Praktikum Titik Beku Kimia
Praktikum Titik Beku Kimia
OLEH:
KELOMPOK 02
NAMA ANGGOTA :
Nama : Ni Putu Ayu Sri Laksmi Dewi
Kelas : XII MIA 7
No : 06
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat TUHAN yang maha esa, karena atas berkat dan
karunia beliau-lah laporan “Sifat Koligatif Larutan terhadap Penurunan Titik
Beku” dapat diselesaikan. Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk
memberikan gambaran mengenai salah satu Sifat Koligatif Larutan yaitu
Penurunan Titik Beku.
Pelaksanaan praktikum Penurunan Titik Beku diuraikan secara jelas pada
laporan kegiatan ini, diantaranya : tujuan yang hendak dicapai, sasaran praktikum,
waktu dan tempat serta output dari pelaksanaan praktikum.
Laporan ini dibuat dengan berbagai observasi dan bantuan dari berbagai
pihak tertentu untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
pengerjaan laporan ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan praktikum ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
laporan ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan laporan selanjutnya.
Akhir kata semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua.
Team Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Penurunan titik beku adalah selisih antara titik beku pelarut dan titik beku
larutan dimana titik beku larutan lebih rendah dari titik beku pelarut. Titik beku
pelarut murni seperti yang kita tahu adalah 00C. dengan adanya zat terlarut
misalnya saja gula yang ditambahkan ke dalam air maka titik beku larutan ini
tidak akan sama dengan 0oC melainkan akan menjadi lebih rendah di bawah 0oC
itulah penyebab terjadinya penurunan titik beku yaitu oleh masuknya suatu zat
terlarut atau dengan kata lain cairan tersebut menjadi tidak murni, maka akibatnya
titik bekunya berubah (nilai titik beku akan berkurang) (Taufik, 2012)
Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan, sehingga jarak
antarpartikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik
menarik antarmolekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat terlarut
akan mengakibatkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang,
akibatnya untuk dapat lebih mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu
yang lebih rendah. Jadi titik beku larutan akan lebih rendah daripada titik beku
pelarut murninya. Perbedaan titik beku akibat adanya partikel-partikel zat terlarut
disebut penurunan titik beku (∆Tf). Penurunan titik beku larutan sebanding
dengan hasil kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut
(Kf).
Dinyatakan dengan persamaan :
∆𝑇𝑓 = 𝐾𝑓 × 𝑚 Keterangan :
𝑛 ∆Tf = penurunan titik beku
∆𝑇𝑓 = 𝐾𝑓 ×
𝑝(𝑘𝑔)
Kf = tetapan penurunan titik beku
𝑔 1000
∆𝑇𝑓 = 𝐾𝑓 × × n = jumlah mol zat terlarut
𝑀𝑟 𝑝 (𝑔)
p = massa pelarut
Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan
penurunan titik bekunya atau Tf = Tfo - ∆Tf. (Pratiwi, 2013). Penurunan titik
beku ( DTf ) bila kebanyakkan larutan encer didinginkan, pelarut murni
terkritalisasi lebih dahulu sebelum ada zat terlarut yang mengkristalisasi suhu
dimana kristal-kristal pertama dalam keseimbangan dengan larutan disebut titik
beku larutan. Titik beku larutan demikian selalu lebih rendah dari titik beku
berbanding lurus dengan banyaknya molekul zat terlarut (molnya) di dalam massa
6
tertentu pelarut. Jadi penurunan titik beku (DTf ) = Kf . m, dimana m ialah
molalitas larutan. Jika persamaan ini berlaku sampai konsentrasi satu molal,
penurunan titik beku 1 m tiap non-elektrolit yang tersebut didalam pelarut itu =
Kf yang karena itu dinamakan tetapan titik beku molal (molal freesinapoint
constant) pelarut itu. Nilai numerik Kf = khas pelarut itu masing-masing
(Anonim, 2013).
2.2 HIPOTESIS
2.2.1 Zat terlarut dapat menurunkan titik beku suatu larutan, jika zat terlarutnya
elektrolit maka penurunan titik bekunya akan lebih besar dibandingkan
dengan zat terlarut yang nonelektrolit, hal ini disebabkan oleh vaktor Van
Hoof (i).
7
BAB III
METODE PRAKTIKUM
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 PEMBAHASAN
Data yang dapat kami peroleh dari percobaan pengaruh zat terlarut terhadap
penurunan titik beku ialah dengan melakukan percobaan pada larutan CaCl2 1m
dan aquades, sehingga nantinya dapat dicari penurinan titik beku dari CaCl2 1m
dengan cara titik beku air dikurang titik beku larutan (∆Tf). Sedangkan untuk
percobaan pada larutan NaCl 1m dan larutan gula dilakukan oleh kelompok lain.
9
Perhitungan Faktor Van Hoof :
1. NaCl Na+ + Cl-
i = 1 + ( n – 1 ) α , α = 1 (karena elektrolit kuat)
i=1+(2–1)1
i=1+1
i=2
2. CaCl2 Ca2+ + 2Cl-
i = 1 + ( n – 1 ) α , α = 1 (karena elektrolit kuat)
i=1+(3–1)1
i=1+2
i=3
Jadi, diperoleh ( i ) pada NaCl = 2 dan pada CaCl2 = 3. Berdasarkan rumus
penurunan titik beku ∆Tf = Kf . m . i , maka jika nilai ( i ) besar, penurunan titik
didihnya besar (berbanding lurus). Pada perolehan data percobaan, tidak sesuai
dengan teori karena beberapa factor, contohnya pada saat larutan membeku, kita
tidak dapat memastikan secara pasti keadaan larutan mulai membeku, seharusnya
ketika larutan mulai membentuk bunga es titik bekunya harus segera diukur tetapi
karena keterbatasan dalam memastikan terbentuknya bunga es menyebabkan
adanya kesalahan dalam data percobaan (tidak sesuai teori).
Selain itu, mungkin saja terjadi kesalahan pembacaan skala thermometer
dikarenakan keterbatasan waktu, dan masing-masing dari kelompok tidak
melakukan percobaan pada semua jenis larutan, sehingga tidak mendapatkan hasil
data yang maximal, tetapi hanya mendapatkan data dari beberapa larutan sehingga
hal ini juga menyebabkan kesalahan dan ketidakpastian dalam mengambil dan
membandingkan data percobaan.
10
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Semakin banyak waktu yang diberikan maka semakin rendah titik beku
yang dihasilkan. Dari percobaan yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Penurunan titik beku tidak tergantung pada komposisi kimia dari zat
tersebut tetapi tergantung pada jumlah partikel zat terlarut di dalam larutan,
kemolalan larutan, massa zat terlarut dan massa pelarutnya.
2. Penurunan titik beku larutan elektrolit lebih besar dari larutan nonelektrolit
disebabkan adanya faktor Van’t Hoff.
3. Perbedaan hasil pengukuran menurut teori dengan pengamatan langsung
disebabkan oleh ketidaktelitian dalam mengamati skala thermometer serta
pengaruh suhu luar.
5.2 Saran
Untuk melakukan praktikum ini, hal-hal yang harus diperhatikan yaitu
kebersihan alat-alat untuk melakukan praktikum agar saat pengambilan data untuk
laporan lebih akurat dan tepat. Teliti dalam pengambilan data, menimbang bahan
serta membaca thermometer sangat penting.
11
DAFTAR PUSTAKA
Susilowati, Endang. 2009. Theory and Application of Chemistry 3 for Grade XII
of Senior High School and Islamic Senior High School.Solo: Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri
Retnowaty, Priscilla. 2009. SeribuPena KIMIA untuk SMA/MA Kelas XII.
Semarang: Erlangga
Rachmawati, M. Johari, J.M.C. 2008. KIMIA 3 SMA dan MA untuk Kelas XII.
Jakarta: Erlangga
Rudi. 2011. Prakrikum Sifat Koligatif Larutan.
https://www.academia.edu/8615405/LAPORAN_PRAKTIKUM_KIMIA_SIFAT
_KOLIGATIF_LARUTAN. diakses pada 23 Agustus 2015
Irawan, Ari. 2014. PENURUNAN TITIK BEKU LARUTAN. http://ari-
irawan4.blogspot.com/2014/05/penurunan-titik-beku-larutan.html. diakses pada
28 Agustus 2015.
12