Uji komposisi ini dilakukan untuk mengetahui unsur yang terkandung dalam
plat baja karbon yang dijadikan bahan penelitian ini. Dari hasil pengujian komposisi
Tabel 4.1. Hasil uji komposisi raw material dan weld metal
69
4.1.2. Pembahasan Uji Komposisi
Uji komposisi ini dilakukan pada 2 posisi tembak yaitu pada raw material dan
daerah las (weld metal), pengujian dilakukan untuk mengetahui berapa unsur yang
terkandung dalam plat baja karbon yang belum terpengaruh pengelasan (raw
material) maupun yang telah terpengaruh oleh pengelasan sehingga dapat diketahui
perbandingan kadar kandungan unsur kimia dari kedua benda uji tersebut.
dapat disimpulkan bahwa baja yang diteliti adalah jenis baja karbon sedang yang
Unsur Mn dalam baja dapat menaikkan kekuatan tarik tanpa mengurangi atau
mengalami penurunan kadar Fe dan kenaikkan kadar Mn hal ini dapat disebabkan
karena pengaruh panas yang sangat tinggi pada saat proses pengelasan sehingga
unsur-unsur pada daerah las bertransformasi dan merubah kadar unsur-unsur yang
70
berada didalamnya. Selain itu juga disebabkan karena pengaruh dari komposisi kawat
Peningkatan nilai kadar unsur mangan (Mn) memiliki sifat meningkatan kekuatan,
dingin. Terlihat jelas bahwa kandungan Mn bertambah lebih besar nilainya dari raw
ukuran butir pada bahan setelah proses pengelasan. Proses pengelasan dilakukan pada
benda uji pelat baja karbon akan menyebakan terjadinya sifat pemanasan dan
pendinginan yang dapat merubah struktur mikro dari suatu logam. Hasil pengujian
struktur mikro dianalisis melalui foto atau gambar dari benda uji hasil pemotretan
struktur mikro dilakukan terutama pada daerah las (Weld Metal), batas las, HAZ,
logam induk, dan hanya pada arus 110 Ampere, 120 Ampere, dan 130 Ampere. Hasil
71
Gambar 4.1. Spesimen titik uji struktur mikro.
AF
WF
GBF
50µm
72
AF
GBF
WF
50µm
AF
WF
GBF
50µm
73
4.2.2. Pembahasan Hasil Uji Struktur Mikro Weld Metal
Pada pengamatan struktur mikro umumnya yang diamati adalah ukuran butir,
bentuk butiran, dan larutan padat yang terbentuk, semakin halus dan kecil bentuk
butiran maka kekuatan mekanis akan bertambah baik. Dari hasil pengelasan posisi
dibawah tangan (1G), las SMAW kampuh V 60° dengan perbandingan variasi arus
110 A, 120 A 130 A. Pada Struktur mikro logam las arus 110 A (gambar 4.2) dapat
ketahui bahwa struktur mikronya adalah Grain Boundary Ferrite, widmanstatten ferit
dan acicular ferrite dan perlit. Struktur perlit masih sangat sedikit yang terjadi. Grain
pengelasan dengan arus 120 A (gambar 4.3) pada daerah logam las terlihat jelas
struktur mikro yang terbentuk adalah widmanstatten Ferit dan Grain Boundary
menunjukkan struktur yang terbentuk lebih halus dibandingkan pengelasan pada arus
120 A ini menunjukkan pengaruh arus. Jadi semakin tinggi arusnya maka penyebaran
struktur mikro yang terkandung semakin baik. dimana struktur yang terbentuk yang
paling banyak yaitu AF (acicular ferrite) dibanding GBF (grain boundary ferrite )
74
(B). Hasil pengujian struktur mikro daerah Batas Las
AF
WF
GBF
50µm
AF
GBF
WF
50µm
75
AF
WF
GBF 50µm
Di daerah pengelasan ada suatu daerah yang disebut daerah transisi cair padat,
daerah itu merupakan daerah batas las yaitu antara logam las dan daerah HAZ dimana
penetrasi logam cair kearah logam induk. Pada daerah ini kristalnya tumbuh dengan
cepat dan membentuk butir-butir kasar, daerah HAZ besar butir dan struktur berubah
sesuai dengan siklus termal yang terjadi pada waktu pengelasan, pada daerah transisi
cair padat dimana butir-butirnya sangat kasar logam menjadi sangat getas dan disebut
penggetasan batas las. Dari hasil pengujian struktur mikro, struktur yang terbentuk
pada daerah batas las yaitu sama dengan logam induk yaitu widmanstatten Ferrite
dan Grain Boundary Ferrite, dan accicular Ferrite. Ditunjukkan pada (gambar 4.5.)
dapat diamati bentuk struktur mikro batas las dengan arus 110 Ampere terlihat bentuk
lebih halus dibanding dengan arus 120 A dan 130 A. Daerah batas las memiliki
76
pertumbuhan ferit lebih besar dibandingkan daerah HAZ. Struktur mikronya terdiri
dari struktur ferit, ferit batas butir, widmanstatten ferrite dan acicular fereite yang
banyak tumbuh di sekitar struktur ferrite, serta kristal bainit akibat proses pemanasan
dengan temperatur yang cukup merata dari arus pengelasan 110 A dan pendinginan
kategori sedang.
AF
WF
GBF
50µm
77
AF WF
GBF
50µm
AF
WF
GBF
50µm
78
(D). Hasil pengujian struktur mikro daerah HAZ halus
Perlit
Ferrit
50µm
Perlit
Ferrit
50µm
79
Perlit
Ferrit
50µm
Dari hasil pengujian struktur mikro, struktur yang terbentuk pada daerah HAZ
dibagi menjadi dua yaitu HAZ kasar dan HAZ halus. Gambar 4.9 memperlihatkan
foto struktur mikro daerah HAZ kasar pada spesimen las dengan arus pengelasan 120
A. daerah dengan karakter struktur mikro yang terpengaruh panas (heat affected
berbentuk plat-plat sejajar dengan lapisan karbida diantara plat-plat tersebut sehingga
retak mudah merambat sejajar dengan plat. Struktur yang terbentuk pada daerah HAZ
halus memiliki struktur yang mencerminkan struktur mikro spesimen raw material
80
dengan tebaran ferit dan perlit, panas pengelasan membuat pertumbuhan ferit
meningkat sehinggga terjadi perubahan bentuk struktur menjadi lebih kasar dibanding
dengan logam induk yang akan berpengaruh terhadap sifat mekanis dari baja tersebut.
Ditunjukan pada gambar 4.11. dapat diamati bentuk struktur mikro HAZ halus
dengan arus 130 Ampere terlihat bentuk lebih halus dibanding dengan arus 110
pengelasan maka nilai kekerasnnya meningkat terlihat dari bentuk struktur mikronya
Perlit
Ferrit
50µm
81
4.2.5. Pembahasan Hasil Uji Struktur Mikro Logam Induk
Logam induk merupakan daerah yang tidak terpengaruh, dimana panas yang
terjadi selama proses pengelasan tidak menyebabkan perubahan struktur dan sifat.
Dari hasil foto mikro dapat dilihat struktur mikro logam induk kandungan ferritnya
lebih banyak dan memiliki butir yang halus, suatu logam yang mempunyai butir halus
akan mempunyai ketangguhan (toughness) atau ketahanan terhadap beban kejut yang
lebih baik, lebih keras dan lebih kuat dari bahan yang berbutir kasar. Daerah logam
induk pelat baja sama seperti umumnya, struktur mikro utama matrik dasarnya ferirte
dan perrliet.
Keterangan:
AF : Accicular Ferrite
WF : Widmanstatten Ferrite
Masukan panas adalah besarnya energi panas tiap satuan panjang las ketika
sumber panas (yang berupa nyala api, busur listrik, plasma atau cahaya energi tinggi)
bergerak.
𝐸.𝐼
Masukan panas : H= 𝑉
82
E : potensial listrik (volt)
Contoh perhitungan salah satu hasil dari variasi heat input pada arus 110 A.
Diketahui :
V = 1,77 mm/s
E = 76 volt
I = 110 Ampere
𝐸.𝐼
Sehingga : H= η 𝑉
H = 3070 J/mm
83
4.4. Pengujian Kekerasan
terbuat dari bola dengan diameter 2,5 mm dan beban penekan (P) = 187,5 kgf.
Besarnya diagonal bekas injakan diukur dengan mikroskop dan nilai kekerasan
𝑃 2𝑃
𝐻𝑏 = =
𝜋𝐷 𝜋𝐷(𝐷 − √𝐷2 + 𝑑 2
Dimana :
Berikut adalah perhitungan hasil uji kekerasan Brinell (BHN) spesimen raw material
𝑃 2𝑃
𝐻𝑏 = =
𝜋𝐷 𝜋𝐷(𝐷 − √𝐷2 − 𝑑 2
Diketahui : P = 187,5 kg
D = 2,5 mm
D = 1,20 mm
2(187,5)
𝐻𝑏 =
3,14(2,5)(2,5 − √2,52 − 1,202 )
= 155,7 𝑘𝑔/𝑚𝑚²
84
4.3.1 Hasil Pengujian Kekerasan
Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah untuk masing-
masing benda kerja (arus 110, 120, dan 130 ampere) dan jarak antar titik
beban penekanan (P) = 187,5 kgf dengan diameter penerator adalah 2,5 mm
1,20 155,7
1. Raw Acak
1,20 155,7
1,20 155,7
Sumber : Laboratorium Bahan Teknik Mesin Vokasi UGM
kekerasa yang sama yaitu 155,7 kg/mm² (ditunjukkan pada tabel 4.2).
85
Tabel. 4.3. Hasil Pengujian Kekerasan Arus 110 Ampere
Posisi Titik d rata-rata Kekerasan
No Kode Uji (mm) BHN
Dari hasil pengujian kekerasan, titik keras tertinggi untuk arus 110
ampere terdapat pada daerah logam las yaitu dititik ke-2 pada 2,5 mm dari
sumbu las dengan nilai kekerasan 187,3 Kg/mm2 dan titik terlemah pada titik
ke-8 sampai ke-12 dengan nilai kekerasan 155,7 Kg/mm2 (ditunjukkan pada
tabel 4.3).
86
Tabel. 4.4. Hasil Pengujian Kekerasan Arus 120 Ampere
d rata-rata Kekerasan
No Kode Posisi Titik Uji (mm) BHN
Dari hasil pengujian kekerasan, titik keras tertinggi untuk arus 120
ampere terdapat pada daerah logam las yaitu dititik ke-1 samapai titik ke-3
dari sumbu las dengan nilai kekerasan 170,5 Kg/mm2 dan titik terlemah pada
titik ke-8 sampai ke-12 dengan nilai kekerasan 155,7 Kg/mm2 (ditunjukkan
87
Tabel. 4.5. Hasil Pengujian Kekerasan Arus 130 Ampere
Posisi Titik d rata-rata Kekerasan
No Kode Uji (mm) BHN
Dari hasil pengujian kekerasan, titik keras tertinggi untuk arus 130
ampere terdapat pada daerah logam las yaitu dititik ke-3 pada 5,0 mm dari
sumbu las dengan nilai kekerasan 191,0 Kg/mm2 dan titik terlemah pada titik
ke-9 sampai ke-12 dengan nilai kekerasan 155,7 Kg/mm2 (ditunjukkan pada
tabel 4.5).
88
HASIL RATA-RATA UJI KEKERASAN
166
164
Harga Kekerasan (Kg/mm²) 164 163
162 161
160
158
155,7
156
154
152
150
Raw Material 110 A 120 A 130 A
SPESIMEN
Untuk spesimen hasil pengujian kekerasan brinell dapat dilihat pada gambar
dibawah init :
89
Gambar 4.17. Spesimen 110 Ampere Uji Kekerasan Brinell.
90
Gambar 4.19. Spesimen 130 Ampere Uji Kekerasan Brinell.
paduan dengan mengamati selisih berat sebelum dan sesudah perendaman kedalam
akuarium uji korosi yang berisi larutan 2,5% HCl. Lama perendaman 100 jam dan
dari hasil penimbangan berat aluminium paduan daerah weld metal dam HAZ
87.6 xW
Menurut Mars G.Fontana (1987) Menghitung harga mpy
DxAxT
91
ΔW = W1-W2
D = Berat jenis
Pada baja karbon sedang daerah weld metal variasi arus 110 ampere sebagai berikut:
ΔW = W 1-W2
= 53,82 gr – 53.77 gr
ΔW = 0.05 gr = 50 mg
D = 4 gr /cm3
A = (m2)
= (52)
= 25.mm2
T =100jam.
87,6𝑥50
Sehingga harga mpy = 4𝑥0,25𝑥100
= 27,37 mpy
92
Perbandingan tingkat laju korosi tercantum dalam Tabel 4.6. dan Gambar 4.16 dan
4.17.
93
HASIL RATA-RATA UJI KOROSI
1.2 0.8
0.695
Harga Korosi (mm/year) 0.7
1
0.556 0.556 0.6
0.8
0.5
0.6 0.4
0.3
0.4
0.2
0.2
0.1
0 0
Weld 110 A Weld 120 A Weld 130 A
SPESIMEN
Gambar. 4.20. Histogram hasil uji korosi pada baja karbon sedang daerah Weld Metal
110 A, 120 A, 130 A.
1
0,417 0,556 0.6
0.8
0.5
0.6 0.4
0.3
0.4
0.2
0.2
0.1
0 0
Weld 110 A Weld 120 A Weld 130 A
SPESIMEN
Gambar. 4.21. Histogram hasil uji korosi pada baja karbon sedang daerah HAZ 110
A, 120 A, 130 A.
94
Tabel 4.7. Tingkat ketahanan korosi berdasarkan harga mpy.
laju korosi spesimen HAZ 110 ampere sebesar 0,834 mm/tahun. Sedangkan laju
korosi pada Weld Metald 110 ampere sebesar 0,695 mm/tahun. Hal ini menunjukkan
laju korosi pada HAZ 100 ampere lebih cepat dari laju korosi pada daerah weld metal
dengan 110 ampere. Pada daerah weld metal dengan variasi arus 120 ampere laju
korosi turun sebesar 0,556 mm/tahun dibandingkan pada daerah weld metal dengan
110 ampere. Hal ini menunjukkan bahwa 110 ampere lebih banyak terjadi korosi dari
pada 120 ampere. Sedangkan laju korosi pada Weld Metal 130 ampere sebesar 0,417
mm/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa laju korosi pada Weld Metal 130 ampere
Hasil dari nilai laju korosi pada weld metal dengan 110 ampere, 120 ampere,
dan 130 ampere diketahui bahwa nilai laju korosi paling lambat terletak pada daerah
weld metal dengan variasi arus 130 ampere yaitu sebesar 0,556 mm/tahun. Hal ini
berarti tahanan korosi terbaik terletak pada weld metal 120,130 dan HAZ 120,130
95
ampere sedangkan tahanan korosi terburuk terjadi pada daerah weld metal dengan
variasi arus 110 ampere sebesar 0,695 mm/tahun. Jadi dapat disimpulkan dari HAZ
110 ampere, daerah las dan HAZ 110 A, 120 A, 130 A yang mempunyai ketahanan
korosi terbaik adalah pada spesimen variasi arus 120,130 ampere daerah lasan dan
HAZ 120,130 ampere. Untuk spesimen hasil pengujian korosi dapat dilihat pada
Gambar 4.22. Spesimen 110 Ampere Uji Korosi Pada Weld Metal.
96
Gambar 4.23. Spesimen 120 Ampere Uji Korosi Pada Weld Metal.
Gambar 4.24. Spesimen 130 Ampere Uji Korosi Pada Weld Metal.
97
Gambar 4.25. Spesimen 110 Ampere Uji Korosi Pada HAZ.
98
Gambar 4.27. Spesimen 130 Ampere Uji Korosi Pada HAZ.
99