Anda di halaman 1dari 62

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif

secara sosial dan ekonomis (UU No. 36 tahun 2009).

Puskesmas yang merupakan unit pelaksana Tehnis Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya

promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Pedoman Standar Akreditasi

Puskesmas, 2014 : 1).

Puskesmas memerlukan kinerja rekam medis yang optimal, menurut

Permenkes No. 269/MENKES/PER/III/2008 rekam medis adalah berkas

yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,

pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada

pasien. Rekam medis tidak hanya sekedar pencatatan, akan tetapi

mempunyai pengertian sebagai suatu system penyelenggaraan rekam

medis, dimana dalam penyelenggaraan sistem rekam medis dibutuhkan

tenaga ahli rekam medis yang professional.


2

Berdasarkan latar belakang diatas, maka pihak akademi melaksanakan

Praktik Kerja Lapangan mulai tanggal 7 – 25 Agustus 2017 di Puskesmas

Tiron Kabupaten Kediri.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui penyelenggaraan rekam medis di Puskesmas Tiron

Kabupaten Kediri.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui alur dan prosedur penerimaan pasien rawat jalan di

Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri.

b. Mengetahui sistem penamaan dan penomoran pasien di Pukesmas

Tiron Kabupaten Kediri.

c. Mengetahui sistem penjajaran dan penyimpanan berkas rekam medis

di Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri.

d. Mengetahui evaluasi dan analisa format formulir rawat jalan di

Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri.

e. Menghitung sumber daya manusia rekam medis di Puskesmas Tiron

Kabupaten Kediri.

f. Mengetahui jumlah kunjungan pasien rawat jalan di Puskesmas

Tiron Kabupaten Kediri.

g. Mengetahui dan melaksanakan kodefikasi penyakit rawat jalan dan

tata cara pengkodean penyakit di Puskesmas Tiron Kabupaten

Kediri.
3

h. Mengetahui aspek pelepasan informed consent di Puskesmas Tiron

Kabupaten Kediri.

i. Mengetahui dan melaksanakan komputerisasi di Puskesmas Tiron

Kabupaten Kediri.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana alur dan prosedur penerimaan pasien rawat jalan di

Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri ?

2. Bagaimana sistem penamaan dan penomoran pasien di Pukesmas

Tiron Kabupaten Kediri ?

3. Bagaimana sistem penjajaran dan penyimpanan berkas rekam medis di

Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri ?

4. Bagaimana format formulir rawat jalan di Puskesmas Tiron Kabupaten

Kediri ?

5. Bagaimana perhitungan sumber daya manusia rekam medis di

Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri ?

6. Berapakah jumlah kunjungan pasien rawat jalan di Puskesmas Tiron

Kabupaten Kediri ?

7. Bagaimana kodefikasi penyakit rawat jalan dan tata cara pengkodean

di Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri ?

8. Bagaimana pelepasan informed consent di Puskesmas Tiron

Kabupaten Kediri ?

9. Bagaimana sistem komputerisasi rekam medis di Puskesmas Tiron

Kabupaten Kediri ?
4

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa

a. Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang selama ini diterima pada

waktu kuliah tentang rekam medis dan membandingkan dengan

kenyataan di lapangan.

b. Menambah pemahaman, pengetahuan dan pengalaman dibidang

rekam medis.

2. Bagi Institusi

a. Sebagai bahan referensi di perpustakaan Institut Ilmu Kesehatan

Bhakti Wiyata Kediri.

b. Sebagai bahan masukan dan evaluasi belajar dalam peningkatan mutu

pendidikan khususnya di prodi D3 Rekam Medis Informasi

Kesehatan.

c. Sebagai masukan untuk penelitian di masa yang akan datang.

3. Bagi Puskesmas

a. Mengetahui sejauh mana pelaksanaan rekam medis di Puskesmas

berdasarkan hasil analisis dari mahasiswa.

b. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan terhadap evaluasi

pelaksanaan kegiatan di Puskesmas guna meningkatkan mutu

Puskesmas khususnya rekam medis.

.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Puskesmas

1. Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya

(Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014).

Puskesmas merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas kesehatan

kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Kepmenkes RI No.

128/Menkes/SK/II/2004).

2. Fungsi Puskesmas

Fungsi Puskesmas Menurut Kepmenkes RI No.

128/Menkes/SK/II/ 2004 Puskesmas memiliki yaitu:

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau

penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh

masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga

berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di


6

samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak

kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di

wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya

yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan

kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan

penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

b. Pusat pemberdayaan masyarakat.

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka

masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha

memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri

sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam

memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya,

serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau

pelaksanaan program kesehatan.Pemberdayaan perorangan,

keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan denganmemperhatikan

kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan

kesehatan tingkat pertamasecara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi:

1) Pelayanan kesehatan perorangan


7

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan

yang bersifat pribadi (privategoods) dengan tujuan utama

menyembuhkan penyakit dan pemulihan

kesehatanperorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan

kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan

tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas

tertentuditambah dengan rawat inap.

2) Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan

yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama

memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah

penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan

pemulihan kesehatan.

B. Rekam Medis

1. Pengertian Rekam Medis

Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen

tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan

pelayanan lain kepada pasien (Permenkes RI No.269 tahun 2008 pasal 1

ayat (1) ).

2. Fungsi Rekam Medis

Fungsi utama rekam medis adalah untuk menyimpan data dan

informasi pelayanan pasien (Hatta, 2008 : 85).


8

3. Tujuan Rekam Medis

Tujuan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain :

1. Aspek Administrasi

Di dalam berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi,

karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan

tanggung jawab sebagai tenaga medis dan paramedik dalam

mencapai tujuan pelayanan kesehatan.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi khususnya dalam bidang teknologi informasi yang

sudah memasuki bidang kesehatan, maka penggunaannya di

dalam rekam medis saat ini sangat diperlukan karena kita melihat

proses pengobatan dan tindakan yang diberikan atas diri seorang

pasien dapat diakses secara langsung oleh bagian yang

berwenang atas pemeriksaan tersebut.

Kemudian pengolahan data-data medis secara komputerisasi

juga akan memudahkan semua pihak yang berwenang dalam hal

ini petugas administrasi disuatu instansi pelayanan kesehatan

dapat segera mengetahui rincian biaya yang harus dikeluarkan

oleh pasien selama pasien yang manjalani pengobatan di rumah

sakit.

2. Aspek Medis

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis, karena

catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan


9

pengobatan/perawatan yang diberikan kepada seorang pasien dan

dalam rangka mempertahankan serta meningkatkan mutu

pelayanan melaui kegiatan audit medis, manajemen risiko klinis

serta keamanan/keselamatan pasien dan kendali biaya.

3. Aspek Hukum

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena

isinya menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum

atas dasar keadilan, dalam rangka usaha menegakkan hukum

serta penyediaan bahan sebagai tanda bukti untuk menegakkan

keadilan, rekam medis adalah milik dokter dan rumah sakit

sedangkan isinya yang terdiri dari identitas pasien, pemeriksaan,

pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan

kepada pasien adalah sebagai informasi yang dapat dimiliki oleh

pasien sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang

berlaku (UU Praktik Kedokteran RI No. 29 Tahun 2004 Pasal 46

ayat (1), penjelasan).

4. Aspek Keuangan

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena

isinya mengandung data atau informasi yang dapat dipergunakan

sebagai aspek keuangan. Kaitannya rekam medis dengan aspek

keuangan sangat erat sekali dalam hal pengobatan, terapi serta

tindakan-tindakan apa saja yang diberikan kepada seorang pasien

selama menjalani perawatan di rumah sakit, oleh karena itu


10

penggunaan sistem teknologi komputer didalam proses

penyelenggaraan rekam medis sangat diharapkan sekali untuk

diterapkan pada setiap instansi pelayanan kesehatan.

5. Aspek Penelitian

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian karena

isinya menyangkut data dan informasi yang dapat dipergunakan

sebagai aspek pendukung penelitian dan pengembangan ilmu

pengetahuan bidang kesehatan.

6. Aspek Pendidikan

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan,

karena isinya menyangkut data dan informasi tentang

perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medis yang

diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat dipergunakan

sebagai bahan atau referensi pengajaran profesi pendidikan

kesehatan.

7. Aspek Dokumentasi

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi,

karena isinya menyangkut sumber ingatan yang harus

didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggung

jawaban dan laporan rumah sakit. Perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi informasi dapat diaplikasikan

penerapannya didalam penyelenggaraan dan pengelolaan rekam

medis yang cukup efektif dan efisien. Pendokumentasian data


11

medis seorang pasien dapat dilaksanakan dengan mudah dan

efektif sesuai aturan serta prosedur yang telah diterapkan (Depkes

RI, 2006 : 13-15).

C. Manajemen Informasi Kesehatan (MIK)

Manajemen Informasi Kesehatan (MIK) berusaha mengidentifikasi

peningkatan berbagai fungsi operasional secara kritis dalam mengelola

suatu unit kerja dan proses pelayanan kesehatan. Teknik-teknik yang

digunakan dalam proses penyimpanan dan pemeliharaan rekam kesehatan

termasuk indeks dan register. Untuk menerapkan proses pelayanan rekam

kesehatan diperlukan kebijakan dan prosedur yang dijalankan serta

memahami kepentingan organisasi dalam proses kebutuhan anggaran

(Hatta, 2013 : 328).

Fungsi MIK adalah sebagai pusat informasi. Hal ini mencakup

kualitas informasi, keamanan, dan kesediaan data. Informasi yang

disimpan dapat berbentuk kertas berbeda sekali dengan penyimpanan

dalam bentuk rekam kesehatan elektronik (Hatta, 2013 : 329).

1. Sistem Rekam Medis

a. Sistem Penamaan

Sistem penamaan pada dasarnya untuk memberikan

identitas kepada seorang pasien untuk membedakan antara pasien

satu dengan yang lainnya, sehingga mempermudah/memperlancar

didalam memberikan pelayanan rekam medis kepada pasien yang

datang berobat ke rumah sakit. Prinsip utama yang harus ditaati


12

oleh petugas adalah, nama pasien harus lengkap, minimal dua suku

kata (Depkes RI, 1997:12).

b. Sistem Penomoran

Hampir semua pasien pelayanan kesehatan disimpan

menurut nomor, yaitu nomor pasien masuk (admission number).

Dahulu berbagai rumah sakit menyimpan rekam medis berdasarkan

nama pasien, nomor keluar atau kode diagnosa. Penyimpanan

secara alphabetis menurut nama - nama pasien lebih sulit dan

memungkinkan terjadinya kesalahan dibandingkan dengan

penyimpanan berdasarkan nomor. Penggunaan nomor keluar

(discharge number) dan nomor kode diagnosa (diagnosa code

number), umumnya ternyata tidak memuaskan karena rekam medis

lain-lain/register sangat memerlukan nomor pasien masuk

(admission number) (Depkes RI, 1997:16-17).

Ada tiga macam sistem pemberian nomor pasien masuk

(admission numbering sistem) yang umumnya dipakai yaitu :

1) Sistem Nomor Cara Seri (Serial Numbering Sistem)

Istilah yang biasa digunakan adalah “serial numbering

sistem” dengan sistem ini penderita mendapat nomor baru

setiap kunjungan kerumah sakit. Jika pasien tersebut

berkunjung sebanyak tiga kali maka dia mendapatkan tiga

nomor yang berbeda. Semua nomor yang telah diberikan

kepada penderita tersebut harus dicatat pada “kartu indeks


13

utama pasien” yang bersangkutan. Sedang rekam medisnya

disimpan diberbagai tempat sesuai nomor yang telah

diperolehnya (Depkes RI, 1997:17).

2) Sistem Nomor Cara Unit (Unit Numbering Sistem)

Istilah yang biasa digunakan adalah “unit numbering

sistem” berbeda dengan sistem seri, sistem ini memberikan

satu unit rekam medis baik kepada pasien berobat jalan

maupun pasien untuk dirawat inap. Pada saat seseorang

penderita berkunjung pertama kali ke rumah sakit/pelayanan

kesehatan lain apakah sebagai penderita berobat jalan atau

dirawat inap, maka akan diberikan satu nomor (admitting

number) yang akan dipakai selamanya untuk kunjungan

seterusnya, sehingga rekam medis penderita tersebut hanya

tersimpan didalam berkas dibawah satu nomor (Depkes RI,

1997 : 17).

3) Sistem Nomor Cara Seri Unit (Serial Seri Unit

NumberingSistem)

Istilah yang biasa digunakan adalah “Serial Unit

Numbering Sistem” sistem nomor ini merupakan sistematis

antara sistem seri dan sistem unit. Setiap pasien yang

berkunjung ke rumah sakit/pelayanan kesehatan lain diberikan

satu nomor baru, tetapi rekam medisnya terdahulu

digabungkan dan disimpan dibawah nomor yang paling baru.


14

Dengan cara ini terciptalah satu unit rekam medis. Apabila satu

rekam medis lama diambil dan dipindahkan tempatnya ke

nomor yang baru, ditempat yang lama tersebut harus diberi

tanda petunjuk (out guide) yang menunjukan kemana rekam

medis tersebut telah dipindahkan. Tanda petunjuk tersebut

diletakan menggantikan tempat rekam medis yang lama.Hal ini

sangat membantu ketertiban sistem penyimpanan rekam medis.

Sistem pemberian nomor dianjurkan memilih salah satu sistem

yang umum dipakai yaitu “Sistem Penomoran Unit” (Unit

Numbering Sistem) (Depkes RI , 1997:17).

Sistem nomor manapun yang dipakai, setiap rekam

medis baru harus mendapat nomor yang diurut secara

kronologis dan nomor tersebut digunakan oleh seluruh unit

atau bagian di rumah sakit/pelayanan kesehatan yang

bersangkutan.

2. Prosedur Rekam Medis

a. Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan

Pelayanan rawat jalan adalah pelayanan yang diberikan kepada

pasien yang tidak mendapatkan pelayanan rawat inap di fasilitas

pelayanan kesehatan. Kegiatan di tempat penerimaan pasien tertulis

dalam prosedur penerimaan pasien, sebaliknya prosedur diletakkan

di tempat yang mudah dibaca oleh petugas penerimaan pasien. Hal

ini dilakukan untuk mengontrol pekerjaan yang telah dilakukan


15

sehingga pekerjaan yang dilakukan dapat konsisten dan sesuai

aturan. Prosedur merupakan serangkaian langkah yang saling

berhubungan sebagai pedoman pekerjaan sehingga mencapai tujuan

yang telah ditentukan.

b. Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Inap

Penerimaan pasien rawat inap adalah penerimaan pasien untuk

mendapatkan pelayanan lanjutan setelah mendapatkan surat

pengantar dirawat dari pihak yang berwenang. Dalam hal ini pihak

yang member surat pengantar adalah dokter dari klinik atau

pelayanan rawat darurat di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut

bukan dari fasilitas pelayanan kesehatan yang lain.

c. Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Darurat

Pasien rawat darurat merupakan pasien yang datang ke tempat

penerimaan pasien gawat darurat yang buka selama 24 jam

pelayanan, di sini pasien ditolong terlebih dahulu kemudian

menyelesaikan administrasinya. Pasien yang diterima di pelayanan

rawat darurat berasal dari rujukan fasilitas pelayanan kesehatan

atau pasien datang sendiri. Pasien rujukan adalah pasien yang

dikirim atau diambil dari fasilitas pelayanan kesehatan yang lain

untuk dirawat di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut dengan

disertai surat permintaan merawat dari fasilitas pelayanan

kesehatan yang meminta merujuk pasien. Sedangkan yang

dimaksud pasien datang sendiri adalah pasien yang datang ke


16

fasilitas pelayanan kesehatan tanpa adanya surat pengantar dari

fasilitas pelayanan kesehatan yang lain (Budi, 2011 : 36-37).

3. Proses Pengolahan Rekam Medis

a. Penataan Berkas Rekam Medis (Assembling)

Assembling berarti merakit, tetapi untuk kegiatan assembling

berkas rekam medis di fasilitas pelayanan kesehatan tidaklah hanya

sekedar merakit atau mengururt satu halaman ke halaman yang lain

seduai dengan aturan yang berlaku. Pengurutan halaman ini

dimulai dari berkas rekam medis rawat darurat, rawat jalan dan

rawat inap. Pergantian pada masing-masing pelayanan akan

diberikan kertas pembatas yang menonjol sehingga dapat

mempermudah pencarian formulir dalam berkas rekam medis.

Kegiatan assembling termasuk juga mengecek kelengkapan

pengisian berkas rekam medis dan formulir yang harus ada pada

berkas rekam medis. Untuk kegiatan pengecekan kelengkapan

pengisisan ini termasuk bagian kecil analisa kuantitatif (Budi, 2011

: 73-74).

b. Pengindeksan (Indexing)

Indexing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang

sudah dibuat ke dalam indeks-indeks (dapat membuat kartu indeks

atau komputerisasi). Jenis indeks yang biasa dipakai antara lain :

1) Indeks pasien

2) Indeks penyakit (diagnosa) dan tindakan (operasi)


17

3) Indeks obat-obatan

4) Indeks dokter

5) Indeks kematian

6) Dan lain-lain (Depkes RI, 2006 : 61).

c. Penyimpanan Rekam Medis

Berkas rekam medis bersi data individu yang bersifat rahasia,

maka setiap lembar formulir berkas rekam medis harus dilindungi

dengan cara dimasukkan ke dalam folder atau map sehingga setiap

folder berisi data dan informasi hasil pelayanan yang diperoleh

pasien secara individu (bukan kelompok atau keluarga). Untuk

perlakuan penyimpanan berkas rekam medis berbeda dengan

penyimpanan folder atau map perkantoran. Pada berkas rekam

medis memiliki “lidah” yang digunakan utnuk menulis nomor

rekam medis dan menempelkan kode warnanya. Ketika folder

disimpan, “lidah” tersebut ditonjolkan keluar sehingga akan

tampak nomor rekam medis kode warna diantara beberapa berkas

rekam medis.

Ditinjau dari lokasi penyimpanan berkas rekam medis,

maka cara penyimpanannya dibagi menjadi dua cara yaitu :

1) Sentralisasi

Sistem penyimpanan berkas rekam medis secara sentral

yaitu suatu sistem penyimpanan dengan cara menyatukan


18

berkas rekam medis pasien rawat jalan, rawat darurat, dan

rawat inap ke dalam satu folder tempat penyimpanan.

2) Desentralisasi

Sistem penyimpanan berkas rekam medis secara

desenttralisasi yaitu sistempenyimpanan berkas rekam medis

dengan memisahkan berkas rekam medis rawat jalan, rawat

darurat dan rawat inap pada tersendiri dan atau ruang atau

tempat tersendiri (Budi, 2011 : 93-94).

d. Sistem Penjajaran

1) Straight Numerical Filing (SNF)

Dikenal dengan sistem penjajaran dengan nomor

langsung yaitu suatu penyimpanan berkas rekam medis dengan

menjajarkan berkas rekam medis dengan urutan nomor rekam

medisnya secara langsung pada rak penyimpanan.

2) Middle Digit Filing (MDF)

Merupakan sistem penyimpanan berkas rekam medis

berdasarkan numeric dengan urutan sistem angka tengah.

Sistem ini menyimpan berkas rekam medis dengan

mensejajarkan berkas rekam medis berdasarkan urutan nomor

rekam medis pada 2 angka kelompok tengah. Dalam hal ini

angka yang terletak di tengah-tengah menjadi angka pertama,

pasangan angka yang terletak paling kiri menjadi angka kedua,

dan kelompok angka paling kanan menjadi angka ketiga.


19

3) Terminal Digit Filing (TDF)

Merupakan sistem penyimpanan berkas rekam medis

dengan sistem angka akhir. Pada sistem ini, penjajaran berkas

rekam medis di rak filing dengan menjajarkan berkas rekam

medis berdasarkan urutan nomor rekam medis kelompok akhir.

Artinya, 2 angka pada kelompok akhir ini dijadikan sebagai

kunci penyimpanan berkas rekam medisnya (Budi, 2011 : 96-

99).

e. Pengambilan Dokumen Rekam Medis

Permintaan-permintaan yang rutin terhadap rekam medis yang

datang dari poliklinik, dari dokter yang melakukan riset, harus

ditujukan ke bagian rekam medis setiap hari pada jam yang telah

ditentukan.

Poliklinik yang meminta rekam medis untuk melayani perjanjian

yang datang pada hari tertentu bertugas membuat (mengisi) “Kartu

Peminjaman Rekam Medis”. Petugas harus menulis dengan benar dan

jelas nama penderita dan nomor rekam medisnya. Untuk permintaan-

permintaan langsung dari dokter dan bagian administrasi, surat

permintaan dapat diisi langsung oleh petugas bagian rekam medisnya

sendiri (Depkes RI, 1997 : 91).

f. Penyusutan dan Pemusnahan

1) Penyusutan
20

Penyusutan berkas rekam medis adalah suatu kegiatan

pengurangan arsip dari rak penyimpana dengan cara :

a) Memindahkan arsip rekam medis inaktif dari rak aktif ke rak

inaktif dengan cara memilah pada rak penyimpanan sesuai

dengan tahun kunjungan.

b) Memikrofilmisasi berkas rekam medis inaktif sesuai

ketentuan yang berlaku.

c) Memusnahakan berkas rekam medis yang telah dimikrofilm

dengan cara tertentu sesuai ketentuan.

d) Membuat berita acara, pemindahan dan pelaksanaan

pemusnahan arsip dilakukan setelah mendapatkan

persetujuan pempinan untuk kerja (Depkes RI, 1997: 39).

2) Pemusnahan

Pemusnahan berkas rekam medis dapat dilakukan dengan

mengikuti tahapan yang telah ditentukan. Pembusnahan arsip

dapat dilakukan dengan langkah :

a) Seleksi, untuk memastikan arsip-arsip yang akan

dimusnahkan.

b) Pembuatan daftar jenis arsip yang akan dimusnahkan (daftar

pertelaan).

c) Pembuatan berita acara pemusnahan arsip.

d) Pelaksanaan pemusnaha dengan saksi-saksi.

Pemusnahan arsip dapat dilakukan dengan cara :


21

a) Pembakaran, pembakaran merupakan cara paling dikenal

untuk memusnahkan arsip. Akan tetapi dengan cara seperti

ini, dianggap kurang aman, karena terkadang masih ada

dokumen yang belum terbakar, atau masih dapat dikenali.

b) Pencacahan, cara pencacahan dokumen ini menggunakan alat

pencacah baik manual maupun mesin penghancur (paper

shredder). Dengan menggunakan mesin pencacah kertas,

dokumen akan terpotong-potong sehingga tidak bisa dikenali

lagi.

c) Proses kimiawi, merupakan pemusnahan dokumen dengan

menggunakan bahan kimia guna melunakkan kertas dan

melenyapkan tulisan.

d) Pembuburan atau pulping, dokumen yang akan dimusnahkan

dicampur dengan air kemudian dicacah dan disaring yang

akan menghasilkan lapisan bubur kertas (Budi, 2011 : 108-

109).

4. Desain Formulir Rekam Medis

a. Definisi dan Kegunaan

1) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia formulir adalah lembar

isian atau surat isian yang telah diisi harus diserahkan kepada

bagian pendaftaran.

2) Kegunaan formulir:

a) Menstandarkan informasi.
22

b) Menyederhanakan pengumpulan dan pembagian data.

b. Aturan – aturan dasar desain formulir

Menurut Huffman RRA, 1999 aturan-aturan dasar desain formulir

yaitu :

1) Pelajari tujuan dan pemakaian formulir dan buatlah rancangan

dengan memikirkan penguna.

2) Rancanglah formulir sesederhana mungkin; hilangkan data atau

informasi yang tidak diperlukan.

3) Gunakan terminologi standar untuk semua elemen data, atau

gunakan definisi-definisi; beri label semua informasi.

4) Kalau perlu masukkan pedoman untuk menjamin agar

pengumpulan dan interprestasi data konsisten.

5) Atur urutan item-item data secara logis, sehubungan dengan

dokumen sumbernya atau dengan urutan perolehannya; sajikan

informasi dengan cara yang dapat menangkap perhatian

pembaca.

c. Pertimbangan khusus pada desain formulir

Pertimbangan tersebut meliputi : Heading (judul & informasi

lain), Introduction, Instruction, Body, dan Close (Huffman, 1994).


23

d. Pertimbangan khusus pada konstruksi formulir

Pertimbangan tersebut meliputi : Creating the Master,

Phisical Building of Form, Ink, Paper, Carbonizing,

danDuplicating Methods (Huffman, 1994.)

e. Prinsip desain formulir

Menurut Ahima, 2002 prinsip desain formulir yaitu :

1) Formulir harus mudah diisi/dilengkapi.

2) Tercantum instruksi pengisian dan penggunaan formulir

tersebut.

3) Pada formulir harus terdapat heading yang mencakup judul dan

tujuan secara jelas.

4) Nama dan alamat sarana pelayanan kesehatan (RS) harus

tercantum pada setiap halaman formulir.

5) Nama, nomor RM dan informasi lain tentang pasien seharusnya

tercantum pada setiap halaman formulir. (bar coding)

6) Bar coding juga mencakup indeks formulir.

7) Nomor dan tanggal revisi formulir dicantumkan agar dapat

dipastikan penggunaan formulir terkini.

8) Mengurangi penggunaan formulir yang tidak terpakai lagi

(outdated).

9) Layout formulir secara fisik harus logis.

10) Data pribadi dan alamat serta informasi lain yang terkait satu

dengan yang lainnya dikelompokkan menjadi satu kesatuan.


24

11) Seleksi jenis huruf yang terstandar. Beberapa pakar

menyarankan semua dengan huruf kapital.

12) Margin (batas tepi) disediakan yang cukup untuk kepentingan

hole punches.

13) Garis digunakan untuk memudahkan entri data dan memisahkan

area pada formulir.

14) Shading digunakan untuk memisahkan dan penekanan area-area

formulir.

15) Check boxes digunakan untuk menyediakan ruang pengumpulan

data.

B. Manajemen Unit Kesehatan (MUK)

Menurut keputssan Menteri Kesehatan RI nomor

81/Menkes/SK/I/2004, WISN adalah suatu metode perhitngan kebutuhan

SDM berdasarkan pada beban kerja pekerjaan nyata.

Standar beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus

diselesaikan oleh tenaga kesehatan profesinal dalam satu tahun dalam satu

sarana pelayanan kesehatan (DepKes, 2004).

Beban kerja dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan staf pada

waktu kerja baik kegiatan langsung, tidak langsung, dan kegiatan lain

seperti kegiatan pribadi ddan kegiatan tidak produktif (Ilyas, 2011).

Tujuan WISN adalah untuk memperbaiki susunan kepegawaian

fasilitas kesehatan. Menurut EPOS Health Management 2009, berikut ini

langkah-langkah menghitung metodologi WISN :


25

1. Memilih Kategori Staf Untuk Pengembangan WISN

Metodologi WISN dapat digunakan untuk menghitung susunan

kepegawaian yang dibutuhkan bagi seluruh kategori staf semua jenis

fasilitas kesehatan.

2. Menghitung waktu kerja tersedia

Langkah berikutnya dalam metodologi WISN adalah menentukan

banyaknya waktu yang dimiliki seorang tenaga kesehatan dalam suatu

kategori staf tertentu untuk melaksanakan tugasnya. Tenaga kesehatan

tidak bekerja setiap hari mereka berhak atas cuti tahunan serta libur

nasional. Mereka juga mungkin sakit atau memiliki alasan pribadi

sehingga tidak berkerja selama beberapa hari kerja. Bagian ini tersedia

dapat dinyatakan sebagai hari atau jam dalam setahun. Keduanya

dibutuhkan pada perhitungan selanjutnya.

Untuk menghitung WKT, jumlahkan semua hari-hari

ketidakhadiran karena berbagai alasan lalu kurangkan jumlah tersebut

dari keseluruhan hari kerja yang mungkin dalam setahun.

WKT = K - ( L+ M + P )

Keterangan :

WKT : Waktu Kerja Tersedia

K : Jumlah hari kerja yang mungkin dalam setahun

L : Jumlah hari libur Nasional dalam setahun

M : Jumlah hari cuti tahunan (termasuk cuti bersama)

dalam setahun
26

P : Jumlah hari tidak masuk karena sakit, pelatihan atau

alasan lainnya dalam setahun

Anda telah menghitung waktu kerja tersedia(WKT) dalam hari

kerja per tahun menurut rumus diatas. Selanjutnya anda perlu

mengubahnya menjadi jam kerja per tahun. Rumus untuk itu adalah

sebagai berikut.

WKT = [K – ( L+M+P)] x R

Keterangan :

R : Jumlah jam kerja dalam sehari

3. Menetapkan Komponen Beban Kerja

a. Kegiatan pelayanan utama

b. Kegiatan penunjang penting

c. Kegiatan tambahan

4. Menetapkan Standar Kegiatan

a. Standar Pelayanan

b. Standar Kelonggaran

5. Menyusun Beban Kerja Standar

a. Kegiatan Pelayanan utama dan perhitungan beban kerja standar

6. Menghitung Faktor – Faktor Kelonggaran

a. faktor kelonggaran kategori (FKK)

b. faktor kelonggaran individu (FKI )

7. Menentukan Kebutuhan Staf Berdasarkan WISN (EPOS Health

Management, 2009).
27

C. SISTEM INFORMASI KESEHATAN (SIK)

Suatu sistem informasi terrdiri dari data, manusia, proses serta

kombinasi dari perangkat keras, peangkat lunak, dan teknologi komusikasi

atau dikenal dengan teknologi informasi. Pengguna sistem informasi

terlibat dalam 3 tahap yaitu memasukkan data pemosesan data dan

pengeluaran informan. Tahap pemasukan data menggunakan formulir data

atau lembar data yang bisa jadi belum memiliki arti. Sistem kemudian

akan mengolah data ini menjadi informasi yang lebih berarti

(Hatta,2008:284).

1. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Tingkat Puskesmas (SP2TP)

a. Pengertian SP2TP

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas adalah

kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan

upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang ditetapkan melalui SK

MENKES/SK/II/1981. Data SP2PT berupa Umum dan demografi,

Ketenagaan, Sarana, Kegiatan pokok Puskesmas.

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)

merupakan kegiatan pencatatan dan pelaporan puskesmas secara

menyeluruh (terpadu) dengan konsep wilayah kerja puskesmas

(Yusran, 2008).

Sistem pelaporan ini ini diharapkan mampu memberikan informasi

baik bagi puskesmas maupun untuk jenjang administrasi yang lebih

tinggi, guna mendukung manajemen kesehatan (Tiara, 2011).


28

b. Tujuan SP2TP

Menurut Ahmad, 2005 Tujuan Sistem Informasi Manajemen di

Puskesmas adalah untuk meningkatkan kualitas manajemen

Puskesmas secara lebih berhasil guna dan berdaya guna, melalui

pemanfaatan secara optimal data SP2TP dan informasi lain yang

menunjang. Tujuan dimaksud dapat terwujud apabila :

1) Data SP2TP dan data lainnya diolah disajikan dan

diinterprestasikan sesuai dengan petunjuk Pengolahan dan

Pemanfaatan data SP2TP

2) Pengolahan, analisis, interprestasi dan penyajian dilakukan oleh

para penanggung jawab masing-masing kegiatan di Puskesmas dan

mengelola program disemua jenjang administrasi.

3) Informasi yang diperoleh dari pengolahan dan interprestasi data

SP2TP dan sumber lainnya dapat bersifat kualitatif (seperti

meningkat, menurun, dan tidak ada perubahan) dan bersifat

kuantitatif dalam bentuk angka seperti jumlah, persentase dan

sebagainya.

c. Pelaporan SP2TP

Pelaporan terpadu Puskesmas menggunakan tahun kalender yaitu

dari bulan Januari sampai dengan Desember dalam tahun yang sama.

Adapun formulir Laporan yang digunakan untuk kegiatan SP2TP

adalah: 1) Laporan bulanan, yang mencakup: Data Kedakitan (LB.1),

Data Obat-Obatan (LB.2), Gizi, KIA, Imunisasi dan Pengamatan


29

Penyakit menular (LB.3) serta Data Kegiatan Puskesmas (LB.4); 2)

laporan Sentinel, yang mencakup: Laporan Bulanan Sentinel (LB1S)

dan, Laporan Bulanan Sentinel (LB2S); 3) Laporan Tahunan, yang

mencakup: Data dasar Puskesmas (LT-1), Data Kepegawaian (LT-2)

dan, Data Peralatan (LT-3). Laporan Bulanan (LB) dilakukan setiap

bulan dan baling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dikirim ke Dinas

Kesehatan Dati II. Laporan bulanan sentinel LB1S dan LB2S setiap

tanggal 10 bulan berikutnya dikirim ke Dinas Kesehatan Dati II, Dati I

dan Pusat (untuk LB1S ke Ditjen PPM dan LB2S ke Ditjen

Binkesmas), sedangkan Laporan Tahunan (LT) dikirim selambat-

lambatnya tanggal 31 januari tahun berikutnya. Khusus untuk laporan

LT-2 (data Kepegawaian) hanya di isi bagi pegawai yang baru/belum

mengisi formulir data Kepegawaian (Ahmad, 2005).

d. Pencatatan

Kegiatan pokok puskesmas baik yang dilakukan di dalam gedung

maupun di luar gedung puskesmas, puskesmas tempat tidur dan

puskesmas pembantu serta bidan di desa harus dicatat. Dengan

demikian perlu adanya mekanisme pencatatan yang baik, formulir

yang cukup serta cara pengisian yang benar dan teliti.

e. Pelaporan

Pelaporan terpadu Puskesmas menggunakan tahun kalender yaitu

dari bulan Januari sampai dengan Desember dalam tahun yang sama.

Sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Kesehatan


30

Masyarakat No. 590/BM/DJ/Info/V/96 diberlakukan formulir

laporan yang baru. Sedangkan untuk kebutuhan Dati II dan Dati I

diberikan kesempatan mengembangkan variabel laporan sesuai

dengan kebutuhan, dengan memperhatikan kemampuan/ beban kerja

petugas di Puskesmas.

1) Formulir Laporan :

a) Laporan dari Puskesmas ke Dati II.

2) Laporan Bulanan

a) Data Kesakitan (LB.1)

b) Data obat-obatan (LB.2)

c) Gizi, Kia, Imunisasi dan Pengamatan Penyakit Menular (LB.3)

d) Data Kegiatan Puskesmas (LB.4)

Kegiatan Puskesmas meliputi : Kunjungan Puskesmas,

Rawat Tinggal Perawatan Kesehatan Masyarakat, Pelayanan

Medik Dasar Kesehatan Gigi, Pelayanan JPKM, Kesehatan

Sekolah, Kesehatan Olah Raga, PKM, Kesehatan Lingkungan

dan Laboratorium.

3) Laporan Sentinel

Bentuk dari laporan sentinel adalah :

a) Laporan bulanan Sentinel (LB 1 S)

Laporan ini memuat data penderita penyakit yang dapat

dicegah dengan munisasi (PD3I), penyakit infeksi saluran

pernafasan akut (ISPA) dan diare, menurut umur dan status


31

imunisasi. Puskesmas yang membuat LB1S adalah Puskesmas

yang ditunjuk (1 Puskesmas dari tiap Dati II) dengan periode

laporan bulanan serta dilaporkan ke Dinas Kesehatan Dati II,

Dinas Kesehatan Dati I dan Pusat (Ditjen, PPM & PLP).

b) Laporan bulanan Sentinel (LB2S)

Laporan ini memuat data KIA, Gizi, Tetanus Neonatonum

dan penyakit akibat kerja. Hanya Puskesmas dengan ruang

rawat inap (Puskesmas RRI) yang membuat LB2S dan periode

laporan bulanan serta dilaporkan ke DinKes Dati II, DinKes

Dati I dan Pusat (Ditjen Binkesmas) ( Departemen Kesehatan

Ri Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat,

1997 : 13).

4) Laporan Tahunan

Laporan ini mencangkup :

a) Data Dasar Puskesmas (LT-1)

b) Data Kepegawaian (LT-2)

c) Data Peralatan (LT-3)

D. Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit dan Masalah Terkait Kesehatan

serta Tindakan (KKPMT)

1. Pengertian KKPMT

Sistem Klasifikasi penyakit adalah sistem yang mengelompokan

penyakit-penyakit dan prosedur-prosedur yang sejenis kedalam satu grup

nomor kode penyakit dan tindakan yang sejenis.International Statistical


32

Clasification of Disease and Related Health Problem (ICD) dari WHO

adalah sistem klasifikasi yang komprahensif dan diakui oleh

Internasional. Sesuai peraturan Depkes, sistem klasifikasi yang harus

digunakan sejak tahun 1996 ampai saat ini adalah ICD 10 dari WHO

(Klasifikasi Statistik Internasional mengenai Penyakit dan Masalah yang

berhubungan dengan kesehaan, Revisi ke sepuluh).

2. Tujuan kode klasifikasi penyakit oleh WHO (World Health

Organization) adalah :

a. Memperoleh rekaman statistik dan masalah terkait kesehatan

sistematik.

b. Nilai statistik yang dihasilkan mampu digunakan untuk analisis,

interpretasi serta komparasi data morbiditas dan mortalitas dari

negara-negara yang berbeda.

c. Menterjemahkan istilah diagnosa penyakit dan masalah terkait serta

tindakan medis.

d. Memudahkan proses pencatatan, pengumpulan,peyimpanan dan

pengambilan kembali data diagnosis yang tersedia.

Penetapan diagnosis seorang pasien merupakan kewajiban, hak

dan tanggung jawab dokter (tenaga medis) yang terkait tidak boleh

diubah karena diagnosis yang ada dalam rekam medis harus diisi dengan

lengkap dan jelas sesuai dengan arahan yang ada pada buku ICD-

10.Tenaga medis sebagai seorang pemberi kode bertanggung jawab atas

keakuratan kode dari suatu diagnosis yang sudah ditetapkan oleh tenaga
33

medis.Hal ini seperti dijelaskan pasal 3 dan 4 Permenkes RI No.

269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis.

Untuk lebih meningkatkan informasi dalam rekam medis, petugas

rekam medis harus membuat kode sesuai dengan klasifikasi yang tepat.

Disamping kode penyakit, berbagai tindakan lain juga harus diberi kode

sesuai dengan klasifikasi masing-masing dengan menggunakan yaitu

ICD-10 dan ICD 9 CM (Depkes RI, 2006: 59-60)

3. Cara mencari kode penyakit yang benar sesuai peraturan buku

ICD-10

a. Baca instruction manual (ICD-10 Volume 2).

b. Tentukan lead term (nama diagnosa penyakit).

c. Cari kode yang cocok di indek daftar alphabet (ICD-10 Volume 3).

d. Baca note dan keterangan atau perintah lain yang berpengaruh.

e. Tentukan code, dan control kembali dengan yang ada di daftar

tabulasi (ICD-10 Volume 1).

f. Baca note, excludes, includes dan subdivisions.

g. Teliti kembali dengan yang terdokumentasi di rekam medis

h. Pilih kode terakhir.

E. HUKUM KESEHATAN DAN ETIKA PROFESI

1. Pengertian Hukum Kesehatan

Hukum Kesehatan menurut Anggaran Dasar Perhimpunan

Hukum Kesehatan Indonesia (PERHUKI), adalah semua ketentuan

hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan/ pelayanan


34

kesehatan dan penerapan hak dan kewajiban baik bagi perseorangan

maupun segenap lapisan masyarakat, baik sebagai penerima pelayanan

kesehatan maupun sebagai pihak penyelenggara kesehatan dalam segala

aspek, organisasi, sarana, pedoman standar pelayanan medik, ilmu

pengetahuan kesehatan dan hukum, serta sumber – sumber hukum lain

(Hanafiah, 2012: 5).

2. Fungsi Hukum Kesehatan

Hukum pidana mempunyai dua segi perlindungan hukum yaitu

segi pertama (segi primer) untuk melindungi masyarakat/ individu dari

gangguan kejahatan dan segi ke dua (segi sekunder) untuk melindungi

masyrakat/ individu dari perlakuan yang tidak wajar/ tidak benar oleh

penguasa dalam menggunakan hukum pidana. Demikian pula doktrin

hukum pidana telah mengakui standar profesi medis dalam

mempertanggungjawabkan tugas perkara profesi jika terjadi hal-hal

diluar kemampuannya sebagai suatu pekerjaan yang sudah dilakukan

dengan seksama, sehingga dapat ditelusuri pengukuran tugas kewajiban

profesi untuk memisahkan kesalahan (Poernomo,2000).

Pemahaman mengenai tujuan dan fungsi/ tugas hukum dalam

uraian ini didasarkan pada pandangan bahwa hukum adalah ciptaan

manusia. Karena selain hukum itu menertibkan dan menuntun, juga

mengarahkan tingkah laku anggota masyarakat pada saat berhubungan

satu sama lain, perlu adanya arah yang ingin dicapai. Dengan demikian
35

fungsi hukum (hukum kesehatan) adalah memberikan perlindungan

kepada pemberi dan penerima jasa kesehatan (Hendrik, 2013:30).

3. Informed Consent

Informed consent adalah suatu proes yang menunjukkan

komunikasi yang efektif antara dokter dengaan pasien, dan bertemunya

pemikiran tentang apa yang akan dan apa yang tidak akan dilakukan

terhadap pasien. Sebenarnya, consent (persetujuan) dapat diberikan

dalam bentuk:

a. Dinyatakan (expressed): (a) secara lisan, dan (b) secara tertulis.

b. Tidak dinyatakan (implied). Pasien tidak menyatakanya, baik secara

lisan maupun tertulis, namun melakukan tingkah laku (gerakan) yang

menunjukkan jawabannya; misalnya menggulung lengan baju ketika

akan diambil darahnya.

Berdasarkan undang- undang Republik Indonesia nomor 29 tahun

2004 tentang praktik kedokteran pasal 45 ayat (1) menyatakan bahwa

“Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan

oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapatkan

persetujuan.”

Informed consent memiliki lingkup terbatas pada hal-hal yang telah

dinyatakan sebelumnya, dan tidak dapat dianggap sebagai persetujuan

atas semua tindakan yang akan dilakukan. Dokter dapat bertindak

melebihi yang telah disepakati hanya apabila terjadi kegawat darurat dan

keadaan tersebut membutuhkan waktu yang singkat untuk mengatasinya.


36

Proxy-consent adalah consent yang diberikan oleh orang yang

bukan si pasien itu, dengan syarat bahwa pasien tidak mampu

memberikan consent secara pribadi, dan consent tersebut harus

mendekati apa yang sekiranya akan diberikan oleh pasien apabila ia

mampu memberikannya (baik buat pasien, bukan baik buat orang

banyak). Umumnya urutan orang yang dapat memberikan proxy-consent

adalah suami/ istri, anak yang sudah dewasa (umur 21 tahun atau pernah

menikah), orangtua, saudara kandung, dan lain–lain.

Dalam praktik searhari–hari, informed consent tidak hanya

diperlukan pada tindakan operatif., melainkan juga pada prosedur

diagnostik atau tindakan pengobatan yang invasif lainnya, misalnya pada

waktu arteriografi, pemeriksaan laboratorium tertentu, kateterisasi,

pemasangan alat bantu nafas, induksi partus, ekstraksi vakum, dan lain–

lain (Hatta, 2008: 206).


37

BAB III

HASIL PENGAMATAN

A. Gambaran Umum Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri

Puskesmas Tiron merupakan salah satu Puskesmas yang ada di

Kabupaten Kediri yang letaknya berada di Jl. Raya Tiron, Tiron, Kecamatan

Banyakan Kabupaten Kediri. Dulunya Puskesmas ini merupakan Puskesmas

pembantu dan yang menjadi Puskesmas induk adalah Puskesmas Grogol.

Setelah itu pada tahun 1988 Puskesmas Tiron dinyatakan sebagai Puskesmas

induk. Pelayanan kesehatan saat ini di Puskesmas Tiron lebih maju dan

berkembang dari pelayanan kesehatan yang ada sebelumnya seperti pada

laboratorium, Puskesmas Tiron memiliki 3 Pustu yaitu : Pustu Jabon, Pustu

Banyakan dan Pustu Goliman. Puskesmas Tiron juga mempunyai Visi, Misi

dan Motto sebagai berikut:

1. Visi Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri

Puskesmas Tiron mempunyai Visi untuk meningkatkan pelayanan

yaitu: “Menjadi Puskesmas pilihan masyarakat Kediri yang bermutu sesuai

standart”.

2. Misi Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri

Demi terwujudnya Visi Puskesmas Tiron juga mempunyai Misi

sebagai pendukung terlaksananya Visi tersebut yaitu:

a. Memberikan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu sesuai standart.

b. Memberikan pelayanan kesehatan dasar yang mementingkan kepuasan

pelanggan.
38

c. Mendorong dan meningkatkan kesehatan individu, kelompok dan

lingkungan.

3. Motto Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri

Selain Visi dan Misi Puskesmas Tiron juga memiliki Motto yang

berbunyi “IDOLA MUDA” yang mempunyai 9 program pokok meliputi:

Inovatif : Berusaha menghasilkan karya yang inovatif.

Damai : Suasana kerja yang damai.

Objektif : Memperlakukan pasien secara objektif.

Luwes : Melayani pasien dengan luwes.

Aman dan Nyaman : Menangani pasien secara aman dan nyaman.

Memuaskan : Memuaskan pelanggan.

Unggul : Pelayanan unggul dan bermutu.

Dedikasi : Berdedikas itinggi dalam bekerja.

Assurance : Jaminan Kesehatan pilihan masyarakat.

4. Jenis unit pelayanan di Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri

Pada Puskesmas Tiron juga dilengkapi dengan jenis-jenis fasilitas

yang terdiri dari 5 unit yaitu meliputi unit kesehatan perorangan, unit

kesehatan masyarakat dalam gedung, unit kesehatan masyarakat luar

gedung, fasilitas penunjang dan administrasi. Adapun rincian jenis fasilitas

meliputi:

a. Unit Kesehatan Perorangan

1) Poli Umum

2) Balai Pengobatan TB
39

3) KIA

4) Poli Gigi

b. Unit Kesehatan Masyarakat Dalam Gedung

1) Promosi Kesehatan

2) Kesehatan Lingkungan

3) Gizi

4) Imunisasi

c. Unit Kesehatan Masyarakat Luar Gedung

1) Pemberantasan Penyakit Menulardan Tidak Menular

2) Gizi Masyarakat

3) KIA

4) Kesehatan Lingkungan

5) Promosi Kesehatan

d. Fasilitas Penunjang

1) Laboratorium

2) Farmasi

e. Administrasi

1) Tata Usaha

2) Rekam Medis

3) Kasir
40

B. Manajemen Rekam Medis Informasi Kesehatan

1. Alur dan Prosedur Penerimaan Pasien Rawat Jalan

a. Alur dan Prosedur Penerimaan Pasien Rawat Jalan

Alur penerimaan pasien rawat jalan di Puskesmas Tiron Kabupaten

Kediri bertujuan untuk membantu pasien melakukan pendaftaran di

tempat pendaftaran sampai pasien menuju poli yang diinginkan.

Adapun prosedur penerimaan pasien rawat jalan pertama dimulai

dari pasien datang ke tempat pendaftaran mengambil nomor antrian.

Kemudian pasien mengumpulkan KIB dan menunggu di ruang tunggu.

Selanjutnya petugas mencarikan dokumen rekam medis pasien dan

memanggil sesuai nomor urut pasien. Petugas menanyakan tentang

keluhan pasien. Apabila pasien belum pernah berobat kepuskesmas

maka petugas akan membuatkan KIB atas nama kepala keluarga pasien.

Petugas menanyakan apakah pasien memiliki asuransi kesehatan.

Apabila memiliki, pasien harus menyerahkan fotocopy KTP, kartu

asuransi yang digunakan dan Kartu Keluarga. Petugas mengarahkan

pasien ke poli yang dituju sesuai dengan keluhannya. Setelah pelayanan

pasien diarahkan keruang farmasi untuk menebus obat dan pasien boleh

pulang.

2. Sistem Penamaan

Sistem penamaan pada dasarnya untuk memberikan identitas kepada

seorang pasien serta untuk membedakan antara pasien yang satu dengan

pasien yang lainnya, sehingga mempermudah/memperlancar di dalam


41

memberikan pelayanan rekam medis kepada pasien yang datang berobat

ke Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri. Puskesmas inimenggunakan sistem

penamaan langsung tanpa diindeks, yaitu berdasarkan Kartu Tanda

Pengenal (KTP).

3. Sistem Penomoran

Penomoran rekam medis pada Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri

penomoran satu unit, yaitu menggunakan “Unit Numbering System”yaitu

satu nomor (admitting number) yang akan dipakai selamanya untuk

kunjungan seterusnya yang dalam bentuk RKK/Family Folder, sehingga

berkas rekam medis penderita tersebut hanya tersimpan di dalam satu

folder rekam medis di bawah satu nomor (RKK/Family Folder).

4. Sistem Penjajaran

Sistem penjajaran berkas rekam medis yang digunakan di Puskesmas

Tiron Kabupaten Kediri adalah sistem angka langsung ditinjau dari sistem

penyimpanan numerik. Penjajaran dengan sistem angka langsung disebut

“Straight Numerical Filing”.

5. Sistem Penyimpanan

Sistem penyimpanan berkas rekam medis di Puskesmas Tiron

Kabupaten Kediri dilakukan dengan Family Folder dimana satu keluarga

mempunyai satu folder catatan medik dan menggunakan system

penyimpanan sentralisasi karena hanya ada pelayanan rawat jalan.

6. Desain Formulir
42

Desain formulir rawat jalan yang digunakan di Puskemas Tiron

Kabupaten Kediri mencantumkan identitas pasien, tanggal dan waktu,

anamnesa, hasil pemeriksaan, diagnosa, rencana pengobatan dan terapi.

C. Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia Rekam Medis Di

Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri

Berdasarkan pengamatan, kami menghitung beban kerja perlu

diketahui guna menentukan kebutuhan sumber daya manusia rekam medis

di bagian loket pendaftaran. Kebutuhan sumber daya manusia yang

terpenuhi akan membuat pelayanan menjadi efisien. Kebutuhan tersebut

dihitung dengan menggunakan metodologi Work Load Indikator Staff

Need (WISN) dapat digunakan untuk menghitung susunan kepegawaian

yang dibutuhkan bagi seluruh kategori staf disemua jenis fasilitas

kesehatan. Berikut ini perhitungan metodologi WISN di bagian loket

pendaftaran :

1. Memilih kategori staf untuk pengembangan WISN

a. Fasilitas Kesehatan : Puskesmas

b. Unit kerja : Unit Rekam Medis

c. Kategori tenaga kesehatan: Bagian loket pendaftaran

2. Menghitung Waktu Kerja Tersedia

Selanjutnya dalam metodologi WISN adalah menetukan banyaknya

waktu yang dimiliki seorang tenaga kesehatan dalam suatu kategori staf

tertentu untuk melaksanakan tugasnya.. Waktu yang tersedia dapat

dinyatakan sebagai hari atau jam dalam setahun.


43

K= Jumlah hari dalam setahun

L= Jumlah hari libur nasional dalam setahun

M= Jumlah hari cuti tahunan (termasuk cuti bersama) dalam setahun

P= Jumlah hari tidak masuk karena sakit, pelatihan atau alasan lainnya

dalam setahun

R= jumlah jam kerja dalam sehari

Diketahui :

Di Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri membuka pelayanan hari Senin

– Sabtu yaitu mulai pukul 07.15 – 14.15 WIB. Dibawah ini merupakan

penghitungan jam kerja petugas pendaftaran rawat jalan dan di rata-rata

selama enam hari kerja :

a. Senin : 7 jam

b. Selasa : 7 jam

c. Rabu : 7 jam

d. Kamis : 7 jam

e. Jumat : 4,5 jam

f. Sabtu : 5 jam

37,5 jam
Rata-rata per hari = 37,5 = 6 jam 25 menit

Ini berarti rata-rat jam kerja pendaftaraan rawat jalan di puskesmas tiron

dalam satu minggu ada 6 jam 25 menit

WKT (Waktu Kerja Tersedia) = K – (L + M + P) X R

= 312 – (14 +12 +7) X 6,25

= 1.744 jam/tahun
44

Jadi, dari perhitungan rata-rata perhari diatas waktu yang tersedia dalam 1

tahun diperoleh 1.744 jam/tahun

3. Standar kegiatan Tempat Penerimaan Pasien Rawat Jalan (TPPRJ)

Di Puskesmas Tiron, khususnya bagian TPPRJ memiliki kegiatan utama

yaitu pendaftaran pasien, pengambilan dokumen rekam medis, entry data

pembayaran bpjs dan mengisi buku ekspedisi rawat jalan di Puskesmas

Tiron Kabupaten Kediri. Secara lebih lengkap dapat di lihat pada tabel

berikut :

Tabel 1 : Standar Kegiatan TPPRJ di Puskesmas Tiron Tahun 2017

Nama Waktu Waktu


No Beban Kerja (px/ tahun)
Kegiatan (menit/px) (jam/tahun)
1. Pendaftaran 4 0,06 1.744 : 0,06 = 29.066
Pasien
2. Mengambil 1 0,01 1.744 : 0,01= 174.400
Dokumen
Rekam Medis
3. Entry data 2 0,03 1.744 : 0,03= 58.133,33
pembayaran
BPJS dan
mengisi buku
ekspedisi
Total 6 0,10 261.599,33

4. Kegiatan Penunjang

Selain kegiatan utama bagian TPPRJ juga melaksanakan kegiatan

penunjang, meliputi :

a. Membuat rekapitulasi kunjungan pasien

= 3 jam / tahun

= 3 X 12

= 36 Jam/ tahun
45

= Kegiatan Penunjang x 100%

Waktu kerja Tersedia

36
= 𝑥 100 %
1744

= 0,02 %

Jadi, persentase waktu kegiatan penunjang untuk seminar yaitu 0,02%

b. Rapat

= 3 jam/bulan

= 3 x 12

= 36 jam /tahun

= Kegiatan Penunjang x 100%

Waktu kerja Tersedia


36
= 1744 𝑥 100%

= 0,021 %

Jadi, persentase waktu kegiatan penunjang untuk rapat yaitu 0,021%

5. Perhitungan Standar Kelonggaran Kategori (SKK)

Sebelum menghitung SKK, dibutuhkan presentase waktu kegiatan

penunjang yaitu membuat rekapitulasi kunjungan pasien dan rapat

TOTAL SKK = 0,02% + 0,021%

= 0,041 %

Jadi, standar kelonggaran kategori diperoleh persentase waktu 0,041%


46

6. Menghitung Faktor Kelonggaran Kategori (FKK)

FKK = 1 : {1-(total SKK : 100 )}

= 1 : { 1 – (0,041 : 100 )}

=1

Jadi setelah melalui perhitungan faktor kelonggaran kategori di Puskesmas

Tiron membutuhkan 1 sumber daya manusia

7. Menghitung Faktor Kelonggaran Individu (FKI)

a. Seminar

= 2 x 6 jam / tahun

= 12 jam / tahun

a. Posyandu Lansia

= 3 jam/ bulan

= 3 x 12

= 36 jam / tahun

Faktor Kelonggaran Individu = Standar Kelonggaran Individu : Waktu

Kerja Tersedia = (12+36) : 1.744 = 0,027

8. Menghitung Kebutuhan Staff

NO KEGIATAN Beban Kerja Standar Staff

1 Pendaftaran Pasien 1709 29.066 0,05

2 Mengambil DRM 1709 174.400 0,009

Entry data pembayaran BPJS


3 1709 58.133,33 0,029
dan mengisi buku ekspedisi

Total 0,088
47

a) Kalikan kebutuhan staff dengan FKK

0,088 x 1 = 0,088

b) Hasilnya ditambah dengan FKI

0,088 + 0,027 = 0,115 / 1 petugas

Jadi perlu penambahan 1 orang petugas untuk unit TPPRJ dan Filing

D. Jumlah Kunjungan Pasien Di Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri

Guna mengetahui jumlah kunjungan pasien rawat jalan di Puskesmas

Tiron Kabupaten Kediri kami menganalisa Laporan Bulanan ke-4 (LB 4)

yang merupakan salah satu laporan yang digunakan untuk kegiatan Sistem

Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP). LB 4 merupakan

laporan yang berisi data kunjungan pasien baru dan kunjungan pasien lama

rawat jalan, dalam satu Kartu Keluarga (KK) yang sama di Puskesmas Tiron

Kabupaten Kediri. Berikut ini merupakan data kunjungan pasien rawat jalan

baru dan lama di Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri pada triwulan ke 2

tahun 2017.

Tabel 1 : Rekapitulasi kunjungan pasien baru dan lama dalam satu KK di


Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri pada bulan Triwulan ke 2tahun 2017.

Jumlah Persentase Persentase


Jumlah
Bulan pasien jumlah pasien jumlah pasien
pasien lama
baru baru lama
April 288 1620 31,9% 41,3%
Mei 210 1225 23,3% 31,2%
Juni 405 1078 44,8% 27,5%
Total 903 3923 100,0% 100,0%

Berikut ini merupakan grafik kunjungan pasien rawat jalan baru dan

lama triwulan II tahun 2017 di Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri


48

Gambar III. 2 : Diagram batang penyajian jumlah kunjungan pasien baru dan
kunjungan pasien lama rawat jalan Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri pada
triwulan ke II tahun 2017.

Rata-rata Kunjungan Pasien Rawat Jalan


1800 Triwulan II Tahun 2017 Di Puskesmas Tiron
1600
1400
1200 April
1000 Mei
800
Juni
600
400
200
0
Baru Lama

Dari data yang kami analisa dari periode Triwulan ke 2 tahun 2017

terkait data kunjungan pasien baru rawat jalan di Puskesmas Tiron Kabupaten

Kediri diketahui kunjungan pasien tertimggi terjadi pada bulan Juni dengan

400 pasien dan kunjungan pasien terendah terjadi pada bulan Mei dengan 200

kunjungan pasien.

Sedangkan untuk kunjungan pasien lama, kujungan tertinggi terjadi

pada bulan April dengan 1620 pasien dan kunjungan terendah terjadi pada

bulan juni dengan 1078 pasien.

E. Kodefikasi Penyakit Rawat Jalan Dan Tata Cara Pengkodean Penyakit

Di Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri

Pengkodean penyakit di Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri dilakukan

oleh petugas poli (dokter, bidan, dan perawat) yang sudah mengikuti

pelatihan ICD 10. Pada dokumen rekam medis kebanyakan petugas hanya
49

menuliskan keluhan. Hal itu dilakukan dengan alasan untuk mempersingkat

waktu pelayanan kesehatan.

Hasil kesesuaian kodefikasi penyakit yang ada di Puskesmas Tiron

Kabupaten Kediri adalah sebagai berikut:


50

Tabel 2. Kesesuaian Kode Penyakit di Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri

Kode Kode Tidak


No No. RM Diagnosa Sesuai
PKM Mahasiswa sesuai
1 1210 Myalgia M79 M79.1 - √
2 2970 Senile Catarac H25.9 H25.9 √ -
3 902 Hypertensi I10 I10 √ -
4 473 Gout M10 M10.9 - √
5 5718 ISPA J06.9 J06.9 √ -
6 1007 Iritant Contact L24 L24.9 - √
Dermatitis
7 634 Thyphoid fever A01 A01.0 - √
8 154 Asthma J45 J45.9 - √
9 275 Varicella B01 B01.9 - √
10 2840 Gastritis K29 K29.7 - √
11 652 Schizophrenia F20 F20.9 - √
12 1239 Headache R51 R51 √ -
13 1662 Chronic J44 J44 √ -
Obstructive
Pulmonary
14 294 Trigeminal nerve G50.9 G50.9 √ -
15 157 Conjunctivitis H10 H10 √ -
16 1583 TB pulmo BTA+ A15 A15 √
17 66 Allergic Contact L23 L23.9 - √
Dermatitis
18 2545 Stroke I64 I64 √ -
19 2270 NIDDM E11 E11 √ -
20 2978 Abscess L02.9 L02.9 √ -
21 2448 Heart Failure I50.9 I50.9 √ -
22 10337 UTI N39 N39.0 - √
23 513 Pruritus L29 L29.9 - √
24 998 Hordeolum H00 H00 √ -
25 992 Chalazion H00 H00.1 - √
26 2992 Stomatitis K12 K12.1 - √
27 2997 Pneumonia J16 J18.9 - √
28 1877 Gastroenteritis A09 A09.9 √
29 2753 Parkinson G20 G20 √ -
30 9620 Pulpitis K04.0 K04.0 √ -
51

Dari data di atas, dihitung presentase kesesuaian kode penyakit di

Puskesmas Tiron dan digambarkan dalam grafik di bawah ini

Grafik Kesesuaian Kode Penyakit di Puskesmas Tiron


Kabupaten Kediri

Sesuai
50% 50%
Tidak Sesuai

Gambar III.3. Kesesuaian Kodefikasi Penyakit Berdasarkan ICD-10 2010 di


Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri.

Berdasarkan gambar II. Hasil analisis jumlah ketepatan kodefikasi

penyakit yang ada di Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri sebanyak 50% dan

jumlah kodefikasi yang tidak sesuai sebanyak 50%. Kode diagnosa dikatakan

akurat jika sesuai dengan buku ICD 10.

F. Aspek Pelepasan Informed Consent Di Puskesmas Tiron Kabupaten

Kediri

Informed consent sangat penting dalam pelayanan kesehatan, terutama

dalam memberikan tindakan medis kepada pasien. Hal itu dikarenaka

ninformed consent merupakan suatu bentuk persetujuan atas tindakan medis

yang diberikan dan dapat digunakan sebagai alat perlindungan hukum bagi

puskesmas.
52

Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri menggunakan informed consen

tsecara tertulis, lisan, maupun secara implied. Informed consent secara tertulis

dapat dilihat dengan adanya lembar persetujuan tindakan medis, lembar

persetujuan pasien untuk pembayaran pemeriksaan laboratorium, formulir

pernyataan peserta untuk kesediaan penggunaan rekam medis untuk

kepentingan BPJS, dan formulir persetujuan untuk testing HIV.

G. Komputerisasi di Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri.

Dari pengamatan yang kami peroleh pada saat praktik kerja lapangan

di Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri, adalah sebagai berikut :

a. Petugas pendaftaran pasien rawat jalan di Puskesmas Tiron Kabupaten

Kediri sudah menggunakan media komputerisasi untuk mencari nomor

rekam medis pasien jika pasien tersebut tidak membawa KIB (Kartu

Identitas Berobat).

b. Untuk rujukan pasien asuransi BPJS, petugas menggunakan aplikasi

Primary Care didalam komputer yang sudah disediakan oleh Perusahaan

asuransi BPJS.
53

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Manajemen Rekam Medis Informasi Kesehatan

Alur pendaftaran pasien sudah sesuai dengan pedoman yang dibuat

namun terkadang pasien lupa membawa KIB atau kartu berobat sehingga

petugas harus meneliti lagi pada buku register dan mengecek kembali di

komputer apakah pasien sudah terdaftar atau belum. Desain flowchart alur

prosedur pendaftaran pasien rawat jalan belum sesuai dengan teori dan fungsi

flowchart, maka dari itu kami membuat desain flowchart alur pendaftaran

pasien rawat jalan yang baru.

Sistem penomoran di Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri sudah sesuai

dengan teori yakni menggunakan penomoran dengan Unit Numbering System

dimana setiap 1 Kartu Keluarga (KK) mendapatkan 1 nomor rekam medis

agar dapat lebih mudah untuk mengikuti riwayat penyakit pasien.

Sistem penamaan yang digunakan Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri

sudah sesuai dengan teori dengan berdasarkan KTP atau kartu identitas

pasien, namun nama pasien belum dilakukan pengindeksan.

Sistem penyimpanan dilakukan dengan family folder dan disimpan

secara sentralisasi sehingga mempermudah petugas melakukan penyimpanan

dan pencarian berkas rekam medis.

Sistem penjajaran yang digunakan adalah Straight Numerical Filing

System, yakni sistem penjajaran secara urut sehingga petugas mudah mencari

dokumen pasien, dalam pengambilan dokumen rekam medis belum


54

menggunakan outguide atau pengganti dokumen yang keluar, untuk itu kami

membuat outguide di Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri.

Menurut pengamatan ditinjau dari evaluasi dan analisa format

formulir rawat jalan di Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri, bahwa dari sudut

pertimbangan khusus pada desain formulir belum tercantum instruction yang

mencakup nomor rekam medis dan jenis kelamin. Dan juga pada formulir

tersebut belum tercantum close yang mencakup tanda tangan petugas yang

memberikan pelayanan.

B. Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia Rekam Medis Di

Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri

Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri memiliki 2 orang petugas

pendataran pasien rawat jalan (TPPRJ) dan filing, berdasarkan hasil

perhitungan kebutuhan tenaga kerja (Workload Indicator of Staff Need)

dibutuhkan penambahan 1 orang petugas di unit TPPRJ dan filing. Dasar dari

penambahan petugas di unit TPPRJ dan filing adalah kelebihan beban kerja

dimana jika terjadi kelebihan beban kerja akibatnya pekerjaan menjadi tidak

maksimal dan petugas yang sudah ada di unit TPPRJ dan filing harus

mengerjakan beban kerja yang berlebih. Sehingga bisa menyebabkan

pelayanan di Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri tidak efisien.

C. Jumlah Kunjungan Pasien Di Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri

Rata-rata kunjungan pasien lama dan baru periode triwulan ke-2 tahun

2017 di Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri mengalami kenaikan dan

penurunan (fluktuatif). Dimana rata-rata kunjungan pasien baru mengalami


55

pasang surut yaitu kunjungan terendah pada bulan Mei dengan jumlah

kunjungan 200 pasien. Sedangkan untuk kunjungan pasien lama mengalami

penurunan pada triwulan ke-2 tahun 2017 di Puskesmas Tiron.

D. Kodefikasi Penyakit Rawat Jalan Dan Tata Cara Pengkodean Penyakit

Di Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri

Pentingnya kodefikasi penyakit dan tata cara pengkodean penyakit

adalah agar standar klasifikasi diagnose internasional dapat tercapai, di

Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri melakukan pengkodean dengan

menggunakan buku ICD-10 tahun 2010 untuk menentukan kode diagnosa

penyakit pasien. Kesesuaian kodefikasi penyakit di Puskesmas Tiron

Kabupaten Kediri yaitu 50% Sesuai dan 50% yang Tidak Sesuai. Hal ini

disebabkan oleh beberapa kode diagnosa penyakit yang tidak menggunakan

point dash. Point dash itu sendiri digunakan untuk menspesifikkan kode

diagnose atau juga bisa digunakan untuk merujuk apakah ada komplikasi lain.

E. Aspek Pelepasan Informed Consent Di Puskesmas Tiron Kabupaten

Kediri

Pelaksanaan informed consent di Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri

sudah sesuai dengan undang-undang Republik Indonesia nomor 29 tahun

2004 tentang praktik kedokteran pasal 45 ayat (1). Hal ini dapat dilihat dari

penggunaan informed consent secara tertulis, lisan, maupun secara implied.

F. Komputerisasi di Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri

Teknologi informasi kesehatan yang dipakai di Puskesmas Tiron

Kabupaten Kediri sudah baik. Namun seiring dengan berkembangnya zaman


56

maka akan lebih baik lagi jika adanya penambahan program aplikasi –

aplikasi baru untuk mempermudah saat proses pelayanan pasien seperti

halnya di tempat pendaftaran. Agar lebih efisien petugas tidak perlu menulis

register pasien dikertas. Dengan menggunakan aplikasi yang ada, petugas

tinggal mengetik didalam komputer lalu untuk pelaporannya petugas bisa

mencetaknya dengan bentuk print out.


57

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Alur pasien rawat jalan, sistem penomoran, penamaan, penyimpanan, dan

penjajaran di Puskesmas Tiron Kabupaten kediri menggunakan sistem

penomoran Unit Numbering System dan sistem penamaan berdasarkan KTP

pasien. Penggunaan tracer dan outguide dalam proses peminjaman

dokumen rekam medis rawat jalan belum dilakukan.

2. Sumber daya manusia rekam medis di Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri

di bagian TPPRJ dan Filing membutuhkan tenaga kerja tambahan sebanyak

1 orang.

3. Jumlah kunjungan pasien periode triwulan ke-2 tahun 2017 di Puskesmas

Tiron Kabupaten Kediri mengalami kenaikan dan penurunan.

4. Kodefikasi penyakit rawat jalan dan tata cara pengkodean penyakit di

Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri menggunakan buku ICD-10 tahun 2010.

5. Aspek pelepasan informed consent di Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri

dilakukan ketika pasien diberikan tindakan medis, karena formulir ini bisa

dijadikan bukti persetujuan pasien bersedia atau tidak dilakukannya

tindakan medis.

6. Komputerisasi di Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri untuk pasien asuransi

BPJS, petugas menggunakan aplikasi Primary Care, dan petugas

pendaftaran rawat jalan menggunakan media komputer untuk mencari


58

nomor rekam medis pasien jika pasien tersebut tidak membawa kartu

identitas berobat.

B. Saran

1. Sebaiknya dalam peminjaman berkas rekam medis di bagian filing

diberlakukan menggunakan tracer dan outguide, hal ini untuk mengurangi

terjadinya dokumen salah letak dan juga memudahkan petugas melacak

keberadaan dokumen apabila dokumen tidak ada atau belum kembali dari

poli yang meminjam.

2. Untuk kebutuhan tenaga kerja rekam medis perlu penambahan 1 orang di

bagian pendaftaran pasien rawat jalan.

3. Sebaiknya dalam melakukan kodefikasi dilakukan oleh tenaga rekam medis

atau tenaga yang telah mendapat pelatihan sebagai koder dan seharusnya

diadakan sosialisasi tentang pentingnya penggunaan tambahan point di kode

bagian belakang agar lebih akurat.


59

DAFTAR PUSTAKA

Budi, Savitri Citra. 2011. Management unit Kerja Rekam Medis. Yogyakarta :
Quantum Sinergi Medis.

Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik DEPKES RI. 1997. Pedoman


Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta : Depkes.

Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik DEPKES RI. 2006. Pedoman


Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta : Depkes.

Hanafiah, M. Yusuf. 2012. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta :


Buku Kedokteran EGC.

Hatta, Gemala. 2008. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana


Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press).

Huffman, Edna K. 1999. Health Information Management. Berwyn : Physicians,


Record Company.

Poernomo, B. 2000. Hukum Kesehatan. Yogyakarta : Aditya Media.

Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 tentang


Rekam Medis.

Republik Indonesia. 2004. Ketetapan Menteri Kesehatan Nomor 29 tentang


Praktik Kedokteran.

Republik Indonesia. 2004. Ketetapan Menteri Kesehatan Nomor 81 tentang


Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Republik Indonesia. 2004. Ketetapan Menteri Kesehatan Nomor 128 tentang


Kebijakan dasar Puskesmas.

Shipp, Peter. 1998. Workload Indicator of Staffing Need (WISN). A Manual For
Implementation. Switzerland : WHO.
60

DAFTAR TABEL

Tabel 1 :Rekapitulasi kunjungan pasien baru dan lama dalam satu KK di

Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri pada bulan Triwulan ke 2tahun

2017 ...........................................................................................................

Tabel 2 :Kesesuaian Kode Penyakit di Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri .........


61

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 :Rekapitulasi kunjungan pasien baru dan lama dalam satu KK di

Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri pada bulan Triwulan ke 2 tahun

2017 ...........................................................................................................

Gambar 2 :Diagram batang penyajian jumlah kunjungan pasien baru dan

kunjungan pasien lama rawat jalan Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri

pada Triwulan ke 2 tahun 2017 .................................................................

Gambar 3 :Kesesuaian Kodefikasi Penyakit Berdasarkan ICD-10 2010 di

Puskesmas Tiron Kabupaten Kediri. .........................................................


62

LAMPIRAN

ALUR PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN PUSKESMAS TIRON KEDIRI

Anda mungkin juga menyukai