TINJAUAN TEORI
Periode II
a. Bayi bangun dari tidur nyeyak yang pertama, denyut jantung dan
frekuensi meningkat, reflek GAG aktif (membantu bayi untuk
mengeluarkan lendir yang asih tersisa pada mulut, melindungi bayi
dari resiko aspirasi)
b. Bayi mengeluarkan mekoneum, urine dan menghisap aktif.
c. Periode ini berakhir ketika lendir pernafasan berkurang. (Arfiana,
2016:4).
Periode III
B. Data Subyektif
1. Keluhan Utama
Untuk mengetahui adanya keluhan yang dirasakan saat datang
(Tresnawati, 2013: 164).
2. Riwayat Kesehatan Ibu dan Keluarga
Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini, yang pernah
diderita, mengetahui ada tidaknya penyakit menular, menahun dan
menurun serta ada tidaknya keluarga yang menderita penyakit
menular, menahun dan menurun (Tresnawati, 2013: 164-5).
3. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Mengetahui bagaimana keadaan saat prenatal, natal dan postnatal
(Tresnawati, 2013: 165).
4. Status Perkawinan Orang Tua
Bayi baru lahir dalam status perkawinan (sah/tidak sah). Orang
tua menikah (berapa kali), lama perkawinan, usia ibu saat menikah,
usia ayah saat menikah. Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan bayi. Apakah
bayi dilahirkan dalam status perkawinan yang sah ataukah bayi yang
tidak diharapkan karena lahir di luar nikah. (Manuaba, 2007: 63)
5. Aktivitas sehari-hari
a) Pola nutrisi
Nutrisi awal bayi sangat penting untuk mencegah
hipoglikemi dan dengan menstimulasi pengeluaran feses,
mencegah ikterus. Bayi kemungkinan akan lapar setiap 2-4 jam
sepanjang hari. Bayi perlu di beri ASI setiap 3-4 jam untuk
peningkatan berat badan bayi baru lahir (Varney 2008: 893 &
897).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zaenab, dkk (2016),
bahwa pemberian ASI esklusif berpengaruh terhadap
pertumbuhan bayi. ASI ekslusif sebaiknya tetap diberikan pada
bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan karena bayi akan tumbuh
lebih sehat dan cerdas.Petugas kesehatan hendaknya
mempromosikan pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil dan
inisiasi menyusui dini (IMD) pada ibu melahirkan agar ibu
termotivasi memberikan ASI eksklusif secara dini.
b) Pola Eliminasi
Dalam 24 jam pertama bayi dapat BAK dengan volume 20-
30 ml/hari dan dalam 24 jam pertama dapat mengeluarkan
mekonium (Marmi dan Rahardjo, 2015; h.69).
c) Pola istirahat dan tidur
Sejak bayi dilahirkan, bayi langsung tidur dan sekalipun
terbangun jika menetek, BAB, atau BAK (Ambarwati, 2008: 36).
d) Personal hygiene
Verniks atau zat lemak putih yang melekat di tubuh bayi
sebaiknya tidak dibersihkan karena membuat nyaman kulit bayi
dan untuk merangsang IMD (Ambarwati, 2008: 37).
C. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum
Bayi menangis atau bernafas, tidak mengap – mengap. Tonus otot
bayi baik atau bayi bergerak aktif. (JNPK – KR, 2014: 116).
Gerakan aktif, eksteremitas biasanya dalam keadaan fleksi. Kulit
kemerahan – merahan (Marmi dan Rahardjo, 2015: 8; 28)
Kesadaran
Penilaian kesadaran secara kualitatif antara lain
1) Composmentis yaitu pasien sadar sepenuhnya dan
memberikan respon yang adekuat dari stimulus yang
diberikan.
2) Apatis yaitu pasien dalam keadaan sadar tapi acuh tak acuh
terhadap keadaan lingkungannya, memberikan respon yang
adekuat bila diberi respon stimulus.
3) Somnolen yaitu tingkat kesadaran lebih rendah dari apatis,
pasien agak mengantuk dan selalu ingin tidur; Ia tidak
memberikan respon terhadap stimulus ringan, tetapi masih
memberi respon terhadap stimulus yang agak berat lalu akan
tidur lagi.
4) Sopor yaitu pasien tidak memberi respon ringan maupun
sedang, tetapi masih memberikan sedikit respon terhadap
stimulus yang kuat, reflek pupil masih positif.
5) Koma yaitu pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus
apapun, reflek pupil terhadap cahaya tidak ada, merupakan
tingkat kesadaran yang paling rendah.
6) Delirium yaitu keadaan kesadaran yang menurun dan kacau,
biasanya disertai disorientasi, iritatid, dan salah persepsi
terhadap rangsangan sensorik hingga terjadi halusinasi
(Muslihatun, 2010: 32).
Vital Sign
1) Nadi
Pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam keadaan
tidur atau istirahat.Pemeriksaan nadi dapat disertai dengan
pemeriksaan denyut jantung untuk mengetahui adanya
pulsus deficit yaitu denyut jantung yang tidak cukup kuat
untuk menimbulkan denyut nadi sehingga denyut jantung
lebih tinggi dari denyut nadi (Hidayat, 2006: 162). Frekuensi
jantung bayi baru lahir 120 – 160 kali / menit (Marmi dan
Rahardjo, 2015: 8).
2) Suhu
Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui oral, rectal, dan
axilla digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh
serta membantui menentukan diagnosis dini suatu penyakit
(Hidayat, 2006: 167). Normalnya 36,5oC sampai 37,5oC
(Marmi dan Rahardjo, 2015: 25)
3) Pernafasan
Pernafasan bayi baru lahir kurang lebih 40 – 60 kali / menit
(Marmi dan Rahardjo, 2015: 8)
b. Antropometri
1) Berat badan
Berat badan bayi baru lahir 2500 – 4000 gram (Marmi
dan Rahardjo, 2015: 8)
1) Panjang Badan
Panjang badan pada bayi baru lahir 48 – 52 cm (Marmi dan
Rahardjo, 2015: 8)
2) Lingkar Dada
Lingkar dada pada bayi baru lahir 30 – 38 cm (Marmi dan
Rahardjo, 2015: 8).
3) Lingkar Kepala
Lingkar kepala pada bayi baru lahir 33 – 35 cm (Marmi dan
Rahardjo, 2015: 8).
4) Lingkar Lengan
D. ANALISA
Diagnose Kebidanan
Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian kemudian dianalisa
dan diinterpretasikan untuk dapat menentukan diagnosa dan masalah
pada bayi.
1. Diagnosa Kebidanan
Bayi/balita.. umur… bulan, keterangan normal atau dengan…
Data yang telah didapat kemudian dianalisis sesuai data dasar yang
telah didapat dari hasil pengkajian dan hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan. Hal ini perlu dikaji sebagai dasar untuk membuat
keputusan klinik yang tepat (Depkes RI, 2008: 8)
a. Data dasar:
Data Subjektif: informasi yang diceritakan oleh pasien tentang
apa yang dirasakannya, apa yang sedang dialaminya. Selain itu
juga meliputi informasi tambahan yang diceritakan oleh anggota
keluarga tentang status bayi/balita.
b. Data Objektif: data dasar yang didapat dari
pemeriksaan/pengamatan (fisik atau penunjang)
2. Diagnosa Masalah
Dikaji guna menganalisa apakah bayi/balita mengalami masalah
yang memerlukan penangan maka dituliskan sebagai masalah.
Diagnosa masalah harus disertai dengan data dasar. (Depkes RI,
2008:9)
3. Diagnosa Potensial
Digunakan untuk menetukan diagnosa dan masalah potensial yang
mungkin terjadi dari diagnosa atau masalah yang telah ditentukan.
Selain itu juga menentukan tindakan untuk mengantisipasi terjadinya
masalah atau mencegah jika memungkinkan.
4. Kebutuhan akan Tindakan Segera, Konsultasi, dan Kolaborasi.
Untuk menentukan tindakan apa yang harus segera dilakukan sesuai
kondisi bayi/balita, kebutuhan konsultasi dngan profesional lain jika
diperlukan.
E. Pelaksanaan
1. Pemberian ASI dengan IMD
Rasionalisasi : melakukan IMD dapat membantu kontraksi uterus dan
menurunkan risiko perdarahan pascapersalinan, merangsang
pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi ASI, membantu
mengatasi stress sehingga ibu merasa lebih tenang dan tidak nyeri pada
saat plasenta lahir, mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi pada
bayi dengan kekebalan pasif, meningkatkan jalinan kasih sayang ibu
dengan bayi, dan mencegah kehilangan panas pada bayi.(JNPK-KR,
2014; h.131-132). Menurut jurnal penelitian yang dilakukan oleh Vetty
Pricilla (2011) bayi yang dilakukan IMD akan delapan kali lebih
berhasil dalam menyusu eksklusif. Dan juga bayi akan memiliki daya
hisap yang kuat dan lama menyusuinya serta memperbanyak produksi
ASI ibu.
2. Mencegah kehilangan panas pada tubuh bayi dengan cara
mengeringkan tubuh bayi tanpa menghilangkan verniks, meletakkan
bayi pada dada ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi, dan
menyelimuti ibu dan bayi serta memasang topi di kepala bayi. (JNPK-
KR, 2014 : h.127)
Rasionalisasi : mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada BBL
belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan
upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami
hipotermia (JNPK-KR, 2014; h. 127)
3. Menganjurkan untuk selalu melakukan perawatan tali pusat dengan
cara menutup dengan kasa steril dan tidak memberikan betadin/alkohol
Rasionalisasi : menurut penelitian yang dilakukan Eprila, dkk (2013)
yang menunjukkan bahwa perawatan tali pusat menggunakan kassa
steril membuat tali pusat lebih cepat kering dan lepas dibandingkan
perawatan dengan providin iodin. Berdasarkan penelitian oleh Dian
Puspita Rani (2018) diperoleh hasil bahwa perawatan tali pusat dengan
terbuka memiliki waktu pelepasan yang lebih cepat dibandingkan
perawatan tali pusat dengan di tutup kasa steril.
4. Memberikan Vitamin K
Rasionalisasi :Bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi
vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi
vitamin K. Vitamin K diberikan peroral 1 mg/hari selama 3 hari.
Sedangkan bayi beresiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan
dosis 0,5-1 mg secara intramuscular (JNPK-KR, 2014; h. 139)
5. Memberikan Obat Tetes/ Salep Mata
Rasionalisai: Setiap bayi baru lahir perlu diberi tetes / salep mata
sesudah kelahiran. Pemberian obat mata eritromicin 0,5 mg atau
tetrasiklin 1%, di anjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena
kehamilan (JNPK-KR, 2014; h. 139)
6. Memberikan imunisasi HB 0 secara IM di sepertiga paha kanan atas
bagian luar.
Rasionalisasi : untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi 1 jam
setelah pemberian Vitamin K1. (JNPK-KR, 2014; h.140)
7. Memandikan bayi 6 jam setelah lahir, sebelumnya memastikan bahwa
suhu bayi stabil. Ruang mandinya hangat dan tidak ada tiupan angin.
Memandikan bayi dengan cepat dan dengan air hangat, dan segera
mengeringkannya dengan handuk bersih dan kering. (JNPK-KR, 2014
;h 129)
Rasionalisasi : Karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas
tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), memandikan bayi dalam
beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia
yang sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir (JNPK, 2014;
h.129). Mekanisme kehilangan panas pada bayi secara konduksi yaitu
tubuh bayi langsung kontak dengan sekitar, konveksi yaitu kehilangan
panas pada bayi dengan udara sekitar, radiasi yaitu kehilangan panas
karena panas dipancarkan langsung dari bayi baru lahir keluar tubuhnya
kelingkungan yang lebih dingin dan evaporasi yaitu kehilangan panas
pada bayi melalui proses penguapan dan kelembapan udara
(Marmi,2015;h.26-27)
8. Memberikan ibu pendidikan kesehatan tentang pemberian ASI.
Menyusui bayi setiap 2-3 jam bergantian dari payudara kiri dan kanan.
Seorang bayi akan menyusu sesuai dengan permintaannya dan dapat
menyusu sebanyak 12-15 kali dalam 24 jam. (Marmi,2015; h. 73).
Dalam ASI juga mengandung bahan yang diperlukan bayi diantaranya
energy, laktosa, lemak, protein, mineral, dan immunoglobulin, mudah
dicerna, memberikan perlindungan untuk infeksi, selalu segar, bersih,
siap untuk minum dan hemat biaya.(Marmi, 2015;h 380 )
Rasionalisasi: Pada periode usia 0-6 bulan, kebutuhan gizi bayi baik
kualitas maupun kuantitas terpenuhinya dari ASI saja, tanpa harus
diberikan makanan ataupun minuman lainnya. Pemberian makanan lain
akan mengganggu produksi ASI dan mengurangi kemampuan bayi
untuk menghisap (Marmi, 2015; h.73)
9. Menjelaskan kepada ibu tentang perawatan bayi di rumah yaitu
sebaiknya tempatkan bayi di lingkungan yang hangat, dan untuk lebih
amannya bayi ditempatkan pada tempat tidur yang samadengan ibunya.
Jangan membedong atau memakaikan gurita pada bayi bayi terlalu
ketat. (JNPK-KR, 2014; h.143)
Rasionalisasi : Di dekatkan ibu bertujuan agar bayi tetap hangat lalu
dapat pula mendorong ibu untuk menyusui bayinya dan mencegah
paparan infeksi pada bayi, sedangkan pemakaian bedong atau gurita
terlalu ketat dapat membatasi gerakan sehingga aktivitas otot
berkurang, kemudian dapat menekan lambung sehingga dapat
menyebabkan muntah serta membatasi pernapasan. (JNPK-KR, 2014;
h.143)
10. Memberikan konseling kepada ibu tentang menjaga kebersihan kulit
bayi yaitu dengan memandikan bayi, jika ibu masih ragu untuk
memandikan bayi di bak mandi karena tali pusat belum puput, maka
bisa memandikan bayi dengan menggunakan waslap saja. Yang penting
siapkan air hangat – hangat kuku dan tempatkan bayi di ruangan yang
tidak berangin. Lap wajah terutama area mata dan sekujur tubuh
dengan lembut. Jika mau menggunakan sabun sebaiknya pilih sabun
yang 2 in 1 , bisa untuk keramas sekaligus sabun mandi. Keringkan bayi
dengan cara membungkusnya dengan handuk kering. Bersihkan tali
pusat dengan menggunakan kapas atau kasa alkohol setelah itu lilit tali
pusat dengan kainkasa steril .jika tali pusat bayi sudah puput bersihkan
liang pusar dengan cotton bud yang telah di beri minyak telon atau
minyak kayu putih .Usapkan minyak telon atau minyak kayu putih di
dada dan perut bayi sambil dipijat lembut. Pakaikan baju ukuran bayi
baru lahir yang berbahan katun agar mudah menyerap keringat (Marmi,
2015;h.82-83).
Rasionalisasi : Perawatan tali pusat mengindarkan dari iritasi dan
menjaga kebersihan kulit dan meberikan bedak pada lipatan paha dan
tangan agar terhindar dari iritasi. (Marmi, 2015; h.83).
11. Memberikan konseling tentang tanda-tanda bahaya pada bayi baru
lahir seperti :
1) Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali permenit
2) Kehangatan terlalu panas (> 38ºC atau terlalu dingin <36ºC)
3) Pemberian makan, hisapan lemah, mengantuk berlebihan, dan
banyak muntah
4) Tali pusat berwarna merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau
busuk, pernafasan sulit.
(Marmi, 2015; h.85)
Rasionalisasi : tanda bahaya pada bayi baru lahir harus diwaspadai,
dideteksi lebih dini untuk segera dilakukan penanganan agar tidak
mengancam jiwa.(Muslihatun, 2010; h.46)
DAFTAR PUSTAKA
Arfiana, Arum Lusiana. 2016. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra Sekolah.
Yogyakarta: Transmedika
Eprila, Hasbiyah Muhayan dan Dian Lestari.2013. Lama lepas tali pusat
berdasarkan metode perawatan pada tali pusat bayi baru lahir : Jurnal
Politeknik Kesehatan Palembang
Hartatik D, Enny Y. Pengaruh Umur Kehamilan Pada Bayi Baru Lahir Dengan
Kejadian Asfiksia Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta: Gaster
Vol. 1 No.1. Edisi Februari; 2013.
Indrayani dan Djami M.E.U. 2013. Persalinan dan bayi baru lahir. Jakarta: Trans
Info Media.
Johariyah dan Ningrum E.W. 2012. Buku ajar asuhan kebidanan persalinan dan
bayi baru lahir. Jakarta: Trans Info Media.
Vetty Pricilla dan Elmatris sy. 2011. Hubungan pelaksanaan menyusui dini dengan
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Tanah Garam:Jurnal
Kesehatan Masyarakat.Vol 6,No 1