Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK I

ASKEP TBC PADA ANAK

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 9

1. ERNI FORI
2. ANI CANDRA LESTARI
3. ARIAN DANI
4. M BUSYAIRI PUTRA

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESETAHAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2018/2019
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena atas


berkat rahmat dan inayah-Nya terutama rahmat kesehatan dan kesempatan
sehingga kami dapat menyusun MAKALAH ASKEP TBC pada anak.
Terimakasih kami ucapkan kepada pengajar mata kuliah KEP ANAK 1, Ibu Indah
Wasliah.M.Kep., Sp.Kep.AN. yang telah membimbing dalam pembuatan makalah
ini.

Terimakasih juga kami ucapkan kepada semua yang ikut berpartisipasi


dalam penyelesaian makalah ini. Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam
makalah ini, terdapat banyak hambatan yang dihadapi, namun dengan ketabahan
dan kerja keras kami serta dengan masukan dari teman- teman sehingga
Alhamdulillah segala sesuatu dapat teratasi.

Kritik dan saran dari semua pihak akan kami terima dengan senang hati
demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 21 juni 2019

Penyusun ,
Klp 9

iii
Daftar isi

Halaman judul .............................................................................................. ..i


Kata pengantar ................................................................................................. ii
Daftar isi ............................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN................................................................................. 3
A. Definisi ......................................................................................... 3
B. Etiologi ........................................................................................
C. Patofisiologi..................................................................................
D. Menifestasi klinis .........................................................................
E. Komplikasi....................................................................................
F. Penatalaksanaaan medis. ...............................................................
G. Penatalaksanaan perawatan ..........................................................
H. Askep ............................................................................................

BAB III : PENUTUP ........................................................................................28

Kesimpulan .........................................................................................22
Saran ...................................................................................................22

Daftar pustaka ..................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Siapa yang tidak kenal dengan tuberkulosis (TB). Penyakit ini kian
populer dalam beberapa waktu dengan slogan baru yang disandangnya, “TB:
Bukan Batuk Biasa”. Beberapa orang awam mungkin lebih mengenalnya dengan
sebutan penyakit flek paru. Tak disangka, TB ternyata adalah penyakit usang
yang sudah ditemukan sejak jaman Mesir kuno. Meski usang, tapi penyakit ini
masih belum bisa juga dibasmi di muka bumi. Sampai-sampai, TB pun memiliki
hari peringatan sedunia yang jatuh setiap tanggal 24 Maret. Dengan adanya hari
peringatan itu, tentu diharapkan dunia aware terhadap penyakit ini.

TB bukanlah penyakit yang hanya dapat diderita orang dewasa. Anak-


anak pun terancam. Anak sangat rentan selama tahun pertama dari tiga tahun
kehidupan selama dan segera setelah pubertas. Baru-baru ini, jumlah kasus TB
semakin meningkat, banyak yang tercatat, terutama kaum gelandangan, pada
kelompok masyarakat berpendapatan rendah, dan mereka yang terinfeksi kuman
HIV. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan terdapat lebih dari 250.000
anak menderita TB dan 100.000 di antaranya meninggal dunia. Disinilah masalah
mulai muncul. Insiden yang terus merangkak tidak disertai dengan kemudahan
menegakkan diagnosis sedini mungkin. Demikian papar Prof Dr. dr. Cissy B
Kartasasmita, SpA(K) dalam The 2007 National Symposium Update on
Tuberculosis and Respiratory Disorders, Bandung, 23-25 Maret 2006. Pada orang
dewasa, diagnosis pasti ditegakkan apabila menemukan kuman M. tuberculosis
dalam sputum/dahak. Akan tetapi, anak-anak sangat sulit bila diminta untuk
mengeluarkan dahak. Bila pun ada, jumlah dahak yang dikeluarkan tidak cukup.

4
Jumlah dahak yang cukup untuk dilakukan pemeriksaan basil tahan asam adalah
sebesar 3-5 ml, dengan konsistensi kental dan purulen.

Masalah kedua adalah jumlah kuman M. tuberculosis dalam sekret


bronkus anak lebih sedikit daripada orang dewasa. Hal itu dikarenakan lokasi
primer TB pada anak terletak di kelenjar limfe hilus dan parenkim paru bagian
perifer. BTA positif baru dapat dilihat bila minimal jumlah kuman 5000/ml
dahak. Selain itu, gejala klinis TB pada anak tidak khas. Hal-hal tersebutlah yang
sering membuat kita misdiagnosis atau overdiagnosis. Gejala TB pada anak
sangat bervariasi dan tidak saja melibatkan organ pernafasan melainkan banyak
organ tubuh lain seperti kulit (skrofuloderma), tulang, otak, mata, usus, dan organ
lain. Jangan sampai salah diagnosis atau overdiagnosis!

Untuk itu dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana cara
mengetahui anak yang terinfeksi TB dan bagaimana Asuhan Keperawatannya?

B. Tujuan

1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan pengalaman nyata mengenai penerapan asuhan
keperawatan pada anak dengan TBC

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian TBC
Penyakit tuberkulosis pada bayi dan anak disebut juga tuberkulosis primer
dan merupakan suatu penyakit sistemik.Tuberkulosis primer biasanya dimulai
pada saat ini merupakan lahan yang sulit yang ditentukan saat timbulnya gejala
pertama. Kadang-kadang keluhan demam yang tidak diketahui sering terjadi dan
tanda-tanda infeksi saluran pernapasan atas. Penyakit ini jika tidak dapat
dilakukan sedini mungkin dan setepat-menantang dapat tmbul komplikasi yang
berat dan infeksi pada usia dewasa.
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis dan mycobacterium bovis (jaringan oleh
mycobacterium avium). Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap selama beberapa
minggu dalam keadaan kering, tetapi mati di dalam cairan yang bersuhu 60 ⁰
selama 15-20 menit. Fraksi protein basil tyberkulosis menyebabkan nekrosis
jaringan, sendang lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor
penyebab untuk menyebabkan fibrosis serta terbentuknya sel epiteloid dan
tuberkel. Basil tuberculosis tidak membentuk toksin.
Penularan tuberkolosis primer melalui udara hingga fokus primer
tuberkulosis tersedia dalam paru. Selain itu, udara dapat digunakan untuk
meminum susu yang mengandung basil tuberculosis bovis. Ada mikrobakterium
yang disebut mycobacterium atipic yang dapat menyebabkan penyakit karena
TBC.

B. Etiologi

Tuberkulosis anak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini menyebar dari satu orang ke orang lain
melalui percikan dahak (droplet nuclei) yang dibatukkan. Jadi jika Cuma bersin

6
atau ditransfer-menukar piring atau gelas minum tidak akan terjadi penularan
(Aditama, 2000).

1. Berbicara pasif

Lebih buruk bisa berdampak pada sistem kekebalan anak, sehingga


meningkatkan risiko tertular. Pajanan pada saat bebas mengubah fungsi sel,
misalnya dengan penurunan tingkat kejernihan zat yang dihirup dan kerusakan
kemampuan penggantian sel dan pembuluh darah (Reuters Health, 2007).

2. Faktor Risiko TBC anak (admin., 2007)

a. Resiko infeksi TBC

Anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TBC


aktif, daerah endemis, penggunaan obat-obatan intravena, kemiskinan serta
lingkungan yang tidak sehat. Pajanan terhadap orang dewasa yang
infeksius. Resiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak
akan lebih tinggi jika pasien dewasa ini memiliki BTA dahak yang positif,
termasuk infiltrat luas pada lobus atas atau kavitas produksi sputum banyak
dan encer, batuk produktif dan kuat serta sumber-sumber lingkungan yang
kurang sehat, dapat dialihkan udara yang tidak baik. Pasien TBC anak
jarang menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa sekitarnya,
karena TBC pada anak jarang infeksius, hal ini disebabkan karena kuman
TBC sangat jarang ditemukan pada sekret endotrakeal, dan jarang
ditemukan batuk5. Meskipun sangat jarang ditemukan..

b. Resiko Penyakit TBC

Anak ≤ 5 tahun memiliki risiko lebih besar progresi infeksi menjadi


sakit TBC, mungkin karena imunitas selulernya belum berkembang
sempurna (imatur). Namun, risiko sakit TBC ini akan menurun seiring
bertambahnya usia. Pada bayi <1 tahun yang diganti TBC, 43% nya akan

7
menjadi sakit TBC, sedangkan pada anak usia 1-5 tahun, yang menjadi
sakit hanya 24%, pada usia remaja 15% dan pada dewasa 5-10%. Anak <5
tahun lebih besar daripada TBC diseminata dengan angka kesakitan dan
kematian yang tinggi. Konversi tes tuberkulin dalam 1-2 tahun terakhir,
malnutrisi, keadaan imunokompromis, diabetes melitus, gagal ginjal kronik
dan silikosis. Status sosial ekonomi yang rendah, percakapan yang kurang,
padat hunian , setuju, dan pendidikan yang rendah.

C. Patofisologi

Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak menular.
Pada TBC anak, kuman berkembang biak di paru-paru. Jadi, kuman ada di dalam
cakupan, tidak terbuka. Sementara pada TBC dewasa, kuman berada di paru-paru
dan membuat lubang untuk keluar melalui jalan napas. Nah, pada saat batuk,
percikan ludahnya mengandung kuman. Ini yang biasanya terisap oleh anak-anak,
lalu masuk ke paru-paru (Wirjodiardjo, 2008).

Proses penularan TBC dapat melalui proses udara atau langsung, seperti
saat batuk. Terdapat doa Kelompok gede penyakit Penyanyi diantaranya sebuah
dala h sebagai berikut: tuberkulosis paru primer Dan TBC pasca primer.
Tuberkulosis primer sering terjadi pada anak, proses ini dapat dimulai dari proses
yang disebut tetesan nuklei, yaitu proses proses terinfeksinya partikel yang
mengandung dua atau lebih kuman TBC yang hidup dan terhirup serta
diendapkan pada alveoli, yang akan dieksudasi dan dilatasi pada kapiler,
pembengkakan sel endotel dan alveolar, keluar fibrin serta makrofag ke dalam
alveolar spase. Tuberkulosis pasca primer, dimana penyakit ini terjadi pada pasien
yang sebelumnya terkena oleh kuman Mycobacterium tuberculosis (Hidayat,
2008).

Sebagian besar infeksi tuberkulosis menyebar melalui udara melalui


tetesan nukleus yang berisikan mikroorganisme basil tuberkel dari siapa pun yang
terlibat. Tuberkulosis a dala h penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas

8
yang diperantarai oleh sel dengan sel pemilih terdiri dari makropag dan limfosit
(biasanya sel T) sebagai sel imuniresponsif. Tipe ini melibatkan pengaktifan
makrofag pada bagian yang diminta oleh limfosit dan limfokin mereka, sebagai
respons terhadap reaksi hipersentifitas selular (cepat). Basil tuberkel yang
mencapai permukaan alveolar mengalami reaksi peradangan yaitu kompilasi
leukosit digantikan oleh makropag. Semua yang terlibat menyelesaikan dan
timbal pneumobia akut, yang dapat dipulihkan dengan baik, atau prosesnya dapat
berjalan terus-menerus dengan bakteri di dalam sel-sel (Price dan Wilson, 2006).

Drainase limfatik basil tersebut juta masuk ke laporan getah bening


regional dan infiltrasi membuat TBK sel epitelloid yang digunakan oleh limfosit.
Seleksi yang melibatkan keju (nekrosis gaseosa), jeringan yang diambil yang
terkait pada sel-sel epitelloid dan fibroblas dapat lebih berserat, membentuk
jatingan parut kolagenosa, sehingga kapsul yang mengeliligi tuberkel. Lesi primer
pada prioritas ghon, dan kombinasi antara getah bening yang terlibat dengan lesi
primer disebut kompleks ghon. Kompleks ghon yang menyelesaikan kalsifikasi
dapat dilihat dalam pemeriksaan foto thorax rutin pada seseorang yang sehat
(Price dan Wilson, 2006).

Tuberkulosis paru termasuk insidia. Sebagian besar pasien menunjukkan


tingkat rendah, keletihan, anoreksia, penurunan berat badan, berkeringat malam,
nyeri dada dan batuk menetal. Batuk pada awalnya mungkin nonproduktif, tetapi
dapat berkembang ke arah pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptisis.
Tuberkulosis dapat memiliki manifestasi atipikal pada anak seperti perlindungan
tidak biasa dan perubahan status mental, demam, anoreksia dan penurunan berat
badan. Basil tuberkulosis dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan
dorman (Smeltzer dan Bare, 2002).

Menurut Admin (2007) patogenesis penyakit tuberkulosis pada anak


terdiri atas:

1. Infeksi Primer

9
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan
kuman TBC. Tetesan yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat
melewati sistem pertahanan bronkus mukosilier, dan terus berjalan sampai di
alveolus dan menetap di sana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil
dikembangkan biak dengan cara pembelahan diri di paru-paru, yang
dikeluarkan peradangan di paru-paru. Saluran limfe akan membawa kuman
TBC ke saluran limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai saluran
primer predileksinya disemua lobus, 70% berdasarkan subpelura. Fokus
primer dapat diselesaikan dengan sempurna, kalsifikasi atau penyebaran lebih
lanjut. Waktu antara mulai infeksi hingga terbentuk kompleks primer sekitar
4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan perubahan reaksi
tuberkulin dari negatif menjadi positif.

Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari jumlah manusia yang


masuk dan jumlah respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya
reaksi daya tahan tubuh ini dapat dihentikan perkembangan kuman TBC2.
Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan diselesaikan sebagai kuman
persister atau tidak aktif (tidur). Terkadang daya tahan tubuh tidak dapat
menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang
akan menjadi penderita TBC. Masa inkubasi, yaitu waktu yang dibutuhkan
mulai sampai sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.

2. TBC Pasca Primer (Post Primary TBC)

TBC setelah primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau


beberapa tahun setelah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh
menurun akibat HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari TBC setelah
primer adalah kerusakan paru-paru yang luas dengan kavitas atau efusi pleura.

10
D. Manifestasi Klinik

Menurut Wirjodiardjo (2008) gejala TBC pada anak tidak juga-merta


muncul. Pada saat-saat awal, 4-8 minggu setelah infeksi, biasanya anak hanya
demam sedikit. Beberapa bulan kemudian, gejalanya mulai muncul di paru-paru.
Anak batuk-batuk sedikit. Tahap berikutnya (3-9 bulan setelah infeksi), anak
tidak makan, kurang gairah, dan berat badan tanpa sebab. Juga ada pembesaran di
leher, sementara di paru-paru muncul di vlek. Pada saat itu, mengeluarkannya ada
dua, apakah akan muncul gejala TBC yang benar-benar atau sama sekali tidak
muncul. Ini tergantung kekebalan anak. Jika anak kebal (daya tahan penampilan
bagus), TBC-nya tidak muncul. Tapi bukan berarti pulih. Setelah bertambah-
tahun, bisa saja muncul, bukan di paru-paru lagi, diterbitkan di tulang, ginjal,
otak, dan sebagainya.

Sejarah penyakit TBC anak sulit dideteksi penyebabnya , Penyebab TBC


adalah kuman TBC (mycobacterium tuberculosis). Sebetulnya, untuk melindungi
bakteri TBC (dewasa) tidak begitu sulit. Pada orang dewasa bisa dideteksi dengan
memeriksa dahak langsung dengan mikroskop atau dibiakkan dulu di media.
Mendeteksi TBC anak s angat sulit, karena tidak mengeluarkan kuman pada
dahaknya dan gejalanya sedikit. Diperiksa dahaknya pun tidak akan keluar,
sehingga harus dibuat diagnosis baku untuk mendiagnosis anak TBC sedini
mungkin. Yang harus dicermati pada saat diagnosis TBC anak adalah hasil
penelitian penyakitnya. Apakah ada kontak anak dengan pasien TBC dewasa.
Kalau ini ada, agak yakin anak positif TBC (Wirjodiardjo, 2008).

Gejala-gejala lain untuk diagnosa antara lain (Wirjodiardjo, 2008):

1. Apakah anak sudah mendapat imunisasi BCG semasa kecil. Atau reaksi BCG
sangat cepat. Misalnya, bengkak hanya kadang-kadang setelah diimunisasi
BCG. Ini juga harus dicurigai TBC, meski jarang.

11
2. Berat badan anak tanpa sebab jelas, atau naik berat badan setiap bulan
berkurang.

3. Demam lama atau berulang tanpa sebab. Ini juga jarang terjadi. Kalaupun
ada, setelah melewati, ternyata tipus atau demam berdarah.

4. Batuk lama, lebih dari 3 minggu. Ini dianggap tersamar dengan pengujian.
Jika tidak ada pertanyaan dan tidak ada penyebab lain, dokter baru dapat
meminta anak untuk TBC.

5. Pembesaran prioritas di kulit, sebagian besar di bagian leher, juga bisa


ditengarai sebagai pilihan TBC. Yang sekarang sudah jarang ada pembesaran
di seluruh tubuh, misalnya di selangkangan, ketiak, dan sebagainya.

6. Mata merah bukan karena sakit mata, tetapi di sudut mata ada kemerahan
yang khas.

7. Pemeriksaan lain juga diperlukan pemeriksaan tuberkulin (Tes Mantoux,


MT) dan foto. Pada anak normal, Tes Mantoux positif jika menghasilkan
lebih dari 10 mm. Namun, pada anak yang gizinya kurang, ada TBC,
cenderung negatif, karena tidak memberikan reaksi terhadap MT.

8. Menurut Supriyatno (2009) skrining tuberkulosis pada anak antara lain:


Sesungguhnya mendiagnosa tuberkulosis pada anak, sebelum pada anak-anak
yang masih sangat kecil, sangat sulit. Diagnosis tepat TBC tidak terbagi dan
tidak ditemukan dengan ditemukannya Mycobacterium tuberculosis yang
hidup dan aktif dalam tubuh yang diduga TB atau orang yang menggunakan
TBC. Caranya? Yang paling mudah adalah dengan melakukan tes dahak.
Pada orang dewasa, hal ini sulit dilakukan. Tapi lain ceritanya, pada anak-
anak karena mereka, dikeluarkan yang masih usia balita, belum mampu
mengeluarkan dahak. Karenanya, diperlukan alternatif lain untuk
mendiagnosis TB pada anak.

12
Kesulitan lain, tanda-tanda dan gejala TB pada anak-anak tidak
spesifik. Cukup banyak anak yang overdiagnosed sebagai pengidap TB,
padahal sebenarnya tidak. Atau kurang didiagnosis , sengaja atau tidak sakit
TB tetapi tidak disetujui sehingga tidak dapat diterima yang pantas.
Diagnosis TBC pada anak tidak dapat ditegakkan hanya dengan 1 atau 2 tes
saja, yang harus diselesaikan. Karena tanda-tanda dan gejala TB pada anak
sangat sulit dideteksi, satu-satunya cara untuk memastikan anak-anak oleh
kuman TB, adalah melalui uji Tuberkulin (tes Mantoux). Tes Mantoux ini
hanya menunjukkan apakah ada yang mendukung Mycobacterium
tuberculosis atau tidak, dan sama sekali bukan untuk menegakkan diagnosa
atas penyakit TB. Sebab, tidak semua orang yang melawan kuman TB yang
lalu menjadi sakit TB.

Sistem kekebalan tubuh mulai menyerang TB, kira-kira 2-8 minggu


setelah pertempuran. Pada saat inilah saatnya tes dimulai. Pada saat
perlindungan daya tahan tubuh orang ini sangat baik, bakteri akan mati dan
tidak ada lagi infeksi dalam tubuh. Namun pada orang lain, yang terjadi
adalah bakteri tidak aktif tetapi bertahan lama di dalam tubuh dan sama sekali
tidak menimbulkan perbedaan. Atau pada orang lain lagi, bakteri tetap aktif
dan orang tersebut menjadi sakit TB.

Uji ini dilakukan dengan cara menyuntikkan kumpulan kecil (0,1 ml)
kuman TBC, yang telah dimatikan dan dimurnikan, ke dalam lapisan atas
(lapisan kulit) kulit pada lengan bawah. Lalu, 48 hingga 72 jam kemudian,
tenaga medis harus melihat hasil untuk diperoleh. Yang dihasilkan adalah
indurasi (tonjolan keras tetapi tidak sakit) yang terbentuk, bukan warna
kemerahannya ( eritema ). Ukuran dinyatakan dalam milimeter, bukan
centimeter. Meskipun dipilih tidak ada indurasi, hasil tetap harus ditulis
sebagai 0 mm.

13
Secara umum, hasil tes Mantoux dinyatakan positif jika diameter
sudah ditentukan sama dengan atau lebih dari 10 mm. Namun, untuk bayi dan
anak hingga usia 2 tahun yang tanpa faktor risiko TB, meminta positif jika
indurasinya berdiameter 15 mm atau lebih. Hal ini karena pengaruh vaksin
BCG yang diperolehnya kompilasi baru lahir, masih kuat. Pengecualian
lainnya adalah, untuk anak dengan gizi buruk atau anak dengan HIV, sudah
positif jika diameter indurasinya 5 mm atau lebih.

Namun tes Mantoux ini dapat memberikan hasil yang negatif palsu
(anergi), berarti hasil negatif padahal benar-benar melanggar kuman TB.
Anergi dapat terjadi ketika anak-anak mengalami malnutrisi berat atau gizi
buruk, sistem imunisasi lebih lanjut semakin meningkat memakan obat-obat
tertentu, baru saja divaksinasi dengan virus hidup, sedang ditularkan virus,
baru saja terinfeksi bakteri TB, tata laksana tes Mantoux yang kurang benar.
Bila dicurigai terjadi anergi, maka tes harus diulang.

E. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:

1. Meningitis

2. Spondilitis

3. Pleuritis

4. Bronkopneumoni

5. Atelektasis

Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat


menyebabkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. Bronkiektasis (pelebaran bronkus
lokal) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau
reaktif) pada paru. Pneumotorak (keberadaan udara di dalam rongga pleura)

14
spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke
organ lain seperti otak, tulang, persendian, tulang dan sebagainya. Insufisiensi
Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

F. Penatalaksanaan Medis

Menurut Harga Dan Wilson (2006) Pengobatan TB C terutama Berupa


Pemberian obat antimikroba hearts Jangka Waktu lama. Obat-obat ini juga dapat
digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis. ATS (1994) menekankan
tiga prinsip dalam pengobatan tuberkulosis yang didasarkan pada:

1. Regimen Harus termasuk obat-obat multiple Yang sensitif Terhadap


mikroorganisme .

2. Obat-obatan harus diminum secara teratur .

3. Terapi obat harus dilakukan terus-menerus dalam waktu yang cukup untuk
membuat terapi yang paling efektif dan paling aman pada waktu yang paling
singkat.

Obat anti tuberkulosis (OAT) harus diberikan dalam kombinasi antara


obat yang mengandung bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan dari
Pengobatan ini adalah (FKUI, 2001):

1. Membuat konversi dahak BTA positif menjadi negatif diaktifkan melalui


kegiatan bakterisid .

2. Mencegah kekambuhan dalam satu tahun pertama perawatan dengan kegiatan


sterilisasi .

3. Menghilangkan atau mengurangi reaksi dan perbaikan melalui daya tahan


imunologis.

G. Penatalaksanaan Perawatan

15
Menurut Hidayat (2008) perawatan anak dengan tuberkulosis dapat dilakukan
dengan melakukan:

1. Pemantauan tanda-tanda infeksi sekunder

2. Pemberian oksigen yang adekuat

3. Latihan batuk efektif

4. Fisioterapi dada

5. Pemberian nutrisi yang adekuat

6. Kolaburasi pemberian obat antutuberkulosis (seperti: isoniazid, streptomisin,


etambutol, rifamfisin, pirazinamid dan lain-lain)

7. Intervensi yang dapat dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan


perkembangan anak yang tenderita tuberkulosis dengan membantu memenuhi
kebutuhan perkembangan sesuai dengan usia dan tugas perkembangan , yaitu
(Suriadi dan Yuliani, 2001) :

a. Sebuah permainan ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan,


ketrampilan tangan, vidio game, televisi)

b. Berikan makanan yang menarik untuk memberikan rangsangan yang


beragam untuk anak

c. Melibatkan anak dalam jadual harian dan memilih aktivitas yang


diinginkan

d. Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah


sakit, mengijinkan anak untuk berhubungan dengan teman melalui
telepon jika diizinkan

16
H. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas Data Umum (selain identitas klien, juga identitas yang berasal;
asal kota dan daerah, jumlah keluarga)
b. Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)
c. Riwayat kehamilan dan kelahiran
1) Prenatal: (kurang asupan nutrisi, terserang penyakit infeksi selama
hamil)
2) Intranatal: Bayi terlalu lama di jalan lahir, bayi lahir di jalanan lahir,
bayi hamil caput sesadonium, bayi hamil cepal hematom
3) Post Natal: kurang Asupan nutrisi, bayi yang menderita penyakit
infeksi, asfiksia ikterus
d. Riwayat Masa Lampau
1) Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit
batuk yang lama dan benjolan bisul di leher serta tempat yang terkait
dan sudah disetujui pengobatan antibiotik tidak dipulihkan-sembuh?
Tanyakan, apakah pernah berobat tapi tidak sembuh? pernah berobat
tapi tidak teratur?)
2) Pernah dijelaskan dirumah sakit
3) Obat-obatan yang digunakan / klasifikasi Pengobatan
4) Riwayat kontak dengan penderita TBC
5) Alergi
6) Daya tahan yang meningkat.
7) Imunisasi / Vaksinasi: BCG
e. Riwayat Penyakit Sekarang (Selain itu juga terdapat benjolan / bisul di
tempat-tempat seperti: leher, inguinal, aksila dan sub mandibula)
f. Riwayat Keluarga yang menderita TB atau Penyakit Infeksi lainnya,
termasuk keluarga yang memiliki penyakit yang sama
g. Riwayat Kesehatan Lingkungan dan sosial ekonomi

17
1) Lingkungan tempat tinggal (lingkungan kurang sehat, perlindungan
yang padat, konservasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga
yang banyak), pola sosialisasi anak.
2) Kondisi rumah
3) Merasa dikucilkan
4) Aspek psikososial (tidak dapat communicate dengan prabayar bebas,
menarik Diri)
5) Biasanya pada keluarga yang kurang ampu
6) Masalah Berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk review sembuh
perlu waktu yang lama dan mencakup biaya yang banyak
7) Tidak bersemangat dan putus harapan.
h. Sejarah psikososial spiritual (Yang mengasuh, Hubungan dengan anggota
keluarga, Hubungan dengan teman sebayanya, Pembawaan secara umum,
Pelaksanaan spiritual)
i. Pola fungsi kesehatan.
Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan. Keadaan umum:
reaksi, kebiasaan, imunisasi. Pola nutrisi - metabolik. Anoreksia, mual,
tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan lemak
lemak sub kutan, sulit dan sakit diambil, turgor kulit jelek. Pola eliminasi.
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan
atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan
splenomegali. Pola aktivitas-latihan Sesak nafas, kelelahan, takikardia,
aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas pendek). Pola tidur dan istirahat
Iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam hari. Pola kognitif perseptual.
Terkadang nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum, takut,
masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu. Pola persepsi
diri. Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah. Pola partisipasi anak
Menjadi ibu terhadap orang lain (ibu / ayah) / tidak mandiri. Pola
seksualitas / reproduktif. Anak dekat dengan ibu dari ayah. Pola stres,
stres, Menarik diri, pasif

18
j. Pemeriksaan Fisik
Demam: sub fibril, fibril (40-41 ° C) hilang timbul. Batuk: terjadi karena
ada iritasi pada bronkus; batuk ini dikeluarkan / dikeluarkan produksi
radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen (menghasilkan
sputum). Sesak nafas: terjadi ketika sudah lanjut, dimana infiltrasi radang
sampai setengah paru. Nyeri dada: ini jarang ditemukan, menyakitkan
timbul jika infiltrasi radang sampai ke pleura. Malaise: ditemukan terdiri
dari anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan kering
diwaktu malam hari. Pada masa dulu sulit diketahui. Ronchi basah, kasar
dan nyaring. Hipersonor / timpani jika tersedia kavitas yang cukup dan
pada auskultasi memberi suara limforik. Atropi dan retraksi interkostal
pada keadaan lanjut dan fibrosis. Ketika Berkenaan Dengan Terjadi Efusi
Berkurang (perkusi memberikan suara pekak). Multiplikasi Pembesaran.
Benjolan / pembesaran pada leher (servikal), aksila, inguinal dan sub
mandibula. Terkadang terjadi abses.
k. Pemeriksaan Diagnostik Dan Pengobatan
1) Uji tuberkulin = uji tuberkulin (+). hipersensitifitas tipe cepat imunitas
seluler Infeksi TB
2) Foto rontgent Rutin: foto pada rongga paru. Atas indikasi: tulang,
sendi, perut. Rontgent paru tidak selalu khas.
3) Pemeriksaan mikrobiologis (Bakteriologis Memastikan TB. Hasil
normal: tidak disetujui diagnosa TB. Hasil (+): 10-62% dengan cara
lama. Cara: cara lama radio metrik (Bactec); PCK.
4) Pemeriksaan darah tepi (Tidak khas . LED dapat meninggi)
5) Pemeriksaan patologik anatomik. Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi.
Sumber infeksiAdanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria
diagnosa.
6) Lain-lain (Uji faal paru, Bronkoskopi, Bronkografi, Serologim dll)
l. Pengkajian TUMBANG menggunakan KMS, KKA, dan DDST
a) Kaji BBL, BB saat kunjungan

19
b) BB normal
c) BB normal, mis: (6-12 tahun) berumur d) Kaji TB = 64 x 77R = usia
dalam tahun e) LL dan luka saat lahir dan saat kunjungan 2)
Perkembangan a) lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala,
mengikuti objek dengan mata, mengoceh, b) usia 3-6 bulan
mengangkat kepala 90 derajat, belajar meraih benda, tertawa, dan
mengais meringis c) usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu,
tengkuarap, melompat sendiri, merangkak, meraih benda,
memindahkan benda dari tangan ke tangan yang lain dan mengeluarkan
kata-kata tanpa arti .
d) Usia 9-12 bulan = dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu yang
dikeluarkan kat-kata, mengerti ajakan sederhana, dan larangan
menyelesaikan dalam permainan.
e) Usia 12-18 bulan = membahas rumah dan sekelilingnya menyusun 2-3
kata dapat mengatakan 3-10 kata, rasa cemburu, bersaing
f) Usia 18-24 bulan = naik – turun tangga, menyusun 6 kata menunjuk
kata dan berbicara, belajar makan sendiri, menggambar garis, menarik
minat pada anak lain dan bermain dengan mereka.
g) Usia 2-3 tahun = belajar melompat, memanjat membuat jembatan
dengan 3 kotak, menyusun kalimat dan lain-lain.
h) Usia 3-4 tahun = belajar sendiri, menggambar berbicara dengan baik,
berbicara warna, dan menyayangi saudara.
i) Usia 4-5 tahun = melompat, menari, menggambar orang, dan
menghitung.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan obstruksi
jalan napas
b. Intoleransi aktivitas terkait dengan kelemahan umum
c. Ketidak seimbangan Nutrisi: Kurang Dari Kebutuhan Tubuh terkait
dengan Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi

20
d. Defisiensi Pengetahuan terkait dengan kurang informasi tentang proses
penyakit
3. Intervensi Keperwatan
No Diagnosa keperawatan Klasifikasi Hasil Klasifikasi
Keperawatan (NOC) Intervensi
Keperawatan
(NIC)

1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Aktivitas


Bersihan Jalan Nafas dan tindakan keperawatan keperawatan:
obstruksi jalan napas selama…. x 24 jam 1. Pastikan
Definisi: klien akan: kebutuhan oral /
Ketidakmampuan untuk - Status pernapasan: trakea sedot
menyimpan sekresi atau Ventilasi 2. Auskultasi
obstruksi dari saluran - Status pernapasan: suara nafas
pernafasan untuk Patensi jalan nafas sebelum dan diikuti
pemeliharaan kebersihan - Status Pernafasan: pengisapan.
jalan nafas. Pertukaran Gas 3. Informasikan
Batasan Karakteristik: - Pencegahan Aspirasi pada klien dan
· Tidak ada batuk , yang dibuktikan keluarga tentang
· Suara napas dengan indikator penyedotan
tambahan sebagai berikut: 4. Minta klien
· Perubahan (1-5 = tidak pernah, nafas dalam
Frekuensi jarang, kadang-kadang, sebelum hisap
· Perubahan irama sering, atau selalu) dilakukan.
Breath Kriteria Hasil: 5. Berikan O2
· Sianosis - Mendemonstrasikan dengan
· Kesulitan batuk efektif dan suara menggunakan nasal
berbicara / mengeluarkan nafas yang bersih, tidak untuk memfasilitasi

21
suara ada sianosis dan suksion nasotrakeal
· Penurunan bunyi dyspneu (mampu 6. Gunakan alat
napas mengeluarkan dahak, yang steril
· Dispnea mampu bernafas 7. Anjurkan
· Dahak dalam dengan mudah, tidak pasien untuk
jumlah yang berlebihan ada mengerutkan bibir) beristirahat dan
· Batuk yang tidak - mengembalikan jalan bernapas setelah
efektif nafas yang dipatenkan kateter dikeluarkan
· Ortopnea (klien tidak puas, irama dari nasotrakeal
· Gelisah nafas, frekuensi 8. Pantau status
· Mata terbuka lebar pernafasan dalam oksigen pasien
rentang normal, tidak 9. Ajarkan
Faktor yang ada suara nafas keluarga
berhubungan: abnormal) bagaimana
Lingkungan - Mampu melakukan suksion
· Perokok pasif mengidentifikasikan 10. Hentikan suksi
· Mengisap dan mencegah faktor dan berikan
secepatnya yang dapat mencegah oksigen pada
jalan nafas pasien sesuai
Obstruksi jalan napas ketentuan,
· Spasme jalan peningkatan
napas saturasi O2, dll.
· Lendir dalam
jumlah yang berlebihan Manajemen Jalan
· Eksudat dalam nafas
alveoli Aktivitas
· Materi asing dalam keperawatan:
jumlah napas 1. Buka jalan
· Adanya jalan nafas, guanakan

22
napas buatan teknik dagu angkat
· Sekresi yang atau rahang dorong
tertahan / sisa sekresi bila perlu
· Sekresi dalam 2. Posisikan
bronki pasien untuk
Fisiologis memaksimalkan
· Jalan napas alergik konservasi
· Asma 3. Identifikasi
· Penyakit paru pasien perlunya
obstruksi kronis pemasangan alat
· Hyperplasia jalan nafas buatan
dinding bronkial 4. Pasang mayo
· Infeksi bila perlu
· Disfungsi 5. Lakukan
neuromuskular fisioterapi dada jika
perlu
6. Keluarkan
sekret dengan
batuk atau hisap
7. Auskultasi
suara nafas,
catatensi suara
tambahan
8. Lakukan
suction pada mayo
9. Berikan
bronkodilator jika
perlu
10. Berikan

23
pelembab udara
basah NaCl
Lembab
11. Atur asupan
untuk
mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Pantau
respirasi dan status
O2

2. Intoleransi aktivitas bd Setelah dilakukan Setelah dilakukan


kelemahan umum tindakan keperawatan tindakan
Definisi: Ketidakcukupan selama…. x 24 jam keperawatan
energi untuk klien akan: selama…. x 24 jam
menyelesaikan atau - Konservasi energi klien akan:
menyelesaikan kegiatan - Perawatan Diri: ADL - Konservasi
yang dilakukan hari ini. , yang dibuktikan energi
Batasan karakteristik: dengan indikator - Perawatan
· Respons tekanan sebagai berikut: Diri: ADL , yang
darah abnormal terhadap (1-5 = tidak pernah, dibuktikan dengan
aktivitas jarang, kadang-kadang, indikator sebagai
· Respon Frekuensi sering, atau selalu) berikut:
jantung abnormal Kriteria Hasil: (1-5 = tidak pernah,
terhadap aktivitas - Berpartisipasi dalam jarang, kadang-
Perubahan EKG yang aktivitas fisik tanpa kadang, sering,
mengubah aritmia undur pendengaran, atau selalu)
· Perubahan EKG nadi dan RR Kriteria Hasil:
yang mencerminkan - Mampu melakukan - Berpartisipasi

24
iskemia aktivitas sehari-hari dalam aktivitas
· Ketidaknyaman (ADL) secara mandiri fisik tanpa undur
setelah beraktivitas pendengaran, nadi
· Dispnea setelah dan RR
beraktivitas - Mampu
· Menyatakan masih melakukan
letih aktivitas sehari-hari
· Menyatakan masih (ADL) secara
letih mandiri

Faktor yang
berhubungan:
· Tirah baring
· Kelemahan umum
·
Ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
· Imobilitas
· Gaya hidup
monoton

3. · Ketidak Setelah dilakukan . Pemantauan Gizi


seimbangan Nutrisi: tindakan keperawatan Aktivitas
Kurang Dari Kebutuhan selama…. x 24 jam keperawatan:
Tubuh bd klien akan: 1. BB Pasien
Ketidakmampuan untuk - Status Gizi: makanan dalam batas normal
mengabsorpsi nutrisi dan Asupan Cairan 2. Pantau
- Berat: Massa Tubuh adanya penurunan

25
Definisi: Asupan nutrisi , yang dibuktikan berat badan
tidak cukup untuk dengan indikator 3. Monitor tipe
keperluan nutrisi tubuh. sebagai berikut: dan jumlah
(1-5 = tidak pernah, aktivitas yang biasa
Batasan karakteristik: jarang, kadang-kadang, dilakukan
· Kram perut sering, atau selalu) 4. Monitor
· Nyeri perut Kriteria Hasil: interaksi anak atau
· Menghindari - Adanya Peningkatan interaksi selama
makan berat badan sesuai makan
· Berat badan 20% dengan tujuan 5. Monitor
atau lebih di bawah berat - Berat badan sesuai Lingkungan selama
badan ideal dengan tinggi badan makan
· Kerapuhan kapiler - Mampu meningkatkan 6. Jadwalkan
· Diare kebutuhan nutrisi pengobatan dan
· Kehilangan rambut - Tidak ada tanda tanda tindakan tidak
berlebihan malnutrisi selama jam makan
· Bising usung - Tidak terjadi 7. Pantau kulit
hiperaktif penurunan berat badan kering dan
· Kurang makan yang berarti perubahan
· Kurang informasi pigmentasi
· Kurang minat pada Manajemen Nutrisi 8. Monitor
makanan Aktivitas keperawatan: turgor kulit
· Penurunan berat 1. Kaji keberadaan 9. Pantau
badan dengan asupan alergi makanan kekeringan, rambut
makanan adekuat 2. Kolaborasi kusam, dan mudah
· Kesalahan dengan ahli gizi untuk patah
konsepsi menentukan jumlah 10. Pantau mual
· Kesalahan kalori dan nutrisi yang dan muntah
informasi dibutuhkan pasien. 11. Pantau kadar

26
· Membran mukosa 3. Anjurkan pasien albumin, total
pucat untuk meningkatkan protein, Hb, dan
· Ketidakmampuan asupan Fe kadar Ht
meningkatkan makanan 4. Anjurkan pasien 12. Pantau
· Tonus otot untuk meningkatkan makanan kesukaan
menurun protein dan vitamin C 13. Monitor
· Mengeluh 5. Berikan substansi pertumbuhan dan
gangguan sensasi rasa gula perkembangan
· Mengeluh asupan 6. Yakinkan diet 14. Monitor pucat,
makanan kurang dari yang dikonsumsi kemerahan, dan
RDA (uang saku harian mengandung serat kekeringan
yang direkomendasikan) tinggi untuk jaringan
· Cepat kenyang menghindari konstipasi konjungtiva
setelah makan 7. Berikan makanan 15. Pantau kalori
· Sariawan rongga yang dipilih (sudah dan asupan nuntrisi
mulut dikonsultasikan dengan 16. Catat adanya
· Steatore ahli gizi) edema, hiperemik,
· Kelemahan otot 8. Ajarkan pasien hipertonik papila
pengunyah membuat catatan lidah dan cavitas
· Kelemahan otot makanan harian. oral.
untuk menurunkan 9. Pantau jumlah 17. Catat jika lidah
Faktor yang nutrisi dan kandungan berwarna magenta,
berhubungan: kalori kirmizi
· Faktor biologis 10. Berikan informasi
· Faktor ekonomi tentang kebutuhan
· Ketidakmampuan nutrisi
untuk mengabsorpsi 11. Kaji kemampuan
nutrisi pasien untuk
· Ketidakmampuan mendapatkan nutrisi

27
untuk mencerna makanan yang dibutuhkan
· Faktor psikologis

4. Defisiensi Pengetahuan Setelah dilakukan Aktivitas


bd kurang informasi tindakan keperawatan keperawatan:
tentang proses penyakit selama…. x 24 jam 1. Berikan
Definisi: klien akan: tentang tingkat
Ketiadaan atau defisiensi - Kowledge: proses pengetahuan pasien
informasi kognitif yang penyakit tentang proses
berkaitan dengan topik - Kowledge: perilaku penyakit yang
tertentu. kesehatan , yang spesifik
Batasan karakteristik: dibuktikan dengan 2. Jelaskan
· Perilaku hiperbola indikator berikut: patofisiologi dari
· (1-5 = tidak pernah, penyakit dan
Ketidakdaruratanatan jarang, kadang-kadang, bagaimana hal ini
menerima perintah sering, atau selalu) berkaitan dengan
· Ketidakdaruratan Kriteria Hasil: anatomi dan
melakukan tes - Pasien dan keluarga fisiologi, dengan
· Perilaku tidak menyetujui tentang cara yang tepat.
tepat (mis; histeria, penyakit, kondisi, 3. Gambarkan
bermusuhan, agitasi, prognosis dan program tanda dan gejala
apatis) pengobatan yang biasa muncul
· Pengungkapan - Pasien dan keluarga pada penyakit,
masalah mampu menjalankan dengan cara yang
Faktor yang prosedur yang benar tepat
berhubungan: - Pasien dan keluarga 4. Gambarkan
· Keterbatasan mampu menjelaskan proses penyakit,
kognitif apa yang dijelaskan dengan cara yang
· Salah mengartikan perawat / tim kesehatan tepat

28
informasi lainnya 5. Identifikasi
· Kurang pajanan kemungkinan
· Kurang minat Pengajaran: Proses penyebab, dengna
dalam belajar Penyakit cara yang tepat
· Kurang dapat 6. Sediakan
mengingat informasi pada
· Tidak akrab pasien tentang
dengan sumber informasi kondisi, dengan
cara yang tepat
7. Hindari
harapan yang
kosong
8. Sediakan bagi
keluarga informasi
tentang kemajuan
pasien dengan cara
yang tepat
9. Diskusikan
perubahan gaya
hidup yang
mungkin
diperlukan untuk
mencegah
komplikasi di masa
depan yang akan
datang dan atau
proses
pengontrolan
penyakit

29
10. Diskusikan
pilihan terapi atau
perawatan
11. Dukung pasien
untuk melakukan
atau mendapatkan
opini kedua dengan
cara yang tepat
atau diindikasikan
12. Jelajahi
sumber atau
dukungan, dengan
cara yang tepat
13. Rujuk pasien
pada grup atau
agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang
tepat
14. Memberitahu
pasien tentang
tanda dan gejala
untuk melaporkan
pada pemberi
perawatan
kesehatan, dengan
cara yang tepat

30
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penyakit Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi kronis menular yang
masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk
Indonesia.
2. TBC pada anak masih merupakan penyakit mayor yang menyebabkan
kesakitan.
3. Besarnya kasus TBC pada anak di Indonesia masih relatif sulit
diperkirakan.
4. Diagnosis TBC tidak dapat ditegakkan hanya dari anamnesis, pemeriksaan
fisik atau pemeriksaan penunjang tunggal. Selain alur diagnostik, terdapat
pedoman diagnosis dengan menggunakan sistem skoring.
5. Gambaran klinis TBC pada anak: badan turun, Nafsu makan turun, demam
tidak tinggi dapat disertai keringat malam, pembesaran kelenjar limfe
superfisialis yang tidak sakit, batuk lama lebih dari 30 hari.
6. Uji tuberkulin positif bila indurasi > 10 mm (pada gizi baik), atau > 5 mm
pada gizi buruk. Uji tuberkulin positif menunjukkan TBC.
7. Tatalaksana TBC pada anak merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan antara pemberian medikamentosa, penataaan gizi dan
lingkungan sekitarnya
8. Obat TBC yang digunakan yaitu Obat TBC utama (first line) rifampisin,
INH, pirazinamid, etambutol, dan streptomisin. Obat TBC lain (second
line): PAS, viomisin, sikloserin, etionamid, kanamisin, dan kapriomisin
yang digunakan jika terjadi multi drug resistance.
9. Pada keadaan meningitis TBC, milier TBC, penyebaran bronkogen,
pleuritis TBC, pleuritis TBC dengan keadaan umum jelek ditambah teapi
dengan kortikosteroid.

31
10. Usaha preventif dilakukan dengan vaksin BCG dan kemoprofilaksis.
Keterlambatan motorik kasar menunjukkan adanya kerusakan pada
susunan saraf pusat seperti serebral palsi (gangguan motorik yang di
sebabkan oleh kerusakan bagian otok yang mengatur otot-otot tubuh)
B. Saran
1. Bagi perawat diharapkan dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
dengan prosedur yang ada.
2. Bagi para orang tua diharapkan memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak sejak dini untuk dapat mengetahui adakah gejala-
gejala penyakit pada anak teruma pengetahuan tentang penyakit TB.

32
Daftar Pustaka

Buleche, GM, Tukang Daging, HK, & Dochterman, JC (Eds.). (2008).


Klasifikasi Intervensi Keperawatan (NOC) ( edisi ke- 5 ). St. Louis: Mosby / Elsevier

Herdman, T. Heather. (2012). Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan


Klasifikasi 2012 -2014. Jakarta: EGC.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M., & Swanson, E. (Eds). (2008).
Klasifikasi Hasil Keperawatan (NOC) ( edisi ke- 4 ). St. Louis: Mosby / Elsevier

Perawatan anak sakit / ngastiyah; editor, monica Ester-Ed.2 - Jakarta:


EGC.2005

https://imsyahrir.wordpress.com/2013/01/17/asuhan-keperawatan-pada-klien-tb-paru/

33

Anda mungkin juga menyukai