Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertambahan jumlah penduduk telah meningkatkan kebutuhan sarana
transportasi dan aktivitas industri yang berakibat pada peningkatan kebutuhan dan
konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM). Untuk memenuhi kebutuhan BBM
tersebut, pemerintah mengimpor sebagian BBM. Besarnya ketergantungan
Indonesia terhadap BBM impor semakin memberatkan pemerintah karena harga
minyak dunia yang semakin tinggi. Beberapa dari bahan bakar nabati yang
sekarang ini sedang dikembangkan adalah (bio)etanol. Indonesia mempunyai
potensi yang sangat besar untuk menghasilkan (bio)etanol mengingat bahan bakar
nabati ini dapat memanfaatkan kondisi geografis dan sumber bahan baku minyak
nabati dari berbagai tanaman yang tersedia di Indonesia.
Etanol (C2H5OH) merupakan suatu senyawa kimia berbentuk cair, jernih
tak berwarna, beraroma khas, berfase cair pada temperatur kamar, dan mudah
terbakar. Etanol memiliki karakteristik yang menyerupai bensin karena tersusun
atas molekul hidrokarbon rantai lurus. Bioetanol adalah etanol (C2H5OH) yang
dibuat dari biomassa yang mengandung komponen pati atau selulosa, seperti
singkong, talas dan tetes tebu. Etanol bentuknya berupa cairan yang tidak
berwarna dan mempunyai bau yang khas. Berat jenis pada 15 oC adalah 0,7937
dan titik didihnya 78,32oC pada tekanan 76 mmHg. Sifatnya yang lain adalah larut
dalam air dan eter, serta mempunyai panas pembakaran 328 kkal.
Buah nanas (Ananas comosus L. Merr) merupakan salah satu jenis buah
yang terdapat di Indonesia, mempunyai penyebaran yang merata. Selain
dikonsumsi sebagai buah segar, nanas juga banyak digunakan sebagai bahan baku
industri pertanian. Dari berbagai macam pengolahana nanas seperti selai, manisan,
sirup, dan lain-lain maka akan didapatkan kulit yang cukup banyak sebagai hasil
sampingan.
Berdasarkan kandungan nutriennya, ternyata kulit buah nanas mengandung
karbohidrat dan gula yang cukup tinggi. Menurut Wikana,dkk (1991) kulit nanas
mengandung 81,72% air; 20,87% serat kasar; 17,53% karbohidrat; 4,41% protein;
dan 13,65% gula reduksi. Mengingat kandungan karbohidrat dan gula yang cukup
tinggi tersebut, maka kulit nanas memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai
bahan baku pembuatan bahan kimia, salah satunya etanol (melalui proses
fermentasi).
Proses fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan
anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk
respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang
mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan
tanpa akseptor elektron eksternal.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil
fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa
komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan
aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam fermentasi
untuk menghasilkan salah satunya adalah etanol .
Pembuatan etanol dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara sintetik
melalui reaksi kimia dan secara fermentasi melalui aktivitas mikroorganisme.
Proses pembuatan etanol secara fermentasi telah dilakukan sejak ribuan tahun
yang lalu dengan menggunakan bahan yang mengandung karbohidrat sebagai
bahan bakunya. Fermentasi glukosa menjadi etanol dilakukan dengan
mikroorganisme yang terbagi ke dalam dua jenis, yaitu bakteri dan ragi. Namun
penggunaan ragi sebagai biokatalis lebih sering dilakukan, karena ragi lebih
mudah dikembangbiakan dan lebih mudah dikontrol pertumbuhannya. Kesulitan
yang sering dijumpai dalam proses fermentasi etanol yaitu dalam pemisahan
produk dari ragi yang digunakan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah etanol yang dihasilkan
dari fermentasi adalah mikroorganisme dan media yang digunakan, adanya
komponen media yang dapat menghambat pertumbuhan serta kemampuan
fermentasi mikroorganisme dan kondisi selama fermentasi (Astuty, 1991). Selain
itu hal-hal yang perlu diperhatikan selama fermentasi adalah pemilihan khamir,
konsentrasi gula, keasaman, ada tidaknya oksigen dan suhu dari perasan buah.
1.2 Tujuan
a) Menjelaskan potensi limbah nenas dalam memproduksi (bio)etanol.
b) Menjelaskan pengaruh lama fermentasi dan penambahan ragi
(saccaromyces cerevicae) dengan stater yang berbeda terhadap produksi
(bio)etanol?

1.3 Manfaat
a) Untuk membantu pemerintah dalam mengatasi masalah krisis bahan bakar
dan memasyarakatkan penggunaan bahan bakar alternatif
b) Memanfaatkan bahan baku limabh nenas untuk dijadikan bahan bakar
alternatif berupa (bio)etanol.

Anda mungkin juga menyukai