Makalah Keperawatan Anak I Askep TBC Pada Anak: 1. Erni Fori 2. Ani Candra Lestari 3. Arian Dani 4. M Busyairi Putra
Makalah Keperawatan Anak I Askep TBC Pada Anak: 1. Erni Fori 2. Ani Candra Lestari 3. Arian Dani 4. M Busyairi Putra
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
1. ERNI FORI
2. ANI CANDRA LESTARI
3. ARIAN DANI
4. M BUSYAIRI PUTRA
Kritik dan saran dari semua pihak akan kami terima dengan senang hati
demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun ,
Klp 9
iii
Daftar isi
BAB II : PEMBAHASAN................................................................................. 3
A. Definisi ......................................................................................... 3
B. Etiologi ........................................................................................
C. Patofisiologi..................................................................................
D. Menifestasi klinis .........................................................................
E. Komplikasi....................................................................................
F. Penatalaksanaaan medis. ...............................................................
G. Penatalaksanaan perawatan ..........................................................
H. Askep ............................................................................................
Kesimpulan .........................................................................................22
Saran ...................................................................................................22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Siapa yang tidak kenal dengan tuberkulosis (TB). Penyakit ini kian
populer dalam beberapa waktu dengan slogan baru yang disandangnya, “TB:
Bukan Batuk Biasa”. Beberapa orang awam mungkin lebih mengenalnya dengan
sebutan penyakit flek paru. Tak disangka, TB ternyata adalah penyakit usang
yang sudah ditemukan sejak jaman Mesir kuno. Meski usang, tapi penyakit ini
masih belum bisa juga dibasmi di muka bumi. Sampai-sampai, TB pun memiliki
hari peringatan sedunia yang jatuh setiap tanggal 24 Maret. Dengan adanya hari
peringatan itu, tentu diharapkan dunia aware terhadap penyakit ini.
4
Jumlah dahak yang cukup untuk dilakukan pemeriksaan basil tahan asam adalah
sebesar 3-5 ml, dengan konsistensi kental dan purulen.
Untuk itu dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana cara
mengetahui anak yang terinfeksi TB dan bagaimana Asuhan Keperawatannya?
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan pengalaman nyata mengenai penerapan asuhan
keperawatan pada anak dengan TBC
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian TBC
Penyakit tuberkulosis pada bayi dan anak disebut juga tuberkulosis primer
dan merupakan suatu penyakit sistemik.Tuberkulosis primer biasanya dimulai
pada saat ini merupakan lahan yang sulit yang ditentukan saat timbulnya gejala
pertama. Kadang-kadang keluhan demam yang tidak diketahui sering terjadi dan
tanda-tanda infeksi saluran pernapasan atas. Penyakit ini jika tidak dapat
dilakukan sedini mungkin dan setepat-menantang dapat tmbul komplikasi yang
berat dan infeksi pada usia dewasa.
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis dan mycobacterium bovis (jaringan oleh
mycobacterium avium). Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap selama beberapa
minggu dalam keadaan kering, tetapi mati di dalam cairan yang bersuhu 60 ⁰
selama 15-20 menit. Fraksi protein basil tyberkulosis menyebabkan nekrosis
jaringan, sendang lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor
penyebab untuk menyebabkan fibrosis serta terbentuknya sel epiteloid dan
tuberkel. Basil tuberculosis tidak membentuk toksin.
Penularan tuberkolosis primer melalui udara hingga fokus primer
tuberkulosis tersedia dalam paru. Selain itu, udara dapat digunakan untuk
meminum susu yang mengandung basil tuberculosis bovis. Ada mikrobakterium
yang disebut mycobacterium atipic yang dapat menyebabkan penyakit karena
TBC.
B. Etiologi
6
atau ditransfer-menukar piring atau gelas minum tidak akan terjadi penularan
(Aditama, 2000).
1. Berbicara pasif
7
menjadi sakit TBC, sedangkan pada anak usia 1-5 tahun, yang menjadi
sakit hanya 24%, pada usia remaja 15% dan pada dewasa 5-10%. Anak <5
tahun lebih besar daripada TBC diseminata dengan angka kesakitan dan
kematian yang tinggi. Konversi tes tuberkulin dalam 1-2 tahun terakhir,
malnutrisi, keadaan imunokompromis, diabetes melitus, gagal ginjal kronik
dan silikosis. Status sosial ekonomi yang rendah, percakapan yang kurang,
padat hunian , setuju, dan pendidikan yang rendah.
C. Patofisologi
Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak menular.
Pada TBC anak, kuman berkembang biak di paru-paru. Jadi, kuman ada di dalam
cakupan, tidak terbuka. Sementara pada TBC dewasa, kuman berada di paru-paru
dan membuat lubang untuk keluar melalui jalan napas. Nah, pada saat batuk,
percikan ludahnya mengandung kuman. Ini yang biasanya terisap oleh anak-anak,
lalu masuk ke paru-paru (Wirjodiardjo, 2008).
Proses penularan TBC dapat melalui proses udara atau langsung, seperti
saat batuk. Terdapat doa Kelompok gede penyakit Penyanyi diantaranya sebuah
dala h sebagai berikut: tuberkulosis paru primer Dan TBC pasca primer.
Tuberkulosis primer sering terjadi pada anak, proses ini dapat dimulai dari proses
yang disebut tetesan nuklei, yaitu proses proses terinfeksinya partikel yang
mengandung dua atau lebih kuman TBC yang hidup dan terhirup serta
diendapkan pada alveoli, yang akan dieksudasi dan dilatasi pada kapiler,
pembengkakan sel endotel dan alveolar, keluar fibrin serta makrofag ke dalam
alveolar spase. Tuberkulosis pasca primer, dimana penyakit ini terjadi pada pasien
yang sebelumnya terkena oleh kuman Mycobacterium tuberculosis (Hidayat,
2008).
8
yang diperantarai oleh sel dengan sel pemilih terdiri dari makropag dan limfosit
(biasanya sel T) sebagai sel imuniresponsif. Tipe ini melibatkan pengaktifan
makrofag pada bagian yang diminta oleh limfosit dan limfokin mereka, sebagai
respons terhadap reaksi hipersentifitas selular (cepat). Basil tuberkel yang
mencapai permukaan alveolar mengalami reaksi peradangan yaitu kompilasi
leukosit digantikan oleh makropag. Semua yang terlibat menyelesaikan dan
timbal pneumobia akut, yang dapat dipulihkan dengan baik, atau prosesnya dapat
berjalan terus-menerus dengan bakteri di dalam sel-sel (Price dan Wilson, 2006).
1. Infeksi Primer
9
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan
kuman TBC. Tetesan yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat
melewati sistem pertahanan bronkus mukosilier, dan terus berjalan sampai di
alveolus dan menetap di sana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil
dikembangkan biak dengan cara pembelahan diri di paru-paru, yang
dikeluarkan peradangan di paru-paru. Saluran limfe akan membawa kuman
TBC ke saluran limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai saluran
primer predileksinya disemua lobus, 70% berdasarkan subpelura. Fokus
primer dapat diselesaikan dengan sempurna, kalsifikasi atau penyebaran lebih
lanjut. Waktu antara mulai infeksi hingga terbentuk kompleks primer sekitar
4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan perubahan reaksi
tuberkulin dari negatif menjadi positif.
10
D. Manifestasi Klinik
1. Apakah anak sudah mendapat imunisasi BCG semasa kecil. Atau reaksi BCG
sangat cepat. Misalnya, bengkak hanya kadang-kadang setelah diimunisasi
BCG. Ini juga harus dicurigai TBC, meski jarang.
11
2. Berat badan anak tanpa sebab jelas, atau naik berat badan setiap bulan
berkurang.
3. Demam lama atau berulang tanpa sebab. Ini juga jarang terjadi. Kalaupun
ada, setelah melewati, ternyata tipus atau demam berdarah.
4. Batuk lama, lebih dari 3 minggu. Ini dianggap tersamar dengan pengujian.
Jika tidak ada pertanyaan dan tidak ada penyebab lain, dokter baru dapat
meminta anak untuk TBC.
6. Mata merah bukan karena sakit mata, tetapi di sudut mata ada kemerahan
yang khas.
12
Kesulitan lain, tanda-tanda dan gejala TB pada anak-anak tidak
spesifik. Cukup banyak anak yang overdiagnosed sebagai pengidap TB,
padahal sebenarnya tidak. Atau kurang didiagnosis , sengaja atau tidak sakit
TB tetapi tidak disetujui sehingga tidak dapat diterima yang pantas.
Diagnosis TBC pada anak tidak dapat ditegakkan hanya dengan 1 atau 2 tes
saja, yang harus diselesaikan. Karena tanda-tanda dan gejala TB pada anak
sangat sulit dideteksi, satu-satunya cara untuk memastikan anak-anak oleh
kuman TB, adalah melalui uji Tuberkulin (tes Mantoux). Tes Mantoux ini
hanya menunjukkan apakah ada yang mendukung Mycobacterium
tuberculosis atau tidak, dan sama sekali bukan untuk menegakkan diagnosa
atas penyakit TB. Sebab, tidak semua orang yang melawan kuman TB yang
lalu menjadi sakit TB.
Uji ini dilakukan dengan cara menyuntikkan kumpulan kecil (0,1 ml)
kuman TBC, yang telah dimatikan dan dimurnikan, ke dalam lapisan atas
(lapisan kulit) kulit pada lengan bawah. Lalu, 48 hingga 72 jam kemudian,
tenaga medis harus melihat hasil untuk diperoleh. Yang dihasilkan adalah
indurasi (tonjolan keras tetapi tidak sakit) yang terbentuk, bukan warna
kemerahannya ( eritema ). Ukuran dinyatakan dalam milimeter, bukan
centimeter. Meskipun dipilih tidak ada indurasi, hasil tetap harus ditulis
sebagai 0 mm.
13
Secara umum, hasil tes Mantoux dinyatakan positif jika diameter
sudah ditentukan sama dengan atau lebih dari 10 mm. Namun, untuk bayi dan
anak hingga usia 2 tahun yang tanpa faktor risiko TB, meminta positif jika
indurasinya berdiameter 15 mm atau lebih. Hal ini karena pengaruh vaksin
BCG yang diperolehnya kompilasi baru lahir, masih kuat. Pengecualian
lainnya adalah, untuk anak dengan gizi buruk atau anak dengan HIV, sudah
positif jika diameter indurasinya 5 mm atau lebih.
Namun tes Mantoux ini dapat memberikan hasil yang negatif palsu
(anergi), berarti hasil negatif padahal benar-benar melanggar kuman TB.
Anergi dapat terjadi ketika anak-anak mengalami malnutrisi berat atau gizi
buruk, sistem imunisasi lebih lanjut semakin meningkat memakan obat-obat
tertentu, baru saja divaksinasi dengan virus hidup, sedang ditularkan virus,
baru saja terinfeksi bakteri TB, tata laksana tes Mantoux yang kurang benar.
Bila dicurigai terjadi anergi, maka tes harus diulang.
E. Komplikasi
1. Meningitis
2. Spondilitis
3. Pleuritis
4. Bronkopneumoni
5. Atelektasis
14
spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke
organ lain seperti otak, tulang, persendian, tulang dan sebagainya. Insufisiensi
Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
F. Penatalaksanaan Medis
3. Terapi obat harus dilakukan terus-menerus dalam waktu yang cukup untuk
membuat terapi yang paling efektif dan paling aman pada waktu yang paling
singkat.
G. Penatalaksanaan Perawatan
15
Menurut Hidayat (2008) perawatan anak dengan tuberkulosis dapat dilakukan
dengan melakukan:
4. Fisioterapi dada
16
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Data Umum (selain identitas klien, juga identitas yang berasal;
asal kota dan daerah, jumlah keluarga)
b. Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)
c. Riwayat kehamilan dan kelahiran
1) Prenatal: (kurang asupan nutrisi, terserang penyakit infeksi selama
hamil)
2) Intranatal: Bayi terlalu lama di jalan lahir, bayi lahir di jalanan lahir,
bayi hamil caput sesadonium, bayi hamil cepal hematom
3) Post Natal: kurang Asupan nutrisi, bayi yang menderita penyakit
infeksi, asfiksia ikterus
d. Riwayat Masa Lampau
1) Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien pernah sakit
batuk yang lama dan benjolan bisul di leher serta tempat yang terkait
dan sudah disetujui pengobatan antibiotik tidak dipulihkan-sembuh?
Tanyakan, apakah pernah berobat tapi tidak sembuh? pernah berobat
tapi tidak teratur?)
2) Pernah dijelaskan dirumah sakit
3) Obat-obatan yang digunakan / klasifikasi Pengobatan
4) Riwayat kontak dengan penderita TBC
5) Alergi
6) Daya tahan yang meningkat.
7) Imunisasi / Vaksinasi: BCG
e. Riwayat Penyakit Sekarang (Selain itu juga terdapat benjolan / bisul di
tempat-tempat seperti: leher, inguinal, aksila dan sub mandibula)
f. Riwayat Keluarga yang menderita TB atau Penyakit Infeksi lainnya,
termasuk keluarga yang memiliki penyakit yang sama
g. Riwayat Kesehatan Lingkungan dan sosial ekonomi
17
1) Lingkungan tempat tinggal (lingkungan kurang sehat, perlindungan
yang padat, konservasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga
yang banyak), pola sosialisasi anak.
2) Kondisi rumah
3) Merasa dikucilkan
4) Aspek psikososial (tidak dapat communicate dengan prabayar bebas,
menarik Diri)
5) Biasanya pada keluarga yang kurang ampu
6) Masalah Berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk review sembuh
perlu waktu yang lama dan mencakup biaya yang banyak
7) Tidak bersemangat dan putus harapan.
h. Sejarah psikososial spiritual (Yang mengasuh, Hubungan dengan anggota
keluarga, Hubungan dengan teman sebayanya, Pembawaan secara umum,
Pelaksanaan spiritual)
i. Pola fungsi kesehatan.
Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan. Keadaan umum:
reaksi, kebiasaan, imunisasi. Pola nutrisi - metabolik. Anoreksia, mual,
tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan lemak
lemak sub kutan, sulit dan sakit diambil, turgor kulit jelek. Pola eliminasi.
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan
atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan
splenomegali. Pola aktivitas-latihan Sesak nafas, kelelahan, takikardia,
aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas pendek). Pola tidur dan istirahat
Iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam hari. Pola kognitif perseptual.
Terkadang nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum, takut,
masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu. Pola persepsi
diri. Anak tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah. Pola partisipasi anak
Menjadi ibu terhadap orang lain (ibu / ayah) / tidak mandiri. Pola
seksualitas / reproduktif. Anak dekat dengan ibu dari ayah. Pola stres,
stres, Menarik diri, pasif
18
j. Pemeriksaan Fisik
Demam: sub fibril, fibril (40-41 ° C) hilang timbul. Batuk: terjadi karena
ada iritasi pada bronkus; batuk ini dikeluarkan / dikeluarkan produksi
radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen (menghasilkan
sputum). Sesak nafas: terjadi ketika sudah lanjut, dimana infiltrasi radang
sampai setengah paru. Nyeri dada: ini jarang ditemukan, menyakitkan
timbul jika infiltrasi radang sampai ke pleura. Malaise: ditemukan terdiri
dari anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan kering
diwaktu malam hari. Pada masa dulu sulit diketahui. Ronchi basah, kasar
dan nyaring. Hipersonor / timpani jika tersedia kavitas yang cukup dan
pada auskultasi memberi suara limforik. Atropi dan retraksi interkostal
pada keadaan lanjut dan fibrosis. Ketika Berkenaan Dengan Terjadi Efusi
Berkurang (perkusi memberikan suara pekak). Multiplikasi Pembesaran.
Benjolan / pembesaran pada leher (servikal), aksila, inguinal dan sub
mandibula. Terkadang terjadi abses.
k. Pemeriksaan Diagnostik Dan Pengobatan
1) Uji tuberkulin = uji tuberkulin (+). hipersensitifitas tipe cepat imunitas
seluler Infeksi TB
2) Foto rontgent Rutin: foto pada rongga paru. Atas indikasi: tulang,
sendi, perut. Rontgent paru tidak selalu khas.
3) Pemeriksaan mikrobiologis (Bakteriologis Memastikan TB. Hasil
normal: tidak disetujui diagnosa TB. Hasil (+): 10-62% dengan cara
lama. Cara: cara lama radio metrik (Bactec); PCK.
4) Pemeriksaan darah tepi (Tidak khas . LED dapat meninggi)
5) Pemeriksaan patologik anatomik. Kelenjar, hepar, pleura; atas indikasi.
Sumber infeksiAdanya kontak dengan penderita TB menambah kriteria
diagnosa.
6) Lain-lain (Uji faal paru, Bronkoskopi, Bronkografi, Serologim dll)
l. Pengkajian TUMBANG menggunakan KMS, KKA, dan DDST
a) Kaji BBL, BB saat kunjungan
19
b) BB normal
c) BB normal, mis: (6-12 tahun) berumur d) Kaji TB = 64 x 77R = usia
dalam tahun e) LL dan luka saat lahir dan saat kunjungan 2)
Perkembangan a) lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala,
mengikuti objek dengan mata, mengoceh, b) usia 3-6 bulan
mengangkat kepala 90 derajat, belajar meraih benda, tertawa, dan
mengais meringis c) usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu,
tengkuarap, melompat sendiri, merangkak, meraih benda,
memindahkan benda dari tangan ke tangan yang lain dan mengeluarkan
kata-kata tanpa arti .
d) Usia 9-12 bulan = dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu yang
dikeluarkan kat-kata, mengerti ajakan sederhana, dan larangan
menyelesaikan dalam permainan.
e) Usia 12-18 bulan = membahas rumah dan sekelilingnya menyusun 2-3
kata dapat mengatakan 3-10 kata, rasa cemburu, bersaing
f) Usia 18-24 bulan = naik – turun tangga, menyusun 6 kata menunjuk
kata dan berbicara, belajar makan sendiri, menggambar garis, menarik
minat pada anak lain dan bermain dengan mereka.
g) Usia 2-3 tahun = belajar melompat, memanjat membuat jembatan
dengan 3 kotak, menyusun kalimat dan lain-lain.
h) Usia 3-4 tahun = belajar sendiri, menggambar berbicara dengan baik,
berbicara warna, dan menyayangi saudara.
i) Usia 4-5 tahun = melompat, menari, menggambar orang, dan
menghitung.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan obstruksi
jalan napas
b. Intoleransi aktivitas terkait dengan kelemahan umum
c. Ketidak seimbangan Nutrisi: Kurang Dari Kebutuhan Tubuh terkait
dengan Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi
20
d. Defisiensi Pengetahuan terkait dengan kurang informasi tentang proses
penyakit
3. Intervensi Keperwatan
No Diagnosa keperawatan Klasifikasi Hasil Klasifikasi
Keperawatan (NOC) Intervensi
Keperawatan
(NIC)
21
suara ada sianosis dan suksion nasotrakeal
· Penurunan bunyi dyspneu (mampu 6. Gunakan alat
napas mengeluarkan dahak, yang steril
· Dispnea mampu bernafas 7. Anjurkan
· Dahak dalam dengan mudah, tidak pasien untuk
jumlah yang berlebihan ada mengerutkan bibir) beristirahat dan
· Batuk yang tidak - mengembalikan jalan bernapas setelah
efektif nafas yang dipatenkan kateter dikeluarkan
· Ortopnea (klien tidak puas, irama dari nasotrakeal
· Gelisah nafas, frekuensi 8. Pantau status
· Mata terbuka lebar pernafasan dalam oksigen pasien
rentang normal, tidak 9. Ajarkan
Faktor yang ada suara nafas keluarga
berhubungan: abnormal) bagaimana
Lingkungan - Mampu melakukan suksion
· Perokok pasif mengidentifikasikan 10. Hentikan suksi
· Mengisap dan mencegah faktor dan berikan
secepatnya yang dapat mencegah oksigen pada
jalan nafas pasien sesuai
Obstruksi jalan napas ketentuan,
· Spasme jalan peningkatan
napas saturasi O2, dll.
· Lendir dalam
jumlah yang berlebihan Manajemen Jalan
· Eksudat dalam nafas
alveoli Aktivitas
· Materi asing dalam keperawatan:
jumlah napas 1. Buka jalan
· Adanya jalan nafas, guanakan
22
napas buatan teknik dagu angkat
· Sekresi yang atau rahang dorong
tertahan / sisa sekresi bila perlu
· Sekresi dalam 2. Posisikan
bronki pasien untuk
Fisiologis memaksimalkan
· Jalan napas alergik konservasi
· Asma 3. Identifikasi
· Penyakit paru pasien perlunya
obstruksi kronis pemasangan alat
· Hyperplasia jalan nafas buatan
dinding bronkial 4. Pasang mayo
· Infeksi bila perlu
· Disfungsi 5. Lakukan
neuromuskular fisioterapi dada jika
perlu
6. Keluarkan
sekret dengan
batuk atau hisap
7. Auskultasi
suara nafas,
catatensi suara
tambahan
8. Lakukan
suction pada mayo
9. Berikan
bronkodilator jika
perlu
10. Berikan
23
pelembab udara
basah NaCl
Lembab
11. Atur asupan
untuk
mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Pantau
respirasi dan status
O2
24
iskemia aktivitas sehari-hari dalam aktivitas
· Ketidaknyaman (ADL) secara mandiri fisik tanpa undur
setelah beraktivitas pendengaran, nadi
· Dispnea setelah dan RR
beraktivitas - Mampu
· Menyatakan masih melakukan
letih aktivitas sehari-hari
· Menyatakan masih (ADL) secara
letih mandiri
Faktor yang
berhubungan:
· Tirah baring
· Kelemahan umum
·
Ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
· Imobilitas
· Gaya hidup
monoton
25
Definisi: Asupan nutrisi , yang dibuktikan berat badan
tidak cukup untuk dengan indikator 3. Monitor tipe
keperluan nutrisi tubuh. sebagai berikut: dan jumlah
(1-5 = tidak pernah, aktivitas yang biasa
Batasan karakteristik: jarang, kadang-kadang, dilakukan
· Kram perut sering, atau selalu) 4. Monitor
· Nyeri perut Kriteria Hasil: interaksi anak atau
· Menghindari - Adanya Peningkatan interaksi selama
makan berat badan sesuai makan
· Berat badan 20% dengan tujuan 5. Monitor
atau lebih di bawah berat - Berat badan sesuai Lingkungan selama
badan ideal dengan tinggi badan makan
· Kerapuhan kapiler - Mampu meningkatkan 6. Jadwalkan
· Diare kebutuhan nutrisi pengobatan dan
· Kehilangan rambut - Tidak ada tanda tanda tindakan tidak
berlebihan malnutrisi selama jam makan
· Bising usung - Tidak terjadi 7. Pantau kulit
hiperaktif penurunan berat badan kering dan
· Kurang makan yang berarti perubahan
· Kurang informasi pigmentasi
· Kurang minat pada Manajemen Nutrisi 8. Monitor
makanan Aktivitas keperawatan: turgor kulit
· Penurunan berat 1. Kaji keberadaan 9. Pantau
badan dengan asupan alergi makanan kekeringan, rambut
makanan adekuat 2. Kolaborasi kusam, dan mudah
· Kesalahan dengan ahli gizi untuk patah
konsepsi menentukan jumlah 10. Pantau mual
· Kesalahan kalori dan nutrisi yang dan muntah
informasi dibutuhkan pasien. 11. Pantau kadar
26
· Membran mukosa 3. Anjurkan pasien albumin, total
pucat untuk meningkatkan protein, Hb, dan
· Ketidakmampuan asupan Fe kadar Ht
meningkatkan makanan 4. Anjurkan pasien 12. Pantau
· Tonus otot untuk meningkatkan makanan kesukaan
menurun protein dan vitamin C 13. Monitor
· Mengeluh 5. Berikan substansi pertumbuhan dan
gangguan sensasi rasa gula perkembangan
· Mengeluh asupan 6. Yakinkan diet 14. Monitor pucat,
makanan kurang dari yang dikonsumsi kemerahan, dan
RDA (uang saku harian mengandung serat kekeringan
yang direkomendasikan) tinggi untuk jaringan
· Cepat kenyang menghindari konstipasi konjungtiva
setelah makan 7. Berikan makanan 15. Pantau kalori
· Sariawan rongga yang dipilih (sudah dan asupan nuntrisi
mulut dikonsultasikan dengan 16. Catat adanya
· Steatore ahli gizi) edema, hiperemik,
· Kelemahan otot 8. Ajarkan pasien hipertonik papila
pengunyah membuat catatan lidah dan cavitas
· Kelemahan otot makanan harian. oral.
untuk menurunkan 9. Pantau jumlah 17. Catat jika lidah
Faktor yang nutrisi dan kandungan berwarna magenta,
berhubungan: kalori kirmizi
· Faktor biologis 10. Berikan informasi
· Faktor ekonomi tentang kebutuhan
· Ketidakmampuan nutrisi
untuk mengabsorpsi 11. Kaji kemampuan
nutrisi pasien untuk
· Ketidakmampuan mendapatkan nutrisi
27
untuk mencerna makanan yang dibutuhkan
· Faktor psikologis
28
informasi lainnya 5. Identifikasi
· Kurang pajanan kemungkinan
· Kurang minat Pengajaran: Proses penyebab, dengna
dalam belajar Penyakit cara yang tepat
· Kurang dapat 6. Sediakan
mengingat informasi pada
· Tidak akrab pasien tentang
dengan sumber informasi kondisi, dengan
cara yang tepat
7. Hindari
harapan yang
kosong
8. Sediakan bagi
keluarga informasi
tentang kemajuan
pasien dengan cara
yang tepat
9. Diskusikan
perubahan gaya
hidup yang
mungkin
diperlukan untuk
mencegah
komplikasi di masa
depan yang akan
datang dan atau
proses
pengontrolan
penyakit
29
10. Diskusikan
pilihan terapi atau
perawatan
11. Dukung pasien
untuk melakukan
atau mendapatkan
opini kedua dengan
cara yang tepat
atau diindikasikan
12. Jelajahi
sumber atau
dukungan, dengan
cara yang tepat
13. Rujuk pasien
pada grup atau
agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang
tepat
14. Memberitahu
pasien tentang
tanda dan gejala
untuk melaporkan
pada pemberi
perawatan
kesehatan, dengan
cara yang tepat
30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penyakit Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi kronis menular yang
masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk
Indonesia.
2. TBC pada anak masih merupakan penyakit mayor yang menyebabkan
kesakitan.
3. Besarnya kasus TBC pada anak di Indonesia masih relatif sulit
diperkirakan.
4. Diagnosis TBC tidak dapat ditegakkan hanya dari anamnesis, pemeriksaan
fisik atau pemeriksaan penunjang tunggal. Selain alur diagnostik, terdapat
pedoman diagnosis dengan menggunakan sistem skoring.
5. Gambaran klinis TBC pada anak: badan turun, Nafsu makan turun, demam
tidak tinggi dapat disertai keringat malam, pembesaran kelenjar limfe
superfisialis yang tidak sakit, batuk lama lebih dari 30 hari.
6. Uji tuberkulin positif bila indurasi > 10 mm (pada gizi baik), atau > 5 mm
pada gizi buruk. Uji tuberkulin positif menunjukkan TBC.
7. Tatalaksana TBC pada anak merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan antara pemberian medikamentosa, penataaan gizi dan
lingkungan sekitarnya
8. Obat TBC yang digunakan yaitu Obat TBC utama (first line) rifampisin,
INH, pirazinamid, etambutol, dan streptomisin. Obat TBC lain (second
line): PAS, viomisin, sikloserin, etionamid, kanamisin, dan kapriomisin
yang digunakan jika terjadi multi drug resistance.
9. Pada keadaan meningitis TBC, milier TBC, penyebaran bronkogen,
pleuritis TBC, pleuritis TBC dengan keadaan umum jelek ditambah teapi
dengan kortikosteroid.
31
10. Usaha preventif dilakukan dengan vaksin BCG dan kemoprofilaksis.
Keterlambatan motorik kasar menunjukkan adanya kerusakan pada
susunan saraf pusat seperti serebral palsi (gangguan motorik yang di
sebabkan oleh kerusakan bagian otok yang mengatur otot-otot tubuh)
B. Saran
1. Bagi perawat diharapkan dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
dengan prosedur yang ada.
2. Bagi para orang tua diharapkan memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak sejak dini untuk dapat mengetahui adakah gejala-
gejala penyakit pada anak teruma pengetahuan tentang penyakit TB.
32
Daftar Pustaka
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M., & Swanson, E. (Eds). (2008).
Klasifikasi Hasil Keperawatan (NOC) ( edisi ke- 4 ). St. Louis: Mosby / Elsevier
https://imsyahrir.wordpress.com/2013/01/17/asuhan-keperawatan-pada-klien-tb-paru/
33