Anda di halaman 1dari 6

STUDI KELAYAKAN PERTAMBANGAN TANAH URUG

BAB IV
GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI

4.1. Geoteknik
Kajian kemantapan lereng dilakukan untuk menghasilkan rekomendasi untuk
geometri lereng baik lereng tunggal (individual slope) maupun lereng keseluruhan
(overall slope). Rekomendasi selanjutnya akan menjadi acuan untuk membuat geometri
lereng jenjang penambangan.
Kajian kemantapan lereng digunakan konsep kesetimbangan batas. Secara
prinsip, gaya geser yang diperlukan untuk mempertahankan kemantapan akan
dibandingkan dengan gaya yang menyebabkan kelongsoran. Pada longsoran berbentuk
busur, gaya-gaya tersebut di atas diperhitungkan pada bidang gelincir yang berbentuk
busur. Gaya penyebab kelongsoran yang selanjutnya disebut sebagai momen
penggerak berasal dari berat tanah dan berat air yang berada di atas bidang gelincir.
Sedangkan gaya atau momen penahan kelongsoran berasal dari kekuatan geser tanah
sepanjang bidang gelincir. Kedua momen ini dibandingkan sehingga didapatkan faktor
keamanan (FK) pada tersebut. Dengan cara perhitungan berulang-ulang (iterative) yang
diperkirakan sebagai bidang gelincirnya, akan diperoleh faktor keamanan terkecil yang
menyatakan bidang gelincir yang paling berbahaya.
Kajian kemantapan lereng rencana penambangan Tanah Urug di lokasi IUP
Eksplorasi PT. Gilgal Batu Alam Lestari menggunakan data sekunder yaitu kajian yang
telah dilakukan dimana kondisi litologi dalam kajian tersebut sama dengan litologi yang
berada di lokasi Rencana Pertambangan PT. Gilgal Batu Alam Lestari yaitu Tanah.
Adapun litelatur yang digunakan dalam analisa lereng tambang yaitu “ Oktavianan Saputri,
2018. Analisis Kestabilan Lereng Untuk Sistem Penambangan Overburden (Soil) Di Area IUP
412 Ha Bukit Tajarang Indarung PT. Semen Padang Sumatera Barat. Padang : FT UNP”

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI IV-1


STUDI KELAYAKAN PERTAMBANGAN TANAH URUG

 Geometri jenjang tunggal (single slope)


Tinggi jenjang : 2 meter
Lebar berm : 1 meter
Kemiringan jenjang : 63o
 Geometri jenjang tunggal (Overall slope) akhir penambangan
Tinggi jenjang : 24 meter
Lebar Jenjang : 24 meter
Kemiringan jenjang : 45o

Gambar 4.1. Geomoetri Single Slope

Gambar 4.2. Geomoetri Overall slope

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI IV-2


STUDI KELAYAKAN PERTAMBANGAN TANAH URUG

4.2. Hidrologi - Hidrogeologi


Kajian hidrologi pada lokasi penambangan Tanah Urug PT. Gilgal Batu Alam
Lestari yaitu Sistem pengendalian air di lokasi pit dan di luar pit serta pembuatan paritan
dan pembuatan kolam pengendapan untuk menampung air.
Sistem pengendalian air di luar tambang dan di dalam tambang adalah dengan
cara penyaluran air limpasan dengan cara membuat saluran-saluran drainase dilereng
tambang dan dilantai tambang, kemudian disalurkan menuju Kolam Pengendapan.
dalam kajian ini diperlukan nilai intensitas curah hujan, dimana bertujuan untuk
memperkirakan curah hujan yang akan terjadi pada beberapa tahun kedepan dan akan
dilah lebih lanjut untuk menetahui debit air yang akan masuk kedalam pit.

Tabel 4.1. Banyaknya hari hujan dan curah hujan bulanan


di Daerah Kecamatan Sungai Kunyit
Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan
No
(1) (2) (3)
1 Januari 339.5 19
2 Februari 115.0 10
3 Maret 107.0 7
4 April 84.0 8
5 Mei 146.5 9
6 Juni 146.5 6
7 Juli 110.0 8
8 Agustus 48.0 5
9 September 159.0 3
10 Oktober 223.0 12
11 November 555.0 18
12 Desember 130.0 13
Rata - rata 180.291 9.83
Sumber : Kecamatan Sunga Kunyit Dalam Angka 2018

Curah hujan rata-rata pada setiap tahunnya di Kecamatan Sunga Kunyit adalah
180.291 mm, dengan curah hujan tertinggi pada November.
Intensitas hujan (I) adalah jumlah hujan per satuan waktu, yang dinyatakan
dalam satuan mm/jam, artinya tinggi kolom air hujan yang terjadi dalam satuan mm
dalam selang waktu 1 jam. Intensitas hujan pada sembarang waktu, dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus pendekatan “Mononobe” sebagai berikut :

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI IV-3


STUDI KELAYAKAN PERTAMBANGAN TANAH URUG

Dimana :
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
t = waktu lamanya hujan (jam)
R24 = curah hujan maksimum dalam selang waktu 24 jam (mm)
2/3 = angka ketetapan

Data curah hujan yang digunakan untuk menghitng intensitas hujan pada
daerah penyelidikan diperoleh dari data sekunder. Berdasarkan data yang diperoleh,
diketahui bahwa curah hujan maksimum dalam 24 jam (R24) adalah 6.01 mm/hari
(Berdasarkan data curah hujan bulanan maksimum selama 1 tahun terakhir). Besarnya
intensitas hujan dalam selang waktu 1 jam adalah :

I = (R24 : 24) x (24/t)2/3

= (6.01/24) x (24/1) 2/3


= 2.08 mm/jam.
Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir diatas
permukaan tanah. Aliran air limpasan terjadi jika air hujan yang mencapai permukaan
tanah tidak terinfiltrasi seluruhnya kedalam tanah oleh karena intensitas huja lebih
besar daripada kapasitas infiltrasi atau karena pengaruh faktor lain, seperti kemiringan
lereng, bentuk, dan kekompakan permukaan tanah serta kondisi vegetasi.
Disamping itu, air hujan yang telah masuk kedalam tanah, kemudian keluar
lagi ke permukaan dan mengalir kebagian yang lebih rendah termasuk juga dalam air
limpasan. Koefisien limpasan dipengaruhi oleh faktor-faktor tutupan tanah, kemiringan,
intensitas hujan, dan lamanya hujan berlangsung.

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI IV-4


STUDI KELAYAKAN PERTAMBANGAN TANAH URUG

Tabel 4.1 Nilai Koefisien Limpasan

Koefisien
No Kemiringan Tata Guna lahan
limpasan
 Sawah  0.2
1 <3%  Hutan, perkebunan  0.3
 Perumahan dengan kebun  0.4
 Hutan,perkebunan  0.4
 Perumahan  0.5
2 3 – 15%
 Tumbuhan yang jarang  0.6
 Tanpa tumbuhan,daerah penimbunan  0.7
 Hutan  0.6
 Perumahan kebun  0.7
3 >15%  Tumbuhan yang jarang  0.8
 Tanpa tumbuhan,daerah tambang  0.9
Sumber: Muhjidin, 1990

Untuk memperkirakan debit air limpasan, perlu ditentukan beberapa asumsi


agar perhitungan dapat dilakukan, sehingga nilai debit air limpasan yang diperoleh
bukan angka mutlak (Muhjidin, 1990). Metode yang dianggap baik untuk menghitung
debit air limpasan puncak (peak run off = Qp) adalah metode rasional (US National
Conservation Service, 1973) dengan rumus :

Dimana :
Qp : debit air limpasan (m3/detik)
C : koefisien limpasan
I : intensitas hujan (mm/jam)
A : luas daerah tangkapan air (CA)
Dengan nilai koefisien limpasan sebesar 0,6 debit air limpasan dapat
dihitungan dengan menggunakan rumus rasional sebagai berikut :
= 0,278 x 0,6 x 0.00208 m/jam 0.13000 km2
= 0.16 m3/jam
= 3.90 m3/hari

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI IV-5


STUDI KELAYAKAN PERTAMBANGAN TANAH URUG

Berikut di bawah ini rencana pembuatan kolam pengendapan (settling pond)


ukuran 7.5m x 7.5m m x 2m = 112.5 m 3 terdapat 3 penampungan berarti 337.5 m 3 .
Hasil tersebut dapat menampung air limpasan. Hasil akhir di penapungan yang ke tiga
bisa langsung di salurkan ke sungai setempat ataupun kolam pengendapan tersebut di
pakai untuk penyiraman jalan.

Gambar 4.2. Ilustrasi rencana kolam pengendapan (settling pond)

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI IV-6

Anda mungkin juga menyukai