Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

Hal
Halaman Judul ……………………………..………………………. i
Daftar isi …………………………………………………………… ii
Kata Pengantar ………………………………………………….……. iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………… 1
A. Latar Belakang ……………………………………… 1
B. Tujuan ……………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN ………………………..…….......…... 2
A. Definisi Asi Ekslusif …………….…… 2
B. Manfaat Asi Dan Menyusui …………….........… 2
C. Pola Pemberian Asi ……………..................... 5
D. Masalah Pemberian Asi …………......……… 5

E. Manajemen Laktasi ……..................…… 6


F. Faktor –faktor yang mempengaruhi
……..................……
Produksi Asi 7
G. Faktor –faktor Kegagalan
……..................……
Pemberian Asi 8
BAB III KESIMPULAN ……….................................................. 13
A. Kesimpulan ………………………………..……… 13
B. Saran ………………………………..……… 13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air Susu Ibu atau yang sering disingkat dengan ASI merupakan satu-
satunya makakan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki komposisi gizi yang
paling lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Sugiarti, 2011).
Melihat manfaat yang besar, maka pemberian ASI Eksklusif sangat dianjurkan.
Maksud ASI Eksklusif disini adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa
makanan tambahan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan
makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim
sejak lahir hingga bayi umur 6 bulan (Sugiarti, 2011).
Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi sampai usia 6 bulan.
World Health Organization (WHO) mengeluarkan rekomendasi tentang
pemberian ASI eksklusif (bayi hanya diberikan ASI tanpa cairan atau makanan
lain, kecuali suplemen vitamin, mineral, dan atau obat-obatan untuk keperluan
medis) sampai bayi berusia 6 bulan, dan dilanjutkan pemberian ASI sampai dua
tahun pertama kehidupannya.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh
jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung
di dalam ASI. Namun, banyak ibu yang mengganti ASI dengan susu formula.
Padahal hal itu sangatlah tidak baik untuk seorang bayi. Bayi umumnya
diberikan ASI hingga berusia enam bulan, setelah itu ASI hanya berfungsi
sebagai sumber protein, vitamin, dan mineral yang utama bagi bayi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Trend dan Issue Kebidanan mengenai ASI Eksklusif.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Pengertian ASI Eksklusif
b. Megetahui Manfaat ASI dan Menyusui
c. Mengetahui Pola Pemberian ASI
d. Mengetahui Masalah Pemberian ASI
e. Mengetahui Manajemen Laktasi
f. Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi ASI
g. Mengetahui Faktor-faktor Kegagalan Pemberian ASI
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi ASI Eksklusif


Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa dan Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa dan garam-garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar mamae ibu,
yang berguna garam-garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar mamae ibu,
yang berguna sebagai makanan bagi bayinya (WHO, 2004).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan
minumantambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air
putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini (Depkes RI,2004).
ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik.
Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat
bulan) sudah tidak berlaku lagi (WHO, 2001).

B. Manfaat ASI dan Menyusui


Keuntungan menyusui meningkat seiring lama menyusu eksklusif hingga
enam bulan. Setelah itu, dengan tambahan makanan pendamping ASI pada usia
enam bulan, keuntungan menyusui meningkat seiring dengan meningkatnya lama
pemberian ASI sampai dua tahun.
a. Manfaat ASI untuk bayi
ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis,
ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi, dapat juga
melindungi infeksi gastrointestinal. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin
yang dapat menyebabkan alergi pada bayi. ASI juga mengandung zat
pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama,
seperti: Immunoglobin, lysozyme, complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus,
lactobacillus, bifidus, lactoferrin. Asi dapat meningkatkan jalinan kasih saying
ibu dan anak (bonding) (Gupte, 2004)
b. Manfaat ASI untuk ibu
Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan
“kehidupan” kepada bayinya dan hubungan yang lebih erat karena secara
alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi perkembangan psikis dan
emosional antara ibu dan anak. Dengan menyusui, rahim ibu akan
berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian rahim keukuran sebelum
hamil serta mempercepat berhentinya pendarahan post partum. Dengan
menyusui kesuburan ibu akan menjadi berkurang untuk beberpa bulan dan
dapat menjarangkan kehamilan. ASI juga dapat mengurangi kemungkinan
kanker payudara pada masa yang akan dating (gupte, 2004)
c. Komposisi ASI
Keadaan yang menguntungkan dari ASI meliputi asam amino dan
kandungan protein yang optimal untuk bayi normal. Asam lemak esensial
dalam jumlah yang berlimpah tetapi tidak berlebihan, kandungan natrium
yang relatif rendah tetapi adekuat, beban solut yang rendah dibandingkan
dengan susu sapi,dan absorbs yang sangat baik untuk zat besi, kalsium dan
seng, yang menyediakan jumlah yang adekuat dari zat-zat nutrisi ini untuk
bayi yang disusui ASI secara penuh selama 4-6 bulan (Merenstein, 2001).
ASI tidak saja mengandung makronutrien, vitamin,dan mineral tatapi
juga faktor pertumbuhan, hormon, dan faktor protektif. Paling sedikit terdapat
100 komponen pada ASI, termasuk zat yang belum tridentifikasi dan belum
jelas perannya. Dalam alquran, ASI disebut sebagai “darah putih”. Hal ini
merupakan penjelasan yang sangat tepat karena susu awal memiliki lebih
banyak sel darah putih dari pada darah sendiri.
Sifat khas manusia adalah otak yang besar dan rumit, yang mengalami
banyak perkembangan selama 2 tahun pertama. ASI menyediakan laktosa,
sistein, kolestrol, dan tromboplastin yang diperlukan untuk sintesis jaringan
system syaraf pusat. Namun, karena ASI merupakan nutrisi yang sempurna,
analisis komponenya memungkinkan kita memproduksi pengganti untuk
ditambahkankedalam susu formula. Maka dari itu, susu formula tidak akan
secara sempurna menyerupai ASI. Walaupun ASI mungkin dapat dianggap
nutrisi yang sempurna,komposisinya bervariasi Komposisi ASI bervariasi dari
orang ke orang, dari satu periode laktasi ke periode lain, dan setiap jam dalam
sehari. Adapun komposisi ASI antara lain mengandung protein, lemak,
karbohidrat, garam mineral, air,Vitamin seperti pada kolostrum (Melvyn,
2006).
Kolostrum mengandung zat kekebalan, vitamin A yang tinggi, lebih
kental dan berwarna kekuning-kuningan. Oleh karena itu, kolostrum harus
diberikan kepada bayi. Sekalipun produksi ASI pada hari-hari pertama baru
sedikit, namun mencukupi kebutuhan bayi. Pemberian air gula, air tajin dan
masakan pralaktal (sebelum ASI lancar diproduksi) lain harus dihindari
(Depkes RI, 2005).
Kolostrum merupakan sekresi payudara yang bersifat alkali, yang
mungkin mulai dihasilkan selama bulan-bulan terakhir kehamilan dan pada 2-
4 hari pertama setelah melahirkan. Mempunyai berat jenis yang lebih besar
(1,040 -1,060), kandungan protein yang lebih tinggi, vitamin larut lemak,
mineral,kandungan karbohidrat, dan lemak yang lebih rendah daripada ASI
biasa.
Kolostrum mengandung IgA sekretori, leukosit, dan zat-zat imun
lainnya yang berperan dalam mekanisme pertahanan neonatus (Merenstein,
2001).
d. Produksi ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh
isapan mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang
kelenjar hipofisis anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon
utama yang mengandalkan pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu
juga tergantung pada Refleks Let Down atau refleks ejeksi susu , dimana
hisapan putting dapat merangsang kelenjar hipofisis posterior untuk
menghasilkan hormon oksitosin, Dibawah pengaruh oksitosin, sel-sel di
sekitar alveoli berkontraksi, mengeluarkan susu melalui system duktus
kedalam mulut bayi (Bobak, 2005)
Laktasi dapat dianggap terdiri atas dua fase, laktogenesis, inisiasi
laktasi, dan galaktopoiesis, pemeliharaan sekresi air susu. Inisiasi laktasi
berkaitan dengan penurunan estrogen, progesteron, dari sirkulasi ibu saat
persalinan. Dua hormone terpenting yang berperan dalam laktasi adalah
prolaktin yang merangsang produksi air susu, dan oksitosin yang berperan
dalam penyemprotan (ejeksi) susu (Melvyn, 2006).
Menurut (Arifin, 2004), berdasarkan waktu diproduksi ASI dapat dibagi
menjadi 3 yaitu:
1) Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh
kelenjarmamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang
terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera
sesudah melahirkan anak. Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama
sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi. Komposisi colostrum
dari hari ke hari dapat berubah, dan merupakan cairan kental yang ideal
yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI
Mature. ASI juga merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan
meconeum usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran
pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya. Dengan ASI
Mature dimana protein yang utama adalah casein pada colostrum protein
yang utama adalah globulin, Lebih banyak mengandung protein
dibandingkan ASI Mature, tetapi berlainan sehingga dapat memberikan
daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.
2) Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang dapat
memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama. Lebih rendah
kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI Mature. Total
energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori/100 ml
colostrum. Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut
dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah. Bila dipanaskan
menggumpal, ASI Mature tidak. PH lebih alkalis dibandingkan ASI
Mature. Lemaknya lebih banyak mengandung Cholestrol dan lecitin di
bandingkan ASI Mature. Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa
protein di dalam usus bayi menjadi krang sempurna, yang akan menambah
kadarantobodi pada bayi. Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.
3) Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi) Merupakan ASI peralihan dari
colostrum menjadi ASI Mature. Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari
masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru
akan terjadi pada minggu ke 3 – ke 5. Kadar protein semakin rendah,
sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi serta volume
semakin meningkat
4) Air Susu mature merupakan ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan
seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga
yang mengatakan bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru
konstan.ASI matur ini juga merupakan makanan yang dianggap aman bagi
bayi, bahkanada yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan
makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertamabagi bayi. Air
susu matur merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena
mengandung casienat, riboflavin dan karotin.Tidak menggumpal bila
dipanaskan.Volume: 300-850 ml/24 jam. Terdapat anti microbaterial
factor, yaitu: Antibodi terhadap bakteri dan virus, Enzim (lysozime,
lactoperoxidese), Protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein), faktor
resisten terhadap Staphylococcus, Complecement ( C3 dan C4).

C. Pola pemberian ASI


Agar pemberian ASI eksklusif dapat berhasil, selain tidak memberikan
makanan lain perlu pula diperhatikan cara menyusui yang baik dan benar yaitu
tidak dijadwal, ASI diberikan sesering mungkin termasuk menyusui pada malam
hari. Ibu menggunakan payudara kiri dan kanan secara bergantian tiap kali
menyusui. Disamping itu, posisi ibu bisa duduk atau tiduran dengan suasana
tenang dan santai. Bayi dipeluk dengan posisi menghadap ibu. Isapan mulut bayi
pada putting susu harus baik yaitu sebagian besar areola (bagian hitam sekitar
puting) masuk kemulut bayi. Apabila payudara terasa penuh dan bayi belum
mengisap secara efektif, sebaiknya ASI dikeluarkan dengan menggunakan tangan
yang bersih (Depkes RI, 2005).
Keadaan gizi ibu yang baik selama hamil dan menyusui serta persiapan
psikologi selama kehamilan akan menunjang keberhasilan menyusui. Seorang
ibu yang menyusui harus menjaga ketenangan pikiran, menghindari kelelahan,
membuang rasa khawatir yang berlebihan dan percaya diri bahwa ASI-nya
mencukupi untuk kebutuhan bayi (Depkes RI, 1996).

D. Masalah Pemberian ASI


Kegagalan pemberian ASI eksklusif akan menyebabkan kekurangan
jumlah sel otak sebanyak 15% – 20%, sehingga menghambat perkembangan
kecerdasan bayi pada tahap selanjutnya. Ada beberapa masalah menyusui terkait
dengan ibu yaitu:
1. Pembengkakan Payudara
Pembengkakan payudara ialah respon payudara terhadap hormon-
hormon laktasi dan adanya air susu. Payudara mambengkak dan menekan
saluran air susu,sehingga bayi tidak memperoleh air susu. Rasa nyeri dapat
menjalar ke aksila.Perawatan yang lebih baik dapat dilakukan dengan
menggunakan es yang diletakkan di payudara. Es akan mengurangi
pembengkakan,sehingga sejumlah air susu yang cukup dapat dikeluarkan
untuk membuat areola menjadi lunak (Bobak,2005).
Payudara dapat menjadi sangat bengkak jika bayi tidak sering menyusu
atau kurang efisien dalam mengisap selama beberapa hari pertama setelah
ASI keluar. Payudara memang sedikit bengkak disaat sedang mulai menyusui,
bengkak yang ekstrem menyebabkan pembengkakan dari duktus susu dalam
payudara dan pembuluh daerah di area dada (Juwono, 2004).
2. Putting Yang Luka
Puting susu dapat terasa nyeri pada beberapa hari pertama. Puting yang
luka dapat dicegah atau dibatasi dengan mengambil posisi yang benar dan
dengan menghindari pembengkakan sebelum hal ini terjadi (Bobak, 2005).
3. Saluran Yang Tersumbat
Kadang-kadang saluran air susu tersumbat, menimbulkan nyeri
dipayudara, yang terlihat bengkak dan panas. Saluran yang tersumbat ini dapat
disebabkan oleh pengosongan payudara yang tidak baik, pemakaian bra
yangterlalu ketat, posisi menyusui yang tidak benar, atau selalu menggunakan
posisi yang sama (Bobak, 2005).
4. Affterpains
Ibu yang menyusui dapat mengalami affterpains. Affterpains lebih
sering terjadi pada ibu multipara daripada ibu primipara. Affterpains Ini dapat
cukup kuat sehingga ibu merasa tidak nyaman dan ketegangannya dapat
mengganggu proses pemberian makan pada bayi (Bobak, 2005).
5. Persepsi Tentang Jumlah Susu Yang Tidak Adekuat
Suplai air susu yang tidak cukup jarang menjadi masalah, karena isapan
menstimulasi aliran susu dalam waktu cukup lama seharusnya dapat
memberikan suplai susu dan jumlah besar (Bobak, 2005).
6. Mastitis
Mastitis merupakan suatu infeksi payudara yang disebabkan oleh bakteri
dalam sisstem duktus. Mastitis menyebabkan bengkak, panas, dan nyeri,
biasanyahanya pada satu payudara, dan juga menyebabkan ibu menyusui
merasa demam dan sakit (Juwono, 2004).
7. Masalah pada Bayi.
Beberapa kondisi bayi bisa mempersulit tindakan menyusui pada bayi,
salah satu diantaranya adalah bayi tidak tahan terhadap laktosa atau
fenilketonuria.kelainan sumbing bibir atau langit-langit, dan kelainan bentuk
mulut sehingga bayi tidak dapat menghisap dengan baik.

E. Manajemen Laktasi
Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa
kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.
Menurut (Arifin, 2004), Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1) Pada masa Kehamilan (antenatal)
Memberikan penerangaan dan penyuluhan tentang manfaat keunggulan
ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya
pemberian susu botol. Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara /
keadaan putting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu
dipantau kenaikan berat badan ibu hamil. Lakukan perawatan payudara mulai
kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu memproduksi dan memberikan
ASI yang cukup. Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari
kehamilan trisemester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat
belum hamil. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal
ini perlu diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil
untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.
2) Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)
Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara
menysui yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melakatkan bayi
pada payudara ibu. Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu
selama 24 jam sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal. Ibu nifas
dapat diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S1) Makanan yang
dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara
langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan.Dalam
tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila dalam
waktu dua minggu setelahn melahirkan.
3) Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)
Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 4 bulan pertama usia bayi,
yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya.
Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak
dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari. Ibu menyusui harus cukup
istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan keberhasilan menyusui.
Menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.
Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang.
Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada
permasalahan menysusui seperti payudara banyak disertai demam.
Menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman
dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka. Memperhatikan
gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan, berikan MP ASsI yang
cukup baik kuantitas maupun kualitas.

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi ASI


1. Makanan Ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui
tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang
dihasilkan.Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat
digunakan bila.sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus
menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada
akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan
dapat bekerja dengan sempurna,dan akhirnya akan berpengaruh terhadap
produksi ASI.
Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan
makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika
pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu
tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak
diperlukan (Arifin,2004).
Makanan yang harus dihindari oleh ibu menyusui adalah alkohol,
merokok, dan juga hindari makanan pedas seperti sambal dan makanan
beraroma keras karenadapat membuat bau tertentu pada ASI dan akan
mengganggu bayi. Ini juga bias membuat bayi sakit perut (Gupte, 2004).
2. Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu
yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan
berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui
bayinya.
Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam
menyusui bayinya, reflek tersebut adalah reflek Prolaktin merupakan hormon
laktogenik yang penting untuk memulai dan mempertahankan sekresi susu.
Jumlah prolaktin yang di sekresi dan jumlah susu yang di produksi berkaitan
dengan besarnya stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan lama bayi
mengisap. Ejeksi susu dari alveoli dan duktus susu terjadi akibat reflekslet-
down.
Akibat stimulus isapan, hipotalamus melepaskan oksitosin dari hipofisis
posterior. Refleks let-down dapat terjadi selama aktifitas seksual karena
oksitosin dilepas selama orgasme (Bobak, 2005).
Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang
mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan
terhadap letdown reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak cukup
mendapat ASI dan akan menangis. Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih
gelisah dan semakin mengganggu let down reflex (jurnal Arifin, 2004).
3. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin
Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik
terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah
sakit atau klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat
berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan
sehat. Masalah pemebrian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan
pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan
kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu
sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling
kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan
susu buatan (Arifin, 2004).
4. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen.
Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan
kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat
mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI
secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digun
akan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral.
Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung
dapat meningkatkan kadar hormone oxitoksin, yaitu hormon yang dapat
merangsang produksi ASI (Arifin, 2004).
5. Perawatan Payudara
Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu
memeriksa putting susu, mempersiapkan payudara dengan mengurut payudara
selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan
apablia terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan
sehingga.

G. Faktor- faktor Kegagalan Pemberian ASI


Ada 2 hal yang mempengaruhi kegagalan dalam pemberian ASI yaitu
faktor internal dan faktor eksternal.
1) Faktor Internal
Adapun yang termasuk kedalam faktor Internal yaitu:
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah sejumlah informasi yang dikumpulkan yang
dipahami dan pengenalan terhadap sesuatu hal atau benda-benda secara
obyektif. Pengetahuan juga berasal dari pengalaman tertentu yang pernah
dialami dan yang diperoleh dari hasil belajar secara formal, informal dan
non formal (Notoatmodjo,2005).
Dalam hal ini, banyak sekali alasan kenapa orang tua memberikan
MPASI< 6 bulan. Umumnya banyak ibu yang beranggapan kalau anaknya
kelaparan dan akan tidur nyenyak jika diberi makan. Meski tidak ada
relevansinya banyak yang beranggapan ini benar. Karena, belum
sempurnanya sistem pencernaan sehingga harus bekerja lebih keras untuk
mengolah dan memecah makanan. Kadang anak yang menangis terus
menerus dianggap sebagai anak yang tidak kenyang. Padahal menangis
bukan semata-mata tanda anak yang kelaparan. Hal ini menunjukan bahwa
pengetahuan orang tua masih sangat rendah (Nurafifa, 2009).
b. Pendidikan
Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses pengem bangan
sumber daya manusia. Menurut Martoyo (1996) pendidikan adalah suatu
proses pendidikan jangka panjang yang dilakukan secara sistematis dan
prosedurnya diorganisir melalui konsep belajar manajerial perorangan dan
pengetahuan teoritis untuk tujuan umum (Nurafifa, 2009).
Sciartino (1999) mengemukakan bahwa pendidikan yang cukup
merupakan dasar dalam pengembangan wawasan sarana yang
memudahkan untuk dimotivasi serta turut menentukan cara berpikir
seseorang dalam menerima pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat.
Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu proses belajar yang
memberikan latar belakang berupa mengajarkan kepada manusia untuk
dapat berpikir secara obyektif dan dapat memberikan kemampuan untuk
menilai apakah budaya masyarakat dapat diterima atau mengakibatkan
seseorang merubah tingkah laku (Nurafifa, 2009).
Dalam hal ini, banyak ahli pendidikan setempat mempunyai program
pendidikan yang lebih jelas meliputi modal ‘pendidikan untuk hidup’
sebagai subjek (mata pelajaran) akademik tambahan. Kapanpun dan
dimana mungkin, bidan harus dengan yakin menerima kesempatan untuk
ikut berperan dalam kelas “Pendidikan Kesehatan”, kursus perawatan Anak
dan “Persiapan Menjadi Orang Tua” yang sekarang dilaksanakan di banyak
sekolah dan pendidikan lanjut. Dapat terjadi pertukaran pikiran dan
gagasan yang bermanfaat dengan orang-orang muda yang merupakan
generasi berikutnya setelah orang tua mereka. Selain dari itu
semua,mendengarkan mereka, bersikap peka terhadap sesuatu yang tidak
ingin mereka katakan; mendorong mereka untuk menyatakan gagasan dan
tanggapan mereka,membantu mereka untuk mengungkapkan hambatan dan
emosi mereka. Apabila mungkin, izinkan mereka bertemu dengan
seseorang ibu yang baru melahirkan bersama bayinya, dan membicarakan
sikap ibu tersebut terhadap bayinya terutama dalam hubungannya dengan
pemberian air susu ibu (Sylvia, 1997).
c. Pekerjaan ibu
Beberapa wanita karier mempunyai kecemasan lain, yaitu bahwa
memberikan air susu kepada bayi selama 4 sampai 6 bulan akan
mempengaruhi kegagalan profesi dan kemasyarakatan mereka dan
mungkin akan merusak prospek peningkatan karier. Ini semua merupakan
masalah besar yang telah berkembang pada kebudayaan dan masalah ini
sangat nyata bagi para wanita yang menghadapinya (Sylvia, 1997). Ibu
menyusui yang bekerja tidak perlu khawatir. Mereka tidak perlu berhenti
menyusui anaknya. Sebaiknya ibu bekerja tetap harus memberi ASI
eksklusif kepada bayinya hingga umur 6 bulan. Hal ini dikarenakan
banyaknya keuntungan yang diperoleh dibandingkan jika anak di susui
dengan susu formula. Tidak sulit untuk tetap menyusui bayi saat bekerja.
Jika memungkinkan, bayi dapat dibawa ke kantor ibu untuk disusui. Hal
tersebut akan sedikit terkendala jika di tempat bekerja atau di sekitar
tempat bekerja tidak tersedia sarana penitipan bayi atau pojok laktasi. Bila
tempat bekerja dekat dengan rumah, ibu dapat pulang untuk menyusui bayi
pada waktu istirahat atau bisa juga meminta bantuan seseorang untuk
membawa bayi ketempat bekerja.
Lokasi kantor ibu yang jauh dari rumah juga bukanlah penghalang
untuk tetap memberikan ASI ekslusif. Walaupun ibu bekerjadan tempat
bekerja jauh dari rumah, ibu tetap dapat memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya. Sebelum pergi bekerja, ASI tersebut bisa dikeluarkan dan
dititipkan pada pengasuh untuk diberikan pada bayi. Di tempat bekerja, ibu
dapat memerah ASI 2-3 kali (setiap 3 jam). Pengeluaran ASI dapat
membuat ibu merasa nyaman dan mengurangi ASI menetes. ASI simpan di
lemari es dan dibawa pulang dengan termos es saat ibu selesai bekerja. Ibu
juga bisa menyimpannya dalam termos yang diberi es batu atau blue ice.
Kegiatan menyusui dapat dilanjutkan pada malam hari, pagi hari sebelum
berangkat, dan waktu luang ibu. Keadaan ini akan membantu produksi ASI
tetap tinggi (Surabaya, eHealth 2008).
d. Penyakit ibu
Pilihan untuk menyusui tidak terbuka untuk setiap ibu. Beberapa ibu
tidak bisa atau tidak boleh menyusui bayi mereka. Alasanya bisa emosional
atau fiscal, berkaitan dengan kesehatan ibu atau bayi, bisa sementara
(dimana kadang-kadang ibu bisa menyusui sesudahnya) atau jangka
panjang. Beberapa faktor yang paling sering bisa mencegah atau
menghalangi seorang ibu dari menyusui termasuk: Penyakit serius yang
melumpuhkan (misalnya gagal jantung atau gagal ginjal, atau anemia yang
parah) atau kekurangan berat badan yang ekstrem meskipunbeberapa ibu
bisa mengatasi masalah ini dan menyusui bayinya.
Infeksi yang serius, misalnya tuberculosis (TBC) aktif yang tidak
dirawat (setelah dirawat selama dua minggu, ibu boleh menyusui); untuk
sementara waktu, payudara bisa dipompa dan air susunya dibuang agar
cadangan air susu sudah ada ketika tindakan menyusui dimulai. Penyakit
yang menahun yang memerlukan obat yang akan memasuki air susu ibu
dan membahayakan bayi,misalnya obat-obat anti tiroid, antikanker,
antihipertensi atau obat-obat yang bias mengubah suasana hati, misalnya
lhitium, penenang, atau sedatif. Jika anda menggunakan obat-obat saperti
ini, tanyakan terlebih dahulu kepada dokter anda sebelum anda mulai
menyusui. Pada beberapa kasus, perubahan obat atau jarak makan obat bisa
memungkinkan anda untuk menyusui. Kontak dengan beberapa bahan
kimia tertentu di tempat kerja. Infeksi AIDS atau HIV, yang bisa ditularkan
melalui cairan tubuh, termasuk air susu ibu. Penyalahgunaan obat-obatan
termasuk penggunaan obat penenang, kokain, heroin, metadon, marijuana,
atau penyalahgunaan alkohol. penolakan yang mendalam terhadap
menyusui.
Beberapa kondisi bayi bisa mempersulit tindakan menyusui, tatapi
bukan tidak mungkin untuk mencobanya (dengan dukungan medis yang
benar). Termasuk diantaranya adalah kelainan-kelainan seperti tidak tahan
terhadap laktosa atau fenilketonuria (PKU), di mana susu manusia maupun
susu sapi tidak bisa dicerna. Sumbing bibir dan atau langit-langit, dan
kelainan bentuk mulut lainya yang mengganggu penghisapan. Meskipun
keberhasilan menyusu sebagian tergantung dari jenis cacatnya, tetapi
dengan bantuan khusus, tindakan menyusui msih bisa dimungkinkan
(Murkoff, 2006).
2) Faktor eksternal
Adapun hal yang termasuk dalam faktor eksternal yaitu :
a. Promosi Susu Formula Bayi
Tempat melahirkan memberikan pengaruh terhadap pemberian ASI
Eksklusif pada bayi karena merupakan titik awal bagi ibu untuk memilih
apakah tetap memberikan bayinya ASI Eksklusif atau memberikan susu
formula yang diberikan oleh petugas kesehatan maupun non kesehatan
sebelum ASI-nya keluar. Meskipun ada kode etik internasional tentang
pengganti ASI (susu formula), pemasaran susu formula langsung ke rumah
sakit saatini semakin gencar dan sangat mengganggu keberhasilan program
ASI Eksklusif. (Nurafifa, 2009).
Selain itu adanya promosi susu formula juga bisa menjadi
kemungkinan gagalnya pemberian ASI walaupun mindset awal sebenarnya
ASI, promosi bias berasal dari petugas kesehatan misalnya pada saat
pulang dibekali susu formula, ataupun dari iklan-iklan di beberapa media
baik cetak maupun elektronik (jurnal Hikmawti, 2008).
b. Penolong Persalinan
Menurut Depkes RI, 1998 tenaga yang dapat memberikan
pertolongan persalinan dapat dibedakan menjadi dua yaitu tenaga
kesehatan professional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan,
pembantu bidan dan perawat bidan) dan dukun bayi (terlatih dan tidak
terlatih) (sugiarto, 2003).
Kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan penggunaan ASI
adalah sikap sementara petugas kesehatan dari berbagai tingkat yang tidak
bergairah mengikuti perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan.
Konsep baru tentang pemberian ASI dan mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui dan bayi baru
lahir. Disamping itu juga sikap sementara penaggung jawab ruang bersalin
dan perawatan dirumah sakit, rumah bersalin yang berlangsung
memberikan susu botol pada bayi baru lahir ataupun tidak mau
mengusahakan agar ibu mampu memberikan ASI kepada bayinya, serta
belum diterapkannya pelayanan rawat disebagian besar rumah sakit atau
klinik bersalin (Arifin, 2004).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan
bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI Eksklusif merupakan
makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI
Eksklusif menurut WHO adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain
baik susu formula, air putih, air jeruk ataupun makanan tambahan lain yang
diberikan saat bayi baru lahir sampai berumur 6 bulan.
B. Saran
Sebaiknya ibu memberikan ASI semaksimal mungkin untuk pertumbuhan
dan perkembangan bayi selama 6 bulan, serta tidak mengganti ASI dengan susu
formula, karena ASI memiliki semua kandungan zat penting yang dibutuhkan
oleh bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, S. 2004. Pemberian Asi Eksklusif dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya.


Artikel ilmiah. Medan: Bagian Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Bobak. 2004. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Bobak, L. 2005. Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC.

DepKes RI, 2004. Kepmenkes RI No. 450/MENKES/IV/2004 tentang pemberian Air


Susu Ibu (ASI) Secara Eksklusif pada Bayi Indonesia. Jakarta.

DepKes RI, 2005. Petunjuk Pelaksanaan Peningkatan ASI Eksklusif: Depertemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

DepKes RI. 1996. Peran Serta Masyarakat Panduan Bagi Petugas. Jakarta.

Merenstein, Gerald B. 2001. Buku Pegangan Pediatri. Jakarta Widya Medika.

Gupte, S. 2004. Panduan Perawatan Anak. Jakatra : Pustaka Populer Obor.

Melvyn, Dunstal & Jane Coad. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan. Jakarta :
EGC.

Murkoff, H. 2006. Kehamilan apa yang Anda Hadapi Bulan Per Bulan, Edisi 3.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai