Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
Kelompok 3AC Farmasi 2017
Farmakologi Sulfur :
Farmakodinamik
Sulfur diubah ke dalam hydrogen sulfide (H2S) melalui reduksi, sebagian
oleh bakteri. H2S memiliki aksi letal pada bakteri (kemungkinan termasuk
bakteri Propionibacterium) yang berperan pada jerawat, jamur, dan
parasite seperti scabies.
Mekanisme
Kerja sulfur sebagai agent keratolitik dan juga memiliki aktivitas
antibakteri. Sulfur juga membunuh fungsi, sjkabies dan parasite lain.
Endapan sulfur dan koloid sulfur digunakan dalam bentuk lotion, krim,
powder, sabun, untuk perawatan acne vulgaris, acne rosacea, dan
seborrhoeic dermatitis
Sedian yang akan dibuat dalam bentuk salep. Basis salep yang diterpilih untuk
membuat sediaan adalah basis salep hidrokarbon.
Dasar bahan salep hidrokarbon yang digunakan adalah vaseline dan paraffin
liquid.
Basis ini cocok dengan zat aktif yang mudah terhidrolisis sehingga zat aktif
menjadi stabil, melembapkan, melembutkan, dan memiliki efek oklusif. Namun,
basis ini susah untuk dibersihkan atau membutuhkan waktu yang lama untuk
dicuci dengan air dan mungkin kurang sedikit nyaman karena lengket atau
berminyak dan biasanya meninggalkan sedikit noda setelah dicuci.
1. Asam Salisilat
Berat molekul : 138,12 g/mol
Kelarutan : sukar larut dalam air dan dalam benzene, mudah larut dalam
etanol dan dalam eter; larut dalam air mendidih; agak sukar
larut dalam kloroform
2. Sulfur Praecipitatum
Sinonim : Beleran endapan
Bobot molekul : 32.06
Titik lebur : -72°C [HOPE 2009, Edisi 6 hal 718]
Pemerian : Serbuk amorf atau serbuk hablur renik; sangat halus;warna
kuning pucat; tidak berbau; tidak berasa
[Farmakope Indonesia Jilid IV 1995, hal 771]
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air ; sangat mudah larut dalam
karbomdisulfida ; sukar larut dalam minyak zaitun ; [raktis
tidak larut dalam etanol.[Farmakope Indonesia Jilid IV 1995,
hal 771]
Stabilitas : Stabil ; polimerisasi berbahaya tidak akan terjadi; hindari suhu
tinggi, nyala api terbuka, pengelasan, merokok dan sumber pen
yalaan.[MSDS No 1794, hal 5]
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan sejumlah bahan kimia namun tidak
terbatas pasa klorat, nitrat, karbida, halogen, fosfor dan logam
berat. Ketidakcocokan ini dapat mengakibatkan kebakaran,
reaksi yang tidak terkontrol, kelpasan gas beracun, atau
ledakan. .[MSDS No 1794, hal 6]
pH : pH antara 4,2 – 6,2[British Pharmacopoeia 2009 , hal 5755]
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. [Farmakope Indonesia Jilid IV
1995, hal 771]
Kegunaan : antiskabies (antikudis)
4. Liquid Parafin
Sinonim : paraffin cair
Berat molekul : 0,870 – 0,890 g
Pemerian : hablur tembus cahaya atau agak buram, tidak berwarna atau
putih, tidak berbau, agak berminyak.
Kelarutan : tidak larut dalam air dan dalam etanol, mudah larut dalam
kloroform, dalam minyak menguap, dalam hampir setiap
minyak menguap hangat.
Stabilitas : parafin stabil, meskipun dalam bentuk cair dan mungkin dapat
terjadi perubahan secara fisik, parafin harus disimpan pada
suhu tidak lebih dari 40° C dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : emolient, solvent
Inkompatibilitas : inkom dengan bahan pengoksidasi kuat
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat dan cegah pemaparan dengan
cahaya berlebih
Alat yang Digunakan Pada Proses Pembuatan Sediaan Salep Skala Lab
Berat sediaan pertube sebesar 30 gram, dibuat dalam sekala lab sebanyak 300 gram
atau 10 kalinya untuk memenuhi jumlah yang dibutuhkan selama evaluasi.
F. Perhitungan Bahan
Ʃ yang digunakan (g) 10 tube @30g
H. Evaluasin Preformulasi
3. Daya sebar
Sediaan diletakkan pada kaca tipis dan diberikan beban yang bervariasi (50
gram, 100 gram, dan 150 gram) dan didiamkan selama 60 detik, kemudian
diukur diameter sediaan yang terbentuk. Lalu dibuat grafik hubungan antara
beban dan diameter yang terbentuk. Syarat daya sebar untuk sediaan topical
adalah sekitar 5-7 cm.
4. Daya Lekat
Bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan salep untuk melekat pada
kulit. Hal ini berhubungan dengan lamanya kerja obat atau kontak obat dengan
kulit. Cara uji dengan meletakkan sediaan pada gelas objek pada alat uji daya
kemudian ditambahkan 500 gram kemudian ditunggu selama 1 menit, lalu
berikan beban sebesar 80 grm. Catat waktu ketika objek gelassaling terlepas.
Daya lekat salep yang baik tidak kurang dai 4 detik (Dara, 2012).
Pemaparan terus menerus selama 1-2 minggu dalam lemari uji cahaya
yang berisi baterai tabung fluorescens dimana sample ditempatkan
sejauh 1 kaki dari sumber cahaya, sumber cahaya biasanya tipe Polarite
daylight 40W (Thorn-EMI) dengan panjang tabung 132cm dan baterai dengan
12 tabung cukup untuk mendapatkan pencahayaan seperti cahaya siang hari.
(Djajadisastra, 2004)
4. Uji pH
Sesuai pH stabilitas asam salisilat dan sulfur. Sulfur Praecipitatum stabil pada
pH 4,2 - 6,2 . pH dicek dengan pH meter. Menggunakan yang ujungnya
tumpul, jika bercelah maka salep diencerkan terlebih dahulu. Ph diharapkan
sebesar. pH sediaan topical umumnya 4,5 – 6,5. Jika pH tidak sesuai maka
ditambahkan senyawa pengatur pH seperti asam sitrat atau Na sitrat.
7. Prosedur Kerja
1. Basis dicampurkan menggunakan mixer Agitator dengan suhu 60-700C
dan kecepatan mixer 200-400 rpm selama 15-30 menit hingga homogen.
Dengan tekanan rendah untuk mencegah masuknya udara. (dilakukan
beberapa kali percobaan dengan variasi suhu, kecepatan mixer, dan
waktu).
2. Bahan aktif yang sudah dicampur menggunakan Planetary mixer,
menggunakan perlahan ditambahkan perlahan pada mixer agigator, lalu
campurkan hingga homogen.
3. Atur sirkulasi proses pencampuran sediaan.
4. Jika sudah homogen maka ditampung pada kontainer yang terhubung
dengan selang.
5. Lalu lakukan pencampuran atau penghalusan menggunakan Tripel-Roller
Mill dengan mengatur jarak rol dan kecepatan mixer.
IPC dilakukan pada tahap-tahap kritis selama proses pembuatan salep dan krim,
misal :
Bobot isi tube yang diinginkan adalah 30 gram. Jika tidak sesuai maka cek pada
bagian vakum pompa. Selain mengecek sediaan alat yang digunakan juga harus
selalu dipastikan fungsi dan tidak ada kebocoran maupun masalah lainnya.
QC dilakukan bertujuan untuk memastikas kualitas atau mutu dari detian yang
kita buat telah memenuhi standart. Kontrol kualitas salep dan krim meliputi :
Kemasan primer
Kemasan primer salep asam salisilat dirancang menggunakan tube plastik
dengan pertimbangan bahwa pengemasan salep dalam tube dapat
mengurangi terkena udara dan menghindari kontaminasi dari mikroba yang
potensial dan juga akan tahan lama pada pemakaian dibandingkan dengan
salep dalam botol.
Kemasan sekunder
Kemasan sekunder yang digunakan untuk salep asam salisilat adalah paper
box (kardus) agar pada saat penyimpanan dan pengiriman posisi salep dapat
stabil.
Kemasan tersier
Salep asam salisilat dirancang dengan pengemasan sampai tingkat ketiga
(kemasan tersier) dengan menggunakan paper box dengan maksud agar
kemasan sekunder dimasukkan kedalam box ini agar proses pengiriman
stabil.