Anda di halaman 1dari 20

“JAWA TENGAH”

Jawa Tengah adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian tengah
Pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra
Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan
Laut Jawa di sebelah utara. Luas wilayahnya 32.548 km², atau sekitar 25,04% dari luas pulau
Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau Nusakambangan di sebelah selatan (dekat
dengan perbatasan Jawa Barat), serta Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa.
Pengertian Jawa Tengah secara geografis dan budaya kadang juga mencakup
wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa Tengah dikenal sebagai "jantung" budaya Jawa.
Meskipun demikian di provinsi ini ada pula suku bangsa lain yang memiliki budaya yang
berbeda dengan suku Jawa seperti suku Sunda di daerah perbatasan dengan Jawa Barat. Selain
ada pula warga Tionghoa-Indonesia, Arab-Indonesia dan India-Indonesia yang tersebar di
seluruh provinsi ini.
*Tempat Wisata
Jawa Tengah banyak terdapat obyek wisata yang sangat menarik. Kota Semarang
memiliki sejumlah bangunan kuno. Obyek wisata lain di kota ini termasuk Puri Maerokoco
(Taman Mini Jawa Tengah) [(Museum Jawa Tengah Ranggawarsita)]dan Museum Rekor
Indonesia (MURI).
Salah satu kebanggaan provinsi ini adalah Candi Borobudur, yakni monumen Buddha
terbesar di dunia yang dibangun pada abad ke-9, terdapat di Kabupaten Magelang. Candi
Mendut dan Pawon juga terletak satu kompleks dengan Borobudur.
Candi Prambanan di perbatasan Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta
merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Di kawasan Dieng terdapat kelompok
candi-candi Hindu, yang diduga dibangun sebelum era Mataram Kuno. Kompleks candi Gedong
Songo terletak di lereng Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang.
Surakarta dipandang sebagai salah satu pusat kebudayaan Jawa, dimana di kota ini
terdapat Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran. Obyek wisata menarik di luar kota ini
adalah Air Terjun Grojogan Sewu dan candi-candi peninggalan Majapahit di Kabupaten
Karanganyar; serta Museum Fosil Sangiran yang terletak di jalur Solo-Purwodadi.
Bagian selatan Jawa Tengah juga menyimpan sejumlah obyek wisata alam menarik,
di antaranya Goa Jatijajar dan Pantai Karangbolong di Kabupaten Kebumen, serta Baturraden di
Kabupaten Banyumas. Di bagian utara terdapat Obyek Wisata Guci di lereng Gunung Slamet,
Kabupaten Tegal; serta Kota Pekalongan yang dikenal dengan julukan 'kota batik'.
Kawasan pantura barat banyak menyimpan wisata religius. Masjid Agung Demak
yang didirikan pada abad ke-16 merupakan bangunan artistik dengan paduan arsitektur Islam
dan Hindu. Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kawasan pantura barat
terdapat 3 makam wali sanga, yakni Sunan Kalijaga di Demak, Sunan Kudus di kota Kudus, dan
‘’ YOGYAKARTA ‘’
 Kesenian Khas.

1. Ketoprak Jawa

Ketoprak merupakan kesenian Jawa tradisional yang penyajiannya menggunakan bahasa


jawa. Jalan cerita di dalam pementasan Ketoprak bermacam-macam, mulai dialog tentang
sejarah, sampai cerita fantasi yang biasanya selalu didahului dengan alunan tembang-tembang
Jawa yang indah. Kostum dan dandanannya selalu disesuasikan dengan adegan dan jalan cerita.

10. Pertunjukkan Wayang Kulit

Seni pertunjukan yang telah berusia lebih dari lima abad. Membawa kisah Ramayana dan
Mahabharata, pagelaran selama semalam suntuk ini menjadi ruang yang tepat untuk melewatkan
malam, berefleksi dan memahami filosofi hidup Jawa.

Wayang kulit adalah seni pertunjukan yang telah berusia lebih dari setengah
milenium. Kemunculannya memiliki cerita tersendiri, terkait dengan masuknya Islam Jawa.
Salah satu anggota Wali Songo menciptakannya dengan mengadopsi Wayang Beber yang
berkembang pada masa kejayaan Hindu-Budha. Adopsi itu dilakukan karena wayang terlanjur
lekat dengan orang Jawa sehingga menjadi media yang tepat untuk dakwah menyebarkan Islam,
sementara agama Islam melarang bentuk seni rupa. Alhasil, diciptakan wayang kulit dimana
orang hanya bisa melihat bayangan.

Cerita wayang bersumber pada beberapa kitab tua misalnya Ramayana, Mahabharata,
Pustaka Raja Purwa dan Purwakanda. Kini, juga terdapat buku-buku yang memuat lakon
gubahan dan karangan yang selama ratusan tahun telah disukai masyarakat Abimanyu kerem,
Doraweca, Suryatmaja Maling dan sebagainya. Diantara semua kitab tua yang dipakai, Kitab
Purwakanda adalah yang paling sering digunakan oleh dalang-dalang dari Kraton Yogyakarta.

 TEMPAT WISATA

A. Gunung Merapi

Gunung Merapi dikenal sebagai salah satu gunung api teraktif di dunia. Meskipun terlihat
garang, namun puncak gunung ini sangat indah dinikmati, terutama bagi para pecinta alam.
Wisata petualangan (trackking) banyak ditawarkan kepada wisatawan yang ingin menikmati
keindahan Yogyakarta dari atas gunung. Gunung ini terletak kurang lebih 30 km di sebelah utara
kota Yogyakarta dan puncaknya berupa dataran pasir yang tidak rata.

Gunung Merapi adalah yang termuda dalam kumpulan gunung berapi di bagian selatan
pulau Jawa. Gunung ini terletak di zona subduksi, dimana Lempeng Indo-Australia terus
bergerak ke bawah Lempeng Eurasia. Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000
tahun lalu dan sampai 10.000 tahun lalu jenis letusannya adalah efusif. Setelah itu, letusannya
menjadi eksplosif, dengan lava kental yang menimbulkan kubah-kubah lava.
.
D Maliobooro

Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan
puncak Gunung Merapi, jalan ini terbentuk menjadi suatu lokalitas perdagangan setelah Sri
Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar
tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun, tempat itu masih bertahan sebagai
suatu kawasan perdagangan bahkan menjadi salah satu ikon Yogyakarta yang dikenal dengan
Malioboro.
Terletak sekitar 800 meter dari Kraton Yogyakarta, tempat ini dulunya dipenuhi dengan
karangan bunga setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Malioboro yang dalam bahasa
sansekerta berarti “karangan bunga” menjadi dasar penamaan jalan tersebut.
Diapit pertokoan, perkantoran, rumah makan, hotel berbintang dan bangunan
bersejarah, jalan yang dulunya sempat menjadi basis perjuangan saat agresi militer Belanda ke-
2 pada tahun 1948 juga pernah menjadi lahan pengembaraan para seniman yang tergabung
dalam komunitas Persada Studi Klub (PSK) pimpinan seniman Umbul Landu Paranggi semenjak
tahun 1970-an hingga sekitar tahun 1990.
2. WISATA CANDI

A. Candi Borobudur

Borobudur adalah candi Budha terbesar di abad ke-9 yang berukuran 123 x 123 meter.
Candi Borobudur selesai dibangun berabad-abad sebelum Angkor Wat di Kamboja. Borobudur
dibangun oleh Raja Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram Kuno, keturunan Wangsa
Syailendra. Berdasarkan prasasti Kayumwungan, seorang Indonesia bernama Hudaya
Kandahjaya mengungkapkan bahwa Borobudur adalah sebuah tempat ibadah yang selesai
dibangun 26 Mei 824, hampir seratus tahun sejak masa awal dibangun. Nama Borobudur
sendiri menurut beberapa orang berarti sebuah gunung yang berteras-teras (budhara),
sementara beberapa yang lain mengatakan Borobudur berarti biara yang terletak di tempat
tinggi.
Bangunan Borobudur berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat. Tingginya 42
meter sebelum direnovasi dan 34,5 meter setelah direnovasi karena tingkat paling bawah
digunakan sebagai penahan. Enam tingkat paling bawah berbentuk bujur sangkar dan tiga
tingkat di atasnya berbentuk lingkaran dan satu tingkat tertinggi yang berupa stupa Budha yang
menghadap ke arah barat. Setiap tingkatan melambangkan tahapan kehidupan manusia. Sesuai
mahzab Budha Mahayana, setiap orang yang ingin mencapai tingkat sebagai Budha mesti
melalui setiap tingkatan kehidupan tersebut.
B. Candi Prambanan

Candi Prambanan adalah bangunan luar biasa cantik yang dibangun di


abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung.
Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur),
berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan
kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota
Yogyakarta, di tengah area yang kini dibangun taman indah.
Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu Candi
Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam
kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur. Setiap candi utama
memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk
Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2
candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki
224 candi.
3. Rumah Adat D.I.Y.

Di wilayah Yogyakarta, banyak dijumpai bangunan kuno bekas rumah tinggal


bangsawan. Bangunan seperti ini dikenal masyarakat sebagai ndalem pangeran. Ndalem
tersebut menyebar di dalam maupun di luar lingkungan benteng kraton yang seakan-akan
membentuk deliniasi dengan kraton sebagai sentralnya. Mengamati ndalem pangeran, tampak
bahwa patokan dasar yang digunakan adalah rumah tradisional jawa. Dalam hal ini mengingat
para bangsawan adalah golongan dalam masyarakat yang memiliki status sosial tinggi, maka
pada bagian tertentu dari rumah tinggalnya secara tidak langsung dicerminkannya.
Terkadang ndalem-ndalem pangeran ini meniru kraton, misal dengan didapatkannya
halaman depan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai alun-alun yang lengkap
dengan pohon beringinnya. Ciri pembeda yang cukup menonjol bahwa bangunan tersebut milik
bangsawan biasanya tampak pada bentuk atap, luasan, kelengkapan, bahan, serta ornamen
yang begitu raya yang digunakannya. Ndalem pangeran khususnya atau rumah tradisional jawa
umumnya, dalam penataan ruang utamanya bersandar pada aksis utara-selatan. Bangunan
secara keseluruhan menghadap ke selatan. Yaitu dianggap arah yang memiliki nilai khusus
secara religius ataupun praktis. Komplek bangunannya dikelilingi tembok dan dilengkapi dengan
pintu atau regol.
Di utara regol terkadang didapatkan halaman terbuka menyerupai alun-alun yang
ukurannya lebih kecil dengan tanaman beringin serta tanaman besar lainnya. Dikaitkan dengan
zonasi halaman secara keseluruhan yang memusat, maka bagian ini merupakan halaman terluar
bersifat publik. Pada halaman selanjutnya didapatkan bangunan-bangunan antara lain kandang
kreta, kuncungan atau pagongan atau topengan, pendapa, longkangan, serta pringgitan. Di
halaman terdalam didapatkan ndalem ageng, gadri, gandhok, dan bangunan pelengkap lainnya
seperti tempat tinggal para magersari dan keluarganya.
Bangunan-bangunan sepert tersebut di atas dalam arsitektur tradisional jawa, memiliki
satuan ukuran yang berbeda sesuai dengan aspek yang tidak hanya konstruktif semata.
4.Pakaian Adat Yogyakarta

5. Makanan Khas Yogyakarta


Satu lagi masakan khas nusantara dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur yang ikut
memeriahkan deretan kuliner nusantara dengan karakteristik masakan yang bercirikhas selera
lidah daerah adalah gudeg. Masakan gudeg atau orang jawa bilang gudheg, adalah masakan yang
berasal dari nangka muda atau gori yang dimasak dengan paduan kuah santan kental. Proses
penyajian masakan tradisional ini memerulak waktu berjam-jam untuk dapat dihidangkan dan
dinikmati lidah. Selain itu, gudeg juga dipadukan dengan olahan lain seperti opor ayam gudeg,
telur, tahu dan sambal goreng krecek.

Dalam penyajiannya, gudeg memiliki beberapa varian masakan seperti gudeg kering yang
disajikan dengan areh kental yang memiliki tekstur kental melebihi santan pada masakan padang;
gudeg basah yang disajikan dengan areh encer; dan gudeg solo yang bercirikan putih pada warna
arehnya
“SOlO”
Solo memiliki beberapa tarian daerah seperti Bedhaya (Ketawang, Semang, dll.) dan
Srimpi. Tarian ini masih dilestarikan di lingkungan Keraton Solo. Tarian seperti Bedhaya
Ketawang secara resmi hanya ditarikan sekali dalam setahun untuk menghormati Sri Susuhunan
Pakoe Boewono sebagai pemimpin Kota Surakarta.

A. Tarian Bedhaya

Bedhaya ketawang
Tari Bedhaya Ketawang adalah sebuah tari yang amat disakralkan dan hanya digelar
dalam setahun sekali. Konon di dalamnya sang Ratu Kidul ikut menari sebagai tanda
penghormatan kepada raja-raja penerus dinasti Mataram.
Perbendaharaan beksan (tarian) tradisi keraton Surakarta Hadiningrat terdiri dari
berbagai ragam. Dilihat dari fungsinya, tarian itu bisa dibagi dalam 3 macam. Yaitu tari yang
punya sifat magis religius, tari yang menggambarkan peperangan, dan tari yang mengandung
cerita (drama).
Masing-masing tari tercipta karena ada sejarahnya yang dipengaruhi oleh suasana saat
itu. Berbagai macam jenis tari yang diciptakan oleh pengramu keraton bukan asal buat,
melainkan dipadu dengan masukan dari kalangan lelembut yang punya hubungan baik dengan
keluarga keraton. Sehingga ada muatan mistis dan gaib.

Bedhaya Semang
Tari Bedaya Semang adalah Salah satu tari putri klasik di Istana Kasultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwana I dan dianggap
sebagai pusaka. Hal ini dapat dibuktikan pada saat awal pertunjukannya para penari keluar dari
Bangsal Prabayeksa, yaitu tempat untuk menyimpan pusaka-pusaka Kraton menuju
BangsalKencono.

Tari Bedhaya Semang yang sangat disakralkan oleh Kraton merupakan reaktualisasi
hubungan mistis antara keturunan Panembahan Senopati sebagai Raja Mataram Islam dengan
penguasa Laut Selatan atau Ratu Laut Selatan, yaitu Kanjeng Ratu Kidul.

Tari bedhaya semang tersebut dipagelarkan untuk kepentingan ritual istana, seperti
peristiwa jumenengan. Berdasarkan tradisi yang telah ada, jumlah penari bedhaya terdiri dari
sembilan orang. Penari Bedhaya tersebut mendapatkan status sebgai pegawai Kraton

Jumlah penari sembilan orang dipahami sebagai lambang arah mata angin, arah kedudukan
bintang-bintang (planet-planet) dalam kehidupan alam semesta, dan lambang lubang hawa
sebagai kelengkapan jasmaniah manusia (babadan hawa sanga, Jawa), yakni dua lubang hidung,
dua lubang mata, dua lubang telinga, satu lubang kemaluan. Satu lubang mulut dan satu lubang
dubur. Penari Bedhaya semang yang berjumlah sembilan orang terdiri dari : batak, endhel,
jangga (gulu), apit ngajeng, apet wingking, dhadha, endhel wedalam ngajeng, endhel wedalan
wingking dan buntil.
B. Tarian Srimpi

Tari Serimpi adalah salah satu jenis tari klasik dari daerahYogyakarta yang selalu dibawakan
oleh 4 penari, karena kata srimpi memiliki persamaan arti dengan bilangan 4. Hanya pada
Srimpi Renggowati penarinya terdapat 5 orang peanari.

Menurut Dr. Priyono nama serimpi dikaitkan ke akar kata “impi” atau mimpi. Menyaksikan
tarian lemah gemulai sepanjang 3/4 hingga 1 jam ini dapat membuat orang yang menyaksikan
sepertinya orang dibawa ke alam lain, atau sedang bermimpi.
Menurut Kanjeng Brongtodiningrat, komposisi penari Serimpi melambangkan empat mata
angin atau empat unsur dari dunia yaitu :
1. Grama (Api)
2. Angin (Udara)
3. Toya (Air)
4. Bumi (Tanah)
Sebagai tari klasik istana di samping bedhaya, serimpi hidup di lingkungan istana
Yogyakarta. Serimpi merupakan seni yang adhiluhung serta dianggap pusaka Kraton. Tema yang
ditampilkan pada tari Serimpi sebenarnya sama dengan tema pada tari Bedhaya Sanga, yaitu
menggambarkan pertikaian antara dua hal yang bertentangan antara baik dengan buruk, antara
benar dan salah antara akal manusia dan nafsu manusia.
 Upacara Adat
Setiap tahun pada tanggal-tanggal tertentu Keraton Surakarta mengadakan berbagai
macam perayaan yang menarik. Perayaan tersebut pelaksanaannya berdasarkan pada
penanggalan Jawa. Perayaan-perayaan tersebut antara lain:

Kirab Pusaka 1 Suro

Acara ini diselenggarakan oleh Keraton Surakarta dan Puro Mangkunegaran pada malam
hari menjelang tanggal 1 Suro. Acara ini ditujukan untuk merayakan tahun baru Jawa 1 Suro.
Rute yang ditempuh kurang lebih sejauh 3 km yaitu Keraton - Alun-alun Utara - Gladak
- Jl. Mayor Kusmanto - Jl. Kapten Mulyadi - Jl. Veteran - Jl. Yos Sudarso - Jl. Slamet Riyadi -
Gladak kemudian kembali ke Keraton lagi. Pusaka- pusaka yang memiliki daya magis tersebut
dibawa oleh para abdi dalem yang berbusana Jawi Jangkep. Kirap yang berada di depan adalah
sekelompok Kebo Bule bernama Kyai Slamet sedangkan barisan para pembawa pusaka berada di
belakangnya
Sekaten

Sekaten diadakan setiap bulan Mulud untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Pada tanggal 12 Mulud diselenggarakan Grebeg Mulud. Kemudian diadakan pesta rakyat selama
dua minggu. selama dua minggu ini pesta rakyat diadakan di Alun-alun utara. Pesta rakyat
menyajikan pasar malam, arena permainan anak dan pertunjukan-pertunjukan seni dan akrobat.
Pada hari terakhir Sekaten, diadakan kembali acara Grebeg di Alun-alun Utara. Upacara Sekaten
diadakan pertama kali pada masa pemerintahan Kerajaan Demak.
 Kesenian Khas

Batik adalah kain dengan corak atau motif tertentu yang dihasilkan dari bahan malam
khusus (wax) yang dituliskan atau di cap pada kain tersebut, meskipun kini sudah banyak kain
batik yang dibuat dengan proses cetak. Solo memiliki banyak corak batik khas, seperti
Sidomukti dan Sidoluruh. Beberapa usaha batik terkenal adalah Batik Keris, Batik Danarhadi,
dan Batik Semar. Sementara untuk kalangan menengah dapat mengunjungi pusat perdagangan
batik di kota ini berada di Pasar Klewer, Pusat Grosir Solo (PGS), Beteng Trade Center (BTC),
atau Ria Batik. Selain itu di kecamatan Laweyan juga terdapat Kampung batik Laweyan, yaitu
kawasan sentra industri batik yang sudah ada sejak zaman kerajaan Pajang tahun 1546.
Kampun batik lainnya yang terkenal untuk para turis adalah Kampung Batik Kauman. Produk-
produk batik Kampung Kauman dibuat menggunakan bahan sutra alam dan sutra tenun, katun
jenis premisima dan prima, rayon. Keunikan yang ditawarkan kepada para wisatawan adalah
kemudahan transaksi sambil melihat-lihat rumah produksi tempat berlangsungnya kegiatan
membatik. Artinya, pengunjung memiliki kesempatan luas untuk mengetahui secara langsung
proses pembuatan batik bahkan untuk mencoba sendiri mempraktekkan kegiatan membatik.
Batik Solo memiliki ciri pengolahan yang khas: warna kecoklatan (sogan) yang mengisi
ruang bebas warna, berbeda dari gaya Yogya yang ruang bebas warnanya lebih cerah.
Pemilihan warna cenderung gelap, mengikuti kecenderungan batik pedalaman.
Bangunan Peninggalan
Karena sejarahnya, terdapat banyak bangunan bersejarah di Surakarta, mulai dari
bangunan ibadah, bangunan umum, keraton, hingga bangunan militer. Selain Keraton Surakarta
(dibangun 1675) dan Pura Mangkunagaran (dibangun 1757), terdapat pula Benteng Vastenburg
peninggalan Belanda, dan Loji Gandrung yang saat ini digunakan sebagai kediaman Walikota
Surakarta. Sebelumnya, bangunan peninggalan Kolonial yang sampai saat ini masih utuh
kondisinya ini selain digunakan sebagi tempat kediaman pejabat pemerintah Belanda, juga
sering digunakan untuk dansa-dansi gaya Eropa dan bangsawan Jawa, sehingga disebut sebagai
“Gandrung”.
Pada tahun 1997 telah didata 70 peninggalan sejarah di Solo yang meliputi tempat
bersejarah, rumah tradisional, bangunan kolonial, tempat ibadah, pintu gerbang, monumen,
furnitur jalan, dan taman kota.
Lansekap kota Solo juga dikenal karena tidak memiliki bangunan pencakar langit.
Namun sejak 2010, di Solo terdapat sebuah apartemen pencakar langit, yaitu Solo Paragon.

Pasar Gedhe Hardjonagoro

Pada zaman kolonial Belanda, Pasar Gedhe merupakan sebuah pasar "kecil" yang
didirikan di area seluas 10.421 meter persegi, berlokasi di persimpangan jalan dari kantor
gubernur yang sekarang digunakan sebagai Balaikota Surakarta. Bangunan ini di desain oleh
arsitek Belanda bernama Ir. Thomas Karsten yang selesai pembangunannya pada tahun 1930 dan
diberi nama Pasar Gede Hardjanagara. Diberi nama Pasar Gedhe karena terdiri dari atap yang
besar (Gedhe artinya besar dalam bahasa Jawa). Seiring perkembangan waktu, pasar ini menjadi
pasar terbesar dan termegah di Surakarta.
RS Kadipolo

Rumah Sakit Kadipolo terletak di jalan Dr. Radjiman dengan luas lahan sekitar 2,5 Ha.
Rumah sakit ini didirikan pada masa pemerintahan Sunan Paku Buwono X.
Pada mulanya bangunan ini dibangun khusus untuk poliklinik para abdi dalem kraton.
Karena masalah biaya, pada tahun 1948 pengolahannya diserahkan kepada Pemda Surakarta
disatukan dengan pengolahan Rumah Sakit Mangkubumen dan Rumah Sakit Jebres. Namun
dengan syarat bahwa keluarga kraton dan pegawai kraton yang dirawat di rumah sakit tersebut
mendapat keringanan pembiayaan. Tahun 1960 pihak keraton menyerahkan Rumah Sakit
Kadipolo sepenuhnya termasuk investasi bangunan berikut seluruh pegawai dan perawatnya
kepada Pemda Surakarta.
anggal 1 Juli 1960 mulai dirintis penggabungan Rumah Sakit Kadipolo dengan Rumah
Sakit Jebres dan Rumah Sakit Mangkubumen di bawah satu direktur yaitu dr. Sutedjo.
Kemudian masing-masing rumah sakit mengadakan spesialisasi, RS. Jebres untuk anak-anak, RS.
Kadipolo untuk penyakit dalam dan kandungan serta RS. Mangkubumen untuk korban
kecelakaan.
 Makanan Khas

Nasi Timlo

 SATE KERE

Solo terkenal dengan banyaknya jajanan kuliner tradisional. Beberapa makanan khas
Surakarta antara lain: nasi liwet, nasi timlo (racikan soun, jamur kuping, wortel, kacang kapri,
kembang gayam / sosis jawa dan terakhir disiram kuah timlo), nasi gudeg (lebih manis daripada
gudeg Yogyakarta), nasi gudeg cakar (gudeg dengan cakar ayam), pecel ndesa (bayam, kacang
panjang, tauge dan kenikir yang direbus dan ditambah sambel pecel yang terbuat dari wijen
dan disantap dengan nasi merah), cabuk rambak (ketupat yang diiris tipis-tipis dan diberi
bumbu di atas setiap potongan ketupatnya kemudian ditambah karak sebagai pelengkap),
bestik Solo (bestik namun dengan kuah serupa dengan kuah semur, dan mengandung mustard
jawa yang diolah sendiri), selat Solo, bakso Solo, srabi Solo, intip, tengkleng, bakpia Balong, roti
mandarin toko kue Orion, sate buntel (sate daging kambing yang dagingnya dicincang dan
dibuat satu adonan besar lalu dimasak), sate kere (bahannya bukan berasal dari daging namun
dari tempe gembus, yaitu ampas tahu yang direbus.
Bahasa yang di gunakan

Bahasa yang digunakan di Surakarta adalah bahasa Jawa Surakarta dialek Mataraman
(Jawa Tengahan) dengan varian Surakarta. Dialek Mataraman/Jawa
Tengahan juga dituturkan di daerah Yogyakarta, Magelang timur,
Semarang, Pati, Madiun, hingga sebagian besar Kediri. Meskipun
demikian, varian lokal Surakarta ini dikenal sebagai "varian halus"
karena penggunaan kata-kata krama yang meluas dalam percakapan
sehari-hari, lebih luas daripada yang digunakan di tempat lain
Walaupun dalam kesehariannya masyarakat Solo menggunakan
bahasa nasional bahasa Indonesia, namun sejak kepemimpinan walikota
Joko Widodo maka bahasa Jawa mulai digalakkan kembali
penggunaannya di tempat-tempat umum, termasuk pada plang nama-
nama jalan dan nama-nama instansi pemerintahan dan bisnis swasta.
Solo juga berperan dalam pembentukan bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional Indonesia. Pada tahun 1938, dalam rangka
memperingati sepuluh tahun Sumpah Pemuda, diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa Tengah. Kongres ini dihadiri oleh
bahasawan dan budayawan terkemuka pada saat itu, seperti Prof. Dr.
Hoesein Djajadiningrat, Prof. Dr. Poerbatjaraka, dan Ki Hajar
Dewantara. Dalam kongres tersebut dihasilkan beberapa keputusan yang
sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa
Indonesia. Keputusan tersebut, antara lain:

 mengganti Ejaan van Ophuysen,


 mendirikan Institut Bahasa Indonesia, dan
 menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam
Badan Perwakilan.
DI SUSUN OLEH :

Nama : MASHAL

TAHUN AJARAN
2017-2018

Anda mungkin juga menyukai