Anda di halaman 1dari 90

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN HIPERTENSI

DENGAN FOKUS STUDI PENINGKATAN TINGKAT KEPATUHAN


MANAJEMEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
GRINGSING II KABUPATEN BATANG

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar


Ahli Madya Keperawatan

Rini Winarni
NIM : P1337420118113

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2018
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN HIPERTENSI
DENGAN FOKUS STUDI PENINGKATAN TINGKAT KEPATUHAN
MANAJEMEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
GRINGSING II KABUPATEN BATANG

KARYA TULIS ILMIAH


Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Karya Tulis Ilmiah
Pada Program Studi D III Keperawatan Semarang

Rini Winarni
NIM : P1337420118113

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2018
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rini Winarni


NIM : P1337420118113

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan
atau pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan penulisan kasus
ini adalah hasil menjiplak, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, Juni 2019


Yang membuat pernyataan

Rini Winarni
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya Tulis Ilmiah yang dibuat oleh Rini Winarni, NIM : P1337420118113
dengan judul Asuhan Keperawatan Keluarga pada Pasien Hipertensi Dengan
Fokus Studi Peningkatan Tingkat Kepatuhan Manajenem Hipertensi Di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Gringsing II Kab. Batang ini telah
diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Semarang, Juni 2019

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Sri Widiyati, SKM, M.Kes Budi Widiyanto, MN.


NIP. 19681206 199203 2 001 NIP. 19750529 199803 1 002
Tanggal : __________________ Tanggal : __________________
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah yang dibuat oleh Rini Winarni, NIM : P1337420118113
dengan judul Asuhan Keperawatan Keluarga pada Pasien Hipertensi Dengan
Fokus Studi Peningkatan Tingkat Kepatuhan Manajemen Hipertensi di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Gringsing II Kab. Batang ini telah
dipertahankan di depan penguji pada tanggal.............................

Dewan Penguji

Sugih Wijayanti, S.Kep,Ns,M.Kes Ketua (.....................................)


NIP. 19750817 199803 2 001

Sri Widiyati, SKM, M.Kes Anggota (.....................................)


NIP. 19681206 199203 2 001

Budi Widiyanto, MN. Anggota (.....................................)


NIP. 19750529 199803 1 002

Mengetahui,
a.n. Direktur
Ketua Jurusan Keperawatan Semarang

Suharto, SPd, MN.


NIP. 19660510 198603 1 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya,sehingga penulis mampu menyelesaikan Laporan

Kasus Karya Tulis Ilmiah dengan judulAsuhan Keperawatan Keluarga

Diabetes Melitus Tipe II Dengan Fokous Diet Di Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas Gringsing II, sesuai dengan waktu yang telah

direncanakan.

Didalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak

mengalami kesulitan,akan tetapi berkat Ridho dari Alloh SWT,serta

adanya dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada:

1. Bapak Marsum, BE, S.Pd, MHP. Direkur Poltekkes Kemenkes Semarang.

2. Bapak Suhrto, SPD, MN. Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes

Semarang..

3. Ibu Elisa, S, Kep. Ns. M. Kep, Sekretaris Jurusan Keperwatan Poltekkes

Kemenkes Semarang.

4. Ibu Sri Widiyati, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing karya Tulis

ilmiah penulis.

5. Bapak Budi Widiyanto, MN., selaku dosen pembimbing karya Tulis ilmiah

penulis.

6. Semua dosen dan seluruh staf karyawan Poltekkes Kemenkes Semarang

yang telah memberi kontribusi besar pada penulis.


7. Keluarga Besar Puskesmas Gringsing II yang senantiasa memberikan

dukungan.

8. Suami ,anak-anak,dan keluarga besar di rumah yang selalu memberikan

semangat dan doanya.

9. Teman-teman kelas RPL yang sangat saya cintai

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini agar bermanfaat bagi para

pembaca khususnya bagi penulis sendiri. SemogaTuhan Yang Maha Esa

senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Semarang, Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi dimana

tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg,

sedangkan tekanan darah normal 120/80 mmHg. Menurut WHO (2015),

tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai

hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit yang sangat berbahaya, karena

tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini.

Hipertensi merupakan penyebab paling umum terjadinya

kardiovaskular (gangguan jantung dan pembuluh darah). Jumlah penderita

hipertensi didunia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Menurut

WHO (2015), jumlah penyakit hipertensi mencapai 1,13 miliar orang di

dunia,jumlah ini diprediksi akan terus meningkat setiap tahunnya.

Di Indonesia hipertensi merupakan masalah kesehatan yang perlu

diperhatikan karena angka pravelensinya yang tinggi dan akibat jangka

panjang yang di timbulkannya. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi

menjadi 2 golongan yaitu hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya

atau idiopatik dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh

penyakit lain (Aprilawati, 2013).

Berdasarkan data kementerian kesehatan Indonesia, mencatat

sebanyak 25,8% penduduk usia 18 tahun ke atas terkena penyakit hipertensi,


sebanyak 6,3% penduduk usia 35-44 tahun, sebanyak 11,9% penduduk usia

45-54 tahun dan sebanyak 17,2% penduk usia 55-64 tahun terkena hipertensi

(KemenkesRI, 2015). Data kesehatan Jawa Tengah mencatat ada 943.927

kasus PTM di Jawa Tengah, Penyakit Hipertensi masih menempati proporsi

terbesar dari seluruh PTM yang dilaporkan, yaitu sebesar 60,00%, sedangkan

urutan kedua terbanyak adalah Diabetes Mellitus sebesar 16,42%. Dua

penyakit tersebut menjadi prioritas utama pengendalian PTM di Jawa Tengah.

Jika Hipertensi dan Diabetes Melitus tidak dikelola dengan baik maka akan

menimbulkan PTM lanjutan seperti Jantung, Stroke, Gagal Ginjal,

(DinkesJateng, 2016). Diwilayah KabupatenBatang Khususnya diwilayah

kerja UPTD Puskesmas Gringsing II yang luas wilayah 26,81 km2

membawahi 5 desadengan jumlah penduduk 15.267 kasus Hipertensi

mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Pada tahun 2014 jumlah

penduduk sebanyak 14.101 jiwa hasil pengukuran tekanan darah usia > 18

tahun sebanyak 4.225 jiwa yang mengalami hipertensi 664 jiwa atau 15,24%

(Laporan, 2014). Pada tahun 2015 jumlah penduduk sebanyak 14.104 jiwa

hasil pengukuran tekanan darah usia > 18 tahun sebanyak 3.099 jiwa yang

mengalami hipertensi 591 jiwa atau 19,07%. (Laporan, 2015). Pada tahun

2016 jumlah penduduk sebanyak 14.955 jiwa hasil pengukuran tekanan

darah usia > 18 tahun 3.219 jiwa yang mengalami hipertensi sebanyak 609

jiwa atau 18,91%. (Laporan, 2016).Pada tahun 2017 jumlah penduduk

sebanyak 15.140 jiwa hasil pengukuran Tekanan Darah usia > 18 tahun

sebanyak 3.209 jiwa yang mengalami hipertensi 609 jiwa atau 22,93%.
(Laporan, 2017) sedangkan pada tahun 2018 jumlah penduduk sebanyak

15.267 jiwa hasil pengukuran tekanan darah usia > 18 tahun sebanyak 3.886

jiwa yang mengalami hipertensi 762 jiwa atau 29,61%. (Laporan, 2018).

Hipertensi disebabkan adanya perubahan pada pembuluh darah

sehingga pembuluh darah menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah

menjadi kaku. Kekakuan pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan

kemungkinan terjadinya pembesaran plague dapat menghambat peredaran

darah, akibatnya tekanan darah dalam sistem sirkulasi mengalami

peningkatan (Kaplan dalam Roshifani, 2017).

Faktor penyebab hipertensi antara lain hipertensi esensial atau

hipertensi primer, adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya,

disebut juga hipertensi idiopatik, terdapat sekitar 95% kasus, banyak faktor

yang mempengaruhi hal tersebut seperti keturunan (genetik), lingkungan, dan

faktor-faktor yang meningkatkan risiko hipertensi seperti obesitas, alkohol,

rokok. Selain itu ada Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat

sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan

estrogen, penyakit ginjal, Diabetes melitus, koarktasio aorta, hipertensi yang

berhubungandengankehamilan,dan lain-lain (Mansjoerdalam Roshifani,2017)

Tekanan darah yang terus menerus tinggi dalam jangka waktu lama

pada penderita hipertensi dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi yang

dapat ditimbulkan antara lain gangguan pada jaringan otak dan pembuluh

darah yang menyebabkan terjadinya beberapa penyakit seperti stroke, gagal

ginjal, penyakit jantung koroner, dan sampai menyebabkan kematian.


Hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko yang sebagian

besar merupakan faktorperilaku berupa kebiasaan hidup (Roshifani, 2017).

Keberhasilan pengobatan hipertensi tidak lepas dari pengetahuan,

sikap dan kepatuhan seseorang menjalankan diet dan minum obat. Seseorang

yang paham tentang hipertensi dan berbagai penyebabnya maka akan

melakukan tindakan sebaik mungkin agar penyakitnya tidak berlanjut kearah

komplikasi (Setiawan, 2008 dalam Nuridayanti, 2016).

Berdasarkan data dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018

persentase tingkat hipertensi di Puskesmas Gringsing II semakin tinggi, oleh

karena itu tingkat kepatuhan hipertensi di Puskesmas Gringsing II masih

rendah. Sehingga penulis tertarik untuk mengambil kasus Asuhan

Keperawatan Keluarga pada Pasien Hipertensi dengan Fokus Studi

Peningkatan Tingkat kepatuhan Manajemen hipertensi di Puskesmas

Gringsing II Kabupaten Batang.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan

Keperawatan Keluarga pada Pasien Hipertensi dengan Fokus Studi

Peningkatan Tingkat Kepatuhan Manajemen Hipertensi.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan keluarga pada Pasien

Hipertensi dengan fokus studi peningkatan tingkat kepatuhan manajemen

hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Gringsing II Kabupaten

Batang.

2. Tujuan Khusus

a. Mendiskripsikan pengkajian pada keluarga dengan hipertensi dengan

fokus studi peningkatan tingkat kepatuhan manajemen hipertensi di

wilayah kerja UPTD Puskesmas Gringsing II Kab. Batang.

b. Mendiskripsikan diagnosis keperawatan pada pasien Hipertensi dengan

fokus studi peningkatan tingkat kepatuhan manajemen hipertensi di

wilayah kerja UPTD Puskesms Gringsing II Kabupaten Batang.

c. Melakukan intervensi asuhan keperawatan keluarga pada pasien

hipertensi untuk menangani masalah peningkatan tingkat kepatuhan

manajemen hipertensi di wilayah kerja UPTD Puskesmas Gringsing II

Kab. Batang.

d. Mendiskripsikan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi yang

dilakukan untuk menangani masalah peningkatan tingkat kepatuhan

manajemen hipertensi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Gringsing II

Kab. Batang.

e. Mendiskripsikan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien hipertensi

untuk menangani masalah peningkatan tingkat kepatuhan manajemen

hipertensi dengan diagnosis keperawatan yang telah terpecahkan.


D. Manfaat

1. Bagi penulis

a. Menerapkan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan

masalah peningkatan tingkat kepatuhan manajemen hipertensi

b. Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan asuhan

keperawatan yang di dapat di bangku kuliah.

c. Meningkatkan ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawatan

sebagai bekal penulis sebelum terjun ke lapangan..

2. Bagi Instansi

Dapat mengevaluasi sejauh mana penulis dalam menguasai asuhan

keperawatan pasien dengan hipertensi.

3. Bagi Puskesmas

Dapat menjadi sumber informasi bagi perawat yang bekerja di

Puskesmas untuk melaksanakan penyuluhan pada pasien hipertensi.

4. Bagi Pasien

Untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga dalam upaya

peningkatantingkatkepatuhanmanajemen hipertensi. Dengan adanya Karya

Tulis Ilmiah ini diharapkan keluarga pasien dapat merubah pola hidup,

untuk mencegah terjadinya komplikasi hipertensi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi dimana

tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg,

sedangkan tekanan darah normal 120/80 mmHg. Hipertensi merupakan

penyakit yang dapat menyerang siapa saja baik muda maupun tua.

Hipertensi juga sering disebut sebagai silent killer karena termasuk

penyakit yang mematikan. Hipertensi tidak dapat secara langsung

membunuh penderitanya, melainkan hipertensi memicu terjadinya

penyakit lain yang tergolong kelas berat seperti, resiko serangan jantung,

gagal jantung, stroke dan gagal ginjal (Pudiastuti dalam Seke dkk, 2016).

Hipertensi dikatagorikan ringan apabila tekanan diastoliknya

antara95-100 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara

105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115

mmHg atau lebih.Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan sistolik.

2. Klasifikasi

Pengukuran tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dari 2 atau 3

kali kunjungan klinis pasien (JNC7, 2003). Pengulangan pengukuran perlu

dilakukan untuk menghilangkan faktor-faktor yang dapat meningkatkan

tekanan darah, seperti stress, emosi, letih, dan sebagainya (Tjay &
Rahardja,2013). Pengukuran tekanan darah yang berulang, ini bertujuan

untukpenegakan diagnosis hipertensi. Berdasarkan JNC7 (Joint National

Committee) klasifikasi tekanan darah pada pasien dewasa (umur ≥ 18

tahun) dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 2.1.Klasifikasi Hipertensi

Tabel 1Klasifikasi Hipertensi

Kategori Sistolik Diastolik

Normal < 120 mmHg < 80 mmHg

Prehipertensi 120-139 mmHg 80-90 mmHg

Hipertensi Stadium I 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg

Hipertensi Stadium II >160 mmHg >100mmHg

Sumber: JNC7 dalam Harwandy (2017)

Hipertensi dapat dikelompokkan dalam 2 katagori besar, yaitu

primer dan sekunder. Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum

diketahui penyebabnya dengan jelas, berbagai faktor diduga turut berperan

sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres

psikologis, dan hereditas ( keturunan ).

3. Etiologi

Menurut Hadi dan Hardi,(2013) penggolongan hipertensi sebagai

berikut :
a. Hipertensi esensial (Primer)

Hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak di

ketahui penyebabnya. Faktor yang mempengaruhi nya, yaitu : genetik

dan lingkungan. Faktor yang meningkatkan resiko: obesitas, merokok,

alkohol, dll.

b. Hipertensi Sekunder

Penyebabnya yaitu: penggunaan esterogen, penyakit ginjal, dan

hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Ada beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya

hipertensi yaitu :

a. Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol :

1) Keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki

kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika

orang tuanya adalah penderita hipertensi (Harwandy,2017).

2) Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi

adalah umur (jika umur bertambah maka TD meningkat), jenis

kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit

hitam lebih banyak dari kulit putih), (Harwandy, 2017).

3) Pola hidup

Pola hidup yang tidak sehat menyebabkan timbulnya hipertensi

adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gram),


kegemukan atau makan berlebihan, stres dan pengaruh lain

misalnya merokok, minum alkohol, minum obat-obatan

(ephedrine, prednison, epneprin), (Harwandy,2017).

4) Usia

Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan

bertambahnya usia maka risiko hipertensi menjadi lebih tinggi.

Insiden hipertensi yang makin meningkat dengan bertambahnya

usia, disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh yang

mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi

pada usia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit

arteri koroner dan kematian prematur (Harwandy,2017).

b. Faktor yang dapat dikontrol yaitu :

1) Konsumsi garam

Garam dapur merupakan faktor yang sangat berperan dalam

patogenesis hipertensi. Garam dapur mengandung 40% natrium

dan 60% klorida. Konsumsi 3-7 gram natrium perhari, akan

diabsorpsi terutama di usus halus. Pada orang sehat volume cairan

ekstraseluler umumnya berubah-ubah sesuai sirkulasi efektifnya

dan berbanding secara proporsional dengan natrium tubuh total.

Volume sirkulasi efektif adalah bagian dari volume cairan

ekstraseluler pada ruang vaskular yang melakukan perfusi aktif

pada jaringan. Natrium diabsorpsi secara aktif, kemudian dibawa

oleh aliran darah ke ginjal untuk disaring dan dikembalikan ke


aliran darah dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan

taraf natrium dalam darah (Harwandy, 2017).

2) Konsumsi Lemak

Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan

peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi.

Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis

yang berkaitan dengan kenaikan tekanan.

3) Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan

hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin.

4) Obesitas

Obesitas merupakan suatu keadaan dimana indeks massa tubuh

lebih dari atau sama dengan 30. Obesitas meningkatkan risiko

terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Pada penderita

hipertensi ditemukan 20-30% menderita berat badan berlebih

(Harwandy,2017).

5) Kurangnya aktivitas fisik

Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah.

Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung

mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal

tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada

setiap kontraksi.
4. Patosifisiologi

Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan Total Peripheral

Resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut

yang tidak terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi.

Patofisiologi hipertensi primer terjadi melalui mekanisme :

a. Curah jantung dan tahanan perifer

Keseimbangan curah jantung dan tahanan perifer berpengaruh

terhadap skala pengukuran tekanan darah. Sebagian besar kasus

hipertensi esensial, terjadi peningkatan pada tahanan perifer tanpa

diikuti peningkatan curah jantung. Hal tersebut dapat terjadi

dikarenakan pada kondisi tersebut tubuh akan kekurangan untuk suplai

oksigen dan nutrisi sehingga mengakibatkan daya kontraksi jantung

menurun dan menyebabkan terjadinya penurunan curah jantung. Selain

itu, tekanan darah dipengaruhi oleh konsentrasi sel otot halus yang

terdapat pada arteriol. Apabila terjadi peningkatan konsentrasi otot

halus yang semakin lama, maka akan mengakibatkan penebalan

pembuluh darah arteriol yang diperantarai oleh angiotensin sehingga

terjadi peningkatan tahanan perifer yang bersifat irreversible (Gray et

aldalam Erdiono, 2013).

b. Sistem renin-angiotensin

Ginjal mengontrol tekanan darah melalui pengaturan volume

cairan ekstraseluler dan sekresi renin. Sistem renin-angiotensin

merupakan sistem endokrin penting dalam pengontrolan tekanan darah.


Renin disekresi oleh juxtaglomerulus aparantus ginjal sebagai respon

glomerulus underperfusion, penurunan asupan garam, ataupun respon

dari sistem saraf simpatetik (Erdiono, 2013).

c. Sistem Saraf simpatis

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak di pusat vasomotor pada medula otak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia

simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf

simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion

melepaskan asetilkolin yang merangsang serabut saraf paska ganglion

ke pembuluh darah, di mana dengan dilepaskannya norepinefrin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Erdiono, 2013).

Hipertensi yang tidak terkontrol dapat memicu RAA (Renin

Angiotensin Aldosteron) yang terletak di juxtaglomerular ginjal

menjadi lebih aktif sehingga akan terjadi peningkatan tekanan darah.

Oleh karena itu akan memicu terjadinya gangguan fungsi ginjal.

Apabila terjadi kerusakan pada nefron yang diakibatkan oleh penyakit

lain, maka unit yang berada di nefron akan menjadi hancur. Sisa nefron

yang masih utuh dapat berfungsi secara normal namun menyebabkan

terjadinya penurunan jumlah nefron. Kekurangan jumlah nefron

mengakibatkan terjadinya uremia sehingga menimbulkan ketidak-


seimbangan cairan dan elektrolit (Price and Wilson, dalam Erdiono,

2013).

5. Manifesitas Klinis

Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali

pengukuran, dan hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih

pengukuran pada kunjungan berbeda, kecuali terdapat kenaikan tinggi atau

gejala-gejala klinis yang menyertai. Pengukuran tekanan darah dilakukan

dalam keadaan pasien duduk, setelah beristirahat selama 5 menit. Alat

yang digunakan untuk mengukur tekanan darah disebut spigmomanometer.

Ada beberapa jenis spigmomanometer, tetapi yang paling umum terdiri

dari sebuah manset karet dengan dibalut bahan yang difiksasi disekitarnya

secara merata tanpa menimbulkan konstriksi.

Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama

menderitanya, pengobatan antihipertensi sebelumnya, riwayat dan gejala-

gejala penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner, penyakit

serebrovaskuler dan lainnya. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam

keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan penyakit hipertensi, gejala

kerusakan organ, perubahan aktifitas atau kebiasaan sebagai faktor risiko

hipertensi (seperti merokok, konsumsi makanan, riwayat dan faktor

pribadi, keluarga, lingkungan, pekerjaan, dan lain-lain) (Erdiono,2013).

Pemeriksaan fisik dapat pula tidak dijumpai kelainan apapun selain

peninggian tekanan darah yang merupakan satu-satunya gejala. Individu

penderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai bertahun-


tahun. Apabila terdapat gejala, maka gejala tersebut menunjukkan adanya

kerusakan vaskuler, dengan manifestasi khas sesuai sistem organ yang

divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Manifestasi klinis yang

timbul dapat berupa nyeri kepala saat terjaga yang kadang-kadang disertai

mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah intrakranium,

penglihatan kabur akibat kerusakan retina, ayunan langkah tidak mantap

karena kerusakan susunan saraf, nokturia (peningkatan urinasi pada malam

hari) karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema

dependen akibat peningkatan tekanan kapiler (Erdiono, 2013).

6. Penatalaksanaan Hipertensi

Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan morbiditas

dan mortalitas kardiovaskular, mencegah kerusakan organ, dan mencapai

target tekanan darah < 130/80 mmHg dan 140/90 mmHg untuk individu

berisiko tinggi dengan diabetes atau gagal ginjal.

a. Penatalaksanaan non farmakologis

Penatalaksanaan non farmakologis yang berperan dalam

keberhasilan penanganan hipertensi adalah dengan memodifikasi gaya

hidup.

1) Olahraga dan Aktivitas fisik

Olahraga isotonik seperti berjalan kaki, jogging, berenang

dan bersepeda berperan dalam penurunan tekanan darah.

Aktivitas fisik yang cukup dan teratur membuat jantung lebih

kuat.
2) Mengurangi asupan garam

Pengurangan asupan garam dan upaya penurunan berat

badan dapat digunakan sebagai langkah awal pengobatan

hipertensi. Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan

penderita dan jenis makanan dalam daftar diet (Bahri,2013).

3) Diet rendah lemak jenuh

Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya

aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah,

sehingga diet rendah lemak jenuh atau kolesterol dianjurkan

dalam penanganan hipertensi.

4) Diet tinggi serat

Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi.

Serat banyak terdapat pada makanan karbohidrat seperti kentang,

beras, singkong dan kacang hijau, serta pada sayur-sayuran dan

buah-buahan.

5) Tidak merokok

Merokok sangat besar peranannya dalam meningkatkan

tekanan darah, hal tersebut disebabkan oleh nikotin yang terdapat

didalam rokok yang memicu hormon adrenalin yang

menyebabkan tekanan darah meningkat.

6) Istirahat yang cukup

Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh

energi sel dalam tubuh.


b. Penatalaksanaan farmakologis

Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar

pasien dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara

titrasi sesuai dengan umur, kebutuhan, dan usia.

1) Komplikasi

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh,

baik secara langsung maupun tidak langsung.

a) Otak

Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak

yang diakibatkan oleh hipertensi. Stroke timbul karena

perdarahan, tekanan intra kranial yang meninggi, atau akibat

embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan

tekanan tinggi (Bahri,2013).

b) Kardiovaskular

Miokardium dapat terjadi apabila arteri koroner

mengalami arterosklerosis atau apabila terbentuk trombus

yang menghambat aliran darah yang melalui pembuluh darah

tersebut, sehingga miokardium tidak mendapatkan suplai

oksigen yang cukup (Bahri,2013).

c) Ginjal

Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan

progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal dan

glomerolus. Kerusakan glomerulus akan mengakibatkan


darah mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, sehingga

nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan

kematian ginjal.

d) Retinopati

Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan

kerusakan pembuluh darah pada retina. Makin tinggi tekanan

darah dan makin lama hipertensi tersebut berlangsung, maka

makin berat pula kerusakan yang dapat ditimbulkan

(Bahri,2013).

B. Konsep Tingkat Kepatuhan Pasien Hipertensi

1. Pengertian

Kepatuhan adalah tingkat seseorang dalam melaksanakan suatu

aturan dalam dan perilaku yang disarankan. Pengertian dari kepatuhan

adalah menuruti suatu perintah atau suatu aturan. Kepatuhan adalah tingkat

seseorang dalam melaksanakan perawatan, pengobatan dan perilaku yang

disarankan oleh perawat, dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Kepatuhan

(compliance atau adherence) mengambarkan sejauh mana pasien

berperilaku untuk melaksanakan aturan dalam pengobatan dan perilaku

yang disarankan oleh tenaga kesehatan (Smet Bart,dalam Novian, 2013)

Kepatuhan pasien terhadap aturan pengobatan pada prakteknya sulit

dianalisa karena kepatuhan sulit diidentifikasikan, sulit diukur dengan teliti

dan tergantung banyak faktor. Pengkajian yang akurat terhadap individu


yang tidak patuh merupakan suatu tugas yang sulit. Metode yang

digunakan untuk mengukur sejauh mana seseorang dalam mematuhi

nasehat dari tenaga kesehatan yang meliputi laporan dari data orang itu

sendiri, laporan tenaga kesehatan, perhitungan jumlah pil dan botol, tes

darah dan urine, alat-alat mekanis, observasi langsung dari hasil

pengobatan (Niven, dalam Novian, 2013)

2. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan

Menurut Purwanto dalam Novian (2013), ada beberapa variabel

yang mempengaruhi tingkat kepatuhan seseorang yaitu demografi,

penyakit, pengetahuan, komunikasi terapeutik, dukungan keluarga.

a. Demografi

Meliputi usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosio-ekonomi

dan pendidikan. Umur merupakan faktor yang penting dimana anak-

anak terkadang tingkat kepatuhannya jauh lebih tinggi daripada

remaja. Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan

dengan wanita. Faktor kognitif serta pendidikan seseorang dapat juga

meningkatkan kepatuhan

b. Pengetahuan

Pengetahuan pasien tentang kepatuhan pengobatan yang rendah

yang dapat menimbulkan kesadaran yang rendah akan berdampak dan

berpengaruh pada pasien dalam mengikuti tentang cara pengobatan,

kedisiplinan pemeriksaan yang akibatnya dapat terjadi komplikasi

berlanjut.
c. Komunikasi Terapeutik

Kualitas instruksi antara pasien dengan tenaga kesehatan

menentukan tingkat kepatuhan seseorang, karena dengan kualitas

interaksi yang tinggi, maka seseorang akan puas dan akhirnya

meningkatkan kepatuhan nya terhadap anjuran kesehatan dalam hal

perawatan hipertensi, sehingga dapat dikatakan salah satu penentu

penting dari kepatuhan adalah cara komunikasi tentang bagaimana

anjuran diberikan.

d. Dukungan Keluarga

Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam

menentukan keyakinan dan nilai kesehatan bagi individu serta

memainkan peran penting dalam program perawatan dan pengobatan.

Pengaruh normatif pada keluarga dapat memudahkan atau

menghambat perilaku kepatuhan, selain dukungan keluarga, dukungan

tenaga kesehatan diperlukan untuk mempertinggi tingkat kepatuhan,

dimana tenaga kesehatan adalah seseorang yang berstatus tinggi bagi

kebanyakan pasien, sehingga apa yang dianjurkan akan dilaksanakan

(Smet Bart, dalam Novian, 2013).

3. Kepatuhan Terhadap Kesehatan

Kepatuhan terhadap perawatan merupakan perilaku seseorang

untuk mentaati aturan dalam hal pengobatan yang meliputi perlakukan

khusus mengenai gaya hidup seperti diet, istirahat dan olahraga serta

konsumsi obat yang harus dikonsumsi, jadwal waktu minum, kapan harus
dihentikan dan kapan harus berkunjung untuk melakukan kontrol tekanan

darah (Lany Gunawan, dalam Novian 2013).

a. Kepatuhan Diet

Diet hipertensi adalah salah satu cara untuk mengatasi

hipertensi tanpa efek yang serius, karena metode pengendaliannya

yang alami. Hanya saja banyak orang yang menganggap diet

hipertensi sebagai sesuatu yang merepotkan dan tidak menyenangkan.

Banyak makanan kesukaan bisa masuk daftar terlarang, misalnya

garam, penyedap.

b. Kepatuhan Minum Obat (Pengobatan)

Kepatuhan pengobatan pasien hipertensi merupakan hal

penting karena hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat

disembuhkan tetapi harus selalu dikontrol atau dikendalikan agar tidak

terjadi komplikasi yang dapat berujung pada kematian. Obat-obat

antihipertensi yang ada saat ini telah terbukti dapat mengontrol

tekanan darah pada pasien hipertensi, dan juga sangat berperan dalam

menurunkan risiko berkembangnya komplikasi kardiovaskular.

Namun, penggunaan obat antihipertensi saja terbukti tidak cukup

untuk menghasilkan efek pengontrolan tekanan darah jangka panjang

apabila tidak didukung dengan kepatuhan dalam menggunakan obat

antihipertensi tersebut (Saepudin dkk, 2011).


4. Konsep dasar keluarga

a. Pengertian

Menurut Dapertemen Kesehatan RI (1998), Keluarga

merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu

tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan,

sedangkan menurut Bailon dan Maglaya (1978), Keluarga merupakan

dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena

adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling

berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing

dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

keluarga merupakan unit terkecil yang terdiri dari dua atau lebih

individu yang tingal dalam satu rumah yang memiliki hubungan

darah, perkawinan atau adopsi

b. Bentuk Keluarga

1) Keluarga Inti

Keluarga inti terdiri dari kepala keluarga (Ayah), Ibu

rumah tangga (Ibu), dan anak. Menurut menurut Sudiharto dalam

Izati (2017) keluarga inti (nuclear famil,), adalah keluarga yang

dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang

terdiri dari suami, istri dan anak anak, baik karena kelahiran

(natural) maupun adopsi.


2) Keluarga Besar

Keluarga besar merupakan keluarga inti yang ditambah

keluarga lain yang masih memiliki hubungan darah seperti,

kakek, nenek, bibi, dan paman.

3) Keluarga Adopsi.

Keluarga adopsi adalah seseorang yang menyerahkan

secara sah tanggung jawab sebagai orang tua adopsi, biasanya

menimbulkan keadaan yang saling menguntungkan baik bagi

orang tua maupun anak. Disatu pihak orang tua adopsi mampu

memberi asuhan dan kasih sayangnya bagi anak adospsinya,

sementara anak adopsi diberi sebuah keluarga yang sangat

menginginkan mereka (Friedman dalam Izati, 2017).

4) Keluarga dengan orang tua tunggal

Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga

duda/janda karena bercerai atau ditinggal meninggal.

c. Fungsi Keluarga

Setiap keluarga memiliki peran formal dan informal. Misal

ayah sebagai kepala keluarga memiliki peran formal mencari nafkah,

dan peran informal sebagai pelindung dan panutan keluarga. Fungsi

dasar keluarga ada 5 yaitu :

1) Fungsi afektif, merupakan fungsi internal keluarga saling

mendukung, saling memberi kasih sayang dan saling menerima.

Fungsi afektif merupakan dasar yang baik dalam pembentukan


maupun berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi

afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting

(Friedman, 2010).

2) Fungsi sosialisasi merupakan proses perkembangan individu

keluarga berinteraksi soasial dengan lingkungan. Keluarga juga

sebagai guru, yaitu menanamkan kepercayaan, nilai, sikap dan

mekanisme koping, memberikan feedback dan memberikan

petunjuk dalam pemecahan masalah (Sudiharto, 2012).

3) Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga dalam meneruskan

keturunan dan menambah sumber daya manusia (Friedman,

2010).

4) Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi

kebutuhan sandang pangan papan.

5) Fungsi perawatan kesehatan merupakan peran keluarga dalam

merawat anggota keluarga yang sedang sakit dengan memberikan

kenyaman, perhatian khusus, agar keluarga cepat sembuh.

d. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Menurut Friedman (2010), tugas pokok keluarga dalam bidang

kesehatan antara lain yaitu:

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga

Keluarga harus mengenal keadaan kesehatan anggota

keluarga, dan keluarga perlu mengetahui dan mengenal fakta-

fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan


gejala, faktor penyebab, serta persepsi keluarga terhadap masalah

tersebut.

2) Membuat keputusan tindakan yang tepat

Sebelum keluarga dapat membuat keputusan mengenai

masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat

mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi

keluarga dalam membuat keputusan.

3) Memberi perawatan pada anggota yang sakit

Keluarga harus mengetahui kondisi atau jenis penyakit,

cara penanganan dini, serta fasilitas yang dibutuhkan oleh

anggota keluarganya.

4) Mempertahankan agar rumah tetap sehat

Keluarga dapat menciptakan suasana rumah yang sehat

dan keluarga mengetahui sumber dan manfaat pemeliharaan

lingkungan serta bagaimana upaya pencegahan terhadap penyakit.

5) Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di

masyarakat.

Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan,

keluarga harus mengetahui keuntungan dan keberadaan fasilitas

kesehatan yang dapat dijangkau oleh keluarga.

5. Asuhan keperawatan keluarga

a. Pengkajian keperawatan
Proses pengakajian keluarga ini dapat berasal dari berbagai

sumber seperti wawancara, observasi rumah keluarga dan fasilitasnya,

pengalaman yang dilaporkan anggota keluarga, antara lain yaitu:

1) Data umum

Pengkajian data umum ini seperti jenis kelamin, umur,

tingkat pendidikan, keturunan (Gen), tipe keluarga, suku, agama,

status sosial, dan aktivitas rekreasi keluarga.

2) Riwayat dan perkembangan keluarga

Pengkajian ini melihat tahap perkembangan saat ini yang

dilihat dari perkembangan anak tertua di keluarga, dan

perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan

perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan

mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh

keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan

tersebut belum terpenuhi.

3) Riwayat Keluarga inti

Untuk mengetahui riwayat keluarga inti seperti riwayat

penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota

keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit

termasuk status imunisasi.

4) Riwayat keluarga sebelumnya

Untuk mengetahui riwayat kesehatan keluarga dari pihak

suami dan istri jika kemungkinan mengalami diabetes melitus.


5) Lingkungan

Pengkajian ini melihat karakteristik rumah, karakteristik

tetangga dan komunitas RW, mobilitas geografis keluarga,

perkumpulan keluarga dan interaksi dalam masyarakat, dan sistem

pendukung keluarga.

b. Kemungkinan diagnose keperawatan

Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data

yang didapatkan pada pengkajian, yang terdiri dari masalah

keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi yang berasal

dari pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosa keperawatan

mengacu pada rumusan PES (problem, etiologi dan simptom)

Diagnosis yang dapat muncul pada keluarga terkait fungsi perawatan

keluarga seperti ketidakefektifan manajemen kesehatan diri,

ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan diri, ketidakefektifan

penatalaksanaan regimen terapeutik, dll (Nanda dalam izat,2015).

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :

1) Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat

mempengaruhi kesehatan keluarga berhubungan kesehatan

keluarga berhubungan dengan tidak dapat melihat keuntungan dan

manfaat pemeliharaan lingkungan serta ketidaktahuan tentang

usaha pencegahan penyakit hipertensi.


2) Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagai salahsatu

penyebab terjadinya hipertensiberhubungan dengan kurangnya

pengetahuan cara pengaturan diet yang benar.

3) Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambilkeputusan dalam

melaksanakan tindakan yang tepat untuksegera berobat ke sarana

kesehatan bila terkena hipertensi berhubungan dengan kurang

pengetahuan keluarga tentang manfaat berobat kesarana

kesehatan.

4) Kurangnya pengetahuan tentang hipertensi pada keluarga

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal

masalah kesehatan anggota keluarga.

5) Ketidak mampuan menggunakan sumber yang ada di masyarakat

guna memelihara kesehatan berhubugan dengan kurangnya

pengetahuan klien dan keluarga, tersedianya fasilitas kesehatan

seperti JPS, dana sehat dan tidak memahami manfaatnya

Tabel 2.2.

Skala Prioritas Masalah:

Kriteria SKOR Bobot Pembenaran

Sifat masalah

1) Tidak/kurang sehat 3

2) Ancaman 2 1

3) Sejahtera 1
Kemungkinan masalah

dapat diubah :

1) Mudah 2

2) Sebagian 1 2

3) Tidak dapat 0

Potensi masalah untuk

dicegah: 3

1) Tinggi 2 1

2) Cukup 1

3) Rendah

Tabel 2 Skala Prioritas Masalah

Tabel 2.2. (Lanjutan)

Kriteria SKOR Bobot Pembenaran

Menonjolnya masalah :

1) Masalah berat harus 2

ditangani

2) Ada masalah tetapi 1 1

tidak perlu ditangani

3) Masalah tidak dirasakan 0

TOTAL SKOR

Sumber : Izati (2017)


Skoring :

a) Tentukan skor untuk setiap kriteria.

b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan

bobot.

Skor
x bobot
Angkatertinggi

c) Jumlahkan skor untuk semua kriteria.

d) Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor

diagnosa keperawatan keluarga.

6) Implementasi

Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses

aktualisasi rencana intervensi yang memanfaatkan berbagai

sumber didalam keluarga dan memandirikan keluarga dalam

bidang kesehtan. Keluarga dididik untuk dapat menilai potensi

yang dimiliki mereka dan mengembangkannya melalui

implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk

mengenal masalah kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan

dengan persoalan kesehatan yang dihadapi, merawat dan

membina anggota keluarga sesuai kondisi kesehatannya,

memodifikasi lingkungan yang sehat bagi setiap anggota

keluarga, serta memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan

terdekat ( Sudiharto, 2012).


7) Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk

menilai keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas

kesehatannya sehinga memiliki produktivitas yang tinggi dalam

mengembangkan setiap anggota keluarga. Sebagai komponen

kelima dalam proses keperawatan, evaluasi adalah tahap yang

menentukan apakah tujuan yang telah ditetapkan akan

menentukan mudah atau sulitnya dalam melaksanakan evaluasi

(Sudiharto, 2012).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian

deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi kasus, dimana penelitian ini

diarahkan untuk mendeskripsikan penerapan asuhan keperawatan keluarga

dengan masalah tingkat kepatuhan manajemen hipertensi wilayah kerja

Puskesmas Gringsing II (Arikunto dalam Hastutik, 2017).

B. Subyek Penelitian

Subyek dalam studi kasus ini adalah dua pasien dari kasus yang sama

pada hipertensi dengan fokus studi peningkatan tingkat kepatuhan manajemen

hipertensi pada klien di Wilayah Kerja Puskesmas Gringsing II.

1. Kriteria Inklusi

a. Keluarga dengan klien utama hipertensi ringan (140/90 mmHg)

b. Klien hipertensi yang tidak memiliki komplikasi.

c. Klien dengan kriteria Hipertensi Primer.

d. Klien yang bersedia menjadi responden, pasien yang selama dalam

pengobatan.

2. Kriteria eksklusi

a. Klien hipertensi dengan komplikasi.

b. Klien yang tidak bersedia menjadi responden.


C. Fokus Studi

Analisis fokus studi diajukan pada masalah keperawatan keluarga

yang muncul yaitu asuhan keperawatan keluarga pada klien hipertensi dengan

fokus studi Peningkatan Tingkat Kepatuhan Manajemen Hipertensi.

D. Definisi Operasional

Peningkatan tingkat kepatuhan manajemen hipertensi adalah

serangkaian tindakan atau proses keperawatan dilakukan selama 3 kali

kunjungan yang diawali dengan cara observasi langsung kepada pasien,

dengan menggunakan kartu monitoring yang diisi oleh keluarga dan

pemberian edukasi kesehatan untuk memberikan pengetahuan kesehatan

kepada pasien hipertensi dengan media leaflet,

Pengetahuan diet dan terapi obat diukur dengan Kuesioner

pengetahuan diet terapi obat pasien hipertensi. Responden hanya memilih

satu diantaranya. Bila jawaban benar skor 1 bila jawaban salah skor 0

(Nuridayanti, 2016).

Perilaku diet hipertensi diukur dengan Kuesioner skor 4 untuk

jawaban selalu (SL), skor 3 untuk jawaban sering (SR), skor 2 untuk jawaban

kadang-kadang (KD) dan skor 1 untuk jawaban tidak pernah (TP), sedangkan

unfavourable merupakan pernyataan yang bersifat negatif yang mempunyai

skor 1 untuk jawaban selalu (SL), skor 2 untuk jawaban sering (SR), skor 3

untuk jawaban kadang-kadang (KD) dan skor 4 untuk jawaban tidak pernah

(TP) (Nuridayanti, 2016).


Alat pengukur kepatuhan minum obat penderita hipertensi adalah

catatan minum obat penderita hipertensi yang diisi oleh penderita dengan di

pantau oleh keluarga. Catatan minum obat penderita hipertensi berisi tanggal

dan hari minum obat, nama obat yang di minum, dosis obat, aturan minum

obat. Apabila penderita minum obat memberikan tanda centang pada kolom

yang ada. Total skor sebelum edukasi 7, setelah edukasi 28 (Nuridayanti,

2016).

E. Tempat dan Waktu

Pelaksaan asuhan keperawatan keluarga pada pasien hipertensi dengan

fokus studi peningkatan tingkat kepatuhan manajemen hipertensi yang

dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Gringsing II Kabupaten Batang.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode survei

yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah

(bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuandalam pengumpulan

data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur

dan sebagainya ( Sugiyono, 2013).

Dalam penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini penulis

mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan cara :

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara


(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dari yang diwawancarai

(interviewee). Wawancara digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan

seseorang dalam wawancara tersebut biasa dilakukan secara individu

maupun dalam bentuk kelompok, sehingga didapatkan data informatik

yang orientik. Penulis melakukan wawancara atau bertatap muka secara

langsung dengan klien dan keluarga klien tentang keluhan yang diderita

oleh klien.

2. Observasi

Penulis melakukan pengamatan langsung pada keadaan klinis

klien dan respon klien dengan cara pengkajian, pemeriksaan tanda-tanda

vital terhadap tindakan asuhan keperawatan keluarga dengan peningkatan

Kepatuhan Manajemen Hipertensi.

G. Etika Penelitian

Masalah etika penulisan merupakan masalah yang sangat penting

dalam suatu penelitian, masalah etika yang harus diperhatikan antara lain

sebagai berikut:

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Penulis memberikan informasi tentang tujuan dan sifat keikutsertaan

dalam kegiatan asuhan keperawatan yaitu bersifat sukarela. Bagi sampel

atau responden yang setuju berpartisipasi diminta untuk menandatangani

lembar persetujuan (informed consent).

2. Tanpa nama (Anonymity)


Penulis menjamin kerahasiaan responden dengan cara mencantumkan

inisial nama responden pada lembar alat ukur dan laporan kasus.

3. Kerahasian (Confidentiality)

Dalam hal ini, penulis menjamin kerahasiaan dari hasil laporan kasus baik

informasi maupun masalah-masalah lainnya, seperti informasi responden hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penulisan. Data ditulis

dengan komputer pribadi dan akan dimusnahkan satu tahun setelah penulisan

selesai.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Bab ini akan membahas tentang hasil dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang

dilakukan pada 2 keluarga terkait dengan pengetahuan tentang tingkat kepatuhan

manajemen hipertensi yaitu pada keluarga Tn.A dan keluarga Tn. T di wilayah kerja

UPTD Puskesmas Gringsing II. Asuhan keperawatan keluarga pada Tn.A dilakukan

pada tanggal 06-14 Maret 2019.

1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Gringsing II

Kabupaten Batang. Kedua pasien yaitu Tn.A dan Tn. T bertempat tinggal di Desa

Sentul . Masing-masing pasien memiliki rumah dengan bangunan semi permanen dan

berlantai keramik.

2. Pengkajian

2.1 Identitas Pasien

Identitas Pasien Pasien 1 Pasien 2

Nama Tn.A Tn. T

Waktu pengkajian 06 Maret 2019 07 Maret 2019

Umur 63 tahun 62 tahun

Agama Islam Islam

Pendidikan SD SD

Terakhir

Pekerjaan Petani Tukang kayu


Status Pernikahan Menikah Menikah

Diagnosa Medis Hipertensi Hipertensi

Komposisi Tn.A tinggal bersama Tn. T tinggal bersama

Keluarga istri nya (Ny. S usia 56 istrinya ( Ny.M usia

tahun) dan putra 58 tahun) dan putra

pertamanya yaitu An. pertamanya An. A

M (36 tahun) sudah (37 tahun) sudah

berkeluarga dan tinggal berkeluarga dan

terpisah dari orangtua tinggal terpisah dari

nya.Putri kedua yaitu orangtua nya.Putra

An. S (31 tahun) sudah kedua yaitu An. S( 32

berkeluarga dan tinggal tahun ) sudah

terpisah dari orang berkeluarga dan

tuanya. tinggal terpisah dari

orang tuanya.

Genogram Tn .T
Genogram Tn .A

Keterangan:
2.2 Tipe Keluarga

Klien 1 Klien 2

Tipe Keluarga Tipe keluarga Tn A adalah Tipe keluarga Tn T adalah

middle aged or elderly yaitu middle aged or elderly yaitu

dimana orang tua tinggal dimana orang tua tinggal

sendiri dirumah (baik suami / sendiri dirumah (baik suami /

istri atau keduanya) karena istri atau keduanya) karena

anaknya sudah membangun anaknya sudah membangun

karir sendiri. karir sendiri.

Status sosial Status ekonomi keluarga Tn. A Status ekonomi Keluarga Tn. T

ekonomi mempunyai penghasilan yang mempunyai penghasilan yang

tetap. Dengan penghasilan Tn. tetap yang bekerja sebagai

A sebagai petani dengan tukang dengan berpenghasilan

penghasilan Rp 6.000,000,-, kurang lebih Rp 3000,000,-

setiap panen atau setiap 4 atau setiap bulan . Tergolong cukup

5 bulan Tergolong cukup mampu untuk menghidup

untuk menafkahi keluarga istrinya, Tn T tidak memiliki

terkadang Tn. A juga tanggungan membiayai

mendapat uang dari anak- anaknya, anak Tn. T sudah

anaknya. Tn. A tidak memiliki bekerja dan sudah berumah


tanggungan membiayai tangga.

anaknya, anak Tn. A sudah

bekerja dan sudah berumah

tangga.

Pola komunikasi Keluarga Tn. A menggunakan Keluarga Tn. T menggunakan


bahasa jawa untuk bahasa jawa untuk komunikasi
berkomunikasi sehari – hari. sehari – hari. Keluarga saling
Antar keluarga saling berkomunikasi terbuka dan
berkomunikasi secara terbuka sering ngobrol – ngobrol di
dan biasanya ngobrol saat warung sambil jualan atau saat
nonoton televisi bersama di waktu istirahat
sore hari

2.3 Denah Rumah

Rumah Tn A Rumah Tn T

3. Pengkajian Riwayat

3.1 Tahap dan Riwayat Perkembangan Keluarga

RiwayatPenyakit Pasien 1 Pasien 2

Tahap Tahap perkembangan Tahap perkembangan

Perkembangan keluarga Tn.A saat ini keluarga Tn.T saat ini

Keluarga Saat Ini adalah tahap keluarga adalah tahap keluarga


dengan anak dewasa dengan anak dewasa

atau pelepasan. Pada atau pelepasan. Pada

tahap ini ditandai oleh tahap ini ditandai oleh

anak pertama yaitu An. anak pertama yaitu

M yang berusia (36th) An. A yang berusia

dan anak kedua An, S (37th) dan anak kedua

yag berusia (31th) yang An, S yag berusia

sudah menikah dan (32th) yang sudah

tinggal terpisah. menikah dan tinggal

terpisah.

Tahap Tugas tahap Tugas tahap

Perkembangan perkembangan yang perkembangan yang

Keluarga yang belum terpenuhi adalah belum terpenuhi

Belum Terpenuhi keluarga membantu adalah keluarga

anggota keluarga yang membantu anggota

sedang sakit dan keluarga yang sedang

mempersiapkan sakit dan

memasuki masa tua mempersiapkan

dengan baik. Tahap ini memasuki masa tua

belum terpenuhi akibat dengan baik. Tahap

kurangnya sumber ini belum terpenuhi

informasi mengenai akibat kurangnya

kesehatan. Hal ini sumber informasi

didukung dari mengenai kesehatan.

pengkajian yaitu Tn.A Hal ini didukung dari


sudah menderita pengkajian yaitu Tn.T

hipertensi selama 5 sudah menderita

tahun namun tingkat hipertensi selama 4

untuk tingkat kepatuhan tahun namun tingkat

diet dan minum obat untuk tingkat

masih kurang sehingga kepatuhan diet dan

pasien masih makan minum obat masih

makanan yang asin dan kurang sehingga

berlemak seperti pasien masih makan

gorengan dan makanan makanan yang asin

bersantan, dan minum dan berlemak seperti

obat hipertensi tidak gorengan dan

teratur. makanan bersantan,

dan minum obat

hipertensi tidak

teratur serta masih

merokok.

Riwayat Penyakit Tn. A mengatakan Tn. T mengatakan

bahwa sebelumnya bahwa sebelumnya

belum pernah sakit belum pernah sakit

sampai harus opname di sampai harus opname

rumah sakit. di rumah sakit.

Tn. A mengetahui Tn. T mengetahui

penyakitnya sejak 5 penyakitnya sejak 4


tahun yang lalu dan rutin tahun yang lalu dan

menkonsumsi rutin menkonsumsi

Amplodipine Nmun Amplodipine Nmun

terkadang lup, tiap bulan kurang patuh, tiap

Tn A pergi bulan Tn T pergi

memeriksakan diri untuk memeriksakan diri

cek tensi di puskesmas untuk cek tensi di

Gringsing II. puskesmas Gringsing

II.

Riwayat Penyakit Tn, A mengatakan Tn, A mengatakan

Keluarga bahwa di keluarganya bahwa di keluarganya

terdapat riwayat terdapat riwayat

penyakit hipertensi. Ibu penyakit hipertensi.

Tn.A juga mengidap ayah Tn.A juga

penyakit hipertensi. mengidap penyakit

hipertensi

3.2 Pengkajian Fungsi Lingkungan

Fungsi Pasien I Pasien 2

Lingkungan

Karakteristik Keadaan rumah Keadaan rumah

rumah Hasil observasi yang Hasil observasi yang

dilakukan pada rumah dilakukan pada

Tn.A sekeluarga adalah rumah Tn.T

rumah semi permanen sekeluarga adalah


berukuran kurang lebih rumah semi

8x15 m2. Lantai rumah permanen berukuran

sudah berkeramik. kurang lebih 7x15

Rumah Tn. A terbagi m2. Lantai rumah

menjadi ruang tamu, sudah berkeramik.

ruang keluarga, kamar Rumah Tn. T terbagi

tidur, dapur, dan kamar menjadi ruang tamu,

mandi. ruang keluarga,

Rumah Tn. A tampak kamar tidur, dapur,

rapi dan bersih. dan kamar mandi.

Perabotan rumah tertata Rumah Tn. T

dengan rapi. tampak rapi dan

bersih. Perabotan

rumah tertata

Sumber Air dengan rapi.

Air yang digunakan Sumber Air

untuk keperluan sehari- Air yang digunakan

hari adalah Perpipaan. untuk keperluan

Air yang digunakan sehari-hari adalah

bersih, tidak berbau Perpipaan. Air yang

maupun berasa. digunakan bersih,

tidak berbau

maupun berasa.

Pencahayaan dan

Sirkulasi Udara Pencahayaan dan


Pencahayaan dirumah Sirkulasi Udara

Tn. A ketika pagi hari Pencahayaan dirumah

melalui sinar matahari Tn. T ketika pagi hari

dan malam hari melalui sinar matahari

menggunakan lampu. dan malam hari

Sirkulasi udara melalui menggunakan lampu.

ventilasi rumah. Tn. A Sirkulasi udara

mengatakan setiap pagi melalui ventilasi

jendela rumah di rumah. Tn. T

buka.Selain itu terdapat mengatakan setiap

genting kaca didalam pagi jendela rumah di

rumah sebagai buka.

penerangan di siang hari.

3.3 Pengkajian Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga

Fungsi Perawatan
Kesehatan Pasien 1 Pasien 2
Keluarga
Kemampuan Tn. A mengatakan Tn. T mengatakan

mengenal masalah bahwa sudah bahwa sudah

mengetahui bahwa mengetahui bahwa

dirinya terkena dirinya terkena

hipertensi namun hipertensi tetapi

untuk diet dan minum pola hidup , diet dan

obat kurang teratur. minum obat

hipertensi kurang
teratur..

Kemampuan Tn. A mengatakan Tn. A mengatakan

mengambil bahwa tiap bulan rutin bahwa tiap bulan

keputusan datang ke puskesmas rutin datang ke

untuk ikut kegiatan puskesmas untuk

prolanis dan cek tensi ikut kegiatan

untuk pemeriksaaan. prolanis dan cek

tensi untuk

pemeriksaaan.

Kemampuan untuk Tn. A mengatakan Tn. T mengatakan

merawat anggota bahwa jika sakit yang bahwa jika sakit

keluarga yang sakit merawat adalah istri yang merawat

dan kedua putranya. adalah istri dan

kedua putranya.

Kemampuan untuk Tn. A mengatakan Tn. T mengatakan

memodifikasi bahwa karena kadang salah satu alasan

lingkungan merasa pusing, maka dapur tidak di

kamar tidur lampu nya keramik supaya

redup. tidak licin dan

mudah terpeleset.

Kemampuan untuk Tn. A mengatakan Tn. T mengatakan

memanfaatkan bahwa dirinya rajin bahwa dirinya rajin

fasilitas kesehatan memeriksakan diri ke memeriksakan diri

Puskesmas Gringsing ke Puskesmas

II bila pusing atau Gringsing II bila


nyeri tengkuk tidak pusing atau nyeri

berkurang. Tn. A pergi tengkuk tidak

ke puskesmas diantar berkurang. Tn. T

oleh istri atau pergi ke puskesmas

putranya diantar oleh

putranya.

Namun bila sehat,

kadang Tn. T

berangkat sendiri

3.4 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan
Pasien 1 Pasien 2
Fisik
Tingkat Composmentis Composmentis

Kesadaran

Tanda-Tanda TD : 150/90mmHg TD : 140/90 mmHg

Vital N: 84 kali per menit N : 80 kali per meni

RR : 20 kali per menit RR : 18 kali per menit

S : 36,70 C S : 36,60 C

Antropometri Berat badan : 65 kg Berat badan : 70 kg

Tinggi badan : Tinggi badan :

171cm 175cm

IMT : 22,4 IMT : 22,8


Hasil: Normal

Hasil: Normal

Kepala Bentuk kepala Bentuk kepala

messochepal, messochepal,

penyebaran rambut, penyebaran rambut,

merata, rambut merata, rambut

berwarna hitam dan berwarna hitam dan

beruban, tidak ada beruban, tidak ada

lesi. ada nyeri tekan lesi. ada nyeri tekan

Mata Sklera tidak ikterik, Sklera tidak ikterik,

konjungtiva tidak konjungtiva tidak

anemis, kantung mata anemis, kantung mata

besar, bola mata bulat besar, bola mata bulat

berwarna hitam, pupil berwarna hitam, pupil

isokor, mata mampu isokor, mata mampu

melihat, penyebaran melihat, penyebaran

bulu mata dan alis bulu mata dan alis

mata merata, tidak ada mata merata, tidak ada

lesi. lesi.

Telinga Tidak ada lesi, tidak Tidak ada lesi, tidak

menggunakan alat menggunakan alat

bantu dengar, telinga bantu dengar, telinga

dalam bersih. Tidak dalam bersih. Tidak


ada krepitasi dan nyeri ada krepitasi dan nyeri

tekan. tekan.

Hidung Warna kulit sekitar Warna kulit sekitar

hidung merata, tidak hidung merata, tidak

ada lesi dan polip, ada lesi dan polip,

lubang hidung lubang hidung

simetris. Tidak ada simetris. Tidak ada

nyeri tekan. nyeri tekan.

Mulut Mukosa bibir lembab, Mukosa bibir lembab,

bibir berwarna coklat bibir berwarna coklat

kehitaman, tidak ada kehitaman, tidak ada

pembesaran tonsil, pembesaran tonsil,

tidak ada perdarahan tidak ada perdarahan

pada gusi, gigi pada gusi, gigi

berwarna kuning, gigi berwarna kuning, gigi

tidak lengkap. tidak lengkap.

Leher Warna kulit merata, Warna kulit merata,

tidak ada lesi dan tidak ada lesi dan

jaringan parut. Tidak jaringan parut. Tidak

ada nyeri tekan dan ada nyeri tekan dan

benjolan, tidak ada benjolan, tidak ada

pembengkakan pembengkakan

kelenjar tiroid kelenjar tiroid


Dada dan Paru Inspeksi : dada pasien Inspeksi : dada pasien

tampak simetris dan tampak simetris dan

tidak terdapat lesi, tidak terdapat lesi,

pergerakan dada saat pergerakan dada saat

bernafas simestris, bernafas simestris,

tidak ada pernafasan tidak ada pernafasan

cuping hidung. cuping hidung.

Palpasi : Taktil Palpasi : Taktil

fremitus antara sisi fremitus antara sisi

kanan dan kiri sama kanan dan kiri sama

Perkusi : Terdengar Perkusi : Terdengar

suara sonor di seluruh suara sonor di seluruh

lapang paru lapang paru

Auskultasi : Auskultasi :

ditemukan suara ditemukan suara

bronkial di seluruh bronkial di seluruh

lapang paru lapang paru

Ekstremitas Atas Tangan mudah Tangan mudah

digerakkan, tidak ada digerakkan, tidak ada

lesi, tidak ada sianosis lesi, tidak ada sianosis

tidak ada edema, akral tidak ada edema, akral

hangat, kekuatan otot hangat, kekuatan otot

tangan kanan/kiri 5ǀ5 tangan kanan/kiri 5ǀ5


Ekstremitas Tidak ada lesi, tidak Tidak ada lesi, tidak

Bawah ada jaringan parut di ada jaringan parut di

betis kanan tidak ada betis kanan tidak ada

sianosis. CRT 1detik, sianosis. CRT 1detik,

tidak ada fraktur dan tidak ada fraktur dan

nyeri tekan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada

edema, akral hangat, edema, akral hangat,

kekuatan otot kaki kekuatan otot kaki

kanan/ kiri 5ǀ5. kanan/ kiri 5ǀ5.

3.5 Pola Konsumsi sehari-hari

Klien 1 Klien 2

Keluarga Tn. A mempunyai Keluarga Tn. T makan 3x sehari


kebiasaan jarang mengkonsumsi dengan porsi cukup, komposisi nasi,
buah. Klien makan 3 kali sehari lauk dan sayur. Klien mengatakan
dengan porsi cukup banyak. sulit menghindari makanan asin dan
Komposisi nasi, sayur, lauk. Klien gorengan, klien mengatakan dokter
mengatakan sering makan makan sudah menyarankan dirinya untuk
makanan yang asin dan klien sering menurunkan berat badan. Pengolahan
makan ikan asin walaupun tahu makanan biasanya digoreng atau di
mempunyai penyakit hipertensi. tumis.
Klien juga sering ngemil.
Pengolahan makanan biasanya di
goreng dan di tumis.
4. Analisa Data

No Data fokus Masalah

Klien 1 Klien 2

1.  DS:  DS : Tn. T Defisit


Tn.A mengatakan, pengetahuan
mengatakan, “Saya udah tahu tentang tingkat
“Saya sakit darah sakit darah kepatuhan
tinggi sudah lama tinggi sejak 4 manajemen
Bu. Sudah 5 tahun yang lalu. hipertensi
tahun. Bapak Sejak itu Bapak
minum rajin minum
amlodipin”. amlodipin”.
 Tn. A  Tn. T
mengatakan, mengatakan,
“kadang- “Saya itu rutin
kadang minum datang ke faskes
obatnya tidak untuk periksa
teratur..” tensi sebulan
 Tn. A sekali.”
mengatakan,  Tn. T
“saya juga mengatakan,
masih suka “tapi saya kalau
makan yang minum obat
asin” kadang tidak
 Tn. A teratur” \
mengatakan,  Tn.T
“Saya ikut mengatakan,
olahraga . “saya ikut
Yang penting olahraga setiap
rajin minum kegiatan
obat”. prolanis”
 TD Tn. A  Tn. T
150/90 mmHg mengatakan,
 Hasil “ saya juga
kuesioner Tn. kadang masih
A termasuk suka makan
dalam kategori yang asin-asin”
pengetahuan DO:
kurang  TD Tn. T
(jawaban 140/90 mmHg
benar 5 ) Hasil kuesioner Tn.
T termasuk dalam
kategori
pengetahuan
kurang (jawaban
benar 7)

5. Diagnosa Keperawatan
Klien 1 Sakit kepala pada Tn. A berhubungan dengan
peningkatan tekanan darah

Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga


berhubungan dengan ketidakefektifan tingkat
kepatuhan manajemen hipertensi.

Klien 2 Nyeri sakit kepala Tn. T berhubungan dengan


peningkatan tekanan darah

Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga


berhubungan dengan ketidakefektifan tingkat
kepatuhan manajemen hipertensi.

Skoring Masalah Klien I dan II


No Kriteria Skor Bobot Nilai Justifikasi
1 Sifat Masalah Masalah sudah terjadi
Skala : Aktual 3 1 1
2 Kemungkinan Masalah dapat diubah
Masalah 2 2 2 sebagian karena
dapat diubah keterbatasan dalam
Skala : Mudah sumber daya pasien
3 Potensi 2 Masalah cukup untuk
Masalah 2 1 3 dicegah
untuk dicegah
Skala : Cukup
4 Menonjolnya Keluarga tidak
Masalah 0 1 0 menyadari masalah
Skala : yang sedang terjadi
Masalah tidak
dirasakan
Jumlah Nilai Skala Prioritas 2
33
Masalah
Maka prioritas masalahnya sebagai berikut:

No Diagnosa keperawatan Skor


1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga 32
3
berhubungan dengan ketidakefektifan tingkat kepatuhan
manajemen hipertensi
Nyeri sakit kepala Tn. T dan Tn A berhubungan dengan
peningkatan tekanan darah
6. Intervensi
Diagnosa Keperawatan Kriteria hasil Perencanaan

Klien 1 dan 2

Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pertemuan ke-1


pada Tn. A dan Tn. T dengan hipertensi selama 60 menit x 3kali pertemuan, kedua 1. Kaji pengetahuan klien dan keluarga
ringan berhubungan dengan keluarga mampu mengetahui : tentang hipertensi
ketidakpatuhan manajemen hipertensi 1. Masalah hipertensi (pengertian, 2. pendidikan kesehatan tentang tingkat
keluarga mengenal masalah kesehatan penyebab, tanda gejala, cara kepatuhan manajemen hipertensi
keluarga mengenai diit hipertensi dan pencegahan pengobatan dan diet pada klien dan keluarga
minum obat hipertensi. hipertensi) Pertemuan ke-2
2. Masalah kepatuhan diet dan 1. mengkaji pengetahuan klien dan
pengobatan (pengertian, tata cara keluarga tentang tingkat kepatuhan
diet dan jadwal minum obat) manajemen hipertensi
3. Penatalaksanaan hipertensi dengan 2. mengkaji pengetahuan klien dan
kepatuhan diet dan minum obat keluarga tentang tata cara melakukan
Dengan kriteria hasil : keluarga mampu diet hipertensi dan jadwal minum
mengenal masalah kesehatan mengenai obat yang benar.
hipertensi, keluarga mampu mengambil Pertemuan ke – 4
keputusan dalam penatalaksanaan klien 1. Kaji kembali kemampuan klien dan
hipertensi. keluarga tentang tata cara melakukan
diet dan jadwal minum obat
2. Evaluasi tekanan darah klien setelah
dilakukan pengkajian.

7. Implementasi
Diagnosa Tanggal/jam Tindakan Respon
keperawatan keperawatan
Klien 1 Klien 2

Ketidakefektifan Pertemuan ke – 1 1. Mengkaji DS : DS :


Manajemen 07 Maret 2019, pengetahuan klien- Klien mengatakan - Klien mengatakan
Kesehatan dengan Jam 14:00 tentang hipertensi “darah tinggi itu “darah tinggi itu
hipertensi tensinya tinggi karena gara – gara
berhubungan dengan makan asin – asin. kebanyakan makan
ketidakpatuhan Saya minum obat yang asin,tapi kalaui
manajemen darah tinggi kalau pas minum obatnya gak
hipertensi keluarga darahnya naik saja, tiap hari “
mengenal masalah DO :
kesehatan keluarga - Klien bingung saat DO
mengenai diit dan ditanya tentang - Klien bingung saat
minum obat pengertian, ditanya tentang
penyebab, tanda pengertian,
gejala, cara penyebab, tanda
pencegahan dan gejala, cara
penatalaksanaan pencegahan dan
hipertensi penatalaksanaan
- Hasil pengisian hipertensi
kuisioner - Hasil pengisian
pengetahuan kuisoner
tentang hipertensi : pengetahuan tentang
Tn A 5 (Kurang), hipertensi :
Tn. T 7 (Kurang),
DS :
DS :
- Klien mengatakan “
- Klien mengatakan “
darah tinggi itu
darah tinggi itu
berati darahnya
yang darahnya itu
tinggi tensinya
lebih dari 120 “
diatas 120 “.Klien
- Klien mengatakan
mengatakan “ kalau
”darah tinggi
darah tinggi
karena banyak
biasanya pusing,
makan asin – asin,
kepala cekot –
Klien mengatakan
cekot, kadang mata
jadi kabur, terus ”biasanya kalau
2. Memberikan tengkuknya darah tingginya
pendidikan tegang” kumat pusing,
kesehatan tentang - Klien mengatakan tengkuknya
hipertensi “harusnya saya tegang,”
minum obat darah - Klien mengatakan
tinggi tiap hari dan “seharusnya saya
kurangi konsumsi minum obat setiap
garam ya mba hari ya mba, dan
DO : mengurangi
Klien dan keluarga konsumsi garam
kooperatif dan mba
memperhatikan saat DO :
dilakukan pendidikan Klien dan keluarga
kesehatan. Keluarga kooperatif dan
yang ikut saat memperhatikan saat
penyuluhan . dilakukan pendidikan
kesehatan. Keluarga
yang ikut saat
penyuluhan.
Pertemuan ke – 2 1. kaji pengetahuan DS : DS :
11 Maret 2019, klien tentang - Klien mengatakan - Klien mengatakan “
Jam 15.00 kepatuhan “saya tidak tahu saya tidak tahu
manajemen tentang kepatuhan tentang kepatuhan
hipertensi. diet dan minum diet dan minum obat
obat hipertensi” “
DO : DO :
- Klien tidak tahu - Klien tidak tahu
tentang tingkat tentang tingkat
kepatuhan kepatuhan
2. Jelaskan manajemen manajemen
pengertian, tujuan hipertensi hipertensi
dan tata cara diet
dan jadwal
DS : DS :
minum obat yang
- Klien mengatakan - Klien mengatakan
benar
“diet garam itu “oh diet garam
berati tidak berarti nga boleh
konsumsi garam konsumsi garam
atau gimana mb” banyak-banyak ya
mba”
DO : DO :
- Klien kooperatif Klien kooperatif dan
dan memperhatikan memperhatikan
penjelasan penulis penjelasan penulis

DS :
DS :
- Klien mengatakan
- Klien mengatakan
“ oh iya berarti
“iya mba nnati saya
3. Ajarkan tata cara saya hanya boleh
akan coba buat diet
diet garam dan konsumsi garam
garam, jadi saya
jadwal minum per hari kurang
konsumsi garam per
obat lebih 1 sendok teh
harinya 1 sendok teh
saja ya mba dan
ya dan harus
harus mengurangi
kurangi makanan
makan yang asin,
yang asin seperti
untuk minum
ikan asin juga nga
obatnya juga harus
boleh banyak-
teratur setiap
banyak ya, dan
malam hari ya
minum obat nya
mba”
juga harus rutin
setiap malam hari
gitu ya mb”
DO :
DO :
- TD awal : 150/90
- TD awal : 140/90
mmHg
mmHg
- TD sesudah :
- TD sesudah : 130/90
140/90 mmHg.
mmHg.
- Klien tampak lebih
- Klien tampak lebih
rileks
rileks
Pertemuan ke – 3 1. Evaluasi DS : DS :
14 Maret 2019, jam kemampuan klien - Klien mengatakan - Klien mengatakan
14.00 WIB tentang “setiap harinya “iya mba saya setiap
meningkatkan saya sudah hari sudah
kepatuhan mencoba mengurangi
manajemen mengurangi konsumsi garam dan
hipertensi dengan konsumsi garam tidak makan ikan
diet dan minum dan konsumsi asin, saya sekarang
obat. makanan yang banyak makan sayur
asin-asin, dan buah juga, terus
menggantinya saya juga selalu
dengan makanan konsumsi obat
yang tinggi serat hipertensi sebelum
juga dan tiap tidur malam”
malam sebelum DO :
tidur saya selalu Klien dapat
minum obat mendemonstrasikan
hipertensi semoga metode FAST
nanti darah saya walapun tidak
jadi normal lagi” berurutan
DO :
DO :
- Klien sudah
- Klien sudah
menerapkan diet
menerapkan diet
garam dan minum
garam dan terapi
2. Evaluasi tata cara obat teratur setiap
minum obat
menjalankan diet malam.
hipertensi setiap
garam dan - TD awal : 150/90
malam hari
minum obat mmHg
- TD awal : 140/90
hopertensi - TD sesudah :
mmHg
135/90 mmHg.
- TD sesudah : 125/90
mmHg.
8. Evaluasi
Tanggal/jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi

Klien 1 Klien 2

Pertemuan ke – 3 Ketidakefektifan S: - S : Keluarga klien


14 April 2019, jam 14.00 Manajemen Kesehatan - Keluarga klien mampu mampu menjelaskan
dengan hipertensi menjelaskan kembali kembali tentang
berhubungan dengan tentang pengertian pengertian hipertensi,
ketidakpatuhan manajemen hipertensi, tata cara diet tata cara diet garam dan
hipertensi keluarga garam dan terapi minum terapi minum obat
mengenal masalah obat hipertensi hipertensi
kesehatan keluarga - Klien mengatakan akan - Klien mengatakan akan
mengenai diit dan minum dan sudah menjalankan dan sudah menjalankan
obat diet garam, mengurangi diet garam, mengurangi
makanan yang asin-asin makanan yang asin-asin
dan mulai teratur minum dan mulai teratur minum
obat. obat.
O: O:
- TD : 135/90 mmHg - TD : 125/90 mmHg
- Klien sudah mulai dapat - Klien sudah mulai dapat
menerapkan menerapkan
penatalaksanaan diet penatalaksanaan diet
rendah garam dan terapi rendah garam, tetapi
minum obat, tetapi klien untuk terapi minum obat
masih belum mau cek belum terlalu teratur dan
ke Puskesmas secara masih belum rutin untuk
rutin cek ke puskesmas.
A : masalah teratasi - A : masalah teratasi
sebagian sebagian

P : lanjutkan intervensi P : lanjutkan intervensi


- Motivasi klien untuk - Motivasi klien untuk
selalu patuh diet rendah selalu patuh diet dan
garam dan minum obat minum obat hipertensi dan
hipertensi rutin olahraga rutin olahraga minimal 2
minimal 2 kali seminggu kali seminggu
- Motivasi klien untuk rutin - Motivasi klien untuk rutin
cek kesehatan setiap bulan cek kesehatan setiap bulan
- Motivasi keluarga untuk Motivasi keluarga untuk
mendukung klien dalam mendukung klien dalam
pengobatan dan pelaksaan pengobatan dan pelaksaan
diet pada klien diet pada klien
9. Pemaparan Studi Fokus

a. Tingkat pengetahuan klien sebelum dilakukan asuhan keperawatan

Berdasarkan hasil asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan penulis, dapat


diketahui tingkat pengetahuan klien sebelum dilakukan asuhan keperawatan tentang
tingkat kepatuhan manajemen hipertensi
Tabel 4. 1. Hasil pengisian kuisioner tingkat pengetahuan tentang
hipertensi sebelum dilakukan asuhan keperawatan
No Nama Klien Nilai yang diperoleh Presentase % Tingkat pengetahuan
(sebelum)
1 Tn A 5 31,3% Kurang
2 Tn T 7 44% Kurang

Dari hasil diatas saat sebelum diberikan pengetahuan tentang hipertensi


didapatkan hasil tingkat pengetahuan hipertensi pada Tn A dan Tn T dan
tingkat pengetahuan pada keluarga kedua yaitu masih kurang. Dengan 16
soal yang diberikan oleh , dimana rentang nilainya adalah kurang : 0 – 7,
cukup : 8 – 12 dan baik : 13 – 16.
Tabel 4.2 Hasil pengisian kuisioner tingkat Kepatuhan Diet sebelum dilakukan asuhan
keperawatan
No Nama Klien Nilai yang diperoleh Presentase % Tingkat pengetahuan
(sebelum)
1 Tn A 7 44% Kurang
2 Tn T 7 44% Kurang
Dari hasil diatas saat sebelum diberikan pengetahuan tentang diet
didapatkan hasil tingkat pengetahuan diet Tn A dan Tn T pengetahuannya
masih kurang. Dengan 16 soal yang diberikan oleh penulis, dimana rentang
nilainya adalah kurang : 0 – 7, cukup : 8 – 12 dan baik : 13 – 16
Tabel 4.3 Hasil pengisian kuisioner Tingkat Kepatuhan minum obat
sebelum dilakukan asuhan keperawatan
No Nama Klien Nilai yang diperoleh Presentase % Tingkat pengetahuan
(sebelum)
1 Tn A 7 78% Kurang
2 Tn T 7 78% Kurang
Dari hasil diatas saat sebelum diberikan pengetahuan tentang stroke dan
deteksi dini stroke didapatkan hasil tingkat pengetahuan pada keluarga
pertama ada yang masih kurang kurang dan ada yang cukup dan keluarga
kedua pengetahuannya ada yang sudah cukup dan ada yang kurang. Dengan
4 soal yang diberikan oleh penulis, dimana rentang nilainya adalah kurang:
0 – 7, baik : 8 – 9,
b. Tingkat Pengetahuan klien setelah dilakukan asuhan keperawatan
Tabel 4.4 Hasil pengisian kuisioner tingkat pengetahuan hipertensi sebelum dan
sesudah dilakukan asuhan keperawatan

No Nama Nilai yang Presentase Tingkat


Klien diperoleh (%) pengetahuan
(sesudah)

Pre Post Pre Post

1. Tn A 5 14 31,3 87,5 Baik


% %
2 Tn T 7 15 44% 94% Baik

Hasil pengisian kuisioner tingkat pengetahuan hipertensi sesudah dilakukan


asuhan keperawatan keluarga pengetahuan kedua klien meningkat.Tingkat
pengetahuan Tn. A dan Tn T menjadi baik

Grafik 4.1 Hasil pengisian kuisioner tingkat pengetahuan hipertensi sebelum dan
sesudah dilakukan asuhan keperawatan

Klien 1 dan 2
16 Baik
14
12
Cukup
10
8
Kurang
6
4
2
0 sebelum
Tn A Tn T sesudah
Tabel 4.5 Hasil pengisian kuisioner tingkat pengetahuan kepatuhan diet sebelum dan
sesudah dilakukan asuhan keperawatan

No Nama Nilai yang Presentase Tingkat


Klien diperoleh (%) pengetahuan
(sesudah)

Pre Post Pre Post

1. Tn A 7 12 44% 75 Cukup
%
2 Tn T 7 11 44% 70% Cukup

Hasil pengisian kuisioner tingkat kepatuhan diet sesudah dilakukan asuhan


keperawatan keluarga pengetahuan kedua klien meningkat.Tingkat
pengetahuan Tn. A dan Tn T menjadi cukup.

Grafik 4.2 Hasil pengisian kuisioner tingkat pengetahuan hipertensi sebelum dan
sesudah dilakukan asuhan keperawatan

Klien 1 dan 2
14 Baik
12 Cukup
10
8
kurang
6
4
2
sebelum
0
Tn A Tn T sesudah
Tabel 4.6 Hasil pengisian kuisioner tingkat kepatuhan minum obat sebelum dan
sesudah dilakukan asuhan keperawatan
No Nama Nilai yang Presentase Tingkat
Klien diperoleh (%) pengetahuan
(sesudah)

Pre Post Pre Post

1. Tn A 7 9 78% 100 Baik


%
2 Tn T 7 8 78% 89% Baik

Hasil pengisian kuisioner tingkat kepatuhan minum obat sesudah dilakukan


asuhan keperawatan keluarga pengetahuan kedua klien meningkat.Tingkat
pengetahuan Tn. A dan Tn T menjadi baik.
Grafik 4.3 Hasil pengisian kuisioner tingkat pengetahuan hipertensi sebelum dan
sesudah dilakukan asuhan keperawatan

10

9 Baik
8

7 Kuran
g
6
Sebelum
5
Sesudah
4 Series 3
3

0
Tn A Tn T
Tabel 4.5 Hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah
dilakukan asuhan keperawatan
Hari ke Klien Tekanan darah Penurunan Tingkat
(mmHg) tekanan perubahan
pre post darah tekanan
sistolik darah
(mmHg)

pertama Tn A 150/90 140/90 10 rendah

Tn T 140/90 135/90 5 rendah

ketiga Tn A 140/80 130/90 10 rendah

Tn T 140/90 135/90 5 Rendah

Hasil pengukuran tekanan darah setelah dilakukan asuhan keperawatan


keluarga didapatkan hasil tekanan darah kedua klien mengalami penurunan
tekanan darah sistolik 10 – 20 mmHg dimana penilaian perubahan tekanan
darah yaitu tetap : 0 mmHg, rendah : 1 – 15 mmHg, Sedang: 16 – 30
mmHg, tinggi: 31 – 50 mmHg

B. Pembahasan
Pada bab ini dijelaskan analisa untuk mengidentifikasi permasalahan –

permasalahan yang muncul berdasarkan referensi tentang hasil pelaksanaan asuhan

keperawatan keluarga Tn. A dan Tn. T khususnya terkait dengan dengan fokus studi

tingkat kepatuhan manajemen hipertensi di wilayah puskesmas Gringsing II.

1. Pengkajian

a. Biodata Klien

Pada hasil pengkajian diketahui bahwa kedua keluarga memiliki tipe

keluarga yang sama, dimana keluarga Tn. A dan Tn. T dalam tipe keluarga lansia

dimana kedua keluarga hidup berdua hanya suami dan istri dan anak-anaknya

sudah menikah dan memiliki keluarga sendiri. Tn. A berusia 63 tahun pendidikan

SD,dan Tn. T berusia 62 tahun pendidikan juga SD,tingkat pendidikan juga

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.Begitu juga dengan usia,semakin


bertambah usia seseorang, maka memiliki risiko lebih besar untuk terkena

hipertensi (tekanan darah tinggi). Bertambahnya usia mengakibatkan tekanan

darah meningkat, karena dinding arteri pada usia lanjut (lansia) akan mengalami

penebalan yang mengakibatkan penumpukan zat kolagen pada lapisan otot,

sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku

(Anggraini dkk dalam Hastutik, 2018).

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan

Tahap perkembangan keluarga Tn. A dan Tn T saat ini dalam tahap

perkembangan ke-VIII yaitu keluarga dengan usia lansia. Seluruh tahapan

perkembangan keluarga sudah terpenuhi. Dimana keluarga Tn. A dan Tn. T anak-

anaknya sudah meninggalkan orang tua dan sudah menikah. Menurut Friedman

(1998), tahap perkembangan keluarga ke-VIII yaitu Merupakan tahap terakhir

siklus kehidupan keluarga, dimulai dengan salah satu pasangan memasuki masa

pensiun, yang terus berlangsung hingga salah satu meninggal dan berakhir dengan

pasangan lainnya yang meninggal.

Dalam pengkajian yang dilakukan pada tanggal 07 Maret 2019,

pemeriksaan fisik khususnya tekanan darah Tn. A memiliki tekanan darah yang

tinggi yaitu TD = 150/90mmHg. Tn. A juga mengatakan keluhannya “saya sering

pusing-pusing mbak, tangan juga sering kesemutan,”. Sedangkan untuk klien

kedua yaitu Tn. T dalam pemeriksaan fisik Tn. T memiliki TD yang tinggi yaitu

140/90mmHg .Tn. T memiliki penyakit hipertensi sudah 4 tahun terakhir. Keluhan

yang sering muncul pada Tn. T yaitu sering merasa pusing yang berlebih, nyeri di

bagian dada, pandangan kabur, dan denyut jantung cepat.


Selain itu pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga dari keluarga Tn.

A dan Tn T tidak ada yang memiliki riwayat penyakit hipertensi. Hipertensi yang

dialami oleh Tn A dan Tn T bukan dari keturunan melainkan karena perilaku yang

tidak sehat serta pola makan yang tidak sehat yang dialami oleh Tn. A dan Tn T .

Hal ini sesuai dengan penjelasan Aspiani (2014) bahwa ada beberapa factor yang

mempengaruhi terjadinya hipertensi antara lain, pola hidup dan perilaku yang

kurang sehat.

c. Lingkungan

Dalam memenuhi tugas keluarga terkait dengan keterampilan

memodifikasi lingkungan, keluarga Tn. A dan Tn. T sudah cukup baik karena

keluarga Tn. A dan Tn T mampu untuk mempertahankan suasana rumah yang

kondusif dan harmonis untuk mendukung salah satu anggota keluarga yang

mengalami masalah kesehatan Hipertensi .Sedangkan untuk memodifikasi

perilaku kedua keluarga sudah diet dan menjauhkan makanan atau masakan yang

mengandung banyak garam atau bersifat asin dan teratur untuk minum obat.

Menurut Friedman (2014) salah satu intervensi keperawatan keluarga yang dapat

diterapkan antara lain modifikasi perilaku, modifikasi lingkungan, dan modifikasi

gaya hidup.

d. Tugas Perawatan Keluarga

Dari hasil anamnesa tentang tugas perawatan keluarga, terkait dengan

tugas perawatan, Tn . A dan keluarga cukup belum memperhatikan pola menu

makan, aktifitas, dan kebutuhan istirahat tidur.Tn. A masih menggunakan garam

dan jarang untuk mengingat minum obat hipertensi. Selain itu, Tn. A juga jarang

melakukan olahraga dan diet .Tn. A meminum obat hanya saat keluhan muncul.

Menurut Ihda (2016) kepatuhan terhadap aturan salah satunya meminum obat
anti-Hipertensi merupakan perilaku sehat yang harus dipertahankan.Begitu pula

dengan Tn. T, terkait dengan tugas perawatan, keluarga Tn T cukup belum dalam

memperhatikan perilaku sehat yang harus dilakukan bagi penderita hipertensi,

hanya saja keluarga selalu menyarankan apabila keluhan muncul sangat

mengganggu segera diperiksakan ke dokter terdekat dan minum obat. Namun, Tn.

T sudah baik dalam merawat diri sendiri dengan selalu rutin melakukan olahraga

ringan yaitu jalan kaki setiap pagi untuk menjaga kestabilan tekana darah

mengurangi stress , diet dan minum obat hipertensi. Menurut Ihda (2016),

melakukan olahraga atau latihan fisik secara teratur dapat membuat seseorang

merasa segar dan bugar karena aktif bergerak .Olahraga atau latihan dinamis

dengan intensitas sedang seperti berjalan kaki, jogging, bersepeda, dapat

dilakukan secara rutin selama 30-60 menit selama 4-7 hari dalam seminggu.

2. Diagnosis Masalah

Berdasarkan data fokus dalam pengkajian maka permasalahan diagnosis

keperawatan berdasarkan NANDA (2015) adalah ketidakefektifan kepatuhan

manajemen kesehatan pada hipertensi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah hipertensi.

Diagnosis keperawatan tersebut dimunculkan karena sesuai dengan data

subyektif dan perilaku yang kurang terhadap penyakit meliputi kepatuhan dan

kemampuan klien dan keluarga untuk melakukan manajemen kesehatan

diri.Ketidakpatuhan dalam manajemen perawatan diri dapat menyebabkan komplikasi

yang lebih serius. Oleh karena itu, diperlukan keluarga dan klien meningkatkan

manajemen perawatan diri untuk mencegah komplikasi dan memperbaiki kualitas

hidup.
3. Perencanaan

Tindakan keperawatan yang diberikan kepada keluarga Tn. A dan keluarga

Tn. T akan dilakukan selama 3 kali pertemuan. yang terdiri dari dua tujuan, yaitu

tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum yang akan dicapai adalah: (1) Kedua

pasien mampu menerapkan perilaku kesehatan yang tepat dalam pengelolaan

hipertensi (2) Tidak terjadi komplikasi pada kedua pasien (3) Tekanan darah pada

kedua pasien dalam batas normal yaitu sistolik 110-120 dan diastolik 80-90. Tujuan

khusus yang akan di capai adalah: (1) Pasien dan keluarga mampu mengenal dan

menjelaskan kembali tentang penyakit hipertensi seperti pengertian, tanda dan gejala,

penyebab hipertensi dan latihan fisik (2) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan

tentang hipertensi (3) Hasil kuesioner pada kedua pasien terjadi peningkatan

pengetahuan menjadi kategori cukup.

Rencana asuhan keperawatan yang disusun melibatkan keluarga dari

masing-masing pasien. Keluarga merupakan salah satu aspek penting dalam

keperawatan. Pendidikan kesehatan adalah salah satu unsur dalam program kesehatan

yang berfungsi untuk mengubah perilaku seseorang atau masyarakat agar membantu

tercapainya program pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit, dan peningkatan

kesehatan. Notoadmodjo (2012) menyatakan bahwa setelah seseorang mengetahui

stimulus atau obyek kesehatan maka seseorang tersebut akan mempraktikkan apa

yang diketahuinya. Mengenal merupakan salah satu proses dari memperoleh

pengetahuan. Pendidikan kesehatan akan berpengaruh terhadap peningkatan

pengetahuan pada pasien dan keluarga.

4. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Tindakan keperawatan yang dilakukan agar keluarga mengenal masalah

yang pertama adalah mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang kepatuhan

manajemen hipertensi . Dengan meningkatnya pengetahuan tentang tingkat kepatuhan

manajemen hipertensi terutama kepatuhan minum obat dan diet hipertensi dapat

mengubah perilaku dalam perawatan pasien hipertensi sehingga mampu

meminimalkan terjadinya komplikasi, diet hipertensi dapat dilakukan dengan

mengurangai konsumsi garam sesuai aturan untuk penderita hipertensi berat diet

rendah garam yang disarankan adalah 200-400 mg Na/hari sedangkan untuk penderita

hipertensi tidak terlalu berat diet rendah garam yang disarankan 600-800 mg Na/hari

dan untuk penderita hipertensi ringan diet rendah garam yang disarankan adalah

1000-1200 mg Na/hari. Menurut Ihda (2016) Regulasi diri mencerminkan perilaku

mereka melalui pemantauan tanda dan gejala yang dirasakan oleh tubuh, penyebab

timbulnya tanda dan gejala yang dirasakan, serta tindakan yang dilakukan. Perilaku

regulasi diri meliputi: 1) mengetahui penyebab naik turun nya tekanan darah ; 2)

mengenali tanda-tanda dan gejala tekanan darah tinggi dan rendah; 3) bertindak dalam

menanggapi gejala; 4) membuat keputusan berdasarkan pengalaman; 5) mengetahui

situasi yang dapat mempengaruhi tekanan darah ; dan 6) membandingkan perbedaan

antara tekanan darah tinggi dan rendah.

Tindakan selanjutnya, memberikan pendidikan kesehatan mengenai hipertensi

dengan metode leaflet dan kuisioner. Kepatuhan minum obat hipertensi sesuai dosis

dan anjuran dokter. Diit rendah garam dilakukan dengan pembatasan konsumsi

garam. Seseorang yang menderita hipertensi dan masih memiliki kebiasaan

mengonsumsi makanan tinggi garam dapat memicu terjadi komplikasi secara cepat.

Mengurangi jumlah asupan garam di rekomendasikan sebagai salah satu intervensi

pada pengobatan pasien hipertensi. Pada seseorang yang mengalami hipertensi


dilakukan pembatasan penggunaan garam yaitu ½ sendok teh perhari jika tekanan

darah 140-159/90-100 mmHg, ¼ sendok teh perhari jika tekanan darah 160-

179/100-109 mmHg, dan tidak mengonsumsi garam jika tekanan darah >180/110

mmHg.

5. Evaluasi

Evaluasi dari tindakan keperawatan dilakukan pada kunjungan ketiga yaitu tanggal 14
Maret 2019 jam 14.00 WIB yaitu mengevaluasi ulang tingkat pengetahuan keluarga
setelah diberikan pendidikan kesehatan di rumah masing – masing keluarga Tn. A dan Tn
T. Proses evaluasi menunjukkan hasil dari keluarga Tn. A dan Tn. T mengikuti dan
memperhatikan serta dengan baik serta bersikap kooperatif saat dilakukan pendidikan
kesehatan dengan media lembar balik dan leafet mengenai tingkat kepatuhan manajemen.
Adapun respon keluarga adalah keluarga mampu menjelaskan kembali pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, cara mencegah dan pengobatan dan diet hipertensi. Klien
sudah mulai melakukan diet rendah garam dan miinum obat hopertensi secara rutin setiap
malam hari.

6. Pembahasan Fokus Studi

Dari hasil asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan studi fokus peningkatan
tingkat manajemenhipertensi diperoleh hasil adanya perubahan tingkat pengetahuan
kedua klien antara sebelum dan sesudah dilakukan asuhan keperawatan keluarga. Secara
keseluruhan tingkat pengetahuan kedua klien menjadi baik yaitu keluarga Tn. A dan Tn.
T menunjukan adanya peningkatan pengetahuan. Perbedaan pemahaman pengetahuan
pada klien 1 dan klien 2 berdasarkan pendidikan terakhirnya, kedua klien berlatar
belakang pendidikan SD.
Hal ini sesuai dengan NIC (Nursing Intervension Clasification) pasien dan

keluarga dapat mengetahui pengelolaan hipertensi pada penderita hipertensi dengan

benar, setelah dilakukan pendidikan kesehatan juga terjadi peningkatan nilai (score)

/ pengetahuan.
C. Keterbatasan

Dalam studi kasus ini penulis menemui hambatan sehingga menjadi keterbatasan
dalam penyusunan studi kasus ini. Beberapa keterbatasan adalah belum adanya
instrument baku yang mengarah terhadap tingkat pengetahuan klien, sehingga instrument
yang dikembangkan perlu dilakukan penyempurnaan melalui uji validitas dan reabilitas.
Hambatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yaitu ketika penulis memotivasi kedua
klien untuk melakukan diet rendah garam mengatakan kalau rasa makanan hambar klien
kurang suka dan klien mengatakan sulit untuk menghindari makanan asin. Hambatan juga
dirasakan saat penulis memotivasi klien kedua untuk rutin minum obat, dan penulis
kembali menjelaskan pentingnya kepatuhan minum obat terhadap penyembuhan klien
hipertensi.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Dari data hasil pengkajian menunjukkan bahwa Tn. A dan Tn. T memiliki riwayat

Hipertensi. Tekanan darah Tn. A yaitu 150/90 mmHg dan Tn. T yaitu 140/90 mmHg.

Pada saat pengkajian Tn. A dan Tn. T belum mengetahui kepatuhan manajemen

hipertensi secara baik.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga Tn. A dan keluarga Tn. T adalah

ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga

dalam mengenal masalah mengenai tingkat kepatuhan hipertensi.

3. Perencenaan difokuskan pada manajemen kesehatan perawatan diri dengan tingkat

kepatuhan hipertensi terhadap keluarga Tn. A khususnya dan keluarga Tn. T.

Perencanaan dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai tingkat

kepatuhan diet rendah garam III 1000-1200 mg/Na per hari atau setara dengan 1/2

sendok teh dan minum obat amplodipin 10mg setiap malam hari .

4. Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan perencanaan yang disusun. Difokuskan

pada pendidikan kesehatan mengenai penatalaksanaan kepatuhan diit hipertensi dan

kepatuhan minum obat hipertensi, setelah dilakukan pendidikan kesehatan juga

terjadi peningkatan nilai (score) pada kuesioner yang dapat dilihat pada tabel 4.1

dan grafik 4.1 pengetahuan kedua pasien yang semula dalam kategori kurang menjadi

cukup.

5. Evaluasi menunjukkan bahwa adanya perubahan perilaku dan pengetahuan dalam

mengelola kesehatan dengan kepatuhan hipertensi pada Tn. A dan Tn T hampir sama.

Hal ini dibuktikan dari pengetahuan klien sudah mengetahui kepatuhan manajemen
hipetensi secara tepat dan baik dari pengetahuan maupun keputusan yang diambil.

Hasil ini juga didukung dengan adanya penurunan tekanan darah Tn. A dan tekanan

darah Tn. T, serta adanya pernubahan keluhan yang dirasakan klien.

B. Saran

Setelah membandingkan antara tinjauan teori dan pengalaman yang penulis peroleh

selama melakukan asuhan keperawatan keluarga pada kedua klien dengan masalah

keperawatan ketidakpatuhan manajemen hipertensi keluarga mengenal masalah

kesehatan keluarga mengenai diit dan minum obat maka saran yang dapat penulis

berikan kepada pemabca adalah sebagai berikut :

1. Bagi institusi pendidikan

Bagi institusi pendidikan agar bisa menjadi sumber pembelajaran bagi mahasiswa.

Hasil laporan kasus asuhan keperawatan keluarga dengan fokus studi peningkatan

tingkat kepatuhan manajemen hipertensi untuk menurunkan tekanan darah tinggi

ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan referensi untuk meningkatkan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan mahasiswa.

2. Bagi Puskesmas

Bagi Puskesmas Gringsing II Kabupaten Batang diharapkan dapat

mengembangkan PROLANIS dan POSBINDU yang telah dilaksanakan, sehingga

dapat mendorong penderita hipertensi untuk melakukan peningkatan kepatuhan

manajemen hipertensi.

3. Bagi klien dan keluarga

Setelah pengetahuan klien tentang kepatuhan manajemen hipertensi pada klien

meningkat maka diharapkan klien dapat melakukan perawatan secara mandiri

melalui kepatuhan aturan-aturan kesehatan dengan hipertensi


4. Bagi calon penulis selanjutnya

Bagi calon penulis selanjutnya yang mungkin tertarik untuk mengangkat kasus

asuhan keperawatan keluarga denagn fokus studi peningkatan tingkat kepatuhan

manajemen hipertensi harus benar – benar menguasai konsep dan teori tentang

kepatuhan manajemen hipertensi. Selain itu penulis haris memiliki kemampuan

yang baik dalam melakukan pengkajian dan menentukan masalah yang tepat

sehingga asuhan keperawatan dapat tercapai sesuai dengan masalah yang telah

ditemukan.

Anda mungkin juga menyukai