Anda di halaman 1dari 7

CiE 3 (1) (2014)

Chemistry in Education
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chemined

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI REACT TERHADAP HASIL


BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI

A Farid , S. Nurhayati

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang

Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. 8508112 Semarang 50229

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kimia dengan
Diterima 16 Februari 2013 strategi REACT dan seberapa besar pengaruh yang diberikan terhadap hasil
Disetujui 16 Maret 2013 belajar kimia siswa kompetensi kelarutan dan hasil kali kelarutan di MAN
Dipublikasikan April 2013 Babakan Lebaksiu Tegal. Data hasil penelitian diperoleh melalui metode tes,
observasi, dan angket. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA
MAN Babakan Lebaksiu Tegal. Desain penelitian ini adalah posttest only group
design. Pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling. Berdasarkan
hasil penelitian, diperoleh rata-rata hasil posttest kelas eksperimen 1 dan
Keywords: eksperimen 2 sebesar 82,03 dan 77,07. Hasil uji perbedaan rata-rata menunjukkan
learning outcomes bahwa rata-rata nilai posttest kelas eksperimen 1 lebih baik daripada kelas
strategy of REACT eksperimen 2. Analisis pengaruh terhadap hasil belajar siswa diperoleh koefisien
the effect korelasi biserial sebesar 0,45 dengan koefisien determinasi 20,25%. Hasil belajar
afektif dan psikomotorik kelas eksperimen 1 lebih baik dari kelas eksperimen 2.
Simpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran kimia dengan strategi REACT
berpengaruh positif terhadap hasil belajar kimia siswa.

Abstract
This study aims to determine the effect of learning chemistry with REACT strategy and
how much effect given on learning outcomes basic competency solubility and solubility
product in MAN Babakan Lebaksiu Tegal. The research data were obtained through the
method of test, observation, and questionnaires. The population in this study were students
of class XI IPA MAN Babakan Lebaksiu Tegal. Experimental design is a posttest only
group design. Samples were taken with a random cluster sampling technique. Based on the
research results, the average post test results experimental class 1 and experimental class 2 at
82,03 and 77,07. Test results mean difference shows that the average value of the posttest
experimental class 1 was better than the experimental class 2. Analysis of the effect on
student learning outcomes resulting biserial correlation coefficient of 0,45 with a coefficient
of determination 20,25%. The result of affective and psychomotor learning outcomes of
experimental class 1 better than experimental class 2. From the results of this study
concluded that learning with REACT strategy have a positive impact on learning outcomes.

© 2013 Universitas Negeri Semarang


 Alamat korespondensi:
Email: mr.akhmadfarid92@gmail.com ISSN NO 2252-6609
Telp. 085740632833
A Farid/Chemistry in Education 3 (1) (2014)
Pendahuluan sama, sharing, merespon dan berkomunikasi
Pembelajaran kimia menekankan pada dengan para pembelajar yang lainnya; (5)
cara siswa menguasai konsep-konsep dan bukan Transferring adalah pembelajaran yang
menghafal fakta satu sama lain. Konsep-konsep mendorong siswa belajar menggunakan
kimia mempunyai tingkat generalisasi dan pengetahuan yang telah dipelajarinya ke dalam
abstraksi tinggi yang menyebabkan siswa konteks atau situasi baru yang belum dipelajari
mengalami kesukaran dalam penguasaan. di kelas berdasarkan pemahaman (Crawford,
Selain itu, pembelajaran kimia juga 2001).
menekankan pada pemberian pengalaman Model pembelajaran kimia dengan
belajar secara langsung melalui penggunaan dan strategi REACT diharapkan dapat
pengembangan keterampilan proses dan sikap meningkatkan hasil belajar siswa pada
ilmiah. Keterampilan proses sains merupakan kompetensi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah Siswa diharapkan mampu mengaitkan konsep
dan dapat digunakan untuk menemukan suatu kelarutan dan hasil kelarutan yang dimilikinya
konsep atau prinsip atau teori, dan untuk dalam kehidupan nyata. Siswa dituntut aktif
mengembangkan konsep yang telah ada dalam pembelajaran dan mampu berkomunikasi
sebelumnya (Indrawati, 2000). Praktikum akan dengan baik antar siswa maupun dengan guru,
memberikan kesempatan pada siswa untuk karena dalam pembelajaran ini siswa akan
mengalami sendiri, mengikuti proses, dikelompokkan dalam kelompok-kelompok
mengamati suatu obyek, keadaan atau proses diskusi yang menuntut terjadinya interaksi dan
sesuatu, sehingga pengalaman siswa menjadi kerjasama yang baik antar anggota. Strategi
bermakna (Djamarah, 2010). pembelajaran REACT berpengaruh terhadap
Observasi awal yang dilakukan di MAN hasil belajar kimia siswa sebesar 33,64%
Babakan Lebaksiu Tegal menunjukkan bahwa (Ismawati, 2010). Hasil keterampilan proses
ketuntasan klasikal siswa pada kompetensi sains kelas yang diberikan strategi pembelajaran
kelarutan dan hasil kali kelarutan tahun ajaran REACT lebih baik dibandingkan dengan kelas
2011/2012 kurang dari 80%. Hal ini disebabkan yang tidak menerapkan strategi pembelajaran
pengalaman belajar yang diberikan guru lebih REACT (Meita, 2012).
ditekankan pada kegiatan ceramah dan latihan Rumusan masalah dalam penelitian ini
soal serta praktikum di laboratorium belum adalah apakah ada perbedaan rata-rata hasil
optimal. Kegiatan tersebut terkesan monoton belajar antara siswa yang diberikan
dan belum menekankan pada kegiatan aktif pembelajaran dengan strategi REACT dan siswa
siswa (student centered) dalam membangun tanpa diberi strategi REACT serta berapa besar
konsep. Salah satu cara untuk mengatasi pengaruh penerapan strategi REACT pada
permasalahan tersebut adalah dengan kompetensi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
menggunakan model pembelajaran inovatif Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
yang tepat dalam penerapannya di kelas adanya perbedaan rata-rata hasil belajar antara
(Trianto, 2007). siswa yang diberikan pembelajaran dengan
REACT memiliki lima strategi yang strategi REACT dan siswa tanpa diberi strategi
harus tampak dalam pembelajaran, yaitu: (1) REACT serta mengetahui berapa besar
Relating adalah pembelajaran dengan pengaruh penerapan strategi REACT pada
mengaitkan materi yang sedang dipelajari kompetensi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
dengan konteks pengalaman kehidupan nyata
atau pengetahuan yang sebelumnya; (2)
Experiencing merupakan pembelajaran yang Metode Penelitian
membuat siswa belajar dengan melakukan Penelitian dilakukan di MAN Babakan
kegiatan (learning by doing) melalui eksplorasi, Lebaksiu Tegal pada kompetensi kelarutan dan
penemuan, pencarian, aktivitas pemecahan hasil kelarutan. Desain penelitian yang
masalah, dan laboratorium; (3) Applying adalah digunakan adalah Posttest Only Group Design.
belajar dengan menerapkan konsep-konsep yang Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas
telah dipelajari untuk digunakan, dengan XI MAN Babakan Lebaksiu Tegal tahun
memberikan latihan-latihan yang realistik dan pelajaran 2012/2013. Pengambilan sampel
relevan; (4) Cooperating adalah pembelajaran dilakukan dengan teknik cluster random sampling,
dengan mengkondisikan siswa agar bekerja dengan pertimbangan hasil uji normalitas dan

37
A Farid/Chemistry in Education 3 (1) (2014)

homogenitas terhadap nilai ulangan akhir Hasil dan Pembahasan


semester ganjil kelas XI MAN Babakan Hasil analisis deskriptif nilai afektif
Lebaksiu Tegal tahun pelajaran 2012/2013. diperoleh nilai rata-rata aspek afektif kelas
Sampel dalam penelitian ini, diambil 2 kelas eksperimen 1 sebesar 24,68 dan kelas
siswa dari populasi. Satu kelas sebagai kelas eksperimen 2 sebesar 24,11. Selain itu diketahui
eksperimen 1 dengan menggunakan strategi banyaknya siswa yang memperoleh nilai afektif
pembelajaran REACT dan satu kelas lainnya dengan kriteria tinggi di kelas eksperimen 1
sebagai kelas eksperimen 2 dengan sebanyak 11 siswa dan nilai dengan kriteria
pembelajaran tanpa strategi REACT. sangat tinggi sebanyak 7 siswa. Sedangkan di
Variabel bebas dalam penelitian ini kelas eksperimen 2, banyaknya siswa yang
adalah strategi pembelajaran. Variasi perlakuan memperoleh nilai dengan kriteria tinggi
pada kelas eksperimen 1 adalah strategi sebanyak 13 siswa dan nilai dengan kriteria
pembelajaran REACT dan pada kelas sangat tinggi sebanyak 3 siswa. Artinya, jumlah
eksperimen 2 adalah pembelajaran kimia tanpa siswa yang tuntas aspek afektif pada kelas
strategi REACT. Variabel terikat dalam eksperimen 1 sebanyak 18 siswa, sedangkan di
penelitian ini adalah hasil belajar kimia siswa. kelas eksperimen 2 sebanyak 16 siswa. Hal ini
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah berarti penerapan startegi pembelajaran REACT
kurikulum, guru, materi, dan jumlah jam tidak hanya berpengaruh pada hasil belajar
pelajaran yang sama. kognitif saja, tetapi pada aspek afektif juga.
Metode pengumpulan data dilakukan Hasil analisis nilai afektif kelas
dengan metode dokumentasi, metode tes, eksperimen 1 dan eksperimen II untuk skor tiap
metode observasi, dan metode angket. Metode aspeknya dapat dilihat pada Gambar 1.
dokumentasi digunakan untuk mendaftar nama Perbedaan yang paling terlihat diantara kedua
siswa, jumlah siswa, dan semua data yang kelas terdapat pada aspek kedua, ketiga, kelima,
diperlukan dalam penelitian. Metode tes dan keenam. Aspek kedua dan ketiga yaitu
digunakan untuk mendapatkan data tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran dan
hasil belajar kimia kompetensi kelarutan dan keaktifan siswa dalam memberikan tanggapan,
hasil kali kelarutan pada aspek kognitif siswa. siswa kelas eksperimen 1 lebih bisa memberikan
Metode observasi digunakan untuk mengetahui perhatian lebih terhadap proses belajar,
hasil belajar kimia siswa pada aspek afektif dan sehingga siswa lebih aktif dalam memberikan
psikomotorik siswa, dimana aspek yang tanggapan atau umpan balik terhadap materi
digunakan untuk mengukur psikomotorik siswa yang disampaikan guru. Sedangkan kelas
diambil dari indikator-indikator keterampilan eksperimen 2 kurang bisa memberikan
proses sains. Assesment keterampilan proses sains perhatian lebih terhadap proses pembelajaran,
digunakan untuk menilai kemampuan siswa sehingga keaktifan dalam memberikan
dalam menguasai aspek atau indikator tanggapan terhadap materi juga kurang. Pada
psikomotorik, assessment ini dapat berupa aspek kelima dan keenam yaitu disiplin tugas
observasi, tes tertulis dan penilaian laporan hasil dan bekerjasama, siswa kelas eksperimen 1
eksperimen (Feyzioglu, 2009). Metode angket lebih memiliki disiplin tugas yang tinggi
digunakan untuk memperoleh data tanggapan dikarenakan dapat menjalin kerjasama yang
siswa terhadap pembelajaran. baik antar anggota kelompoknya. Kerja
kelompok dapat juga bermanfaat tuntuk
Data penelitian hasil belajar kognitif
mengatasi atau mengurangi kefakuman, karena
dianalisis dengan uji perbedaan dua rata-rata
siswa yang mampu dapat membimbing
untuk mengetahui perbedaan hasil belajar
temannya yang kurang mampu (Saleh, 2012).
antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen
Pembelajaran kelompok tidak hanya membantu
2. Untuk mengetahui adanya pengaruh dan
siswa dalam berinteraksi satu sama lain, namun
besarnya pengaruh pembelajaran dengan
secara tidak langsung dapat menumbuhkan ide-
menggunakan strategi REACT terhadap hasil
ide alternatif serta menghasilkan suatu
belajar kimia kompetensi kelarutan dan hasil
pemecahan masalah melaui adanya diskusi
kali kelarutan digunakan koefisien korelasi
(Pandey & Kishore, 2003). Pembelajaran diskusi
biserial dan koefisien determinasi. Hasil belajar
kelompok dapat meningkatkan interaksi sosial
afektif, psikomotorik, dan hasil angket
antar siswa dalam membangun pengetahuan
tanggapan siswa dianalisis secara deskriptif.
dan pemahamannya di dalam diskusi
(Kupczynski, et al, 2012).

38
A Farid/Chemistry in Education 3 (1) (2014)

Gambar 1. Grafik perbandingan skor rata-rata afektif

Hasil analisis deskriptif nilai kelas eksperimen 2 dikarenakan siswa pada


psikomotorik diperoleh rata-rata nilai kelas eksperimen 1 sudah terbiasa
psikomotorik kelas eksperimen 1 sebesar 34,88 melaksanakan belajar secara berkelompok di
dan kelas eksperimen 2 sebesar 33,74. Selain itu dalam kelas. Pada aspek ketujuh yaitu menarik
diketahui banyaknya siswa yang memperoleh kesimpulan, siswa dengan pembelajaran REACT
nilai dengan kriteria tinggi di kelas eksperimen 1 menunjukkan nilai yang lebih baik
sebanyak 16 siswa dan nilai dengan kriteria dibandingkan siswa tanpa strategi REACT.
sangat tinggi sebanyak 4 siswa. Sedangkan di Kegiatan praktikum dengan strategi REACT
kelas eksperimen 2, banyaknya siswa yang pada dasarnya berorientasi pada investigasi dan
memperoleh nilai dengan kriteria tinggi penemuan, sehingga output yang dihasilkan
sebanyak 13 siswa dan nilai dengan kriteria merupakan suatu pemecahan masalah dari
sangat tinggi sebanyak 3 siswa. Artinya, jumlah masalah yang ditemukan oleh siswa (Baser &
siswa yang tuntas aspek psikomotorik pada Durmus, 2010). Kelas eksperimen 2
kelas eksperimen 1 sebanyak 20 siswa, menunjukkan hasil yang sedikit lebih baik dari
sedangkan di kelas eksperimen 2 sebanyak 16 kelas eksperimen I pada aspek kelima dan
siswa. Siswa dapat bereksplorasi melalui kesembilan, yaitu aspek menyusun laporan
kegiatatan yang relevan untuk memperoleh praktikum dan mengecek kebersihan alat, hal
pengalaman dan konsep baru sehingga hasil ini terjadi karena adanya kelonggaran waktu
belajar siswa meningkat. Pembelajaran dengan yang diberikan kepada kelas eksperimen 2
praktikum menjadikan proses pembelajaran dalam menyelesaikan laporan praktikum,
menjadi lebih hidup dan bermakna bagi siswa sedangkan untuk kelas eksperimen 1 hal
(Sukaesih, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa tersebut tidak terjadi, siswa kelas eksperimen 1
strategi pembelajaran REACT berpengaruh mengumpulkan laporan praktikum sesuai
positif terhadap psikomotorik siswa. dengan waktu yang disepakati sebelumnya.
Hasil analisis nilai psikomotorik kelas Kegiatan praktikum merupakan bagian yang
eksperimen 1 dan eksperimen II untuk skor tiap tidak dapat terpisahkan dari pembelajaran sains
aspeknya dapat dilihat pada Gambar 2. Hasil (Hodson, 1996). Pembelajaran sains kurang
analisis psikomotorik untuk tiap aspeknya dapat berhasil bila tidak ditunjang dengan
menunjukkan hasil yang bervariasi, secara kegiatan laboratorium (Arifin, 2003). Alasan
keseluruhan tiap aspek pada kelas eksperimen 1 pentingnya praktikum dalam pembelajaran
menunjukkan hasil yang lebih baik daripada sains, yaitu: (1) praktikum membangkitkan
kelas eksperimen 2, yaitu pada aspek ketiga, motivasi belajar IPA, (2) praktikum
keempat, dan ketujuh. Pada aspek ketiga dan mengembangkan keterampilan dasar
keeempat yaitu bekerjasama dengan anggota melakukan eksperimen, (3) praktikum menjadi
kelompok dan mendiskusikan hasil percobaan, wahana belajar pendekatan ilmiah, dan (4)
kelas eksperimen 1 lebih baik dibandingkan praktikum menunjang materi pelajaran (Rowe,
1996).

39
A Farid/Chemistry in Education 3 (1) (2014)

Gambar 2. Grafik perbandingan skor rata-rata tiap aspek psikomotorik

Analisis data hasil belajar kognitif signifikan. Rata-rata hasil belajar kelas
menggunakan nilai posttest siswa. Berdasarkan eksperimen 1 lebih tinggi dibandingkan rata-rata
analisis data akhir (posttest), rata-rata hasil hasil belajar kelas eksperimen 2. Data rata-rata
belajar siswa pada masing-masing kelas posttest dapat dilihat pada Tabel 1.
eksperimen mempunyai perbedaan yang cukup

Tabel 1. Data nilai posttest kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2.

Berdasarkan hasil analisis data REACT berpengaruh positif terhadap hasil


diperoleh beberapa penemuan dalam penelitian belajar siswa. Strategi pembelajaran REACT
ini yaitu terdapat perbedaan rata-rata hasil bernaung dibawah paham pembelajaran
belajar kognitif siswa kelas eksperimen 1 dan konstruktivisme yang menekankan pengetahuan
kelas eksperimen 2. Perbedaan rata-rata hasil dibangun dalam pikiran pebelajar dan
belajar kognitif ini selanjutnya diuji menekankan kebermaknaan belajar.
menggunakan uji koefisien korelasi biserial dan Pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep
koefisien determinasi untuk mengetahui adanya belajar yang membantu guru mengaitkan antara
pengaruh dan besarnya pengaruh strategi materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
pembelajaran REACT. Dari hasil perhitungan nyata dan mendorong siswa untuk membuat
diperoleh besarnya koefisien korelasi biserial hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
hasil belajar siswa sebesar 0,45. Jika disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari (Trianto, 2007).
dengan pedoman pemberian interprestasi Penerapan strategi REACT melibatkan siswa
terhadap koefisien korelasi (Sugiyono, 2010), secara langsung dalam proses pembelajaran,
maka dapat dikatakan bahwa penerapan strategi sehingga mendorong siswa untuk lebih aktif
pembelajaran REACT berpengaruh sedang dan antusias dalam mengikuti kegiatan belajar.
terhadap hasil belajar kimia. Harga koefisien Hal ini menunjukkan bahwa strategi REACT
determinasi yang diperoleh sebesar 20,25% dapat memperdalam pemahaman siswa serta
sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan membuat pembelajaran lebih bersifat
strategi pembelajaran REACT hanya menyeluruh dan menyenangkan (Crawford,
mempengaruhi hasil belajar siswa pada 2001). Strategi pembelajaran REACT dapat
kompetensi kelarutan dan hasil kali kelarutan membantu siswa menemukan konsepnya
sebesar 20,25%. sendiri, bekerjasama, dan menerapkannya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari sehingga dalam
penerapan pembelajaran kimia dengan strategi pelaksanaannya selalu menghadirkan fenomena
alam atau lingkungan yang dapat dengan
40
A Farid/Chemistry in Education 3 (1) (2014)
mudah ditemui oleh siswa (Yuliati,2008). Hasil mempengaruhi hasil belajar (Anni & Rifai,
belajar kelas eksperimen yang diberikan strategi 2012).
pembelajaran REACT lebih baik secara Berdasarkan penelitian yang telah
signifikan bila dibandingkan dengan kelas yang dilakukan, penerapan strategi REACT memiliki
tidak menggunakan strategi REACT (Ismawati, beberapa kelebihan, yaitu: (1) lebih tercipta
2010). Pembelajaran dengan strategi REACT suasana pembelajaran kimia yang
terbukti dapat meningkatkan motivasi siswa menyenangkan karena penerapan strategi
dalam pembelajaran sehingga siswa menjadi REACT melibatkan siswa secara langsung untuk
lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar terlibat aktif dalam pembelajaran, (2) dapat
(Mulyasa, 2006). Hal ini tidak terlepas dari meningkatkan hasil belajar siswa karena dalam
adanya kegiatan praktikum yang merupakan penerapan strategi REACT membuat perhatian
bagian yang tidak terpisahkan dalam strategi siswa berpusat pada pembelajaran, lebih
pembelajaran REACT yang mampu mendorong termotivasi untuk giat belajar karena merasa
siswa untuk lebih aktif dan antusias dalam tertarik dengan model pembelajaran REACT ini,
mengikuti pembelajaran. Kegiatan praktikum (3) mempermudah siswa dalam memecahkan
dapat lebih efektif dalam membantu siswa masalah sebab dalam strategi pembelajaran ini
mengkonstruk pengetahuan, mengembangkan siswa dituntut untuk dapat memecahkan
kemampuan logikal dan kemampuan masalah secara mandiri maupun bekerjasama
memecahkan masalah dengan baik. Adanya dengan teman sebayanya.
praktikum membuat siswa lebih dapat
Selama penelitian penerapan
memahami materi yang mereka pelajari karena
pembelajaran dengan strategi REACT,
mereka mendapatkan pengalaman secara
ditemukan beberapa kendala antara lain: (1)
langsung (Kurnianto, et al, 2010). Kegiatan
waktu yang diperlukan untuk pembelajaran
praktikum juga dapat meningkatkan
lebih lama karena dalam pembelajaran siswa
kemampuan kognitif, memecahkan masalah,
tidak langsung diberikan materi seperti pada
mengerjakan tugas-tugas laboratorium dan juga
metode ceramah tetapi terlebih dahulu
kemampuan untuk melakukan observasi
diberikan permasalahan dan siswa diarahkan
(Hofstein, 2004). Selain itu, Kegiatan praktikum
untuk lebih aktif agar dapat memecahkan
merupakan suatu sarana yang dapat digunakan
masala; (2) masih ada siswa yang belum aktif
untuk melatih siswa dalam melakukan
dalam kegiatan kelompok dan mengandalkan
keterampilan kerja laboratorium (Romlah,
teman yang pintar dalam kelompoknya.
2009).
Salah satu upaya untuk mengatasi
Angket tanggapan siswa diberikan pada
kendala yang muncul selama penelitian,
kelas eksperimen 1 yang bertujuan untuk
dilakukan langkah-langkah, sebagai berikut: (1)
mengetahui sejauh mana penerimaan siswa
melakukan persiapan yang matang dengan
terhadap proses pembelajaran dengan strategi
mempertimbangkan pengalokasian waktu pada
REACT pada kompetensi kelarutan dan hasil
setiap langkah-langkah pembelajaran REACT;
kali kelarutan. Lembar angket terdiri atas 20
(2) memberikan motivasi dan pertanyaan-
butir pernyataan, yang isinya meliputi
pertanyaan pemicu kepada siswa yang kurang
ketertarikan siswa, keterbantuan siswa, motivasi
aktif dalam pembelajaran agar lebih mampu
siswa dalam pembelajaran serta tanggapan
melakukan eksplorasi dan penyelidikan
tentang adanya kegiatan praktikum dalam
terhadap masalah yang ada; dan (3)
pembelajaran kimia. Pada butir-butir soal yang
memberikan apresiasi lebih terhadap siswa jika
menyatakan antusiasme siswa terhadap
mampu melaksanakan tugas dengan baik.
pembelajaran, ketertarikan siswa, keterbantuan
siswa, serta motivasi siswa sebagian besar siswa
menjawab setuju dan sangat setuju, yang artinya Simpulan
siswa merasa tertarik, termotivasi dan terbantu Pembelajaran kimia dengan strategi
dengan adanya penerapan model pembelajaran REACT memberikan perbedaan rata-rata hasil
yang dilakukan. Ingatan, perhatian, minat, belajar yang signifikan dengan siswa yang tidak
kecerdasan, motivasi, kemauan dan pikiran diberikan pembelajaran dengan strategi REACT.
merupakan beberapa faktor yang Penerapan strategi pembelajaran REACT

41
A Farid/Chemistry in Education 3 (1) (2014)
berpengaruh positif terhadap hasil belajar kimia Kupczynski, L., Mundy, M.A., Goswami, J. &
siswa pada kompetensi kelarutan dan hasil kali Meling, V. 2012. Cooperative learning in
distance learning: a mixed methods study.
kelarutan. Besarnya pengaruh penerapan
International Journal of Instruction. 5(2): 81-90
pembelajaran kimia dengan strategi REACT
terhadap hasil belajar siswa pada kompetensi Kurnianto, Dwijananti, & Khumaedi. 2010.
kelarutan dan hasil kali kelarutan adalah Pengembangan kemampuan menyimpulkan
sebesar 20,25 %. & mengkomunikasikan konsep fisika
melalui kegiatan praktikum fisika sederhana.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 6 (6-9):
DAFTAR PUSTAKA 1693-1246.
Anni, C. T. & Rifa’i, A. 2012. Psikologi Belajar. Meita, N.M. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran
Semarang: UPT UNNES Press REACT terhadap Prestasi Belajar Fisika
Arifin, M. 2003. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Ditinjau dari Keterampilan Proses Sains Siswa
Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia Kelas X SMA Negeri 7 Malang. Tesis.
FPMIPA UPI Universitas Negeri Malang
Baser, M & Durmus, S. 2010. The effectiveness of Mulyasa. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung:
computer supported versus real laboratory Remaja Rosdakarya
inquiry learning environments on the ______. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
understanding of direct current electricity Bandung: Remaja Rosdakarya
among pre-service elementary school Pandey, N.N. & Kishore, K. 2003. Effect of
teachers. Eurasia Journal of Mathematics, cooperative learning on cognitive
Science & Technology Education. 6(1): 47-61. achievement in sciene. Journal of Science and
Crawford, L.M. 2001. Teaching Contextually: Research, Mathematics Education in S.E. Asia. 26(2): 52-
Rationale, and Tachniques for Improving Student 60.
Motivation and Achievment in Mathematics and Romlah, O. 2009. Peranan Praktikum Dalam
Sciences. Texas: CCI Publishing, INC Mengembangkan Keterampilan Proses Dan Kerja
Djamarah, S.B. 2010. Psikologi Belajar. Jakarta: Laboratorium. Makalah disampaikan pada
Rineka Cipta pertemuan MGMP Biologi Kabupaten
Feyzioglu, B. 2009. An investigation of the Garut, 3 Februari 2009.
relationship between science process skills Rowe, J. 1996. The enhancement of science process
with efficient laboratory use and science skill in primary teacher education students.
achievement in chemistry. Education. Australian Journal of Teacher Education.
Journal of Turkish Science Education. 6(3): 114- 21(1):16-23.
132. Saleh. M. 2012. Pembelajaran kooperatif dengan
Hodson, T.R. 1996. Practical work in school science; pendekatan pendidikan matematika realistic
exploring some directions for changes. (PMR). Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu.
International Journal of Science Education. 13(2): 51-59.
18(7): 755-760. Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung:
Hofstein, A. 2004. The laboratory in chemistry Alfabeta
education: thirty years of experience with Sukaesih, S. 2011. Analisis sikap ilmiah dan
developments, implementation, and research. tanggapan siswa terhadap penerapan model
Chemistry Education: Research and pembelajaran berbasis praktikum. Jurnal
Practice. 5(3): 247-264. Penelitian Pendidikan. 28(1): 77-85.
Indrawati. 2000. Model­Model Pembelajaran IPA. Trianto. 2007. Model­Model Pembelajaran Inovatif
Bandung: Depdikbud Pusat Pengembangan Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
Penataran Guru IPA Pustaka
Ismawati, R. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Yuliati, Lia. 2008. Model­Model Pembelajaran Fisika
Inkuiri Berstrategi REACT Terhadap Hasil “Teori dan Praktek”. Malang: LP3 Universitas
Belajar Kimia Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Negeri Malang.
Semarang. Skripsi. Universitas Negeri
Semarang.

42

Anda mungkin juga menyukai