Anda di halaman 1dari 16

TUGAS FORMULASI

Teknologi Sediaan Farmasi


“Sediaan Salep Asam Salisilat dan Sulfur Praecipitatum”

Dosen : Yuni Anggraeni, M. Farm., Apt.

Disusun Oleh:
Kelompok 3AC Farmasi 2017

Amanda Dwi A. 11171020000005


Ilmi Nurul A 11171020000008
Feby Dita Aprilia 11171020000019
Retaliya Winanda 11171020000023
Mariya Ulfah 11171020000053
Nadya Shafira 11171020000063
Ade Nanda A. 11171020000073

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
JULI/2019
A. Formula Salep Asli

No. Bahan Fungsi % (Jumlah bahan


yang dibuat)

1. Asam Salisilat Bahan aktif 2 %

2. Sulfur Bahan aktif 4%

3. Vaselin Basis salep Ad 100%

Farmakologi Asam Salisilat :


 Farmakodinamik
Asam salisilat digunakan sebagai zat aktif yang memiliki efek
keratolik dan keratoplastik. Mekanisme kerja asam salisilat adalah
melarutkan zat dalam tautan antar sel sehingga mampu meregangkan
lekatan korneosit dan melunakkan stratum korneum. Lapisan kulit
kemudian akan mengalami deskuamasi (pengelupasan).
 Farmakokinetik
Farmakokinetik asam salisilatterdiri dari adsobsi, distribusi,
metabolisme, dan eliminasi:
a. Adsorbsi
Asam salisilat topikal diserap cepat pada kulit yang intak (tidak ada
luka sedikitpun, baik secara makrosopis ataupun mikroskopis), penyerapan
terjadi sebanyak 9-60%. Jika tertelan, salisilat akan diserap dengan cepat
oleh lambung dan usus.
b. Distribusi
Pada penyerapan topikal, konsentrasi maksimal umumnya dicapai
dalam 5 jam. Dosisnya adalah 170-500 mg/kg. Asam salisilat yang
terabsorbsi akan berikatan dengan protein plasma, termasuk albumin.
c. Metabolisme
Asam salisilat dimetabolisme di retikulum endoplasma dan
mitokondria sel hati.
d. Eliminasi
Asam salisilat akan dieksresikan melalui urin, mayoritas dalam bentuk
salicyluric acid dan salicylate glucuronide. Sebagian kecil asam salisilat
juga akan dieksresikan dalam bentuk salicylic fenolic dan gentisic acid.

Farmakologi Sulfur :
 Farmakodinamik
Sulfur diubah ke dalam hydrogen sulfide (H2S) melalui reduksi, sebagian
oleh bakteri. H2S memiliki aksi letal pada bakteri (kemungkinan termasuk
bakteri Propionibacterium) yang berperan pada jerawat, jamur, dan
parasite seperti scabies.
 Mekanisme
Kerja sulfur sebagai agent keratolitik dan juga memiliki aktivitas
antibakteri. Sulfur juga membunuh fungsi, sjkabies dan parasite lain.
Endapan sulfur dan koloid sulfur digunakan dalam bentuk lotion, krim,
powder, sabun, untuk perawatan acne vulgaris, acne rosacea, dan
seborrhoeic dermatitis

B. Bentuk Sediaan Terpilih

Sedian yang akan dibuat dalam bentuk salep. Basis salep yang diterpilih untuk
membuat sediaan adalah basis salep hidrokarbon.

Dasar bahan salep hidrokarbon yang digunakan adalah vaseline dan paraffin
liquid.

Ciri-ciri basis salep :

a. Sukar bercampur dengan air


b. Tidak dapat diabsorbsi kulit
c. Hanya bercampur dengan air dalam jumlah yang sedikit
d. Dapat melekat pada kulit dalam waktu yang lama
e. Fungsi utamanya sebagai emoliet (melunakkan) kulit
f. Dapat mencegah penguapan air
g. Tidak mudah terkunci

Basis ini cocok dengan zat aktif yang mudah terhidrolisis sehingga zat aktif
menjadi stabil, melembapkan, melembutkan, dan memiliki efek oklusif. Namun,
basis ini susah untuk dibersihkan atau membutuhkan waktu yang lama untuk
dicuci dengan air dan mungkin kurang sedikit nyaman karena lengket atau
berminyak dan biasanya meninggalkan sedikit noda setelah dicuci.

Alasan : sediaan salep cocok karena bersifat melembabkan dan membentuk


lapisan aklusif sehingga mencegah penguapan kandunga air dalam kulit, tahan
lama sehingga memperlama kontak salep dengan kulit selama pengobatan.

C. Formula Salep Me Too

No. Bahan Fungsi F1 F2 F3

1. Asam Salisilat Bahan aktif 2% 1% 2%

2. Sulfur Bahan aktif 4% 4% 5%

3. Butil Antioksidan 0,0075% 0,01% 0,015%


Hidroksitoluen
(BHT)

4. Liquid Parafin Basis salep 20% 20% 20%

5. Vaselin Basis salep Ad 100% Ad 100% Ad 100%

D. Sifat Fisiko Kimia dan Fungsi Bahan

1. Asam Salisilat
Berat molekul : 138,12 g/mol

Pemerian : hablur, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk halus;


putih; rasa agak manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk
sintetis warna putih dan tidak berbau. Jika dibuat dari metil
salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau merah muda
dan berbau lemah mirip mentol.

Kelarutan : sukar larut dalam air dan dalam benzene, mudah larut dalam
etanol dan dalam eter; larut dalam air mendidih; agak sukar
larut dalam kloroform

Jarak lebur : antara 158oC dan 161oC

Titik didih : 211 °C (2666 Pa)


Densitas : 1,44 g/cm3
Keasaman (pKa) : 2,97
Inkompatibilitas : Bereaksi dengan alkali dan karbonat hydroxids membentuk
garam yang larut dalam air. Inkompatibel dengan larutan besi
klorida, memberikan warna ungu. Dan dengan nitro ether kuat.
Dosis (USP) : Untuk pemakaian topikal 1-2% dalam larutan alkohol atau
salep. Sebagai agen antiseptik, antiparasit dan keratolitik 2-5%
dalam sediaan serbuk atau salep. Sebagai keratolitik kuat
hingga 20%.
Kegunaan : Bahan aktif (Keratolitik)

2. Sulfur Praecipitatum
Sinonim : Beleran endapan
Bobot molekul : 32.06
Titik lebur : -72°C [HOPE 2009, Edisi 6 hal 718]
Pemerian : Serbuk amorf atau serbuk hablur renik; sangat halus;warna
kuning pucat; tidak berbau; tidak berasa
[Farmakope Indonesia Jilid IV 1995, hal 771]
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air ; sangat mudah larut dalam
karbomdisulfida ; sukar larut dalam minyak zaitun ; [raktis
tidak larut dalam etanol.[Farmakope Indonesia Jilid IV 1995,
hal 771]
Stabilitas : Stabil ; polimerisasi berbahaya tidak akan terjadi; hindari suhu
tinggi, nyala api terbuka, pengelasan, merokok dan sumber pen
yalaan.[MSDS No 1794, hal 5]
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan sejumlah bahan kimia namun tidak
terbatas pasa klorat, nitrat, karbida, halogen, fosfor dan logam
berat. Ketidakcocokan ini dapat mengakibatkan kebakaran,
reaksi yang tidak terkontrol, kelpasan gas beracun, atau
ledakan. .[MSDS No 1794, hal 6]
pH : pH antara 4,2 – 6,2[British Pharmacopoeia 2009 , hal 5755]
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. [Farmakope Indonesia Jilid IV
1995, hal 771]
Kegunaan : antiskabies (antikudis)

3. Butil Hidroksitoluen (BHT)


Rumus molekul : C15H24O
Berat molekul : 220.35
Pemerian : hablur padat, bau khas lemah
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilen glikol, asam-
asam mineral dan larutan alkali, mudah larut dalam etanol,
aseton, benzene, dan paraffin liquidum. Lebih mudah larut
dalam minyak makanan dan lemak.
Titik lebur : 70°C
Titik didih : 265°C
Stabilitas : jauhkan dari cahaya, kelembapan dan panas.
Inkompatibilitas : bahan pengoksidasi kuat seperti peroksida dan permanganate
Fungsi : antioksidan

4. Liquid Parafin
Sinonim : paraffin cair
Berat molekul : 0,870 – 0,890 g
Pemerian : hablur tembus cahaya atau agak buram, tidak berwarna atau
putih, tidak berbau, agak berminyak.
Kelarutan : tidak larut dalam air dan dalam etanol, mudah larut dalam
kloroform, dalam minyak menguap, dalam hampir setiap
minyak menguap hangat.
Stabilitas : parafin stabil, meskipun dalam bentuk cair dan mungkin dapat
terjadi perubahan secara fisik, parafin harus disimpan pada
suhu tidak lebih dari 40° C dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : emolient, solvent
Inkompatibilitas : inkom dengan bahan pengoksidasi kuat
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat dan cegah pemaparan dengan
cahaya berlebih

5. Vaselin kuning/ vaselin flavum/Yellow soft paraffin


Sinonim : mineral jelly; petroleum jelly; snow white; soft white;
vaselimun favum; yellow pwtroleum; yellow petroleum jelly
Nama kimia : Heksadekan-i-ol
Rumus empiric : CnH2n+2
Fungsi : emolien, basis salep
Batas penggunaan : <100%
Pemerian : kuning atau kuning pucat, transluen, membentuk masa lunak
palsu, tidak berbau, tidak berwarna
Bobot jenis : 0.815-0.880 g/cm3
Titik leleh : 36-600oc
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol, aseton, etanol (95%) panas
atau kering, gliserin dan air; larut dalam benzen, karbon
disulfida, kloroform, eter, heksanaa, dan banyak minyak lemak
dan minyak atsiri
Stabilitas : vaselin kuning adalah bagian stabil dari komponen
hidrokarbon alam non-reaktif, banyak masalah stabilitas terjadi
karena adanya sejumlah kecil kontaminan. Vaselin dapat
disterilisasi menggunakan panas. Walaupun vaselin kuning
dapat disterilisasi dengan sinar gamma, proses ini berpengaruh
kepada fisik vaselin kunig seperti swelling, perubahan warna,
bau, dan sifat rheologi.
Inkompatibilitas : material inert dengan beberapa inkompatibilitas

E. Alat yang digunakan Skala Lab (Scale Up)

Alat yang Digunakan Pada Proses Pembuatan Sediaan Salep Skala Lab

1. Lumpang dan Alu


2. Cawan penguap
3. Spatula
4. Homoginezer
5. Gelas beker
6. Hot plate

Berat sediaan pertube sebesar 30 gram, dibuat dalam sekala lab sebanyak 300 gram
atau 10 kalinya untuk memenuhi jumlah yang dibutuhkan selama evaluasi.

F. Perhitungan Bahan
Ʃ yang digunakan (g) 10 tube @30g

No. Bahan Fungsi F1(g) F2 (g) F3 (g)

1. Asam Salisilat Bahan aktif 6 3 6

2. Sulfur Bahan aktif 13 13 16

3. Butil Antioksidan 0,0225 0,03 0,045


Hidroksitoluen
(BHT)
4. Liquid Parafin Basis salep 60 60 60

5. Vaselin Basis salep Ad 300 Ad 300 Ad 300

G. Prosedur Kerja Skala Lab

1. Asam salisilat dan belerang ditimbang.


2. Vaselin, paraffin cair, dan BHT ditimbang
3. Pembuatan basis salep di cawan penguap, kemudian dipindahkan ke gelas
beker berisi zqt aktif.
4. Zat aktif yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam mortar, digerus sampai
halus dan dimasukkan ke gelas beker, lalu diaduk dengan homogenizer dengan
kecepatan 200-400 rpm
5. Salep yang sudah jadi ditimbang sebanyak 30 gram dan dimasukkan ke dalam
tube secara aseptis
6. Ujung tube ditutup dengan alat penekuk (gunting) lalu diberi etiket dan
dikemas di dalam kotak disertai brosur.

H. Evaluasin Preformulasi

1) Uji evaluasi fisik


1. Organoleptis
- Warna : kuning pucat
- Bau : tidak tengik
- Homogenitas : menggunakan objek glass. Salep dioleskan tipis pada objek
glass lalu tumpuk objek glass lainnya, lalu ditekan hingga membentuk lapisan
yang sangat tipis. Jika masih terdapat granul yang tidak tersebar rata, maka
dievaluasi pada proses pembuatan sediaan yaitu pada proses pencampuran dan
pengadukan. Dilakukan sebanyak tiga kali, bagian atas, tengah, dan bawah.
Jika masih terdapat granul atau tidak homogen maka penghalusan pertikel,
dispersi, dan pencampuran harus diperbaiki.
- Tekstur : sedikit lengket, berminyak, lunak dan sulit dibilas dengan air.
2. Viskositas dan Rheologi
- Uji menggunakan viscometer jenis banyak titik yaitu Brookfield DV-E dengan
nomor spindle yang sesuai dilakukan sebanyak 3 kali.
- Pada sediaan salep ini menunjukan sifat aliran pseudoplastistiksotropik. Hal
tersebut karena adanya pemecahan struktur yang tidak terbentuk kembali
dengan segera jika tekanan tersebut dihilangkan atau dikurangi. Tiksotropik
merupakan suatu sifat alir yang diharapkan dalam sediaan semi-solid karena
mempunyai konsistensi tinggi dalam wadah namun dapat dengan mudah
tersebar dan dituang. Nilai kisaran viskositas salep menurut SNI 16-4399-1996
yaitu berada dalam kisaran nilai viskositas 2000-50.000 cPa's. Nilai viskositas
yang baik pada sediaan semisolid adalah sebesar 4000-40.000 cps
(Wasiaatmadja, 1997). Jika viskositas tidak memenuhi syarat maka akan
dilakukan modifikasi konsentrasi atau kadar basis yang digunakan.

3. Daya sebar
Sediaan diletakkan pada kaca tipis dan diberikan beban yang bervariasi (50
gram, 100 gram, dan 150 gram) dan didiamkan selama 60 detik, kemudian
diukur diameter sediaan yang terbentuk. Lalu dibuat grafik hubungan antara
beban dan diameter yang terbentuk. Syarat daya sebar untuk sediaan topical
adalah sekitar 5-7 cm.
4. Daya Lekat
Bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan salep untuk melekat pada
kulit. Hal ini berhubungan dengan lamanya kerja obat atau kontak obat dengan
kulit. Cara uji dengan meletakkan sediaan pada gelas objek pada alat uji daya
kemudian ditambahkan 500 gram kemudian ditunggu selama 1 menit, lalu
berikan beban sebesar 80 grm. Catat waktu ketika objek gelassaling terlepas.
Daya lekat salep yang baik tidak kurang dai 4 detik (Dara, 2012).

2) Uji evaluasi kimia

1. Penetapan kadar zat aktif


Dilakukan penetapan kadar sampel dengan menimbang sediaan salep setara
dengan 3 g asam salisilat, kemudian dilakukan ekstraksi. Ekstrak kering
sampel dilarutkan dalam 15 mL etanol (95%) P hangat yang telah dinetralkan
terhadap larutan merah fenol P, tambahkan 20 mL aquades. Dititrasi dengan
larutan baku NaOH 0.5 N menggunakan indikator merah fenol P.
Dapat pula menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis.
Diharapkan jumlah kandungan zat aktif sesuai pada formula.

2. Uji stabilitas terhadap suhu


- Cycling Test
Untuk menguji terhadap fluktuasi suhu.
24 jam disimpan pada suhu 70 C, selanjutnya 24 jam disimpan pada suhu 400 C
Berulang sebanyak 6 kali, selama 12 hari. Lalu diuji fisik dan kimianya, jika
stabil maka ke uji selanjutnya, jika tidak maka lakukan perbaikan pada bagian
formulasi.
- Elevated temperature (indikator kestabilan)
 Uji penyimpanan pada suhu 4oC (kelembapan kamar) selama 1
minggu.
 Uji penyimpanan pada suhu suhu kamar 20oC atau 25oC (suhu ruang)
kelembapankamar selama 0, 1, 2, 3, 4 bulan, 1 tahun.
 Uji penyimpanan pada suhu -20oC selama 24 jam (pengukuran
dilakukan setelah dilelehkan).
 Uji penyimpanan pada suhu -5oC selama 1 minggu (pengukuran
dilakukan setelah dilelehkan).
 Uji penyimpanan pada suhu 40oC/kelembapan kamar (ICH
guideline) selama 3 hari, 1, 2, 3, 4 minggu; 2, 3, 6 bulan.
 Uji penyimpanan pada suhu 45oC/kelembapan kamar (FDA
guideline) selama 3 hari, 1, 2, 3, 4 minngu; 2, 3 bulan.
 Uji stabilitas dengan diinkubasi pada duhu 2-80 C, suhu ruang, dan suhu
600 C masing-masing selama 6 minggu.
Lalu dilakukan uji fisik dan kimianya, jika stabil maka ke uji selanjutnya,
jika tidak maka lakukan perbaikan pada bagian formulasi.

3. Pemaparan terhadap cahaya (untuk menguji keadaan di pasaran)

 Pemaparan terus menerus selama 1-2 minggu dalam lemari uji cahaya
yang berisi baterai tabung fluorescens dimana sample ditempatkan
sejauh 1 kaki dari sumber cahaya, sumber cahaya biasanya tipe Polarite
daylight 40W (Thorn-EMI) dengan panjang tabung 132cm dan baterai dengan
12 tabung cukup untuk mendapatkan pencahayaan seperti cahaya siang hari.
(Djajadisastra, 2004)

4. Uji pH
Sesuai pH stabilitas asam salisilat dan sulfur. Sulfur Praecipitatum stabil pada
pH 4,2 - 6,2 . pH dicek dengan pH meter. Menggunakan yang ujungnya
tumpul, jika bercelah maka salep diencerkan terlebih dahulu. Ph diharapkan
sebesar. pH sediaan topical umumnya 4,5 – 6,5. Jika pH tidak sesuai maka
ditambahkan senyawa pengatur pH seperti asam sitrat atau Na sitrat.

3) Uji evaluasi biologi


1. Uji Minimum Kandungan Mikroba
Alat uji disterilkan terlebih dahulu dengan di oven pad suhu 1700C selama 1
jam, dan media disterilkan di autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.
Uji antimikroba pada bakteri dan kamir dengan minimal 3 tingkat
pengenceran. 1:10, 1:100, 1:1000. Tiap pengenceran minimal 2 cawan petri
dengan media Soybean-Casein Digest Agar untuk bakteri di inkubasi pada
suhu 30-35oC selama 3 – 5 hari dan Sabouraud Dextrose Agar untuk khamir di
inkubasi pada suhu 20 - 25 oC selama 5 – 7 hari. Lalu pilih cawan dari satu
tingkat pengenceran dengan jumlah koloni tertinggi yang kurang dari 250
untuk ALT ada 50 koloni untuk AKK. Syarat minimum nilai ALT dan AKK <
10 koloni g/ml. jika belum memenuhi maka digunakan antimikroba
metilparaben, propylparaben, benzil alcohol. Lalu diuji lagi masing-masing
stabilitas biologinya hingga memenuhi syarat minimum.
Selanjutnya dilakukan uji antimikroba khusus seperti candida albicans,
aspergilus niger, Eschericia coli, Pseudomonas aeruginosa, stapilococcus
aureus.

2. Uji efektivitas sediaan


Menggunakan striping tape untuk mengetahui adsorpsi obat dan disposisi obat
dalam kulit. Bagian donor sebagai tempat sediaan, bagian membrane untuk
stimulasi kulit, reseptor sebagai stimulasi cairan darah. Diharapkan obat
terhantar hingga permukaan kulit dan menembus stratum corneum.
Jika tidak sesuai yang diharapkan maka dapat memodifikasi terhadap pengaruh
kelarutan obat seperti ukuran partikel, Ph, dan konsenterasi.

I. Produksi Sediaan Semi Solid


Skala Industri (skala field)
5. Alat yang digunakan pada proses pembuatan sediaan salep skala industri :
1. Mixer
a. Tripel-Roller Mill (pencampuran Akhir)
b. Agigator
c. Planetary mixer (pencampuran padat-padat)
2. Container
6. Perhitungan Bahan
Akan dibuat salep sebanyak 100 kali dari skala lab 30.000 gram atau 30 Kg.
No. Bahan Fungsi F1(g) F2 (g) F3 (g)

1. Asam Salisilat Bahan aktif 600 300 600

2. Sulfur Bahan aktif 1300 1300 1600

3. Butil Antioksidan 2,25 3 4,5


Hidroksitoluen
(BHT)

4. Liquid Parafin Basis salep 6000 6000 6000

5. Vaselin Basis salep Ad 30000 Ad 30000 Ad 30000

7. Prosedur Kerja
1. Basis dicampurkan menggunakan mixer Agitator dengan suhu 60-700C
dan kecepatan mixer 200-400 rpm selama 15-30 menit hingga homogen.
Dengan tekanan rendah untuk mencegah masuknya udara. (dilakukan
beberapa kali percobaan dengan variasi suhu, kecepatan mixer, dan
waktu).
2. Bahan aktif yang sudah dicampur menggunakan Planetary mixer,
menggunakan perlahan ditambahkan perlahan pada mixer agigator, lalu
campurkan hingga homogen.
3. Atur sirkulasi proses pencampuran sediaan.
4. Jika sudah homogen maka ditampung pada kontainer yang terhubung
dengan selang.
5. Lalu lakukan pencampuran atau penghalusan menggunakan Tripel-Roller
Mill dengan mengatur jarak rol dan kecepatan mixer.

J. Validasi Prosedur Pembuatan


Tujuannya untuk menentukan prosedur tetap sehingga menghasilkan sediaan yang
sama pada setiap produksi. Hal yang perlu divalidasi adalah jumlah bahan, suhu,
kecepatan mixer, dan waktu.

K. IPC dan EPC


Pengawasan selama proses produksi (In Process Control ) merupakan hal yang
penting dalam pemastian mutu produk. Untuk memastikan keseragaman dan
keutuhan obat, prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel,
pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses dari tiap produk
hendaknya dilaksankan sesuai metode yang telah disetujui oleh kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut
dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses produksi
yang mungkin menjadi penyebab variasi karakteristik produk selama proses
berjalan.

Prosedur tertulis untuk pengawasan selama proses hendaklah dipatuhi. Prosedur


tersebut hendaklah menjelaskan titik pengambilan sampel, frekuensi pengambilan
sampel, jumlah sampel yang diambil, spesifikasi yang diperiksa, dan batas
penerimaan tiap spesifikasi.

IPC dilakukan pada tahap-tahap kritis selama proses pembuatan salep dan krim,
misal :

a. Mixing Process : Ph, homogenitas, kehalusan

b. Filling Process : bobot isi tube, penampilan, etiket, termasuk pencetakan


Expired date dan nomor bets.

Bobot isi tube yang diinginkan adalah 30 gram. Jika tidak sesuai maka cek pada
bagian vakum pompa. Selain mengecek sediaan alat yang digunakan juga harus
selalu dipastikan fungsi dan tidak ada kebocoran maupun masalah lainnya.

L. Kontrol Kualitas (Quality Control)

QC dilakukan bertujuan untuk memastikas kualitas atau mutu dari detian yang
kita buat telah memenuhi standart. Kontrol kualitas salep dan krim meliputi :

1. Pemeriksaan kestabilan fisik : homogenitas, organoleptis, daya sebar, daya


lekat.
2. Pemeriksaan kestabilan kimia : kadar, pH, stabilitas terhdap suhu dan cahaya.
3. Pemeriksaan kestabilan Biologi : pencemaran mikroba dan efektifitas sediaan
(Peneterasi obat)
M. Packaging

Pengemasan salep asam salisilat dilakukan sampai 3 tingkat pengemasan, yaitu:

 Kemasan primer
Kemasan primer salep asam salisilat dirancang menggunakan tube plastik
dengan pertimbangan bahwa pengemasan salep dalam tube dapat
mengurangi terkena udara dan menghindari kontaminasi dari mikroba yang
potensial dan juga akan tahan lama pada pemakaian dibandingkan dengan
salep dalam botol.
 Kemasan sekunder
Kemasan sekunder yang digunakan untuk salep asam salisilat adalah paper
box (kardus) agar pada saat penyimpanan dan pengiriman posisi salep dapat
stabil.
 Kemasan tersier
Salep asam salisilat dirancang dengan pengemasan sampai tingkat ketiga
(kemasan tersier) dengan menggunakan paper box dengan maksud agar
kemasan sekunder dimasukkan kedalam box ini agar proses pengiriman
stabil.

Anda mungkin juga menyukai