Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Talasemia merupakan penyakit kronis yang menjadi masalah kesehatan


masyarakat serius di dunia khususnya di mediterania, Malaysia, Thailand, dan
Indonesia. Penyakit ini secara nyata mempengaruhi kualitas hidup penderitanya
baik akibat kondisi penyakitnya maupun efek terapi yang diberikan. Talasemia
adalah suatu penyakit kongenital herediter yang diturunkan secara autosomal,
berdasarkan kelainan hemoglobin, yaitu: satu atau lebih rantai polipeptida
hemoglobin kurang atau tidak terbentuk. Seseorang yang menderita talasemia
bervariasi dari bentuk ringan dengan anemia sedang, sampai dengan anemia berat
yang tidak dapat mentoleransi aktivitas berat (Djumhana Atmakusuma, 2009).

Jumlah penderita talasemia di Yayasan Talasemia Indonesia cabang


Banyumas terus meningkat, pada tahun 2008 terdapat 44 penderita, pada tahun
2009 meningkat 32,3% menjadi 65 penderita. Pada tahun 2010, penderita
talasemia meningkat lagi 53,85% menjadi 100 penderita dan pada tahun 2011
meningkat menjadi 63% (Nunung Nurhayati, dkk, 2012). Hasil penelitian tersebut
menunjukkan peningkatan penderita talasemia yang sangat signifikan di
Kabupaten Banyumas dari tahun ke tahun. Peningkatan penderita talasemia di
Kabupaten Banyumas karena adanya pernikahan dengan penderita talasemia serta
kurangnya pengetahuan masyarakat dan sosialisasi penyakit talasemia. Oleh
karena itu, perlu adanya tindakan dari pemerintah Kabupaten Banyumas untuk
mengendalikan populasi penderita talasemia.

Pertumbuhan populasi dapat diprediksi menggunakan model matematika.


Cara paling mudah untuk memodelkan pertumbuhan (penurunan) populasi adalah
dengan mengasumsikan bahwa laju perubahan populasi terhadap waktu
berbanding lurus dengan besarnya populasi yang ada (tersisa). Laju perubahan
populasi terhadap waktu diberikan oleh model pertumbuhan Malthus. Model ini
tidak memperhatikan faktor penunjang kehidupan makhluk hidup secara optimum
memiliki keterbatasan yang disebut daya dukung lingkungan (carrying capacity).
Seorang ilmuwan Belgia, Pierre Francois Verhulst, mengatakan bahwa
pertumbuhan penduduk tidak hanya tergantung pada ukuran populasi tetapi juga
pada efek dari daya dukung yang akan membatasi pertumbuhan. Modelnya yang
sekarang disebut model pertumbuhan logistik atau model Verhulst. Model
tersebut cocok untuk memodelkan pertumbuhan penderita talasemia di Kabupaten
Banyumas. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji model pertumbuhan
talasemia di Kabupaten Banyumas dengan pertumbuhan logistik dan
penyelesaiannya untuk mengetahui jumlah penderita talasemia di Kabupaten
Banyumas dalam jangka waktu tertentu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan


masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana penurunan model pertumbuhan penderita talasemia di Kabupaten
Banyumas dengan pertumbuhan logistik dengan data yang ada?
2. Bagaimana perilaku model pertumbuhan penderita talasemia di Kabupaten
Banyumas dengan pertumbuhan logistik?

Anda mungkin juga menyukai