Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH HUKUM LINGKUNGAN

TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA)

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah hukum lingkungan

Disusun oleh:

1. Andriano Rosi Yusman NIM :


2. Deni ramadhan Fauzi NIM : 171010200258
3. Gratio Nuvo Januar NIM : 171010200224
4. Lia Dimyati NIM : 171010201188
5. M. Itsnaini Aga Pambudi NIM : 171010200223
6. Rismawati NIM : 171010200217
7. Wawan Setiawan NIM : 171010200989

FAKULTAS ILMU HUKUM


UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2018 / 2019

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT. karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “TEMPAT
PEMBUANGAN AKHIR (TPA)”. Kami mengucapkan terimakasih pada semua
pihak yang telah memberikan bantuan baik materiil maupun spiritual dalam
menyelesaikan makalah ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen Pembimbing yang
telah membimbing kami agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami
menyusun karya tulis ilmiah ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, demikian
kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Untuk kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang, kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangatlah diharapkan. Dan kami berharap semoga
karya ilmiah ini bermanfaat bagi seluruh pembaca. Agar menciptakan lingkungan
yang bebas dari sampah. Terimakasih.

Tangerang,

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

2
Alam dan lingkungan merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang

harus dijaga oleh semua umat manusia. Sebagai tanda rasa syukur kita sebagai

manusia terhadap karunia- Nya. Sebab, alam dan lingkungan adalah tempat kita

melangsungkan proses kehidupan. Tanpa alam dan kondisi lingkungan yang

kondusif, tidak mungkin makhluk hidup dapat terus bertahan hidup dari generasi

satu hingga generasi yang selanjutnya. Karena semua makhluk hidup bergantung

kepada alam dan lingkungan. Yang mana alam dan lingkungan menghasilkan

tanaman, air, udara yang vital bagi makhluk hidup. Jika salah satu unsur alam dan

lingkungan tersebut rusak akibat adanya pencemaran, kerusakan dan perilaku

manusia yang melakukan perusakan. Dapat dipastikan terjadinya ketidakstabilan

salah satu unsur alam dan lingkungan yang berdampak pada kelangsungan hidup

para makhluk hidup yang ada di muka bumi ini.

Seperti yang terjadi dari waktu ke waktu, jumlah penduduk yang semakin

banyak membuat setiap jengkal wilayah yang terdapat di Indonesia menjadi padat,

terutama wilayah perkotaan yang notabenenya menjadi objek empuk dan

menggiurkan bagi para kaum urban untuk mengadu peruntungannya hidup di

kota. Hal tersebut membuat wilayah perkotaan seperti Ibukota Jakarta dan kota –

kota besar lainnya yang semakin padat dihuni jutaan penduduk.

Dalam setiap peristiwa, tentunya memiliki dampak positif dan dampak

negatif yang ditimbulkan dalam setiap aspek kehidupan. Salah satunya, dampak

negatif terhadap lingkungan yang mana dengan jumlah penduduk yang padat

3
disertai padatnya aktivitas berkontribusi besar dalam kerusakan lingkungan.

Sebagai contoh banyaknya sampah, limbah cair, limbah padat dan bentuk –

bentuk polusi yang dihasilkan dari aktivitas masyarakat. Terlebih lagi minimnya

kesadaran masyarakat, pelaksanaan dari Undang – Undang dan regulasi terkait

lingkungan yang kurang optimal dalam menjaga lingkungan sebagai bentuk

kepedulian terhadap cinta lingkungan.

Seperti halnya yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur

Batu yang berada di Bantar Gebang, kota Bekasi Provinsi Jawa Barat. Yang mana

tempat ini menjadi objek tempat pembuangan sampah – sampah yang dihasilkan

dari limbah rumah tangga, limbah pabrik dan lain – lain. Khususnya wilayah

Jakarta yang merupakan penyumbang terbesar sampah bagi Tempat Pembuangan

Akhir (TPA) Sumur Batu ini. Kawasan ini tampak seperti gunung sampah yang

menjulang tinggi mencapai ketinggian 25 meter², yang idealnya tinggi tumpukan

sampah 15 hingga 19 meter². Seperti yang kita ketahui tumpukan sampah yang

tidak diolah dengan segera dan baik. Maka, akan menimbulkan berbagai macam

dampak negatif bagi lingkungan dan masyarakat sekitar Tempat Pembuangan

Akhir (TPA) sampah tersebut.

Tanah yang diatasnya ditumpuki sampah akan menjadi tercemar dan

mengalami kerusakan dengan sendirinya. Begitupun udara yang dihasilkan di

sekitar wilayah tersebut akan menjadi bau dan sampah – sampah yang menumpuk

tersebut akan menghasilkan gas Metana (CH4) jika dibiarkan dan juga akan

menghasilkan zat dioksin dan furan serta gas Hidrogen Sulfida (H2S). Gas lain

yang juga dihasilkan oleh sampah – sampah, yaitu: Karbon Dioksida (CO2) dan

4
Karbon Monoksida (CO) jika dilakukannya pembakaran sampah secara manual

yang secara perlahan dan pasti merusak lapisan ozon yang terdapat di atmosfer

dan akhirnya terjadilah global warming yang membuat keseimbangan alam

menjadi terganggu.

BAB II

RUMUSAN MASALAH

5
Tujuan disusunnya karya tulis ilmiah terkait Tempat Pembuangan Akhir

adalah untuk mengetahui:

1. Bagaimana kondisi terakhir Tempat Pembuangan Akhir (TPA)


2. Bagaimana langkah yang dapat ditempuh dalam menyelesaikan

masalah yang terjadi pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tersebut?

BAB III

PEMBAHASAN

6
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) menurut Undang – Undang No. 18

Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah adalah tempat untuk memroses dan

mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan

lingkungan. Definisi lain menyebutkan bahwa Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

adalah tempat pembuangan akhir sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia

yang sebelumnya sampah – sampah tersebut transit ke Tempat Penampungan

Sementara yang merupakan tempat sebelum sampah diangkut ke tempat

pendauran ulang, pengolahan, dan atau tempat pengolahan sampah terpadu.

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu yang terletak di Bantar Gebang,

Bekasi Jawa Barat.

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ini terdiri dari zona 1, 2, 3, 4, 5A, 5B

dan zona 6. lahan eksisting saat ini di TPA Sumur Baru baru mencapai 15,8 ha.

Yang menurut Rencana Perluasan dan Pengembangan TPA Sumur batu, pada 2030

mendatang Bekasi harus memiliki lahan TPA hingga 38,9 ha. Dengan jumlah

sampah yang datang hingga warga Bekasi dan Jakarta 1900 ton/ perhari dan .

Dengan tinggi tumpukan sampah hingga 25 m², padahal seharusnya tinggi ideal

tumpukan sampah – sampah tersebut hanyalah 15 hingga 19 m². Ribuan ton

sampah – sampah yang yang datang ke ini berasal dari wilayah sekitar lokasi

(TPA) ini berada dan juga wilayah DKI Jakarta yang menjadi donatur sampah

terbesar bagi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ini. Yang mana sampah –

sampah yang dibuang ke TPA ini berasal dari:

1. Sampah yang berasal dari manusia

7
2. Sampah dari alam

3. Sampah konsumsi

4. Sampah industri

Sedangkan sampah merupakan material sisa yang dibuang sebagai hasil

dari proses produksi, baik itu industri maupun rumah tangga. Adapun pengertian

sampah menurut para ahli, sebagai berikut:

1. Juli Soemirat

Sampah adalah barang padat yang dihasilkan dari kegiatan

manusia yang tidak lagi dikehendaki.

2. Azwar

Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak digunakan,

tidak disenangi, atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya

berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan

industri) tetapi bukan biologis karena kotoran manusia (human

waste) tidak termasuk kedalamnya.

3. Bahar

8
Sampah adalah suatu barang yang harus bersifat padat yang tidak

lagi dipergunakan dan dibuang, sehingga barang tersebut tidak bisa

diuraikan dengan sempurna oleh alam yang akhirnya mengakibatkan

kerusakan.

4. Basriyanta

Sampah adalah suatu material yang tidak lagi dipakai sehingga

dibuang oleh pemiliknya, akan tetapi sampah masih dapat digunakan

jika didaur ulang menjadi sesuatu yang baru.

5. Tanjung

Sampah adalah barang yang tidak berguna lagi sehingga dibuang

oleh pemiliknya.

6. Wijaya Jati

Sampah secara sederhana adalah konsekuensi sisa dari selurih

kegiatan (aktivitas) manusia.

7. World Health Organization (WHO)

Sampah adalah barang yang berasal dari kegiatan manusia yang

tidak lagi digunakan, baik tidak dipakai, tidak disenangi, ataupun yang

dibuang.

8. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

9
Sampah adalah barang yang dibuang oleh pemiliknya karena

tidak terpakai lagi atau tidak dinginkan lagi, misalnya kotoran, kaleng

minuman, daun - daunan, kertas, dan lain-lain.

Sampah yang berasal dari manusia merupakan sumber sampah terbesar

yang terdapat di TPA ini, karena jumlah dan kegiatan manusia yang semakin

banyak dan semakin kompleks merupakan faktor utama terbentuknya sampah.

Seperti halnya dalam kegiatan rumah tangga, masing – masing kepala rumah

tangga sudah dapat dipastikan menghasilkan dan membuang sampah setiap

harinya. Sampah – sampah yang terdapat di sini secara tidak langsung dan secara

langsung dapat menyebabkan pencemaran, Pencemaran tersebut mengakibatkan

rusaknya ekositem dan juga merusak kompenen abiotik sebagai penunjang

keberlangsungan kehidupan komponen biotik yang ada di lingkungan sekitar

Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Jika kompenen ini rusak dan tercemar, maka akan terjadi ketidakstabilan

pada ekosistem. kerusakan dan perusakan terhadap lingkungan sekitar Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu ini. Seperti yang diketahui tumpukan –

tumpukan sampah yang telah melebihi daya tampung TPA ini akan berbahaya jika

dibiarkan begitu saja. Karena tumpukan - tumpukan sampah yang dibuang dengan

sistem open dumping dipastikan dapat menghasilkan emisi dapat mencemari

udara akibat proses dekomposisi anerobik. Akibat proses tersebut muncullah emisi

Gas Methana (CH4), Amoniak (NH3) dan Hidrogen Sulfida (H2S) yang

kemudian dilepaskan ke udara bebas. Sehingga menimbulkan bau yang tidak

10
sedap dan menurunkan kualitas ambien udara. bukan hanya itu, Gas Methana

(CH4) merupakan salah satu komponen gas yang menyebabkan gangguan

kesehatan terutama manusia, menimbulkan efek Gas Rumah Kaca dan menjadi

faktor terbentuknya lubang ozon (O3) yang terdapat dilapisan atmosfer. Daya

rusak Methana (CH4) terhadap palisan Ozon pun diketahui memiliki kekuatan

21x lebih kuat daripada Karbon Dioksida (CO2). Sehingga tumpukan – tumpukan

sampah yang terdapat disini menjadi salah satu penyumbang bagi terjadinya

perubahan iklim dan pemanasan global seperti yang dialami bumi saat ini.

Pencemaran lain yang ada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ini terjadi

manakala datangnya musim hujan apalagi jika intensitas hujan yang tinggi yang

dapat menyebabkan kawasan ini tergenang banjir. Yang secara tidak langsung

akan menyebabkan tercemarnya air tanah. Sehingga air tanah yang ada disekitar

tidak dapat digunakan kembali. Karena air yang terdapat di kawasan ini telah

menurun kualitas ambien airnya dan dinyakatakan berbahaya bagi makhluk hidup

apabila telah tercemar senyawa logam berat. Karena sebagian besar tumpukan

sampah tersebut mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).

Air Lindi pun turut serta menjadi permasalahan bagi Tempat Pembuangan

Akhir (TPA) Sumur Batu ini. Air Lindi tersebut dihasilkan dari proses

dekomposisi atau pembusukan sampah. Selain mencemari kualitas tanah, air lindi

secara langsung juga mencemari kualitas air, baik air permukaan maupun air

tanah. Dimana senyawa organik di dalam air lindi memiliki konsentrasi yang

sangat tinggi, hal ini berdampak pada turunnya kadar oksigen terlarut dalam air.

11
Sehingga air dengan kualitas seperti ini menjadi tidak layak untuk dipergunakan

manusia dan dapat mematikan binatang air. Kualitas air akan semakin menurun,

bahkan menjadi berbahaya apabila tercemar senyawa logam berat seperti Timbal

(Pb), Merkuri (Hg) dan Cadmium (Cd).

Sudah seharusnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu memiliki

rencana penanggulan jika terjadinya pencemaran akhir. Seperti yang tercantum

dalam Pasal 25 Bagian Ketiga tentang Penanggulangan Darurat Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang berbunyi: “ Setiap usaha dan

atau kegiatan wajib membuat rencana penang-gulangan pencemaran air pada

keadaan darurat dan atau keadaan yang tidak terduga lainnya”.

Selain pencemaran udara dan air, pencemaran pada tanah pun mendapat

sorotan khusus bagi semua masyarakat, pemerintah dan semua instansi yang

terkait. Tumpukan - tumpukan sampah disini pun dapat merusak struktur tanah

dan merusak ekosistem darat. Yang mana tanah menjadi tidak subur, terjadinya

erosi atau longsor, serta menimbulkan wabah penyakit yang diakibatkan zat kimia

seperti timbal yang ada pada tumpukan sampah - sampah tersebut.

Berdasarkan Pasal 48 (a) dan (b) Peraturan Daerah No 15 Tahun 2011

Tentang Pengelolaan Sampah Bab XI tentang Larangan dan Pasal Pasal 29 (c) dan

(d) Undang – Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah BAB X

tentang Larangan mengatur bahwa setiap orang dilarang :

a. Mencampur sampah dengan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).

12
b. Mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan

lingkungan.

Akan tetapi pada praktiknya masih saja ada orang, terutama badan usaha

yang masih mencampur sampah dengan limbah bahan berbahaya dan beracun. Hal

tersebut sangat merugikan lingkungan dan berdampak buruk bagi lingkungan dan

makhluk hidup yang berada disekitar kawasan tersebut.

Kasus Lingkungan sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu.

1. Seperti yang terjadi pada Senin, 8 April 2019 yang mana Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) Sumur batu mengalami longsor akibat dari

tumpukan sampah yang melebihi kapasitas ditambah tekanan dari air

hujan dengan intensitas yang tinggi terjadilah longsor.


2. Tidak hanya sampai sini saja, Kali Asem yang berada disekitar lokasi

pun ikut meluap akibat jatuhnya material sampah – sampah yang

tercecer dan jatuh kesana. Sehingga Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

ini tergenang banjir. Banjir yang terjadi Pada Selasa 9 April 2019

mengenangi areal ini dapat merusak serta mencemari tanah, dan air

yang ada di sekitar areal ini.


3. Tercecernya air lindi dari tumpukan – tumpukan sampah ke perlintasan

truk dan terbuang langsung ke kali Asem. Tanpa adanya pengolahan

terlebih dahulu melalui mesin Instalasi Pengolahan Air Sampah (IPAS).

Seperti kejadian pada Tahun 2012, yang pada saat itu petani yang

menggarap sawah mengalami gagal panen akibat sawah mereka

tercemar air lindi yang berasal dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

13
Sumur Batu yang pada saat itu Dinas Kebersihan Kota Bekasi tidak

memiliki instalasi pengolahan limbah yang memadai.

Melihat kondisi sampah yang semakin hari semakin meningkat

kapasitasnya, Pemerintah setempat membangun sebanyak 112 Tempat Pengolahan

Sampah Terpadu (TPST) di lingkungan sekitar wilayah Tempat Pembuangan

Akhir (TPA). Sebagai bentuk ajakan Pemerintah Kota kepada masyarakat untuk

melakukan pengolahan sampah rumah tangga yang bertujun mengurangi minimal

20% volume sampah yang ada.

Mengajak para pengusaha dan badan hukum untuk berinvestasi

menanamkan modal mereka untuk program industrilisasi Tempat Pembuangan

Akhir (TPA) jangka panjang.

Seperti PT. Godag Tua jaya yang merupakan subkontraktor dan pemain lama

dalam bisnis persampahan dan terkenal sebagai produsen pupuk organic (kompos)

yang berbahan baku sampah pasar. PT. Godang Tua Jaya membuat rencana dalam

pengolahan sampah meliputi pembangunan fasilitas pengolahan sampah dengan

teknologi Galfad (Gasification, landfill, anaerobic digestion), fasilitas daur ulang

sampah plastik, fasilitas pengolahan gas Methana, dan fasilitas pembangkit listrik.

Tak ketinggalan juga, PT. Godang Tua Jaya pun aka menerapkan teknologi

sanitary landfill yang benar dan penerapan proses 3R, yaitu: Reduce, Refuse, and

Recycle)

BAB IV

14
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa pemanfatan kawasan Bantargebang sebagai Tempat

Pembuangan Akhir Sampah dapat disimpulkan bahwa :

1. Kawasan TPA Bantargebang menjadi salah satu rencana tata ruang

prasarana sampah yang telah dicantumkan dalam RPJM DKI Jakarta

tahun 2007-2012 dan RT RW Jakarta 2030.


2. Dampak negatif bagi warga sekitar dengan adanya tumpukan sampah

sangat besar, mulai dari aspek kesehatan, kebersihan lingkungan

sekitar hingga terganggunya proses belajar-mengajar di sekolah

wilayah sekitar.
3. Tata ruang wilayah Bantargebang menjadi semakin semrawut, karena

penataan ruang yang tidak berjalan dengan baik.


4. Terpilihnya kawasan Bantargebang menjadi kawasan TPA Sampah

untuk warga Jakarta telah tercantum jelas dalam Keputusan Bersama

antara Gubernur DKI Jakarta dan Walikotamadya Bekasi Nomor

2802/220
5. Pengelolaan sampah menuju zero waste menjadi salah satu alternatif

yang penulis berikan dalam pengelolahan sampah yang ada.

B. Saran

1. Dengan meningkatnya sampah tiap hari, Pemerintah Daerah perlu

meninjau kembali rencana pembangunan wilayah yang dapat di

15
manfaatkan sebagi tempat pembuangan sampah akhir dengan

memperlihatkan aspek-aspek kehidupan masyarakatsekitarnya.

2. Perlu adanya pengolahan sampah menuju zero waste yang dapat

menihilkan sampah di lingkungan masyarakat sekitar.

3. Pemerinyah Daerah perlu mempertegas dan mengawasi pelaksanaan

pihak pengelola sampah dalam menjalankan amanah sesuai UU No. 18

tahun 2008 Pasal 7 tentang wewenang pemerintah dalam pengelolaan

sampah adalah sebagai berikut :

a. Menetapkan kebijakan dan strategi nasional pengelolaan sampah

b. Menetapkan norma, standar, proseduer, dan kriteria pengelolaan

sampah

c. Memfasilitasi dan mengembangkan kerja sama antar daerah,

kemitraan, dan jejaring dalam pengelolan sampah

d. Menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, dan pengawasan kinerja

pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah

e. Menetaapkan kebijakan penyelesaian perselisihan antar daerah

dalam pengelolaan sampahdan jejaring dalam pengelolaan sampah

f. Menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, dan pengawasan kinerja

pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah

16
g. Menetapkan kebijakan penyelesaian perselisihan antara daerah

dalam pengelolaan sampah

4. Sebagai masyarakat memiliki peran penting dalam pengelolaan sampah

yaitu dengan mengurangi atau meniadakan sampah yang dihasilkan.

Sesuai dengan UU No. 18 Tahun 2008 Pasal 20 ayat 1, pengurangan

sampah dapat dilakukan dengan :

a. Pembatasan timbulan sampah

b. Pendauran ulang sampah; dan/atau

c. Pemanfaatan kembali sampah

17

Anda mungkin juga menyukai