Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI ADENOKARSINOMA ENDOMETRIUM


Istilah adenokarsinoma ini berasal dari makna ‘adeno’ yang berarti
mengenai kelenjar dan ‘karsinoma’ yang menggambarkan suatu kanker yang
berkembang dalam sel epitel. Maka adenokarsinoma dapat diartikan sebagai
suatu kanker yang berasal dari jaringan kelenjar. Adenokarsinoma dapat terjadi
pada beberapa mamalia yang lebih tinggi, termasuk manusia. Kanker ini
mungkin muncul sebagai kelenjar dan memiliki sifat sekresi.
Karena epitel dan kelenjar jaringan terdapat secara luas dalam tubuh,
adenokarsinoma ini dapat mempengaruhi beberapa organ. Adenokarsinoma
yang sering ditemukan adalah adenokarsinoma usus besar dan adenokarsinoma
pada paru. Adenokarsinoma juga dapat mempengaruhi organ-organ lain, antara
lain: rahim, pankreas, prostat, tiroid, dan payudara. Pada organ-organ
ginekologi, adenokarsinoma dapat ditemukan pada endometrium, serviks,
ovarium, vulva dan vagina.
Kanker endometrium adalah tumor ganas epitel primer di endometrium,
umumnya dengan diferensiasi glandular dan berpotensi mengenai miometrium
dan menyebar jauh. Kanker endometrium merupakan kanker ginekologi yang
paling sering terjadi di dunia barat, menempati urutan keempat kanker pada
wanita setelah kanker payudara, kolon, dan paru. Dengan mortalitas sekitar 3,4
per 100.000 wanita diketahui bahwa sebenarnya prognosis kanker ini cukup
baik apabila diketahui dini dan ditangani dengan tepat. Sementara ini, angka
ketahanan hidup 5 tahunnya mencapai 84%. Hal ini disebabkan oleh karena
sebagian besar kanker endometrium berada dalam stadium awal sehingga dapat
disembuhkan secara sempurna.
Sebagian besar kanker endometrium adalah adenokarsinoma (75%), yang
berasal dari lapisan tunggal dari sel-sel epitel yang melapisi endometrium dan
membentuk kelenjar endometrium. Terdapat beberapa subtipe kanker
endometrium yaitu jenis endometrioid, dimana sel kanker menyerupai
gambaran endometrium normal, papillary serous carcinoma yang agresif dan
clear cell carcinoma.
6
Gambar 1.1. Kanker endometrium
B. Faktor risiko
1. Menstruasi
Usia menars dini (< 12 tahun) berhubungan dengan meningkatkan risiko
kanker endometrium walaupun tidak selalu konsisten. Kebanyakan penelitian
menunjukkan usia saat menopause mempunyai hubungan langsung terhadap
risiko meningkatnya kanker ini. Sekitar 70% dari semua wanita yang
didiagnosis kanker endometrium adalah pascamenopause. Wanita yang
menopause sesudah umur 52 tahun akan terjadi peningkatan risiko sebesar 2,4
kali untuk terjadinya karsinoma endometrium.
Di samping itu karsinoma endometrium dapat terjadi pada wanita
premenopause dengan siklus haid yang tidak teratur. Pada beberapa observasi
ternyata bahwa adenokarsinoma sering terjadi pada wanita yang mengalami
menopause yang terlambat. Seperti diketahui siklus pada masa menopause
biasanya anovulatoar dimana lebih banyak pengaruh estrogen.
2. Obesitas
Obesitas berhubungan dengan terjadinya peningkatan risiko karsinoma
endometrium sebesar 20-80%. Wanita yang mempunyai kelebihan berat badan
11-25 kg mempunyai peningkatan risiko 3 kali dan 10 kali pada wanita yang
mempunyai kelebihan berat badan >25 kg.
3. Diabetes mellitus

7
Didapati peningkatan risiko sebesar 2,8 kali pada wanita penderita diabetes
mellitus untuk terjadinya karsinoma endometrium.
4. Nuliparitas
Kebanyakan penelitian menyimpulkan bahwa nulipara mempunyai risiko
tiga kali lebih besar menderita kanker endometrium dibanding multipara.
Hipotesis bahwa infertilitas menjadi faktor risiko untuk kanker endometrium
didukung oleh penelitian-peneltian yang menunjukkan risiko yang lebih tinggi
untuk nulipara dibanding wanita yang tidak pernah menikah. Pada wanita
nuliparitas dijumpai peningkatan risiko sebesar 2-3 kali.
Perubahan-perubahan biologis yang berhubungan dengan infertilitas
dihubungkan dengan risiko kanker endometrium adalah siklus anovulasi
(terekspos estrogen yang lama tanpa progesteron yang cukup), kadar
androstenedion serum yang tinggi (kelebihan androstenedion dikonversi
menjadi estrone), tidak mengelupasnya lapisan endometrium setiap bulan (sisa
jaringan menjadi hiperplastik) dan efek dari kadar estrogen bebas dalam serum
yang rendah pada nulipara.
5. Faktor genetik
Wanita dengan riwayat kanker kolon dan kanker payudara meningkatkan
risiko terjadinya kanker endometrium 2-3 kali lipat. Begitu juga dengan wanita
yang memiliki riwayat keluarga terkena kanker endometrium.
6. Pemakaian estrogen eksogen
Pada wanita menopause yang mengkonsumsi estrogen akan terjadi
peningkatan risiko karsinoma sebesar 4,5-13,9 kali. Telah banyak ditemukan
kasus-kasus adenocarcinoma yang terjadi pada wanita-wanita yang diberi
terapi estrogen untuk jangka waktu yang lama. Walaupun belum ada bukti
yang nyata, banyak ahli yang tidak menyukai pemberian yang terlalu lama.
C. Patologi adenokarsinoma endometrium
Sebagian besar karsinoma endometrium timbul sebagai massa polipoid yang
menjalar seperti fungus di dalam rongga endometrium. Uterus seringkali
membesar secara tidak simetris. Invasi ke dalam miometrium terjadi secara dini.
Secara mikroskopis, sebagian besar karsinoma endometrium yang berupa

8
adenokarsinoma berdiferensiasi baik dengan kelenjar-kelenjar tak beraturan
yang dilapisi oleh sel-sel silindris ganas.
Adenokarsinoma endometrioid berdiferensiasi baik digambarkan dengan
kelenjar ‘back-toback’ dengan sedikit atau tidak ada intervensi pada stroma dan
sitologi yang atipia ( nukleolus menonjol). Sarang kelenjar dengan cribriforming
ekstensif adalah pola umum lainnya yang terlihat pada adenokarsinoma
endometriod.

Gambar 1.2 Adenokarsinoma endometrium

Kanker endometrium ditentukan derajatnya berdasarkan derajat diferensiasi


histologiknya. Suatu varian histologik adalah adenokarsinoma serosa papiler. Jenis
ini menyerupai karsinoma serosa ovarium dan memiliki prognosis lebih buruk
dibandingkan dengan adenokarsinoma endometrium endometrioid.

9
D. Stadium dan Derajat Kanker endometrium

Stadium Keterangan

I Tumor terbatas pada korpus uteri

IA Tidak atau kurang dari setengah invasi myometrium

IB Invasi mencapai sama atau lebih dari setengah myometrium

II Tumor menginvasi stroma serviks, tetapi tidak meluas ke luar


uterus

III Tumor menyebar secara lokal dan/atau regional

IIIA Tumor menginvasi serosa korpus uteri dan/atau adneksa

IIIB Keterlibatan vagina dan/atau parametrium

IIIC Metastasis ke pelvis dan/atau kelenjar getah bening para aorta

IIIC1 Kelenjar getah bening pelvis positif

IIIC2 Kelenjar getah bening para aorta positif dengan/tanpa

kelenjar getah bening pelvis positif

IV Tumor menginvasi mukosa buli dan/atau usus, dan/atau


metastasis jauh

IVA Tumor menginvasi mukosa buli dan/atau usus

IVB Metastasis jauh, termasuk metastasis intra abdomen

dan/atau kelenjar getah bening inguinal

10
E. Tipe adenokarsinoma endometrium
Sembilan puluh persen kanker endometrium adalah adenokarsinoma,
sisanya adalah karsinoma epidermoid, adenoakantoma, sarcoma, dan
karsinosarkoma. Tipe histologi kanker endometrium yang paling sering ditemui
adalah endometrioid adenokarsinoma (75% dari total kasus). Karakteristik tumor
ini adalah terdapat kelenjar yang mirip dengan endometrium normal. Dalam
tumor ini, kelenjar ganas dilapisi oleh epitel endometrium jinak yang bertingkat,
sering memanjang. Adenokarsinoma mempunyai dua tipe dengan patogenesis
berbeda pada masing-masing tipenya. Tipe pertama adalah estrogen dependen
dan tipe kedua estrogen independen. Perubahan genetik molekuler yang terdapat
pada karsinoma endometrium tipe I dan tipe II juga berbeda.
a. Tipe I estrogen dependen
Tipe I berhubungan dengan meningkatnya kadar estrogen
dalam darah, yang umumnya menyerang wanita pre dan
perimenopause. Karsinoma endometrium tipe I ini cenderung terjadi
pada usia antara 40 sampai 60 tahun (meskipun karsinoma ini dapat
terjadi pada wanita yang lebih muda, bahkan pada kasus yang jarang,
pada usia 20 tahun) Pada anamnesis didapatkan riwayat terpapar
estrogen dan berasal dari hiperplasia endometrial atipikal. Tipe ini
berdiferensiasi baik, minimal invasif, sehingga memiliki prognosis
yang baik. Pada beberapa kasus mungkin didapatkan diabetes,
penyakit hati, hipertensi, obesitas, infertilitas, dan gangguan
menstruasi.
b. Tipe II estrogen independen
Tipe II ini biasanya didapatkan pada wanita pasca
menopause, kurus, atau wanita dengan siklus hormonal yang normal.
Karsinoma endometrium tipe II ini cenderung terjadi pada usia yang
lebih tua dan tidak memiliki riwayat hiperestrogenisme. Tipe II ini
lebih agresif dan mempunyai prognosis lebih buruk daripada tipe I.
Tipe II ini paling sering didapati pada wanita Afro-Amerika.

11
Adenokarsinoma Serviks

I. Defenisi dan Epidemiologi


Kanker serviks adalah kanker primer dari serviks (kanalis servikalis dan
atau porsio). Dimana serviks adalah bagian dari uterus yang bentuknya silindris,
diproyeksikan ke dinding vagina anterior bagian atas dan berhubungan dengan
vagina melalui sebuah saluran yang dibatasi, ostium eksternum dan internum.
Infeksi virus HPV merupakan faktor risiko masuknya karsinogen E6 dan E7,
kedua protein tersebut merupakan karsinogen kanker serviks. Kanker serviks
merupakan kanker yang menduduki urutan pertama dari kejadian kanker secara
keseluruhan ataupun dari kejadian kanker pada wanita. Karena HPV yang
merupakan faktor etiologi maka kanker serviks mempunyai beberapa faktor risiko
yang umumnya terkait dengan suatu penyakit akibat hubungan seksual.
Penyimpangan pola kehidupan seksual merupakan faktor risiko yang sangat
berperan. Faktor lain yang dianggap merupakan faktor risiko antara lain faktor
hubungan seksual pertama kali pada usia muda, dan faktor kebiasaan merokok.
II. Etiologi
Infeksi HPV ( Human Papilloma Virus) terdeteksi pada 99,7% kanker
serviks. Pada penelitian kasus-kontrol, prevalensi infeksi HPV pada kanker
serviks jenis karsinoma sel skuamosa dijumpai sejumlah 78,4-98,1%
(metaanalisis 12 negara). Prevalensi infeksi HPV pada kanker serviks jenis
adenokarsinoma dijumpai sejumlah 85,7-100% (metaanalisis 9 negara). Sel
kanker serviks pada awalnya berasal dari sel epitel yang mengalami mutasi
genetik sehingga merubah perilakunya. Sel yang bermutasi ini melakukan
pembelahan sel yang tidak terkendali, immortal, dan menginvasi jaringan stroma
dibawahnya. Keadaan yang menyebabkan mutasi genetik yang tidak dapat
diperbaiki akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan kanker ini. Onkoprotein
dari E6 akan mengikat dan menjadikan gen penekan tumor (p53) menjadi tidak
aktif, sedangkan onkoprotein E7 akan berikatan dan menjadikan produk gen
retinoblastoma (pRb) menjadi tidak aktif. Mutasi gen suppressor tumor ini
menyebabkan peningkatan aktivitas proliferasi dan apoptosis menurun.

12
Berbagai faktor dianggap sebagai kofaktor (faktor yang menyertai)
terjadinya kanker serviks antara lain multiparitas, merokok, kontrasepsi hormonal,
penyakit hubungan seksual, dan faktor nutrisi. Jumlah paritas meningkatkan risiko
menderita kanker serviks. Risiko menderita kanker serviks meningkat dengan
peningkatan jumlah batang rokok yang dikonsumsi, tetapi tidak berhubungan
dengan lamanya merokok. Penggunaan kontrasepsi hormonal meningkatkan
risiko menderita kanker serviks, kesimpulan tersebut diperoleh berdasarkan
penelitian metanalisis. Lamanya penggunaan kontrasepsi hormonal akan
meningkatkan risiko menderita kanker serviks, dan penggunaan 10 tahun
meningkatkan risiko sampai dua kali. Penelitian pada infeksi virus herpes, dan
HIV membuktikan adanya peningkatan risiko kanker serviks.
III. Patologi adenokarsinoma serviks
Diagnosis histologis adenokarsinoma in situ (ACIS) membutuhkan
perubahan displastik tegas, yang biasanya digambarkan dengan basophilia-daya
rendah, inti sel hiperkromasia dengan butiran kromatin baik halus atau kasar,
apoptosis inti atau debris kariorrhektik, mitosis apikal, dan hilangnya polaritas.
Kelenjar yang terlibat menunjukkan arsitektur lobular yang mungkin muncul lebih
jelas daripada yang berdekatan kelenjar endoserviks yang tidak terlibat, tapi
infiltrasi ireguler pada stroma tidak ditemukan. Keterlibatan kelenjar parsial sering
ditemukan.

13
IV. Skrining Kanker Serviks
Sejak 2 tahun terakhir terdapat kemajuan dalam pemahaman tentang
riwayat alamiah dan terapi lanjutan dari kanker serviks. Infeksi HPV
sekarang telah dikenal sebagai penyebab utama kanker serviks, selain itu
sebuah laporan sitologi baru telah mengembangkan diagnosis, penanganan
lesi prekanker, dan protokol terapi spesifik peningkatan ketahanan pasien
dengan penyakit dini dan lanjut. Penelitian terbaru sekarang ini terfokus
pada penentuan infeksi menurut tipe HPV onkogenik, penilaian profilaksis
dan terapi vaksin serta pengembangan strategi skrining yang
berkesinambungan dengan tes HPV dan metode lain berdasarkan sitologi.
Hal ini merupakan batu loncatan untuk mengimplementasikan
deteksi dini kanker serviks dengan beberapa macam pemeriksaan seperti
tes Pap (Pap smear), Pap net, servikografi, Inspeksi Visual Asetat (IVA),
tes HPV, kolposkopi dan sitologi berbasis cairan (Thin-Layer Pap Smear
Preparation). Namun metode yang sekarang ini sering digunakan
diantaranya adalah Tes Pap dan IVA. Tes Pap memiliki sensitivitas 51%
dan spesifisitas 98%. Selain itu pemeriksaan Pap smear masih memerlukan
penunjang laboratorium sitologi dan dokter ahli patologi yang relative
memerlukan waktu dan biaya yang besar. Sedangkan IVA memiliki
sensitivitas sampai 96% dan spesifisitas 97% untuk program yang
dilaksanakan oleh tenaga medis yang terlatih. Hal ini menunjukkan bahwa
IVA memiliki sensitivitas yang hampir sama dengan sitologi serviks
sehingga dapat menjadi metode skrining yang efektif pada negara
berkembang seperti di Indonesia.
V. Stadium Kanker Serviks
International Federation of Gynecologists and Obstetricians Staging
System for Cervical Cancer (FIGO) pada tahun 2000 menetapkan suatu
sistem stadium kanker serviks sebagai berikut :

14
Klasifikasi stadium kanker serviks berdasarkan FIGO 2009
Stadium Karakteristik

0 Lesi belum menembus membrana basalis

1 Lesi tumor masih terbatas di serviks

1A1 Lesi telah menembus membrana basalis kurang dari 3 mm dengan


diameter permukaan tumor < 7 mm

1A2 Lesi telah menembus membrana basalis > 3 mm tetapi < 5 mm dengan
diameter permukaan tumor < 7 mm

1B1 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer < 4 cm

1B2 Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer > 4 cm

II Lesi telah keluar dari serviks (meluas ke parametrium dan sepertiga


proksimal vagina)

IIA Lesi telah meluas ke sepertiga proksimal vagina

IIB Lesi telah meluas ke parametrium tetapi tidak mencapai dinding panggul

III Lesi telah keluar dari serviks (menyebar ke parametrium dan atau
sepertiga vagina distal)

IIIA Lesi menyebar ke sepertiga vagina distal

IIIB Lesi menyebar ke parametrium sampai dinding panggul

IV Lesi menyebar keluar organ genitalia

IVA Lesi meluas ke rongga panggul, dan atau menyebar ke mukosa

vesika urinaria

IVB Lesi telah meluas ke mukosa rectum dan atau meluas ke organ jauh

15
VI. Prognosis adenokarsinoma serviks
Prognosis kanker serviks sangat tergantung pada seberapa dini kasus ini
terdiagnosis dan dilakukan terapi yang adekuat. Ada beberapa faktor prognostik
yang utama bagi pasien kanker serviks stadium IB dan IIA yang dilakukan
histerektomi radikal dan limfadenektomi, yaitu :
1. Status keterlibatan KGB
2. Ukuran tumor primer
3. Kedalaman invasi stroma
4. Ada tidaknya invasi ke pembuluh darah dan pembuluh limfe
5. Ada tidaknya keterlibatan parametrium
6. Tipe histologi sel
7. Status batas sayatan vagina.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://library.usu.ac.id/download/fk/patologi-soekimin2.pdf

Brunner and Suddarth.(2016). Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta. EGC

17

Anda mungkin juga menyukai