Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

GIZI SEIMBANG UNTUK ANAK


DI UPT PUSKESMAS PUTER

Disusun oleh :
Dewi Wisuda Wardani

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
DHARMA HUSADA BANDUNG
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Gizi pada anak

Sub Pokok Bahasan : Gizi seimbang untuk anak

Sasaran : Balita Arya anak dari Ibu Rina – Rohmat

Tempat : di rumah pasien

Hari / Tanggal : Senin,29 Oktober 2018

Waktu : 20 Menit

Pelaksana : Dewi Wisuda Wardani

I. Tujuan Instruksional
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah selesai mengikuti penyuluhan tentang gizi seimbang untuk anakselama 1 x 20 menit
keluarga mengetahui makanan yang baik pada anak dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta mampu :
1. Mengetahui manfaat gizi seimbang pada anak
2. Mengetahui gizi yang baik bagi anak
II. Materi Penyuluhan
1. Definisi makanan seimbang
2. Kebutuhan gizi balita
3. Hal yang mendorong terjadinya gangguan gizi
4. Makanan selingan bagi balita

III. Metode dan Media


a. Ceramah dan Tanya jawab
b. Leaflet
IV. Kegiatan
No Langkah- Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasaran
langkah
1. Pendahuluan 2 menit  Memberi salam  Menjawab salam
dan
memperkenalkan
diri  Mendengarkan
 Menjelaskan
maksud dan tujuan
penyuluhan  Menjawab pertanyaan
 Melakukan
Evaluasi Validasi
2 Penyajian 10 Menjelaskan materi  Mendengarkan dengan
menit penyuluhan mengenai seksama
:
1.Definisi makanan
seimbang
2.Kebutuhan gizi
balita
3.Hal yang
mendorong terjadinya
gangguan gizi  Mengajukan
4.Makanan selingan pertanyaan
bagi balita
3 Evaluasi 5 menit Memberikan  Menjawab
pertanyaan akhir  Mendemonstrasikan
sebagai evaluasi
4 Penutup 3 menit  Menyimpulkan  Mendengarkan
bersama-sama hasil
penyuluhan
 Menutup  Menjawab salam
penyuluhan dan
mengucapkan salam
V. Evaluasi

MATERI PENYULUHAN GIZI SEIMBANG UNTUK ANAK

A. DEFINISI

Gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh melalui makanan sehari-hari sehingga tubuh bisa
aktif dan sehat optimal, serta tak terganggu penyakit atau tubuh tetap sehat

B. KARAKTERISTIK BALITA

Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari
apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita
diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar
dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar.
Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu
diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh
karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.

C. PERAN MAKANAN BAGI BALITA


1. Makanan sebagai sumber zat gizi
Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat
pembangun , dan zat pengatur.
2. Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan
protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta
pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber
tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa.
3. Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang
aus atau rusak.
4. Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak
dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat
pengatur.
a. Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun
yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K )
b. Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
c. Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.
D. KEBUTUHAN GIZI BALITA

Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara
kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis
kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan
pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status
gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan
Kartu Menuju Sehat (KMS).
1. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa,
sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan
semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.
2. Kebutuhan zat pembangu
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya
relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi
yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.
3. Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan
bertambahnya usia.
E. BEBERAPA HAL YANG MENDORONG TERJADINYA GANGGUAN GIZI

Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya
gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya
jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.

Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama
pada anak Balita antara lain sebagai berikut:

1. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan


Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun
berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja.
Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga
yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan
relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah
makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan
keluarga, khususnya makanan anak balita. Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd,
1999, masalah gizi Karena kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang
memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis
masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.
2. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak
digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang
tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap
dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan
daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah
masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.
3. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan
Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih
serinG kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk
makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada
datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri
sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan
tubuhnya.
4. Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat
anak sulit mendapat cukup protein.
Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein lainnya
memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah
dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan memperburuk
gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999).
5. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut
sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua
zat gizi yang diperlukan.
6. Jarak kelahiran yang terlalu rapat
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita
gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah
lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.
7. Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik
perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam
masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak
akan menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih sangat
dibutuhkan anak akan berhenti keluar.
8. Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti
ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan
penghentian pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat
mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila
tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan inilah
dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi
juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.
9. Sosial Ekonomi Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu
makanan yang disajikan.
Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan
hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah
makanan.
10. Penyakit infeksi Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau
makan
Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya
dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan
makanan.
11. Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi
saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis,
cacingan. ( Dr. Harsono, 1999).
F. KEKURANGAN ENERGI DAN PROTEIN (KEP)

Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.

1. Makanan yang tersedia kurang mengandung energi


2. Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan
3. Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam
usus tergangguKebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang
tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.
4. Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan
balita terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak
kurus kering yang disebut dengan wasting. Wasting, yaitu berat badan anak tidak
sebanding dengan tinggi badannya. Jika kekurangna ini bersifat menahun (
kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka
akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu anak menjadi pendek dan tinggi
badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus.

Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut:

a. Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi frustasi dan
menangis
b. Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/ takaran tertentu
sehingga anak menjadi tertekanMakanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang
diinginkan / membosankan
c. Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis yang diberikan
tidak sesuai dengan sehingga susu yang diberikan tidak dihabiskan
d. Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan bersama kedua
orang tuanya.

Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan ( faktor organis, faktor
psikologis, atau faktor pengaturan makanan )

1) Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan


menyembuhka penyakitnya melalui dokter.
2) Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan.
Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga dapat
menggugah selera makan anak dan disajikan semenarik mungkin.
3) Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus sabar saat
memberi makan anak.
4) Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan disesuaikan
denga waktu makan keluarga karena anak punya semangat untuk menghabiskan
makanannya dengan makan bersama keluarga (orangtua)
5) Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan
sebaiknya dihindari dan ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan
yang baik

Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan beberapa
hal berikut ini.

1) Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat anak benar-
benar lapar dan haus
2) Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak membuat
anak menjadi kenyang agar anak tetap mau makan nasi.
3) Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan, sebaiknya
didampingi oleh orang tuanya sehingga anak dapat memilih makanan jajanan
yang baik dari segi kandungan gizi maupun kebersihannya.
4) Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur disesuaikan dengan
kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak menderita gizi kurang atau
gizi lebih.
5) Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan tahap
pertumbuhan dan perkembangan anak.
G. MENU MAKANAN BALITA

Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh
karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain
dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan.

Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :

 Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya


terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.
 Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan
gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang disarankan
adalah:
Pagi hari waktu sarapan.

o Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.


o Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
o Pukul 16.00 sebagai selingan
o Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
o Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
o Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.

Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1 Tahun

Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan
terlalu jauh)

• Pukul 06.00 : Susu

• Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim

• Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan

• Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim

• Pukul 14.00 : Susu

• Pukul 16.00 : Makanan selingan

• Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim

• Pukul 20.00 : Susu.

H. MAKANAN SELINGAN BALITA

Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang
mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang
pada usia ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasa
sampai lanjut.

Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak


sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan
keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otak akan
berhenti pada usia 3-4 tahun. Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam,
menggunakan makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah
diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan
keluarga.
Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga. Peranan
orangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu
dalam hal ini harus mengetahui, mau, dan mampu menerapkan makan yang seimbang atau
sehat dalam keluarga karena anak akan meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-
orang di sekelilingnya dalam keluarga.

Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara makan
pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup menerima porsi
makan karena anak susah makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan
selingan pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya.

Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber
karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu
isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan lain-lain.

Fungsi makanan selingan adalah :

1. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan
selingan.
2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi,
siang dan malam).
3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita.

DAFTAR PUSTAKA

Santosa, Sugeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.Rieneka Cipta.

Emawati F . , Yuniar R , Susilawati , Herman . 2000 . Kebutuhan Ibu Hamil Akan Tablet Besi
Untuk Pencegahan Anemia . Penelitian Gizi dan Makanan . Jilid 23 : 92

Libuae P . Perbaikan Gizi Anak Sekolah Sebagai Investasi SDM . dalam Kompas 9 September
2002 .

Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Sudiyanto. Dalam membina anak dalam mencapai cita-citanya. Tumbuh kembang anak, Fakultas
Kedokteran UI.

Anda mungkin juga menyukai