PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pada umumnya keadaan kebersihan gigi anak lebih buruk disebabkan karena anak lebih
banyak mengkonsumsi makanan atau minuman yang menyebabkan karies dibanding orang
dewasa.Anak anak umumnya senang mengkonsumsi makanan atau minuman yang manis dan
melekat,apabila anak terlalu banyak mengkonsumsinya dan jarang membersihkannya,maka akan
menyebabkan karies(machfoedz,2005)
Anak usia 6 – 12 tahun termasuk kedalam anak usia sekolah, dalam usia ini anak masih
memiliki ketergantungan tinggi dalam hal pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut kepada
lingkungan sekitarnya seperi guru dan orang tua ( Budihartono, 1999). Pemeliharaan gigi dan gusi
pada anak usia sekolah sangatlah penting karena usia sekolah karena usia sekolah tersebut
merupakan waktu dimana akan tumbuh gigi tetap, karena keadaan gigi sebelumnya akan
berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan gigi pada usia dewasa nanti. Oleh sebab itu salah
satu kebijaksanaan adalah dengan meningkatkan upaya promotif, prefentiv dan kuratifpada anak
usia sekolah melalui usaha kesehatan sekolah. Sekolah adalah perpanjangn tangan keluarga dalam
meletakkan dasar prilaku untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk prilaku kesehatan
(Notoadmojo, 2005)
Program Kesehatan Gigi dan Mulut merupakan salah satu program di Puskesmas Tanjung
Paku. Program kesehatan gigi dan mulut ditujukan kepada anggota keluarga (perorangan) maupun
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Paku, sehingga program ini dibagi dalam dua
kelompok besar yaitu:
I. Program Pelayanan Kesehatan Dasar yang dilaksanakan di dalam poli gigi (Pelayanan di
Puskesmas).
II. Program Promotif dan Preventif (Pelayanan di luar gedung) yang di bagi dalam kegiatan
UKGM dan UKGS
I. Program di dalam gedung (Pelayanan di Puskesmas).
Pelayanan kesehatan dasar di poli gigi diterapkan dengan sistim pelayanan
bertingkat ( level of care ), hal ini bertujuan untuk memberikan pelayanan yang menyeluruh dan
optimal yang dikaitkan dengan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang ada. Pelayanan
kesehatan dengan sistem ini akan melibatkan tenaga kader kesehatan (kader posyandu, dokter
kecil, guru UKS) maupun tenaga kesehatan lainnya serta dapat dilakukan dengan menyesuaikan
keadaan setempat. Pelayanan kesehatan gigi pada pelayanan promotif dan preventif dapat
dilakukan di posyandu-posyandu, sekolah-sekolah maupun pada kelompok – kelompok kegiatan
di masyarakat.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut meliputi pelayanan promotif-preventif,
pelayanan kegawat daruratan, pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan tingkat lanjut.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dipuskesmas, mencakup:
a. Pelayanan Kedaruratan Gigi
Merupakan suatu upaya untuk menghilangkan rasa sakit, maupun untuk penanganan
kegawat daruratan, sebelum pasien dirujuk ketingkat yang lebih tinggi.
b. Pelayanan KesGilut Dasar
Ini ditujukan untuk perorangan yang mempunyai keluhan sakit gigi maupun untuk menjaga
kesehatan gigi dan mulutnya, dari hasil pemeriksaan tersebut dimasukkan dalam kriteria
penyakit gigi dan mulut yang dikelompokkan sesuai dengan daftar tabulasi dasar (DTD)
SP2TP Puskesmas. Cakupan pelayanan poli gigi diperoleh dengan cara mencari rata-rata
kunjungan gigi perhari = jumlah pasien baru - lama
Jumlah Pasien di polgi x hri krj
rongga mulut
Pperiodontal
T.Sementara
Lain –lain
Peny Pulpa
Perempuan
penyangga
Persistensi
Kel Dento
Gangguan
Stomatitis
Laki-Laki
Rujukan
Penyakit
T. tetap
Tambal
IP / HP
Abses
Cabut
Lama
Tetap
facial
Peny
Baru
Susu
1 Januari 52 78 111 19 11 80 4 6 18 0 0 2 0 0 0 5 29 0 34 10
2 Febuari 92 31 97 26 14 60 0 3 21 1 0 6 0 1 3 3 18 4 21 7
3 Maret 35 92 95 32 4 39 6 7 11 0 0 0 0 1 4 2 20 5 18 4
4 April 34 69 79 24 6 51 9 10 21 0 2 4 0 1 3 9 23 4 32 10
5 Mei 31 64 67 280 3 65 8 1 20 0 0 7 0 0 5 0 23 5 23 16
6 Juni 27 55 55 27 2 40 4 0 15 0 3 5 0 0 0 0 25 0 25 0
7 Juli 51 66 81 36 2 36 3 0 21 0 1 5 0 0 0 1 25 0 25 20
8 Agustus 59 59 59 25 9 66 3 7 21 0 0 11 0 0 0 1 25 0 26 12
9 September 37 86 85 38 6 40 3 3 15 0 1 3 0 0 0 5 14 0 19 22
10 Oktober 30 68 55 44 18 44 4 7 18 0 1 7 0 0 0 3 19 0 22 16
11 November 30 67 62 35 10 35 18 13 17 0 0 4 0 0 0 3 17 0 20 4
12 Desember 28 37 41 24 10 32 1 8 12 0 0 1 1 0 0 5 12 0 17 10
Jumlah 506 772 887 610 95 588 63 58 207 1 8 55 1 3 15 37 250 13 282 131
Data di atas menunjukkan jenis penyakit gigi yang paling banyak di alami pasien yaitu
kerusakan pulpa dan jaringan periapikal (kategori 1502) sebanyak 595 orang, kemudian diikuti dengan
gangguan pada perkembangan dan pertumbuhan gigi serta jaringan penyangga lainnya (kategori 1504)
sebanyak 264 orang dengan kasus yang sering dialami yaitu persistensi, mobiliti, kalkulus, dan ulkus.
Hal ini disebabkan antar lain :
1. Kesadaran masyarakat untuk melakukan pengobatan masih sangat rendah, serta terbatasnya
kemampuan masyarakat untuk berobat kesarana pelayanan yang tepat, mereka berobat ketika
dalam kondisi sakit yang parah sehingga sulit melakukan aktifitas sehari-hari.
2. Adanya pemahaman yang kurang tepat dimasyarakat dalam menjaga kesgilut.
3. Pelayanan kesehatan yang tepat dan berkulitas pada jajaran puskesmas masih belum optimal
sehingga masyarakat masih belum mendapatkan pelayanan kesgilut secara paripurna.
4. Kegiatan promosi kesehatan gigi dan mulut melalui program UKGS dan UKGM yang telah
dilaksanakan belum dapat mengubah pola fikir dan sikap masyarakat dalam menentukan
perawatan kesehatan gigi dan mulut. Masyarakat datang ke sarana pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan berbagai pelayanan pengobatan/ pemulihan kesehatan dan rehabilitative, bukan
untuk pelayanan pencegahan.
5. Pelayanan Promotif dan preventif serta sikap pelihara diri dalam kesgilut perorangan
dimasyarakat seperti memeriksa/mencari pengobatan sedini mungkin bila ada keluhan kesgilut,
kebiasaan pola makan/ konsumsi makan sehari-hari yang tepat, kebiasaan tidak baik yang
mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut, pemakaian dental floss, flouridasi air minum,
memeriksa secara berkala kesgilut belum menjadi suatu trend atau gaya hidup sehat di
masyarakat.
6. Belum terlaksananya program pencegahan seperti aplikasi flour, fissure sealent, proteksi gigi
permanent yang baru tumbuh, serta deteksi dini karies menyebabkan gigi yang telah karies
menjadi lebih parah
B. Program Di Luar Gedung (UKGS dan UKGM)
Program UKGS diterapkan melalui program sikat gigi masal, skrening pada anak kelas 1 baru,
maupun rujukan bagi anak sekolah yang memerlukan. Program skrining dalam tahun ini telah terlaksana
secara keseluruhan baik ditingkat SD, SMP dan SMA/Sederajat sebagai salah satu upaya perventif untuk
mencegah terjadinya kerusakan gigi lebig dini. Program bimbingan seperti pelatihan dokter kecil telah
berjalan lancar pada beberapa sekolah dasar yang menjadi perwakilan, hal ini merupakan suatu stimulus
bagi anak sekolah untuk dapat dibimbing oleh dokter kecil dan guru UKS sehingga anak dapat
membiasakan diri dalam kehidupan sehari-hari.
Program UKGM dilaksanakan dengan kegiatan deteksi tumbuh kembang (DDTK) pada anak
usia prasekolah baik di PAUD maupun TK yang juga dapat mendeteksi pertumbuhan dan perkembangan
gigi susu. Hasil kegiatan tersebut menunjukkan hasil sebagai berikut:
Tabel Hasil DDTK Tahap I dan II tahun 2015
No Nama paud/TK APRIL NOVEMBER
.
Jumlah yg Laki- perempuan karies Jumlah yg Laki- perempuan karies
Diperiksa laki Diperiksa laki
1. Paud nurul taqwa 16 8 8 13 7 6 7
2 Paud nurul ilmi 12 5 7 7 4 3 3
3. Paud surya kasih 11 7 4 7 5 2 3
4. Paud mawaddah 21 8 13 14 8 6 6
5. Paud permata bunda 10 7 3 38 22 16 27
6 TPA ummy 8 4 4 3
7 Paud kasih ibu 29 18 11 19 9 10 8
8. Paud dambaan hati 6 5 1 7 3 4 2
9 TK pembina 76 37 39 78 49 29 57
10 TK pertiwi 35 16 19 32 11 21 19
11. Paud harapan bangsa 23 13 10 25 15 10 10
12. Paud sibuah hati 19 7 12 14 5 9 9
13. Paud alhikmah 17 7 10 12 9 3 9
14. TPA belaian bunda 15 2 13 15 6 9 1
15. TK tunas harapan 38 19 19 71 34 37 65
16. TK golden school 38 12 12 36 18 18 12
17. TK lukmanul hakim 68 37 31 75 38 37 56
18 TPA balqis 17 11 6 2
19 Paud anak mande 13 6 7 11 5 6 6
20 Paud AA juanda 9 1 8 6 1 5 1
TOTAL 456 215 227 505 264 241 306
Hasil pemeriksaan diatas, menunjukkan bahwa anak dalam kondisi rata-rata anak memiliki gigi
berlubang pada 1 gigi atau lebih ada sekitar . Ini berarti pola asuh perawatan kesehatan gigi pada
anak prasekolah perlu ditingkatkan, disamping itu kita juga mengharapkan orang tua/pengasuh anak
balita lebih memperhatikan kesehatan gigi dan mulut anaknya sedini mungkin sehingga dapat dilakukan
pencegahan lebih awal terhadap timbulnya terjadinya kerusakan gigi.
Pola pembelajaran gosok gigi, pemilihan makanan jajan anak, juga pemberian air susu dalam
botol setidaknya sangat diperhatikan oleh orang tua maupun pengasuh, disamping itu peran guru anak
prasekolah juga sangat penting.karena biasanya anak lebih mau mengikuti ajakan guru dibanding dengan
orang tua. Oleh karena itu pola pembelajaran cara cara merawat gigi anak prasekolah agar tetap sehat
memerlukan kerjasama yang kontinyu dan terkoordinir dengan pihak-pihak yang terkait, sehingga anak
mendapat pembelajaran yang benar dan akan menjadi kebiasaan yang baik dan benar hingga usia dewasa.
Kegiatan skrening yang dilakukan pada anak sekolah kelas 1 baru, ditujukan untuk memperoleh
data-data temuan patologis maupun kelainan-kelainan perorangan serta ada atau tidaknya penyakit gigi
dan mulut yang sedang berkembang atau yang dialami anak didik yang dapat menghambat proses belajar
di sekolah. Apabila ditemukan kelainan patologis anak dapat dirujuk ke Puskesmas melalui program
rujukan UKGS sehingga anak didik tersebut tidak memiliki permasalahan kesehatan gigi dan mulut.
Kegiatan UKGS yang merupakan salah satu wadah pelayanan kesehatan anak sekolah
seharusnya dapat memberikan pelayanan optimal yang manfaatnya dapat dirasakan secara langsung bagi
anak sekolah.Data hasil skrining,yang mencakup kesehatan gigi dan mulut secara menyeluruh dari hasil
pemeriksaan anak secara individual dari tingkat SD, SLTP maupun SLTA sewilayah kerja puskesmas
KTK dapat dilihat seperti dibawah ini:
Data hasil skrining kesehatan gigi dan mulut tingkat SD tahun 2015
No. Nama Sekolah Jumlah Murid yg Hasil Pemeriksaan Gigi dan Rongga Mulut
diperiksa
Gigi kotor SEHAT KARIES
Dari data diatas menunjukkan bahwa angka kejadian karies pada anak usia sekolah dasar cukup
tinggi sebesar 71% anak memiliki gigi berlubang, sedangkan kelainan patologis maupun non patologis
seperti langit-langit berbelah, bibir berbelah lidah kotor maupun adanya peradangan gusi rata-rata tidak
di alami anak, tetapi pada keadaan gigi dimana terjadi kerusakan/gigi berlubang tidak teratasi dengan
baik, padahal kegiatan pelatihan dokter kecil tenang kesehatan gigi dan mulut telah dilakukan sebagai
salah satu upaya preventif namun tidak berperan besar hal ini ditunjukkan dengan rendahnya jumlah gigi
yang dilakukan tumpatan/ restorasi ini disebabkan karena :
1. Gigi yang rusak adalah gigi desidui yang proses nya telah terjadi pada anak ketika usia pra sekolah.
2. Anak pra sekolah maupun usia sekolah terbiasa dengan pola makan yang tidak sehat.
3. Anak pra sekolah atau pun usia sekolah takut untuk dilakukan suatu tindakan proses penambalan gigi
berlubang ke puskesmas atau klinik.
4. Peran orang tua dalam hal menjaga kesehatan gigi anak kurang optimal, kadang orang tua justru
memberikan makanan jajanan untuk menenangkan anak tanpa melihat efek yang lebih lanjut.
5. Petugas kesehatan belum melaksanakan pelayanan promotif dan preventif kepada orang tua maupun
guru Paud/Tk.
6. Kurangnya proses pembelajaran mengenai cara menggosok gigi yang baik dan benar baik di tingkat
paud maupun TK.
Hasil skrining di tingkat SLTP dan SMA dapat dilihat sebagai berikut
N Nama Sekolah Jmlh Murid Hasil Pemeriksaan Gigi dan Rongga Mulut
O SLTP&SLTA
LB BB LK Gigi SEHAT KARIES
o. yg diperiksa kotor
1. SMPN 5 Kota Solok 204 orang - - - 59 57 152
2. SMP IT 26 orang 6 5 21
3. Ponpes warasatul A 28 orang - - - 16 14 14
4. Ponpes SMA 9 orang - - - 3 3 6
5. SMA 2 kota solok 321 orang - - - 87 156 165
6. MAN Kota Solok 190 orang - - - 51 78 112
778orang - - - 222 313 465
Dari data di atas menunjukkan bahwa pada anak usia remaja gigi dalam keadaan kotor (adanya
karang gigi) sebesar51,25 % serta kerusakan gigi permanen mencapai 43,1 % biasanya kerusakan terjadi
pada gigi permanen M1 yang kondisinya sudah parah sehingga perlu perawatan syaraf dengan proses
yang berulang maupun tindakan pencabutan. Kerusakan gigi M1 pada anak usia remaja ini merupakan
proses kerusakan yang tidak ditangani secara dini,hal ini disebabkan karena:
1. Pada saat gigi sedang dalam proses karies/gigi berlubang anak belum merasa sakit,kalaupun sakit
masih bisa ditahan, sehingga anak menggabaikannya.
2. Anak usia remaja, memilki rasa takut yang tinggi, mereka beranggapan kalau berobat gigi nanti
dicabut giginya.
3. Tidak berjalannya kegiatan rujukan dalam program UKGS,dengan alasan sulit mendapatkan ijin
berobat maupun proses belajar terganggu.
4. Belum terkoordinasinya secara lintas program maupun lintas sector dalam menanggani masalah
kesehatan gigi anak sekolah.
Berdasarkan hal-hal diatas maka program kesehatan gigi dan mulut pada tahun
mendatang kegiatan yang akan dilaksanakan sebaiknya berfokus pada program promotif dan
preventif sehingga kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut lebih
meningkat.