawatan


Hasil penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan kelas perawatan dengan
kepuasan pasien. Penelitian sejalan bahwa variabel kelas perawatan tidak ada perbedaan
yang signifikan dalam menilai kepuasan pelayanan keperawatan (Anjaryani, 2009).
Kelas perawatan tidak menentukan tingkat kepuasan pasien, dimana kepuasan pasien
ditentukan oleh kinerja dari perawat pemberi pelayanan (Utama, Apriatni, & Listyorini,
2013). Kelas perawatan pasien tidak mempengaruhi pemberian pelayanan pasien.
Pelayanan keperawatan pasien tidak memperhatikan kelas rawat. Perawat memberikan
pelayanan secara profesional pada semua pasien dengan tidak membedakan status
sosialnya.

Penelitian tidak sejalan bahwa kelas perawatan pasien berhubungan tingkat kepuasan.
Kepuasan pasien dipengaruhi oleh dimensi tangibel penampilam perawat, fasilitas yang
diberikan oleh rumah sakit di kelas VIP (Akhmad, 2008). Seseorang yang memiliki
status sosial ekonomi yang baik berkesempatan untuk menggunakan dan mendapatkan
fasilitas pelayanan yang lebih baik daripada pasien yang memiliki sosial ekonomi
rendah (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2017). Kelas perawatan diartikan sebagai
perbedaan ruangan pasien terkait fasilitas yang diberikan dari rumah sakit. Status sosial
ekonomi mempengaruhi pemilihan kelas rawat pasien di rumah sakit.

6.3 Hubungan Penerapan Keselamatan Pasien dengan Kepuasan Pasien


Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara penerapan keselamatan
pasien dengan kepuasan pasien. Penelitian lain tentang penerapan keselamatan pasien
oleh perawat dihubungkan dengan kepuasan pasien belum ditemukan oleh peneliti baik
di Indonesia maupun di negara maju yang lainnya. Penelitian pada aspek identifikasi
ada hubungan bermakna antara identifikasi pasien secara benar dengan kepuasan
pasien. identifikasi pasien sangat penting untuk membedakan pasien yang satu dengan
yang lain (Umaternate, Kumaat, & Mulyadi, 2015).

Penelitian pada aspek komunikasi terdapat hubungan dengan kepuasan pasien, Semakin
baik komunikasi yang dilaksanakan maka semakin puas pasien dalam pelayanan
keperawatan. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa komunikasi terapeutik berhubungan

Universitas Indonesia
57

dengan kepuasan pasien (Siti, Zulpahiyana, & Indrayana, 2015). Pada aspek penerapan
ketepatan obat dengan kepuasan pasien ditemukan hubungan, Pasien merasa puas pada
pemberian obat yang diberikan tepat waktu, diberikan penjelasan manfaat dan efek
samping obat (Hilmawan, Suprapti, & Solechan, 2014).

Penelitian pada aspek menurunkan risiko infeksi terdapat hubungan dengan kepuasan
pasien, resiko terinfeksi terjadi karena perawat berperan dalam mencegah infeksi yang
terjadi di rumah sakit (HAIs) (Lombogia, Rottie, & Karundeng, 2016). Penelitian pada
aspek pencegahan risiko jatuh terdapat hubungan dengan kepuasan pasien. Pelayanan
keperawatan di rumah sakit memberikan rasa aman dalam lingkungan rawat, hal
tersebut sangat penting dalam memberikan kesejahteraan dan ketahanan hidup
(Prasetyo & Hartanti, 2017).

Kepuasan pasien sangat dipengaruhi oleh sikap dan pendekatan perawat di rumah sakit
kepada pasien, mutu pelayanan keperawatan yang diterima pasien. Tindakan perawat
dalam hal ini adalah tindakan yang berkaitan dengan 6 standar keselamatan pasien.

6.4 Implikasi Penelitian


6.4.1 Implikasi terhadap pelayanan keperawatan
Hasil penelitian penerapan keselamatan pasien 80,5% telah dilakukan oleh perawat.
Kepuasan pasien 66,4% mempengaruhi kunjungan pasien. Kunjungan pasien berkurang
berdampak pada kinerja keuangan rumah sakit. Pasien yang tidak puas dapat berpindah
ke fasilitas layanan kesehatan lain dan kurang berkerja sama dalam perawatan dan
pengobatan (Burston & Stichler, 2010). Bidang keperawatan perlu melakukan upaya
tindak lanjut secara menyeluruh terhadap hasil survei kepuasan pasien dan keluhan
pasien baik secara langsung maupun melalui pesan singkat (Hartono, 2010).

Pasien lebih memilih ke rumah sakit swasta dengan membayar yang lebih mahal tanpa
menggunakan jamina kesehatan yang dimiliki.

Perawat yang menerapkan keselamatan pasien dalam asuhan keperawatan selama di


rumah sakit meningkatkan kepuasan pasien. Peningkatan dan pembinaan yang

Universitas Indonesia
58

berkelanjutan kepada perawat melalui supervisi pelaksanaan keselamatan pasien dapat


meningkatkan kinerja setiap perawat.

Perawat yang menerapkan keselamatan pasien dalam asuhan keperawatan selama di


rumah sakit meningkatkan kepuasan pasien. Peningkatan dan pembinaan yang
berkelanjutan kepada perawat melalui supervisi pelaksanaan keselamatan pasien dapat
meningkatkan kinerja setiap perawat.

6.4.2 Implikasi terhadap Penelitian Keperawatan


Penerapan keselamatan pasien dengan kepuasan pasien di rumah sakit dengan OR =
1,216 dapat dijadikan dasar penelitian selajutnya untuk upaya penerapan keselamatan
pasien. Penelitian dapat dilakukan secara kualitatif terkait kepuasan pasien.

6.5 Keterbatasan Penelitian

Kuesioner penerapan keselamatan pasien merupakan persepsi pasien tentang penerapan


keselamatan pasien, sehingga data yang diperoleh hanya dari sisi pasien, keseluruhan
data tentang penerapan keselamatan pasien oleh perawat tidak dapat diketahui oleh
pasien. Instrumen penelitian penerapan keselamatan pasien khususnya menurut persepsi
pasien belum ada yang baku, sehingga harus dilakuan uji validitas dan reliabilitasnya di
rumah sakit pusat setara seperti Rumah Sakit Y

Universitas Indonesia
BAB 7
SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan simpulan dan saran. Simpulan ditarik dari bab–bab sebelumnya.
Saran dirincikan berdasarkan pelayanan keperawatan, pendidikan
dan keilmuan keperawatan dan penelitian selanjutnya.

7.1 Simpulan
Penelitian perawatan di IW dan Ruang Rawat Inap RSUP Persahabatan dilihat dari hasil
analisis data, pembahasan penerapan keselamatan pasien dengan kepuasan pasien
disimpulkan. Gambaran karakteristik pasien yang meliputi umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan dan kelas perawatan. Gambaran penerapan keselamatan dan
gambaran kepuasan pasien di IW dan Ruang Rawat Inap RSUP Persahabatan.

Penelitian ini membuktikan ada hubungan penerapan keselamatan pasien dengan


kepuasan pasien di IW dan Ruang Rawat Inap Rumah Sakit X (p= 0,0001, OR=1,216).
Hasil penelitian penerapan keselamatan pasien dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit
Umum Pusat Persahabatan Jakarta dapat disimpulkan : tidak ada hubungan bermakna
antara umur dengan kepuasan pasien (p=0,331), tidak ada hubungan bermakna antara
jenis kelamin dengan kepuasan pasien (p = 0,818). tidak ada hubungan pendidikan
dengan kepuasan pasien (p=0,949), tidak ada hubungan bermakna antara pekerjaan
dengan kepuasan pasien (p= 1,000)), tidak ada hubungan bermakna antara kelas rawat
dengan kepuasan pasien di RSUP Persahabatan (p= 0,382). Kesimpulan dalam
penelitian ini ada hubungan bermakna antara penerapan keselamatan pasien dengan
kepuasan pasien di IW dan Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan
Jakarta (p= 0,001).

7.2 Saran
7.2.1 Bagi Pelayanan Keperawatan
7.2.1.1 Disarankan Direktur Rumah Sakit agar rumah sakit mempertahankan
penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan sosialisasi kepada seluruh petugas
mengenai sasaran keselamatan pasien (SKP) secara berkala dan selalu

59 Universitas Indonesia
60

mengingatkan akan pentingnya sasaran keselamatan pasien (SKP) pada setiap


kesempatan seperti saat apel pegawai, disampaikan melalui bulletin rumah sakit,
rapat rutin, orientasi pegawai baru atau pertemuan-pertemuan lain. Terkait
dengan pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) disarankan agar rumah
sakit lebih meningkatkan penerapan terutama pada SKP 6 tentang Pengurangan
Resiko Pasien Jatuh. Rumah sakit juga disarankan melakukan evaluasi kinerja
dan pemantauan keluhan serta kepuasan pengguna jasa secara berkala dalam
meningkatkan kepuasan pengguna jasa dan masyarakat.
7.2.1.2 Saran kepada kepala bidang Keperawatan meningkatkan monitoring dan
evaluasi penerapan keselamatan pasien kepada semua perawat di Rumah Sakit X
agar meningkatkan asuhan keperawatan khususnya reassessment pasien risiko
jatuh sesuai standar prosedur operasional (SPO).
7.2.1.3 Disarankan kepada kepala ruangan memastikan kepada perawat ruang rawat
telah melakukan reassessment pada pasien risiko jatuh terkait pada penerapan
sasaran keselamatan pasien (SKP). Saran kepada perawat pelaksana untuk selalu
menerapkan keselamatan pasien pada asuhan keperawatan yang dilakukan.
7.2.1.4 Saran kepada perawat pelaksana untuk selalu menerapkan keselamatan pasien
pada asuhan keperawatan yang dilakukan. Peneliti akan menjadi change agent
dengan menerapkan keselamatan pasien pada saat melakukan
7.2.2 Bagi pendidikan dan keilmuan keperawatan
Hasil penelitian menjadi kajian untuk dibahas serta dijadikan evidance base
dalam kepatuhan dalam penerapan keselamatan pasien. Hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai masukan tentang pentingnya penerapakan keselamatan pasien.
Institusi perlu mengadakan pelatijan pada mahasiwa tentang cara penerapan
keselamatan pasien sehingga mahasiswa telah menjadi matang dalam melakukan
pelayanan keselamatan sesuai dengan keselamatan pasien.
7.2.3 Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian selanjutnya dapat dilakukan keselamatan pasien dengan persepsi
perawat, mencakup keseluruhan unit pelayanan tentang faktor lain yang
mempengaruhi pelaksanaan keselamatan pasien. Penelitian kualitatif dapat
dilakukan untuk menilai kepuasan pasien pada penerapan keselamatan pasien.
Penerapan keselamatan pasien yang dapat nilai kepuasan pasien dalam asuhan
keperawatan.

Universitas Indonesia
61

DAFTAR PUSTAKA

Aiken, L. H., Walter, S., Den, H. K. Van, M, S. D., Reinhard, B., Martin, M., …
Universitas Indonesia
62

Strømseng, I. (2012). Patient safety, satisfaction, and quality of hospital care: cross
sectional surveys of nurses and patients in 12 countries in Europe and the United
States. BMJ, 1717(March), 1–14. https://doi.org/10.1136/bmj.e1717
Akhmad, M. (2008). Hubungan antara Persepsi Pasien terhadap Dimensi Mutu
Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan Pasien di Ruangh Rawat Inap Rumah
Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung. Jurnal Ners Dan Kebidanan
Indonesia.
Anjaryani, W. D. (2009). Kepuasan Pasien Rawat Inap terhadap Pelayanan Perawat di
RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia.
Bauk, I., Rahman, K. A., & Ariyanti, S. (2013). Hubungan Karakteristik Pasien dengan
Kualitas Pelayanan: Persepsi Pasien Pelayanan Rawat Inap RSUD Majene Tahun
2013, 1–12.
Brown, J. K. (2016). Relationship between Patient Safety Culture and Safety Outcome
Measures among Nurses. ProQuest Dissertations Publishing, 1–80.
Cahyadi, S. R., & Mudayana, A. A. (2014). Hubungan mutu pelayanan dengan
kepuasan pasien di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II. Journal Respati,
40–49.
Collinson, L., Thorne, K., Dee, S., MacIntyre, K., & Pidgeon, G. (2013). RMO patient
safety forums in New Zealand agents for change.
Deptu, A., Trejnowska, E., Ozorowski, T., & Hryniewicz, W. (2015). Risk factors for
healthcare-associated infection in light of two years of experience with the ECDC
point prevalence survey of healthcare-associated infection and antimicrobial use in
Poland. Journal of Hospital Infection, 90, 310–315.
https://doi.org/10.1016/j.jhin.2015.03.005
Dharma, K. K. (2013). Metodologi Penelitian Keperawatan (ketiga). Jakarta Timur:
Trans Info Media Jakarta.
Dzomeku, V. M., Ba-Etilayoo, A., Perekuu, T., & Mantey, R. E. (2013). In-Patient
Satisfaction with Nursing Care : A Case Study at Kwame Nkrumah University of
Science and Technology Hospital, 2(1), 19–24.
Fujita, S., Seto, K., Ito, S., Wu, Y., Huang, C., & Hasegawa, T. (2013). The
characteristics of patient safety culture in Japan , Taiwan and the United States, 1–
11. https://doi.org/10.1186/1472-6963-13-20
Universitas Indonesia
63

Gerri, Kaufman & Dorothy, M. C. (2013). The effect of organisational culture on patient
safety - Research Database, The University of York. the univercity of york.
https://doi.org/10.7748/ns2013.06.27.43.50.e7280
Gilman, M., Adams, E. K., Hockenberry, Jason M Milstein, A. S., Wilson, I. B., &
Becker, E. R. (2015). Safety-Net Hospitals More Likely Than Other Hospitals To
Fare Poorly Under Medicare â€TM s Value-Based Purchasing, 3(Mar), 398–405.
Göras, C., Wallentin, F. Y., Nilsson, U., & Ehrenberg, A. (2013). Swedish translation
and psychometric testing of the safety attitudes questionnaire ( operating room
version), 1–7. https://doi.org/10.1186/1472-6963-13-104 Cite
Hafid, M. A. (2014). Hubungan kinerja perawat terhadap tingkat kepuasan pasien
pengguna yankestis dalam pelayanan keperawatan di rsud syech yusuf kab.gowa.
Hubungan Kinerja Perawat Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Pengguna
Yankestis Dalam Pelayanan Keperawatan Di Rsud Syech Yusuf Kab.gowa, VII(2),
1–8.
Hidayati, A. N., Suryawati, C., & Sriatmi, A. (2014). Analisis Hubungan Karakteristik
Pasien dengan Kepuasan Pelayanan Rawat Jalan Semarang Eye Center ( SEC )
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, 2, 9–14.
Hilmawan, F. A., Suprapti, E., & Solechan, A. (2014). Hubungan antara Penerapan
Standart Opeational Procedure (SOP) Pemberian Obat Prinsip Enam Benar dengan
Tingkat Kepuasan Pasien di RSUD Ungaran, 1–10.
Ibigbami, O. I., & Olowookere, S. A. (2015). Patients Satisfaction with Nursing Care in
a Maternity Unit in South-Western Nigeria : Relationship with Self Esteem
Adekunle B .Eegunranti Adesanmi Akinsulore Adebukola Ibigbami, 23(1), 176–
183.
JCI. (2015). Sentinel Event Alert, Issue 55: Preventing falls and fall-related injuries in
health care facilities. JCI.
JCI. (2017). Hospital National Patient Safety Goals.
KBBI. (2017). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Kemenkes Republik Indoneasia. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit (2008).
Klaipertch. (2016). Welcome to the Departement of Nursing Faculty of Medicine Siriraj
Hospital, Mahidol University.
Kotler, P., & Keller, K, L. (2012). Marketing Management. (S. Yagan, Ed.) (14th ed.).
Universitas Indonesia
64

America.
Latiff, A., Yunus, M., Din, C., Ma’on, N. (2013). Patient Satisfaction and Service
Quality with Access to 1Malaysia Clinic. Scientific & Academic Publishing.
https://doi.org/10.5923/j.mm.20130302.01
Lawton, R., O’Hara, J., Sheard, L., Reynolds, C., Cocks, K., Armitage, G., & Wright, J.
(2015). Can staff and patient perspectives on hospital safety predict harm-free
care ? An analysis of staff and patient survey data and routinely collected
outcomes. BMJ Quality & Safety, 24, 369–376. https://doi.org/10.1136/bmjqs-
2014-003691
Lei, P., & Jolibert, A. (2012). A three-model comparison of the relationship between
quality , satisfaction and loyalty : an empirical study of the Chinese healthcare
system. BMC Health Services Research.
Lombogia, A., Rottie, J., & Karundeng, M. (2016). Hubungan Perilaku dengan
Kemampuan Perawatan dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety)
di Ruang Akut Instalasi Gawat Darurat RSUPProf.DR.R.D. Kandou Manado.
Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia, 4.
Malone, B. (2016). Nurses as leaders. (W. Rosa, Ed.). New York: springer publishing
company.
Mezemir, R., Getachew, D., & Gebresiassie, M. (2014). Patients ’ Satisfaction and its
determinants in Outpatient Department of Deberebirhan referral Hospital, North
Shoa, Ethiopia, 3(3), 1–11. https://doi.org/10.4172/2162-6359.1000191
Mohan, D. R., & Kumar, K. S. A. I. (2011). A study on the satisfaction of patients with
reference to hospital services. Journal of Business Economics & Management
Research, 1(3), 15–25.
Novitasari, A., Muhammad, H., & Kaporina, A. (2014). Kepuasan Pasien Rawat Inap
terhadap Pelayanan Keperawatan di RSUP Dr . Kariadi Semarang, (2).
Özlü, Z. K., & Uzun, O. (2015a). Evaluation of Satisfaction with Nursing Care of
Patients Hospitalaized in. International Journal of Caring Science, 8(1), 19–24.
Özlü, Z. K., & Uzun, O. (2015b). Evaluation of Satisfaction with Nursing Care of
Patients Hospitalaized in Surgical Clinics of Different Hospitals. International
Journal of Caring Sciences, 8(1), 19–24.
Pan, J., Liu, D., & Ali, S. (2015). Patient dissatisfaction in China: What matters. Social
Universitas Indonesia
65

Science and Medicine, 143, 145–153.


https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2015.08.051
Panesar, S. S., Stevens, A. C.-S., Salvilla, S. A., & Sheikh, A. (2017). At a Glance
keselamatan pasien dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. (Sutoto &
NefroNico A. Lumenta, Eds.) (20th ed.). Jakarta: Erlangga.
Péfoyo, A. J. K., & Wodchis, W. P. (2013). Organizational performance impacting
patient satisfaction in Ontario hospitals : a multilevel analysis. Research Note
BMC, 1–12.
Peprah, A. A. (2014). Determinants of Patients ’ Satisfaction at Sunyani Regional
Hospital , Ghana. International Journal of Business and Social Research ( IJBSR ),
4(January 2014), 96–108.
Philip, S. N. (2014). Exploring Holistic Nurse Manager Roles With New Patient
Satisfaction Dimensions And Expectations. A Dissertation Presented in Partial
Fulfillment of the Requirement for the Degree Doctor of Health Administration.
PMK RI. Peraturan menteri kesehatan RI nomor 11 tahun 2017 tentang keselamatan
pasien (2017). Jakarta, Indonesia.
Potter, P., Perry, A., Stockert, P., & Hall, A. (2017). Fundamentals of Nursing (8th ed.).
Southern Illinois: Elsevier Inc.
Pouragha, B., & Zarei, E. (2016). The Effect of Outpatient Service Quality on Patient
Service Quality on Patient Satisfaction in Theaching Horpitals in Iran. Original
Paper, 21–25. https://doi.org/10.5455/msm.2016.28.21-25
Prasetyo, B. I. D., & Hartanti, R. D. (2017). Gambaran Upaya Pencegahan Risiko Jatuh
oleh Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kajen Kabupaten Pekalongan, 1–12.
Rinami, Y., Purwasih, S., Sersanti, W., Hanum, L., & Ivon, N. (2015). Hubungan Caring
Perawat Pelaksana dengan kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap SMC RS
Telogorejo, 1–12.
Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2016a). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis (edisi
ke-5). Jakarta: Sagung Seto.
Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2016b). Dasar dasar metodologi penelitian klinis (5th
ed.). Jakarta: Sagung Seto.
Scharein, P., & Trendelenburg, M. (2013). Critical incidents in a tertiary care clinic for
internal medicine. BMC Research Notes, 6(1), 1. https://doi.org/10.1186/1756-
Universitas Indonesia
66

0500-6-276
Siti, M., Zulpahiyana, & Indrayana, S. (2015). Komunikasi Terapeutik Perawat
Berhubungan dengan Kepuasan Pasien, 4(1), 30–34.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21927/jnki.2016.4(1).30-34
Smith, S. (2016). Reducing medical errors and increasing patient safety in health care.
ProQuest Dissertations Publishing. Utica College. https://doi.org/10183250.
Sumaedi, S., Yuda Bakti, I. G. M., Rakhmawati, T., Astrini, N. J., Widianti, T., &
Yarmen, M. (2016). Indonesian public healthcare service institution’s patient
satisfaction barometer (IPHSI-PSB). International Journal of Productivity and
Performance Management, 65(1), 25–41. https://doi.org/10.1108/IJPPM-07-2014-
0112
Tang, wai mun, Soong, C.-Y., & Lim, W. C. (2013). Patient Satisfaction with Nursing
Care : A Descriptive Study Using Interaction Model of Client Health Behavior.
International Jpurnal of Nursing Science, 3(2), 51–56.
https://doi.org/10.5923/j.nursing.20130302.04
Tateke, T., Woldie, M., & Ololo, S. (2012). Determinants of patient satisfaction with
outpatient health services at public and private hospitals in Addis Ababa, Ethiopia,
1–12. https://doi.org/10.4102/phcfm.v4i1.384
The Joint Commission. National Patient Safety Goals Effective January 2017 (2017).
Ulrich, B., & Kear, T. (2014). Patient Safety Culture in Nephrology Nurse Practice
Settings : Initial Findings. Continuing Nursing Education (CNE), 41(5), 459–475.
Umaternate, T. S., Kumaat, L. T., & Mulyadi. (2015). Hubungan pelaksanaan
identifikasi pasien secara benar dengan kepuasan pasien di Instalasi Gawat Darurat
[IGD] RSUP Prof.DR.R.D.Kandou Manado. Jurnal Ners Dan Kebidanan
Indonesia, 3
Utama, P. Y., Apriatni, E. P., & Listyorini, S. (2013). Analisis Tingkat Kepuasan Pasien
Rawat Inap Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Dilihat dari Dimensi
Kualitas Pelayanan, 1–9.
Wagner, D., & Bear, M. (2008). nursing framework. Journal of Advaced Nursing, 692–
791. https://doi.org/10.1111/j.1365-2648.2008.04866.x
Wai, M. T., Soong, C.-Y., & Wen, C. L. (2013). Patient Satisfaction with Nursing Care :
A Descriptive Study Using Interaction Model of Client Health Behavior.
Universitas Indonesia
67

International Jpurnal of Nursing Science, 3(2), 51–56.


https://doi.org/10.5923/j.nursing.20130302.04
WHO. (2013). Patients for patient safety partnerships for safer health care (2nd ed.).
Geneva.
Widodo, E. PMK NO27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, Pub. L. No. 857 Tahun 2017 (2017). Jakarta.
Wira, I. A. D. (2014). Hubungan antara Persepsi Mutu Pelayanan Asuhan Keperawatan
dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Kelas III di RSUD Wangaya kota Denpasar.
Wulandari, N. (2015). Hubungan layanan keperawatan dengan tingkat kepuasan pasien
rawat inap di rumah sakit umum daerah (RSUD) Ungaran Kabupaten Semarang.
Universitas Negeri Semarang.

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai