M3513027 Pendahuluan PDF
M3513027 Pendahuluan PDF
TUGAS AKHIR
Oleh:
JULY ISWARA
NIM: M3513027
DIPLOMA 3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
i
ii
iii
UJI CEMARAN KAPANG, KHAMIR DAN
BAKTERI Staphylococcus aureus PADA SERBUK JAMU KUNYIT
DI PASAR GEDE SURAKARTA
JULY ISWARA
Jurusan D3 Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret
INTISARI
Jamu banyak dikonsumsi oleh masyarakat untuk mengurangi, menghilangkan dan
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit. Salah satu jamu yang banyak diminati
masyarakat adalah jamu serbuk kunyit, selain karena harganya murah, mudah dalam
penggunaanya, jamu serbuk kunyit memiliki manfaat untuk memperlancar peredaran
darah, antiinflamasi, antibakteri, dan antioksidan. Mutu dan keamanan jamu serbuk
kunyit yang dikonsumsi masyarakat dapat dilihat dari nilai Angka Kapang/Khamir
(AKK) dan ada tidaknya bakteri Staphylococcus aureus yang ditemukan sampel
jamu. Adanya AKK yang melebihi batas dan bakteri S.aureus yang ditentukan oleh
BPOM RI No.12 Tahun 2014 dapat membahayakan kesehatan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui AKK da nada tidaknya bakteri S.aureus pada jamu
serbuk kunyit yang dijual di Pasar Gede Surakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan pendekatan survei
dan rancangan deskriptif. Penelitian yang dilakukan meliputi penentuan dan
pemilihan tempat pengambilan sampel, pengambilan sampel jamu serbuk kenyit,
pengujian AKK dan S.aureus, serta dilakukan analisis hasil.
Data dianalisa menggunakan metode analisa mikrobiologi yang ditetapkan
Departemen Kesehatan tahun 1992. Hasil pengujian menunjukkan nilai AKK jamu
serbuk kunyit adalah <10 sampai 3,8 x 102 koloni/ml dan negatif bakteri S.aureus.
iv
THE TEST OF MOLD, YEAST CONTAMINATION AND
Staphylococcus aureus IN THE POWDER OF JAMU KUNYIT
AT PASAR GEDE SURAKARTA
July Iswara
Diploma 3 Pharmacy, Faculty of Mathematic and Science
ABSTRACT
v
MOTTO
Aku akan berjalan bersama mereka yang berjalan karena aku tidak akan berdiri diam
sebagai penonton yang menyaksikan perarakan berlalu.
–Khalil Gibran–
Don’t be afraid to move, because the distance of 1000 miles starts by a single step.”
-Anonim-
Aku datang, aku bimbingan, aku ujian, aku revisi, dan aku menang.
vi
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul Uji Cemaran
Kapang, Khamir dan Bakteri Staphylococcus aureus pada Jamu Serbuk Kunyit di
Pasar Gede Surakarta dengan baik dan lancar. Penulisan tuga akhir ini merupakan
salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi Fakultas
Staphylococcus aureus pada jamu serbuk kunyit di Pasar Gede Surakarta. Penulisan
tugas akhir ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagi
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh sebab itu penulis
1. Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc.(Hons), Ph.D, selaku Dekan Fakultas
Farmasi FMIPA Universitas Sebelas Maret dan dosen pembimbing tugas akhir.
4. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa restunya dan dukungan.
viii
6. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak karena penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan tugas akhir ini
masih banyak kesalahan dan kekurangannya. Penulis berharap semoga laporan tugas
akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan dapat bermanfaat bagi
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
INTISARI.............................................................................................................. iv
ABSTRACT .......................................................................................................... v
x
2. Jamu .................................................................................................... 6
7. Metode Pengujian................................................................................ 13
A. Metode Penelitian...................................................................................... 15
D. Bahan Penelitian........................................................................................ 16
xi
B. Pemilihan dan Pengambilan Sampel ......................................................... 23
A. Kesimpulan ............................................................................................... 33
B. Saran.......................................................................................................... 33
LAMPIRAN .......................................................................................................... 37
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
Daftar Singkatan
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Jamu adalah salah satu ciri khas Indonesia yang sangat terkenal. Jamu
halus yang cocok, bahan bakunya berupa simplisia sediaan galenik, atau
1994).
karena masih adanya pandangan yang keliru bahwa obat tradisional selalu
aman, tidak ada risiko bahaya bagi kesehatan dan keselamatan konsumen
tahun 2014 tentang persyaratan mutu jamu sediaan lain bentuk serbuk
1
2
pelangsing dan untuk memelihara kecantikan. Selain itu harga jamu serbuk
racikan, selain itu Pasa Gede juga memiliki letak strategis dan banyak
memiliki izin edar sehingga mayoritas standar mutu dan keamanan jamu
serbuk dapat menyebabkan penurunan mutu dan keamanan jamu. Hal ini
khamir dan S.aureus pada jamu sebuk kunyit yang merupakan salah satu
jamu serbuk kunyit tentang mutu dan keamanan jamu serbuk kunyit yang
3
2. Berapakah nilai AKK yang terdapat pada jamu serbuk kunyit dari penjual
3. Apakah hasil uji cemaran mikroba kapang, khamir, dan bakteri S.aureus
2014?
III. Tujuan
2. Mengetahui nilai AKK dalam jamu serbuk kunyit dari penjual jamu di
IV. Manfaat
2. Sebagai sumber informasi terkait keamanan dan mutu jamu serbuk kunyit
yang dikonsumsi.
A. TINJAUAN PUSTAKA
I. Obat Tradisional
1992).
jamu. Obat herbal berstandar adalah sediaan obat bahan alam yang
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan
5
6
oleh BPOM (2014) yaitu tidak lebih dari 103 koloni/gram. Jika dalam
II. Jamu
dari bahan tersebut, yang secara turun temurun telah digunakan untuk
2007).
a. Organoleptik
Pengamatan dilakukan terhadap bentuk, rasa, baud an warna.
b. Kadar air
≤ 10%
c. Cemaran mikroba
Angka Lempeng Total : ≤ 104 koloni/g
Angka Kapang Khamir : ≤ 103 koloni/g
Escheria coli : negatif/g
Salmonella spp : negatif/g
Shigella spp : negatif/g
Pseudomonas aeruginosa : negatif/g
Staphylococcus aureus : negatif/g
8
atau dengan cara pelepasan sel tunas dari sel induk. Beberapa fungi
2003).
adalah cukup suplai air, suhu optimal 25oC sampai 30oC dan tumbuh
(Winarno, 1997).
lembab atau basah dan kandungan air yang terdapat dalam bahan baku
obat tradisional. Oleh karena itu, bahan baku yang digunakan harus
V. S.aureus
normal yang terdapat pada kulit manusia. Jenis bakteri patogen yang
muntah-muntah yang hebat dan diare dapat juga terjadi (Buckle et al,
2008).
hebat, dan diare. Hal tersebut karena zat yang tercemar bakteri
pada media yang sesuai dan diinkubasi pada suhu 20-25oC. Pada
media pertumbuhannya.
b. Uji S.aureus
pada media MSA dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam
(Bintoro, 2008).
14
B. Kerangka Pemikiran
Jamu bentuk serbuk memiliki AKK tidak Jamu bentuk serbuk bebas/negatif
3
lebih dari 10 koloni/gram. bakteri S.aureus
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas : jamu serbuk kunyit yang dijual oleh lima penjual
2. Definisi Operasional
inkubasi pada suhu 25oC selama 3-5 hari dengan metode dan
15
16
D. Bahan Penelitian
1. Bahan Utama
E. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian Laminar Air Flow (Speg Air
(iwaki), tabung reaksi (pyrex), gelas beaker (pyrex), cawan petri (pyrex),
F. Rancangan Penelitian
menetap atau kios jamu yang terdapat di Pasar Gede. Terdapat 5 (lima)
mengambil pada beberapa bagian yaitu bagian atas, tengah, dan bawah
sebanyak 50 gram.
alat disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121ºC dan tekanan 15 lbs
metanol 70%.
4. Pengenceran Sampel
pengenceran 10-1.
5. Pengujian sampel
6. Analisis Data
jumlah koloni antara 40-60. Jumlah koloni dari kedua cawan petri
berikut:
1) Bila hanya salah satu dari kedua cawan petri dari pengenceran
faktor pengenceran.
3) Bila dari seluruh cawan petri tidak ada satu pun yang
jernih.
BAB IV
Jamu serbuk adalah sediaan obat tradisional berupa butiran homogen dengan
deraiat halus yang cocok, bahan bakunya berupa simplisia sediaan galenik, atau
Peneliti memilih Pasar Gede Surakarta ini karena merupakan salah satu pasar
terlengkap di Surakarta. Pasar Gede ini memiliki letak yang strategis yang banyak
jamu di Pasar Gede. Terdapat 5 (lima) kios jamu menetap yang menjual jamu
serbuk kunyit di Pasar Gede Surakarta yang berada pada satu tempat yang
22
23
kunyit merupakan jamu yang sering dibeli masyarakat maka peneliti memilih
jamu serbuk kunyit. Pemilihan jamu bentuk sediaan serbuk karena masyarakat
lebih sering mengkonsumsi sediaan bentuk serbuk karena lebih praktis, dimana
dalam mengkonsumsi jamu hanya perlu diseduh dengan menggunakan air hangat.
atas, tengah, dan bawah kemudian dihomogenkan dengan cara diaduk dari
Sterilisasi adalah proses atau kerja untuk membebaskan suatu bahan seperti
kimia, radiasi, atau filtrasi. Sehingga dalam pemilihan metode sterilisasi dilakukan
24
tergantung sifat dan jenis bahan yang akan disterilisasikan (Gruendemann dan
Fernsebner, 2006).
Sterilisasi perlu dilakukan karena apabila alat maupun media yang digunakan
selama pengerjaan tidak steril, maka tidak dapat dibedakan apakah cemaran
mikroba yang tumbuh berasal dari sampel atau hasil kontaminasi alat maupun
media, sehingga perlu dilakukan sterilisasi untuk membebaskan alat dan media
Pada penelitian menggunakan air dan media PDA serta MSA merupakan
Peralatan seperti cawan petri dan peralatan kaca lainnya yang telah dicuci,
ditutup kapas atau alumunium foil pada ujung tabung reaksi, dan dibungkus kertas
alkohol 70% sebelum memulai pekerjaan. Penggunaan Laminar Air Flow (LAF)
perlu disterilisasi dengan menyemprotkan alcohol 70% pada dinding bagian dalam
LAF kemudian dilap menggunakan kapas steril. Kemudian LAF ditutup dan
(Suriawiria, 2005)
distribusi bakteri atau jamur sebaik mungkin dalam sampel yang ditetapkan
atau sel-sel jamur yang terlindung oleh partikel dalam sampel dan untuk
menggiatkan kembali sel-sel bakteri atau sel-sel jamur yang mungkin terganggu
Homogenisasi sampel yang digunakan untuk uji angka kapang dan khamir
dilakukan secara aseptis dengan cara mebuka dan mengencerkan dekat nyala api
bunsen dan di dalam LAF, untuk pengujian AKK sampel dilakukan pengenceran
10-1. Apabila pengenceran tidak dilakukan, maka koloni yang akan tumbuh
semakin pekat dan sulit dihitung jumlah yang nantinya akan menyulitkan proses
individu fungi yang tumbuh secara terpisah dan tampak pada cawan setelah
inkubasi.
Pengenceran sampel menggunakan pelarut aquadest steril. Hal ini karena jika
pelarut yang digunakan telah steril maka tidak akan mempengaruhi hasil uji yang
dilakukan.
kapang/khamir dalam jamu serbuk kunyit yang dijual di Pasar Gede Surakarta. Uji
ini merupakan salah satu parameter mutu dan kualitas jamu yang dikonsumsi.
Jamu dikatakan aman dikonsumsi jika angka kapang khamir tidak melebihi batas
Jamu serbuk kunyit dan simplisia jamu kunyit memiliki perbedaan luas
permukaan, simplisia memiliki bentuk rajangan tipis halus sedangkan jamu serbuk
serbuk dan simplisia ini juga memiliki perbedaan jamu simplisia diperlukan
diseduh dengan air hangat. Perbedaan luas permukaan pada jamu serbuk dan
simplisia akan mempengaruhi nilai AKK pada jamu meskipun berasal dari bahan
yang sama. Jamu serbuk memiliki luas permukaan yang lebih besar sehingga
Pada uji AKK ini menggunakan media yang sesuai untuk pertumbuhan
kapang dan khamir yaitu PDA (Potato Dextrosa Agar). PDA mengandung
27
dekstrosa, ekstrak kentang dan agar karena media ini menyediakan faktor nutrient
yang sangat baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir (Murray, 1996). Pada
yng relative luas dan tahan terhap panas. Kloramfenikol berkerja terhadap bakteri
menghambat sintsis protein bakteri yang mengakibatkan lisi dan mati (Wattimena,
kapang/khamir adalah sel eukariotik yang tidak memiliki sub unit ribosom 50s
et al, 2007).
Kontrol media hanya berisi media PDA saja, sedangkan kontrol pelarut berisi
media PDA dengan larutan pengencer yaitu aquadest steril yang digunakan. Hal
Prinsip uji kapang/khamir pada makanan dan minuman sesuai metode analisa
cuplikan diinokulasi pada media yang sesuai dan diinkubasi pada suhu 20-25oC.
Pada penelitian ini menggunakan suhu inkubasi 25oC yang diinkubasi selama 3
yang lama untuk membentuk spora (Bridson, 2006). Koloni yang tumbuh pada
petri dihitung dan dianalisa dengan cara yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi
diketahui jumlah koloni/gram jamu serbuk. Pertumbuhan koloni dapat dilihat pada
gambar 4.
Keterangan Gambar A: Kontrol Media PDA, B: Kontrol Pelarut Aquades Steril, C: Koloni
Kapang/Khamir pada Sampel, (-) = Tidak Ada Pertumbuhan Kapang/Khamir, (+) = Terdapat
Pertumbuhan Kapang/Khamir
Setelah inkubasi selama 3 hari didapatkan data jumlah koloni sampel pada
(lampiran 2), dihitung nilai AKK sampel dan diperoleh hasil pada tabel 1.
Dari Tabel 1, kontrol media dan kontrol sampel tidak ditumbuhi kapang atau
khamir, sehingga pada sampel yang telah dikolonikan pada media yang ditumbuhi
kapang atau khamir merupakan bukan berasal dari media atau pelarut yang
digunakan, selanjutnya nilai AKK dari jamu serbuk kunyit dibandingkan dengan
persyaratan dari BPOM No. 12 Tahun 2014 batas keamanan yang diperbolehkan
tidak melebihi 103 koloni/gram. Pada kelima sampel jamu serbuk kunyit yang
diuji seluruhnya berada pada batas aman atau masuk dalam range aman yang
dipersyaratkan.
Nilai AKK pada jamu harus dibatasi dalam batas aman untuk dikonsumsi
dalam bahan pangan dapat memproduksi racun yang dikenal sebagai mikotoksin.
ginjal dan susunan syaraf pusat dari manusia maupun hewan. Selain itu terdapat
Agar diperoleh jamu yang aman dikonsumsi, Untuk itu dalam mengolah jamu
maka perlu diperhatikan masalah kebersihan, kesehatan, dan sanitasi saat proses
pengolahan jamu tradisional yaitu mulai dari memilih bahan baku, membersihkan,
Menurut (Suharmiati, 2013), hal yang perlu diperhatikan pada bahan baku,
menggunakan bahan yang masih segar dan dicuci, apabila menggunakan bahan
30
Uji Cemaran bakteri S.aureus pada jamu serbuk jamu kunyit di Pasar Gede
Surakarta ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya bakteri S. aureus. Uji ini
merupakan salah satu parameter keamanan dan mutu jamu yang dikonsumsi. Jamu
tersebut erat sekali hubungannya dengan manusia terutama pada bagian kulit,
S.aureus merupakan salah suatu bakteri patogen dan biasanya bakteri ini
dapat digunakan sebagai indikator dari pengolahan jamu yang tidak higienis,
selektif dan media diferensial (Sharp, 2006). Tujuan penggunaan media MSA
manitol tampak zona berwarna merah atau merah muda (Boyd dan Morr, 1984).
Hasil pengamatan setelah media yang telah diberi sampel diinkubasi selama 24
Dari tabel 2 dalam dilihat bahwa kontrol media dan kontrol pelarut negatif
tidak terdapat cemaran S.aureus. Selanjutnya dari kelima sampel jamu serbuk
kunyit diperoleh hasil negatif, dimana seluruh sampel jamu serbuk kunyit yang
32
dijual di Pasar Gede Surakarta bebas bakteri S.aureus. Hal tersebut menunjukkan
Hasil uji cemaran S.aureus pada jamu serbuk kunyit adalah keseluruhan
pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat, dan saluran usus, sehingga
adanya bakteri ini perlu dicegah untuk menghindari keracunan pada manusia.
Sehingga tindakan utama yang dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan atau
sanitasi yang baik dan dengan menggunakan bahan mentah yang tidak
terkontaminasi.
BAB V
PENUTUP
1. KESIMPULAN
2. Nilai AKK jamu serbuk kunyit yang diperoleh dari kelima penjual jamu
3,8x102 koloni/mL,
3. Hasil uji cemaran kapang dan khamir pada jamu serbuk kunyit yang
dijual oleh kelima penjual jamu di Pasar Gede Surakarta tidak melebihi
2. SARAN
33
34
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1992, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan, 2, Jakarta: Depkes RI.
Anonim, 1994, keputusan Menkes RI No 386/Menkes/IV/1994 tentang Pedoman
periklanan Obat Bebas,Obat Tradisional, Alat Kesehatan,
Kosmetika, Perbekalan Rumah Tangga dan Makanan Minuman,
Depkes RI, Jakarta.
Anonim, 1998, Peraturan Menkes RI. No. 715/Menkes/SK/V/2004 Tentang
Persyaratan Higiene Jasa Boga, Depkes RI, Jakarta.
Anonim, 2005, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia No. HK.00.05.4.1380 tentang Pedoman Cara Pembuatan
Obat Tradisional yang Baik, BPOM RI, Jakarta.
Anonim, 2007, Pemastian Mutu Obat Kompendium Pedoman dan Bahan-Bahan
Terkait GMP dan Inspeksi, vol. 2, diterjemahan oleh Fabiola C.R.
Hutabarat, 93,144-148, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Anonim, 2013, Khasiat Kunyit Sebagai Obat Tradisional dan Manfaat Lainnya,
Warta Pene;itian dan Pengembangan Tanaman Industri, Vol 19 No.
2.
Aulia, 2012, Medium Pertumbuhan Bakteri, 1-2, Bapelkes, Jakarta.
Bintoro, V. P., 2008, Teknologi Pengelolaan Dagingdan Analisa Produk,
Universitas Diponegoro, Semarang, Hal. 137.
Boyd, R. I. and Morr, J. J., 1984, Medical Microbiology, 34-37, Little Bown and
Company USA.
BPOM RI, 2006, Metode Analisa Mikrobiologi Suplemen 2000. Pusat pengujian
Obat dan Makanan Badan Pengawasan Obat dan Makanan Repyblik
Indonesia, Jakarta.
BPOM RI, 2008, Info POM Vol 9 No 2, Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia, Jakarta.
BPOM RI, 2014, Peraturan Kepala BPOM RI No 12 Tahun 2014 Tentang
Persyaratan Mutu Obat Tradisional, Badan Pengawas Obat dan
Makanan RI, Jakarta.
Bridson, E., Y., 2006, Oxoid manual 9th Edition, Oxoid Limited, England.
35
Buckle, KA., Edwards R.A., Fleet G.H, dan Wooton, M. (1985). Ilmu Pangan.
Terjemahan dari Bahasa Inggris oleh H. Purnomo dan Adiono.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 23-26, 49-50, 57-58.
Campbell., Reece dan Mitcheel, 2003, Biologi. Erlangga, Jakarta.
Buckle, K. A., 2008, Ilmu Pangan, UI Press, Jakarta.
Dwidjoseputro, D., 1998, Dasar-dasar Mikrobiologi 1, Djambatan, Jakarta.
Dwidjoseputro, D., 2003, Dasar-dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta.
Gruendemann, B. J., dan Fernsebner, B., 2006, Buku Ajar
Keperawatan Perioperatif. Kedokteran, EGC, Jakarta.
Fardiaz, S., 1992, Mikrobiologi Pangan 1, 557-608, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Hadioetomo, R., S., 1985, Mikrobiologi Dasar dan Praktek-teknik dan Prosedur
Dasar dalam Laboratorium, 42-46, Gramedia, Jakarta.
Hermanto dan Subroto, 2007., Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Epek Samping. PT
Elex Media Komputindo, Jakarta.
Katzung, Bertram G., 2007, Basic & Clinical Pharmacology, Tenth Edition.,
Lange Medical Publications, United States.
Lay, B. W., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, 15-22, 81-85, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Murray, P., R., 1996, Munual of linical Microbiology, 7th ed., 73, American
Society for Microbiology, Washington DC.
Pelczar, M.J and E.C.S.Chan, 2005, Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2, UI Press,
Jakarta.
Pratiwi, S. T., 2005, Pengujian Cemaran Bakteri dan Cemaran Kapang/Khamir
Pada produk Jamu Gendong di Daerah Istimewa Yogyakarta,
PHARMACON, Vol. 6, No. 1, Juni 02-15.
Pratiwi, S.T., 2008, Mikrobiologi Farmasi. 38, 135-140, 206-207, Erlangga,
Yogyakarta.
Radji, M., 2011, Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran, 127, EGC, Jakarta.
36
Sharp, S. E. and idy, S., 2006, Comparison of mannitol salt Agar and Blood agar
paltes for identification and susceptibility testing of Staphylococcus
aureus in specimen from cystic fibrosis patients. 44(12): 4545-4546,
J.Clin. Microbiol.
Soedibyo, M,. 2004, Jamu Obat Sepanjang Zaman, diakses dari
http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/m/mooryatisoedibyo/opi
ni.shtml pada tanggal 20 Desember 2015.
Soemarno, 2000, Isolasi dan identifikasi bakteri klinik, Akademi Analis
Kesehatan Yogyakarta Departemen Kesehatan RI, Yogyakarta.
Wattimena, J.R., Sugiarso, N.., Widianto, M.B., Sukandar, E.Y., A.A., Setiabudi,
1991, farmakodinamik dan Terapi Antibiotik, 184,187, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta,
L
A
M
P
I
R
A
N
38
50 mg/L
Jika penggunaan media PDA sebanyak 500 ml, maka kloramfenikol yang digunakan
= 25 mg
Pelarut
- - 0
Media - - 0
41
Lampiran 3 . Perhitungan AKK sampel jamu serbuk kunyit pada inkubasi hari
ke-3
1. Sampel jamu serbuk kunyit penjual A
= 24 x 10 = 2,4 x 102
= 26 x 10 = 2,6 x 102
Pada penjual jamu kunyit B hanya salah satu dari kedua cawan petri dari
pengenceran yang sama yaitu 10-1 menunjukkan jumlah koloni antara 40-60
buah, dihitung jumlah koloni dari kedua cawan dan dikalikan dengan faktor
pengenceran.
= 40 x 10 = 4 x 102
= 36 x 10 = 3,6 x 102
= 3 x 10 = 3 x 10
= 5 x 10 = 5 x 10
= 3 x 10 = 3 x 10
= 2 x 10 = 2 x 10
Pada penjual jamu kunyit E tidak ada pertumbuhan pada semua cawan bukan
C D
E F
Ketengan gambar
E : Kontrol Media
F : Kontrol Pelarut
45
Lampiran 5. Uji Cemaran S.aureus pada sampel jamu serbuk kunyit setelah
inkubasi
A B C
Ketengan gambar