Anda di halaman 1dari 82

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA

AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN PADA Ny. S


UMUR 28 TAHUN P1A0 DENGAN AMENORE
DI PUSKESMAS GONDANG
SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh :
TITIK WINARSIH
NIM B12 160

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI IMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana
Akseptor KB Suntik 3 Bulan Pada Ny. S Umur 28 Tahun P1A0 dengan Amenore
Di Puskesmas Gondang Sragen”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud
untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program
Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu dra.Agnes Sri Harti M. Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Retno Wulandari, S.ST, Selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan
Kusuma Husada Surakarta
3. Ibu Ambarsari, S.ST, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4. Bapak dr. Akhmad Muzani, selaku kepala Puskesmas Gondang Sragen yang
telah bersedia memberikan izin kepada penulis untuk penelitian.
5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang diberikan.
6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juli 2015

Penulis

iv
MOTTO

“Sekali anda membuat keputusan, seluruh alam bersatu agar keputusan itu
terjadi... (Karena itu beranilah membuat keputusan, dan hargai keputusan
Anda sendiri, agar alam dan Tuhan memutuskan untuk bersatu mendukung
Anda)” ( Ralp Waldo Emerson ).
“Masa depan adalah milik mereka yang percaya pada keindahan mimpi-
mimpi mereka... (Karena itu beranilah mencanangkan impian dan
fokuskan hidup anda untuk meraihnya)”( Eleanort Rosevelt ).
“Tak selalu orang terpintar yang mendapatkan yang terbaik. Orang yang
mempunyai kegigihan, orang yang terus bertahan dan tak pernah
menyerahlah yang akhirnya mencapai sukses”( WE Corey ).

PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahan untuk :


v Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan dan kemudahan dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
v Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan semuanya, doa. Kasih
sayang, cinta, pengorbanan, dukungan dan kebahagiaan yang begitu besar
dalam hidupku .
v Purwaningsih, terima kasih menjadi kakak yang selalu menyayangiku,
mencintaiku, mendukungku, mendo’akan dan selalu membantuku dalam
semua hal.
v Pembimbing ibu Ambarsari, S.ST, terima kasih selalu sabar dalam
membimbing penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
v Kaka’ SE, seseorang yang spesial yang selalu mendukung, memberiku
semangat, dan tempat berbagi rasa suka dan duka
v Teman-teman kelas 3C Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
v Almamaterku tercinta.

v
Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2015
Titik Winarsih
B12 160

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA AKSEPTOR


KB SUNTIK 3 BULAN PADA Ny. S UMUR 28 TAHUN P1A0
DENGAN AMENORE DI PUSKESMAS GONDANG
SRAGEN

(x + 69 halaman + 13 lampiran)

INTISARI

Latar Belakang : Suntik jenis Depo Medroxy Progesteron Asetat (DMPA),


mengandung 150 mg DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intramuskular (di daerah bokong). Efek samping dari pemakaian KB suntik
DMPA sering menimbulkan gangguan haid (Amenore) mengakibatkan rasa
cemas, stress dan depresi yang merupakan alasan utama beberapa akseptor
menghentikan pemakaian DMPA.
Tujuan : Tujuan umum penelitian ini adalah melaksanakan asuhan kebidanan
dengan menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan 7 langkah
Varney. Sedangkan tujuan khususnya mampu menganalisa kesenjangan antara
teori dan kasus nyata di lapangan termasuk faktor pendukung dan peghambat dan
mampu memberikan alternative pemecahan permsalahan.
Metode Penelitian : Jenis laporan studi kasus adalah metode deskriptif. Lokasi
dan waktu penelitian di Puskesmas Gondang Sragen. Subyek studi kasus Ny. S
akseptor KB suntik 3 bulan, pada bulan Desember 2014-Juni 2015. Tehnik
pengambilan data antara lain data primer, meliputi pemeriksaan fisik, wawancara,
serta observasi dan data sekunder meliputi studi dokumentasi dan studi
kepustakaan.
Hasil Penelitian : Ny. S umur 28 tahun P1A0 akseptor KB suntik 3 bulan dengan
amenore. Terapi obat satu siklus pil kombinasi Etilinestradiol 50 mg selama 3
hari dan kemudian dilanjutkan dengan ibuprofen 3x800 mg selama 5 hari.
Keadaan umum ibu baik, tidak ada kecemasan, KIE tentang efek samping KB
suntik 3 bulan (amenore), ibu diharapkan untuk menjaga personal higyene, dan
mengkonsumsi makanan yang bergizi. Ibu tetap menggunakan KB suntik 3 bulan.
Kesimpulan : Setelah pelaksanaan tidakan dilakukan evaluasi hasil asuhan
kebidanan selama 5 hari diperoleh hasil akhir keadaan umum ibu baik, tidak ada
kecemasan, ibu mengerti bahwa tidak haid (amenore) selama 4 bulan berturut-
turut yang dialaminya adalah efek samping dari KB suntik 3 bulan, ibu merasa
senang bahwa sudah haid lagi pada tanggal 30 April 2015 dan ibu tetap
menggunakan KB suntik 3 bulan.. Pada studi kasus ini tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan praktek.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan Akseptor KB suntik 3 bulan, Amenore.


Kepustakaan : 21 literatur (tahun 2006 sampai dengan 2015)

vi
vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………………. v
INTISARI ………………………………………………………………….. vi
CURICULUM VITAE…………………………………………………….. .. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. . x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 5
E. Keaslian Penelitian ................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis …………………………………………………. 8
1. Keluarga Berencana ……………………………………. . 8
2. Kontrasepsi Suntikan ……………………………………. 9
3. Kontrasepsi KB suntik 3 bulan DMPA ………………….. 10
4. Amenore …………………………………………………. 16
B. Teori Manajemen Kebidanan ………………………………... 19
C. Landasan Hukum…………………………………………….. 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi ……………………………………………………. 36
B. Lokasi Studi Kasus …………………………………………… 36
C. Subyek Studi Kasus ………………………………………….. 36
D. Waktu Studi Kasus …………………………………………... 37
E. Instrument Studi Kasus ……………………………………… 37

viii
F. Teknik Pengumpulan Data …………………………………... 37
G. Alat-alat Yang Dibutuhkan ………………………………….. 40
H. Jadwal Penelitian …………………………………………….. 41
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus ………………………………………………. 42
B. Pembahasan …………………………………………………. 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………….. 67
B. Saran ………………………………………………………… 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian (dalam bentuk tabel)


Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7. Surat Persetujuan Responden (Informed Consent)
Lampiran 8. Lembar Pedoman Wawancara (Format ASKEB)
Lampiran 9. Lembar Observasi
Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan Efek Samping KB Suntik 3 Bulan
Lampiran 11. Leaflet Efek Samping KB Suntik 3 Bulan
Lampiran 12. Dokumentasi Studi Kasus (Foto)
Lampiran 13. Lembar Konsultasi (Pada Lampiran Terakhir)

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah

peningkatan penduduk yang tinggi. Hasil sensus menurut publikasi BPS pada

bulan Agustus 2010 antara lain jumlah penduduk Indonesia adalah

237.556.363 orang, terdiri atas 119.507.600 laki-laki dan 118.048.783

perempuan dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% per tahun.

Dari pertumbuhan jumlah penduduk ini tentu saja akan berimplikasi secara

signifikan terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan negara

(Sulistyawati, 2011).

Upaya pemerintah untuk menekan laju pertumbuhan penduduk di

Indonesia yaitu dengan menerapkan program Keluarga Berencana (KB). KB

dilaksanakan dengan berbagai macam metode kontrasepsi diantaranya metode

kontrasepsi sederhana seperti : kondom, diafragma, pantang berkala dan

koitus interuptus. Metode kontrasepsi efektif hormonal seperti : pil, susuk,

dan suntikan. Metode kontrasepsi efektif mekanis seperti : AKDR/IUD. Dan

metode kontrasepsi mantap seperti : metode operasi wanita (MOW) dan

metode operasi pria (MOP). Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dan

indikasi pasien yang ingin memilihnya (Manuaba, 2012).

Kontrasepsi metode hormonal telah tersedia dalam sejumlah bentuk

yaitu: pil (kombinasi dan hanya berisi progestin), kontrasepsi darurat,

1
2

suntikan, implan, cincin dalam vagina, kontrasepsi transdermal dan IUD

hormonal. Kontrasepsi hormonal terdiri atas kombinasi esterogen dan

progestin atau hanya berisi progestin. Progestin memiliki efek pembentukan

lendir serviks, membuat endometrium menjadi atrofi sehingga tidak dapat

mendukung implantasi ovum (Varney, 2007).

Jenis kontrasepsi suntik terbagi menjadi 2 macam, yaitu suntik jenis

Depo Medroxy Progesteron Asetat (DMPA), mengandung 150 mg DMPA

diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular (di daerah

bokong) dan jenis Nitrotindron Enantat (NET), mengandung 200 mg

nitrotindron enantat diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik

intramuskular (di daerah bokong). Sampai saat ini jenis kontrasepsi suntik

yang sering digunakan adalah suntik jenis Depo Medroxy Progesteron Asetat

(DMPA). Efek samping yang ditimbulkan dari pemakaian KB suntik DMPA

yaitu : sering menimbulkan gangguan haid (Amenore dan spotting), terjadi

peningkatan berat badan dan pada penggunaan jangka panjang dapat

menimbulkan kekeringan vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit

kepala, nervositas, jerawat (BKKBN, 2012).

KB suntik merupakan salah satu kontrasepsi hormonal tentunya

tidak terlepas dari efek samping yang dapat ditimbulkan, yaitu mempengaruhi

pola haid. Lima puluh persen klien Amenore setelah 1 tahun menggunakan

KB suntik DMPA. Pada penggunaan lebih dari 1 tahun, tiga perempat

penggunaan KB suntik DMPA mengalami Amenore. Perubahan pola haid


3

tersebut merupakan alasan utama beberapa akseptor menghentikan pemakaian

DMPA (Varney, 2007).

Bidan sebagai tenaga profesional kesehatan di bawah kementrian

kesehatan merupakan pihak paling dekat dengan calon akseptor karena

merupakan pemberi pelayanan pertama mulai dari KIE sampai dengan

pemasangan alat kontrasepsi. Bidan mempunyai kewenangan memberikan

Asuhan Keluarga Berencana dan pendidikan kesehatan yang tanggap

terhadap budaya dan menyeluruh di masyarakat sebagai upaya dalam

mengatasi masalah Amenore tersebut dengan memberi penjelasan (konseling)

kepada akseptor KB suntik, bahwa tidak teraturnya haid karena Amenore

merupakan salah satu efek samping penggunaan KB suntik DMPA yang tidak

memerlukan pengobatan (Sulistyawati, 2011).

Data yang diperoleh dari Puskesmas Gondang Sragen pada bulan

September 2013 sampai Oktober 2014 jumlah akseptor KB suntik yaitu

sebanyak 121 orang. Dari jumlah akseptor KB tersebut dibagi menjadi dua

yaitu sebanyak 109 akseptor KB suntik 3 bulan dan 12 akseptor KB suntik 1

bulan. Akseptor KB suntik 3 bulan yang mengalami berat badan sebanyak 62

akseptor, yang mengalami amenore 37 akseptor dan sisanya 10 akseptor tidak

mengalami efek samping.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengambil Karya Tulis

Ilmiah dengan judul “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Akseptor KB

Suntik 3 Bulan Pada Ny. S Umur 28 Tahun P1A0 dengan Amenore Di


4

Puskesmas Gondang Sragen” dengan menggunakan Managemen Kebidanan

Varney.

B. Perumusan Masalah

Bagaimana penatalaksanaan “Asuhan Kebidanan Keluarga

Berencana Akseptor KB Suntik 3 Bulan Pada Ny. S dengan Amenore”

dengan menggunakan Managemen Kebidanan Varney?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Diperolehnya pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan

dengan menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan 7 langkah

Varney.

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa mampu :

1) Mampu melaksanakan pengkajian data dasar terhadap akseptor KB

suntik 3 bulan pada Ny. S dengan Amenore.

2) Mampu melakukan interpretasi data untuk mengidentifikasi

diagnosa kebidanan masalah serta kebutuhan terhadap akseptor KB

suntik 3 bulan pada Ny. S dengan Amenore.

3) Mampu menentukan identifikasi diagnosa potensial pada asuhan

kebidanan terhadap akseptor KB suntik 3 bulan pada Ny. S dengan

Amenore.
5

4) Mampu melaksanakan antisipas/tindakan segera pada asuhan

kebidanan terhadap akseptor KB suntik 3 bulan pada Ny. S dengan

Amenore.

5) Mampu menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada asuhan

kebidanan terhadap akseptor KB suntik 3 bulan pada Ny. S dengan

Amenore.

6) Mampu melaksanakan rencana asuhan yang efisien dan aman pada

asuhan kebidanan terhadap akseptor KB suntik 3 bulan pada Ny. S

dengan Amenore.

7) Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah di berikan pada

asuhan kebidanan terhadap akseptor KB suntik 3 bulan pada Ny. S

dengan Amenore.

b. Mahasiswa mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus

nyata di lapangan termasuk faktor pendukung dan peghambat.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi penulis

a. Penulis dapat memahami tentang pengertian dan permasalahan yang

muncul pada KB suntik 3 bulan dengan efek samping Amenore

sehingga dapat menerapkan Asuhan Kebidanan pada KB suntik 3

bulan dengan Amenore.

b. Sebagai bekal bagi penulis untuk terjun ke lapangan kerja.


6

2. Bagi profesi

Memberi motivasi kepada bidan untuk dapat meningkatkan kualitas bidan

dalam memberikan Asuhan Kebidanan pada KB suntik 3 bulan dengan

Amenore.

3. Bagi institusi

Dapat menambah literature tentang Asuhan Kebidanan pada KB suntik 3

bulan dengan Amenore.

E. Keaslian Studi Kasus

1. Sutrisni Ningsih, Stikes Kusuma Husada Surakarta. Dengan judul “Asuhan

Kebidanan Pada Ny. T Akseptor KB Suntik Cyclofem Dengan Amenore

Di Klinik Griya Husada 2 Karanganyar” (2013). Jenis penelitian studi

kasus menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa Ny. T P1A0 umur 29 tahun akseptor KB suntik Cyclofem dengan

amenore. Terapi obat secara teratur, pemberian pil kombinasi 25 mg

Estradinol 3 kali sehari untuk 3 hari. Keadaan umum ibu baik, tidak ada

kecemasan, KIE tentang amenore, ibu diharapkan untuk menjaga personal

hygene dan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Ibu bersedia control

bila masih ada keluhan. Ibu tetap menggunakan KB suntik cyclofem.

2. Sulistyowati, Heny Dwi (2007), Stikes Kusuma Husada Surakarta. Dengan

judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny. M Akseptor KB Suntik Cyclofem

dengan Amenore di BPS Hati Damai Boyolali. Jenis penelitian studi kasus

menggunakan metode deskriptif.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa


7

Ny. M akseptor KB suntik Cyclofem dengan amenore. terapi yang

diberikan yaitu ibuprofen 3x800 mg selama 3 hari, kemudian diberikan 2

tablet pil kombinasi untuk 3 – 7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil

kontrasepsi hormonal atau diberi 50 mg etinilestradiol. Ibu tidak cemas

lagi dan tetap menggunakan KB suntik 1 bulan.

Persamaan dalam studi kasus ini adalah judul dan terapi yang diberikan.

Perbedaan dalam studi kasus ini adalah waktu, tempat dan subyek

penelitian.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Keluarga Berencana

a. Definisi

1) Upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan

keluarga kecil yang bahagia sejahtera (Undang-undang No.

10/1992)

2) Keluarga berencana (family planning/planned parenthood)

merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah

dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi.

3) Menurut WHO (Expert Comitte, 1970), tindakan yang membantu

individu/pasutri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,

menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan

kelahiran yang diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan,

dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Sulistyawati, 2011).

b. Tujuan Program Keluarga Berencana

1) Membentuk keuarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi

suatu keluarga

2) Dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu

keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya

8
9

3) Pengaturan kelahiran

4) Pendewasaan usia perkawinan

5) Peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga

(Sulistyawati, 2011).

c. Ruang lingkup program Keluarga Berencana

1) Ibu

2) Suami

3) Seluruh keluarga

4) Keluarga berencana

5) Kesehatan reproduksi remaja

6) Ketahanan dan pemberdayaan keluarga

7) Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas

(Sulistyawati, 2011).

2. Kontrasepsi suntikan

Kontrasepsi suntikan adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang berisi

hormon progesteron yang disuntikkan ke dalam tubuh wanita secara

periodik. Jenisnya ada dua yaitu:

a. Golongan progestin, misalnya depo Provera 150 mg isi 1 cc

disuntikkan tiap 3 bulan.

b. Golongan progestin dengan campuran esterogen propionat. Misalnya

Cyclofem, disuntikkan tiap satu bulan (Irianto, 2012).


10

3. Kontrasepsi KB Suntik 3 Bulan

a. Definisi Kontrasepsi Suntik 3 Bulan

Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) adalah suatu sintesa

progestin yang mempunyai efek seperti progestin asli dari tubuh

wanita. Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) telah digunakan

selama kurang lebih 20 tahun dan sampai saat ini akseptornya

berjumlah kira-kira 5 juta wanita. Depo Medroksi Progesteron Asetat

(DMPA) diberikan setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg/ml

(Anggraini, 2011).

b. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik 3 bulan

Menurut Manuaba (2010), mekanisme kerja komponen progesterone

atau derivate testosterone adalah:

1) Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi

pelepasan ovum untuk terjadinya ovulasi dengan jalan menekan

pembentukan releasing faktor dari hipotalamus.

2) Mengentalkan lendir servik, sehingga sulit ditembus spermatozoa.

3) Perubahan peristaltic tuba fallopi, sehingga kontrasepsi dihambat.

4) Mengubah suasana endometerim, sehingga tidak sempurna untuk

implantasi hasil konsepsi

c. Efektifitas

Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) memiliki efektivitas

yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan dalam satu
11

tahun pemakaian. Asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai

jadwal yang telah ditentukan (BKKBN, 2010).

d. Keuntungan dan kerugian KB Suntik 3 bulan Depo Medroksi

Progesteron Asetat (DMPA)

1) Keuntungan

Menurut BKKBN (2012), keuntungan KB Suntik 3 bulan Depo

Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) antara lain:

a) Sangat efektif.

b) Pencegahan kehamilan jangka panjang.

c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.

d) Tidak mengandung esterogen sehingga tidak berdampak serius

terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah

e) Tidak mempengaruhi ASI.

f) Sedikit efek samping

g) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

h) Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun

sampai perimenopause

i) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan

ektopik.

j) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.

k) Mencegah beberapa penyakit radang panggul.


12

2) Kerugian

Menurut Anggraini (2011), kerugian KB Suntik 3 bulan Depo

Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) antara lain:

a) Sering ditemukan ganguan haid.

b) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah

penghentian pemakaian.

c) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan

kesehatan

d) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.

e) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi

menular seksual,

f) Hepatitis B dan virus HIV.

g) Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi perubahan lipid

serum.

e. Indikasi dan kontra indikasi pemakaian KB Suntik 3 bulan Depo

Medroksi Progesteron Asetat (DMPA)

Menurut Anggraini (2011), indikasi dan kontra indikasi pemakaian

KB Suntik 3 bulan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA)

antara lain:

1) Indikasi

a) Wanita usia reproduktif.

b) Wanita yang telah memiliki anak.


13

c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki

efektifitas tinggi.

d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

f) Setelah abortus dan keguguran

g) Memiliki banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi.

h) Masalah gangguan pembekuan darah.

i) Menggunakan obat epilepsy dan tuberculosis.

2) Kontra indikasi

a) Hamil atau dicurigai hamil.

b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

c) Wanita yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.

d) Penderita kanker payudara atau ada riwayat kanker payudara.

e) Penderita diabetes mellitus disertai komplikasi

f. Waktu penggunaan KB Suntik 3 bulan Depo Medroksi Progesteron

Asetat (DMPA)

Menurut BKKBN (2012), waktu yang tepat penggunaan KB Suntik 3

bulan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) adalah:

1) Setiap saat selama siklus haid, asal tidak hamil.

2) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.

3) Pada ibu yang tidak haid atau dengan perdarahan tidak teratur,

injeksi dapat diberikan setiap saat, asal tidak hamil. Selama 7 hari

setelah penyuntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.


14

4) Ibu yang telah menggunakan kontrasepsi hormonal lain secara

benar dan tidak hamil kemudian ingin mengganti dengan

kontrasepsi Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA), suntikan

pertama dapat segera diberikan tidak perlu menunggu sampai haid

berikutnya.

5) Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin

mengganti dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama dapat

segera diberikan, asal ibu tidak hamil dan pemberiannya tidak

perlu menunggu haid berikutnya. Bila ibu disuntik setelah hari ke-

7 haid, selama 7 hari penyuntikan tidak boleh melakukan

hubungan seksual.

Menurut Handayani (2010), waktu injeksi yaitu:

1) Injeksi pada akseptor baru:

a) Hari ke-1 sampai 7 dari siklus haid

b) Setiap saat selama siklus haid selama pasien tidak hamil

c) Postpartum

(1) Segera jika tidak sedang menyusui

(2) Paska aborsi: segera atau dalam waktu 7 hari

2) Injeksi ulang pada akseptor lama: hingga 4 minggu lebih awal atau

terlambat.
15

g. Cara pemberian KB suntik 3 bulan Depo Medroksi Progesteron Asetat

(DMPA)

Menurut Anggraini (2011) cara pemberian KB Suntik 3 bulan Depo

Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) adalah:

1) Kontrasepsi suntikan Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA)

diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuscular (IM)

dalam daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal

penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja

segera dan efektif. Suntikan diberikan tiap 90 hari.

2) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang

dibasahi etil/isopropyl alcohol 60-90%. Biarkan kulit kering

sebelum disuntik, setelah kering baru disuntik.

3) Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-

gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila

terjadi endapan putih pada dasar ampul, upayakan

menghilangkannya dan dengan menghangatkannya.

h. Efek samping

1) Mengalami gangguan haid seperti amenore, spooting,

menorarghia, metrorarghia.

2) Penambahan berat badan.

3) Sakit kepala.

4) Nervositas.

5) Penurunan libido.
16

6) Vagina kering (BKKBN, 2012).

4. Amenore

a. Definisi

Amenore adalah keadaan tidak datangnya haid selama 3 bulan

berturut-turut. Terdapat 2 bentuk amenore yaitu amenore primer bila

tidak datang bulan sejak bayi sampai mencapai usia 18 tahun atau

lebih, dan amenore sekunder bila penderita pernah mendapatkan haid

tetapi berhenti berturut-turut selama 3 bulan (Manuaba, 2010).

b. Penyebab amenore

Penyebab amenore cukup banyak yang berkaitan dengan :

1) Keadaan fisiologis (sebelum menarce, hamil, dan laktasi

amenore, menopause),

2) Gangguan pada aksis hipotalamus-hipofisi-ovarium,

3) Kelainan congenital,

4) Gangguan system hormonal,

5) Ganguan gizi,

6) Gangguan metabolisme,

7) Tumor alat kelamin,

8) Penyakit menahun,

9) Perubahan hormonal karena pemakaian KB suntik 3 bulan Depo

Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) (Manuaba, 2010).


17

c. Penanganan

1) KIE

a) Jelaskan sebab terjadinya amenore

b) Jelaskan bahwa gejala atau keluhan tersebut dalam rangka

penyesuaian diri, bersifat sementara dan individu.

c) Motivasikan agar tetap memakai suntikan (Irianto, 2012).

2) Tindakan medis

Menurut Sulistyawati (2011), yaitu:

a) Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu. Jelaskan

bahwa darah tidak terkumpul dalam rahim

b) Bila telah terjadi kehamilan, rujuk klien. Hentikan

penyuntikan. Jelaskan bahwa hormon progestin tidak

menyebabkan kelainan pada janin.

c) Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien segera.

d) Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan

perdarahan, karena tidak akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan

kemudian, bila tidak terjadi perdarahan juga, rujuk ke klinik.

e) Bila klien tidak dapat menerima kelainan haid tersebut,

suntikan jangan dilanjutkan. Anjurkan pemakaian jenis

kontrasepsi yang lain.

Menurut Irianto (2012), yaitu:

Jika klien memaksa ingin haid (biasanya dengan alasan psikis),

tablet diberikan I-II, 1 x 1 tablet mulai hari IV selama 4-5 hari.


18

Menurut Nuary dalam Sutrisni (2013), setelah kemungkinan

kehamilan disingkirkan pada amenore, maka dapat dilakukan

pemeriksaan Tgyroid Stimulating Hormone (TSH) karena kadar

hormone tiroid dapat mempengaruhi kadar hormone prolaktin dalam

tubuh. Selain itu kadar hormone prolaktin dalam tubuh juga perlu

diperiksa. Apabila kadar hormone TSH dan prolaktin normal, maka

esterogen/progestogen challenge test adalah pilihanuntuk melihat

kerja hormone esterogen terhadaplapisan endometrium dalam rahim.

Selanjutnya dapat dievaluasi dengan MRI.

Menurut Ukki dalam Sutrisni (2013), pengobatan yang

dilakukan sesuai dengan penyebab amenore yang dialami. Apabila

penyebabnya adalah obesitas, maka diet dan olahraga adalah

terapinya. Belajar untuk mengatasi stress dan menurunkan aktivitas

fisik yang berlebih juga dapat membantu. Terapi amenore

diklasifikasikan berdasarkan penyebab saluran reproduksi atas dan

bawah, penyebab indung telur, dan penyebab susunan saraf pusat.

Menurut Saifudin dalam Sutrisni (2013), terapi yang

diberikan antara lain 1 siklus pil kombinasi selama 3 hari dan

kemudian dilanjutkan dengan ibuprofen 3x800 mg selama 5 hari, atau

dapat juga diberikan 50 mg etinilestradinol, atau 1,25 mg esterogen

equin konjugasi untuk 14-21 hari.


19

B. Teori Manajemen Kebidanan Varney

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, temuan, serta keterampilan dalam

rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang

berfokus pada pasien (Sulistyawati, 2011).

Proses manajemen terdiri dari tujuh langkah yang berurutan

dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai

dari pengumpulan data dasar sampai evaluasi. Ketujuh langkah tersebut

membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam

situasi apapun (Rismalinda, 2014). Ketujuh langkah manajemen

kebidanan menurut Varney adalah sebagai berikut:

1. Langkah I: Pengkajian

Menurut Sulistyawati (2011), pada langkah pertama ini dikumpulkan

semua informasi yang akurat dan lengkap dari berbagai sumber yang

berkaitan dengan kondisi klien. Pengumpulan data dilakukan melalui

anamnesis. Bagian-bagian penting dari anamnesis antara lain sebagai

berikut:

a. Data Subyektif

Data subyektif adalah data yang diperoleh dari klien sebagai suatu

pendapat terhadap situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak


20

dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independen tetapi

melalui suatu system interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2013).

1) Biodata

(a) Nama : Untuk mengenal dan mengetahui

pasien

(b) Umur : Untuk mengetahui faktor resiko

(c) Agama : Untuk memberikan motivasi

dorongan moril sesuai dengan agama

yang dianut

(d) Suku : Untuk mengetahui faktor bawaan

atau ras

(e) Pendidikan : Perlu ditanyakan karena tingkat

pendidikian berpengaruh terhadap

pengetahuan pola makan, nutrisi

pada ibu

(f) Pekerjaan : Untuk mengetahui status ekonomi

keluarga

(g) Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal

serta mempermudah pemantauan

2) Alasan datang atau keluhan utama

Keluhan utama dinyatakan untuk mengetahui alasan pasien

datang ke fasilitas pelayanan kesehatan (Sulistyawati, 2009).


21

Ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaannya yang sudah

tidak haid selama 3 bulan berturut-turut (Manuaba, 2010).

a) Data Kebidanan

(1) Riwayat perkawinan

Untuk mengetahui gambaran mengenai suasana rumah

tangga pasangan, untuk mengetahui status perkawinan klien

dan lamanya perkawinan (Sulistyawati, 2009). Pada kasus

akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenore ibu

mengatakan menikah 1 kali, status sah, dan lamanya 3

tahun.

(2) Riwayat haid

Untuk mengetahui tentang keadaan dasar dari organ

reproduksi ibu (Sulistyawati, 2009). Pada kasus akseptor

KB suntik 3 bulan dengan amenore ibu mengatakan

sebelum menggunakan KB suntik 3 bulan haidnya teratur,

sifat darahnya encer, lamanya 7 hari dan tidak mengalami

desminore.

(3) Riwayat obstetri

Data ini dikaji untuk mengetahui apakah keadaan ibu saat

hamil, bersalin, dan nifas yang lalu mengalami gangguan

atau tidak. Pada kasus akseptor KB suntik 3 bulan dengan

amenore ibu mengatakan mempunyai 1 anak, dengan jenis

persalinan normal/tidak, menyusui/tidak.


22

(4) Riwayat KB

Menurut Wheeler dalam Sutrisni (2013), data ini mengkaji

alat kontrasepsi yang digunakan serta untuk mengetahui

keluhan yang dialami ibu sebagai efek samping dari alat

kontrasepsi yang digunakan. Pada kasus akseptor KB suntik

3 bulan dengan amenore ibu mengatakan menggunakan

jenis kontrasepsi KB suntik 3 bulan, lama penggunaannya 2

tahun dengan keluhan tidak mengalami haid.

(5) Riwayat kesehatan

(a) Riwayat penyakit menurun

Untuk mengetahui keadaan ibu apakah pernah

menderita penyakit menurun seperti ginjal, jantug,

diabetes militus, hipertensi, dan epilepsi yang dapat

mempengaruhi kontraindikasi pemakaian KB.

(b) Riwayat penyakit menular

Untuk mengetahui keadaan ibu apakah pernah

menderita penyakit menular seperti TBC dan hepatitis.

(6) Data kebiasaan sehari-hari

(a) Nutrisi

Mengkaji data makan ibu meliputi frekuensi komposisi,

kuantitas, serta jenis dan jumlah minuman. Hal untuk

mengetahui apakah gizi ibu baik atau buruk, pola makan

ibu teratur atau tidak.


23

(b) Eliminasi

Hal ini dikaji untuk mengetahui kebiasaan BAK dan

BAB yang meliputi frekuensi dan kosistensi (Hidayat,

2013).

(c) Istirahat

Dikaji untuk mengetahui berapa jam ibu tidur malam,

dan berapa jam ibu istirahat dan tidur siang (Saifudin,

2006). Pada kasus akseptor KB suntik 3 bulan dengan

amenore ibu mengatakan lamanya tidur malam 8 jam

dan 1 jam tidur siang.

(d) Personal hygiene

Mangkaji frekuensi mandi, gosok gigi, keramas, serta

ganti baju, ganti celana dalam serta ganti pembalut

setidaknya 2 kali sehari.

(e) Pola seksual

Untuk mengetahui kebiasaan hubungan seksual klien

dengan suami dan adakah gangguan atau keluhan

selama hubungan seksual (Sulistyawati, 2009). Pada

kasus akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenore ibu

mengatakan melakukan hubungan seksual 3 kali dalam

seminggu dan tidak ada keluhan.


24

(f) Pola aktivitas

Mengkaji aktivitas sehari-hari pasien karena data ini

memberikan gambaran tentang seberapa berat aktivitas

yang biasa dilakukan pasien di rumah (Sulistyawati,

2009). Pada akseptor penggunaan kontrasepsi suntik 3

bulan yang normal tidak mempengaruhi pola istirahat

maupun aktivitas sehari-hari.

b. Data Obyektif

Setelah data subyektif diperoleh makah harus dilakukan pengkajian

data obyektif untuk dapat menegakkan diagnosis. Pengkajian data

obyektif dapat diperoleh melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,

auskultasi, dan perkusi yang dilakukan secara berurutan

(Sulistyawati, 2009).

1) Pemeriksaan umum

a) Keadaan umum : untuk mengetahui apakah ibu

dalam keadaan baik

b) Kesadaran : untuk mengetahui bahwa kesadaran

ibu composmentis

c) Tekanan darah : untuk mengetahui faktor hipertensi

dan hipotensi. Batas normalnya

110/80 mmHg

d) Suhu : untuk mengetahui suhu ibu apakah

ada peningkatan atau tidak,


25

normalnya 36,60C-37,60C

e) Nadi : untuk mengetahui nadi pasien yang

dihitung dalam menit. Batas

normalnya 69-100 x/menit

f) Respirasi : untuk mengetahui frekuensi

pernafasan pasien yang dihitung

dalam 1 menit. Batas normalnya

12-20x /menit

g) Tinggi badan : untuk mengetahui tinggi badan ibu

h) Berat badan : untuk mengetahui berat badan ibu.

Karena salah satu efek samping

dari KB suntik 3 bulan adalah

kenaikan berat badan

2) Pemeriksaan Sistematis

Pemeriksaan dengan melihat klien dari ujung rambut sampai

ujung kaki.

a) Kepala

(1) Rambut : meliputi warna, mudah rontok atau

tidak dan kebersihannya

(2) Muka : keadaan mka pucat atau tidak,

adakah kelainan, adakah oedema

(3) Mata : untuk mengetahui apakah

konjungtiva warna merah muda dan


26

sklera warna putih

(4) Hidung : bagaimana kebersihannya, ada

benjolan atau tidak

(5) Telinga : bagaimana kebersihannya, ada

serumen atau tidak

(6) Mulut : ada stomatis atau tidak, keadaan

gigi, gusi berdarah atau tidak

b) Leher : ada perbesaran kelenjar tiroid atau tidak,

ada benjolan atau tidak, adakah

pembesaran kelenjar limfe

c) Dada dan : untuk mengetahui keadaan payudara,

axilla simetris atau tidak, ada benjolan atau

tidak, ada nyeri atau tidak

d) Abdomen : apakah ada luka bekas operasi, ada

benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak

e) Ekstremitas : ada cacat atau tidak, oedema atau tidak,

atas dan terdapat varices atau tidak

bawah

b) Pemeriksaan penunjang

Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa,

apabila diperlukan. Misalnya pemeriksaan laboratorium, seperti

pemeriksaan Hb dan papsmear (Nursalam, 2013).


27

2. Langkah II: Interpretasi Data

Setelah data dasar dikumpulkan dan dilakukan identifikasi yang benar

terhadap data-data yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan

interpretasi data sehingga ditemukan diagnosa dan masalah yang

spesifik. Rumus dan diagnosa tujuannya digunakan karena masalah

tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan

penanganan (Varney, 2006).

1) Diagnosa

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam

lingkup praktek kebidanan (Varney, 2006).

Diagnose : Ny. X umur … tahun. P… A… akseptor KB suntik 3

bulan dengan amenore.

Data Subyektif :

- Ibu mengatakan memakai KB suntik 3 bulan

- Ibu mengatakan sudah 4 bulan tidak haid

Data obyektif

Menurut Rismalinda (2014), yaitu:

- Keadaan umum : baik.

- Kesadaran : composmentis.

- TTV : tekanan darah : …/… mmHg

Nadi : … x/menit

Respirasi : … x/menit

Suhu : … 0C
28

- Tinggi badan : … cm

- Berat badan : … kg (Nursalam, 2013).

2) Masalah

Masalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang

ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa

sesuai dengan keadaan pasien.

Masalah yang muncul pada akseptor KB suntik 3 bulan menurut

Varney (2006), yaitu rasa cemas karena perdarahan haid tidak

keluar.

3) Kebutuhan

Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum

teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang diperlukan

dengan analisa data (Varney, 2006). Kebutuhan yang diberikan

pada akseptor KB suntik 3 bulan yaitu :

- Penjelasan tentang efek samping KB suntik 3 bulan terutama

tentang amenore.

- Memberi dukungan moril pada ibu.

3. Langkah III: Diagnosa Potensial

Langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila mungkin

diberikan pencegahan (Sulistyawati, 2009).


29

Dalam kasus akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenore, diagnosa

potensial tidak ada.

4. Langkah IV: Antisipasi/Tindakan Segera

Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen

kebidanan. Mengidentifikasi dari data yang dikumpulkan dapat

menunjukkan suatu situasi yang memerlukan tindakan segera oleh

bidan atau dokter (Rismalinda, 2014).

Menurut Saifudin dalam Sutrisni (2013), terapi yang dapat diberikan

pada pasien dengan amenore antara lain 1 siklus pil kombinasi selama

3 hari dan kemudian dilanjutkan dengan ibuprofen 3x800 mg selama 5

hari, atau dapat juga diberikan 50 mg etinilestradinol, atau 1,25 mg

esterogen equin konjugasi untuk 14-21 hari.

5. Langkah V: Merencanakan Asuhan Menyeluruh

Langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh. Semua

perencanaan yang dibuat harus harus berdasarkan pertimbangan yang

tepat, meliputi pengetahuan, teori yang up to date, perawatan

berdasarkan bukti, serta divalidasikan dengan asumsi mengenai napa

yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien. Dalam penyusunan

perencanaan sebaiknya pasien dilibatkan, karena pada akhirnya

pengambilan keputusan dalam melaksanakan suatu rencana asuhan

harus disetujui oleh pasien (Sulistyawati, 2009).


30

Menurut Saifudin dalam Sutrisni (2013), rencana tindakan yang dapat

dilakukan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenore adalah:

(1) Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan

(2) Beri penjelasan kepada ibu tentang efek samping penggunaan KB

suntik 3 bulan

(3) Beri KIE kepadaibu tentang penyebab tidak haid lebih dari 3 bulan

berturut-turut atau amenore.

(4) Anjurkan ibu untuk menjaga personal higyene.

(5) Beri tahu ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan bergizi.

(6) Beri terapi pada ibu bila masih mengeluh masalah haid dan ingin

melanjutkan memakai alat kontasepsi suntik dapat diberikan pil

kombinasi satu siklus etinile stradiol 50 mg per hari untuk 3 hari

sebanyak 10 tablet dan ibuprofen 3x800 mg selama 5 hari

(7) Beri penjelasan pada ibu bahwa akan terjadi haid bila pil kombinasi

habis.

6. Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan

Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan menyeluruh

secara efisien dan aman (Sulistyawati, 2009). Pelaksanaan yang dapat

dilakukan pada akseptor KB 3 bulan dengan amenore adalah:

(1) Melakukan pemeriksaan terhadap ibu

(2) Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan


31

(3) Memberi penjelasan kepada ibu tentang efek samping penggunaan

KB suntik 3 bulan tentang amenore

(4) Memberi terapi pada ibu bila masih mengeluh masalah haid dan

ingin melanjutkan memakai alat kontasepsi suntik dapat diberikan

pil kombinasi satu siklus etinile stradiol 50 mg per hari untuk 3

hari sebanyak 10 tablet dan ibuprofen 3x800 mg selama 5 hari

(5) Memberi penjelasan pada ibu bahwa akan terjadi haid bila pil

kombinasi habis.

7. Langkah VII: Evaluasi

Dalam melakukan evaluasi seberapa efektif tindakan dan asuhan yang

sudah diberikan kepada pasien, mengkaji respons pasien dan

peningkatan kondisi yang ditargetkan pada saat penyusunan

perencanaan. Hasil pengkajian ini dijadikan sebagai acuan dalam

pelaksanaan asuhan berikutnya (Sulistyawati, 2009). Menurut Varney

(2006), evaluasi yang ingin dicapai Pada kasus akseptor KB suntik 3

bulan ini adalah:

(1) Ibu sudah mengerti tentang hasil pemeriksaannya

(2) Ibu sudah jelas dan mengerti tentang efek samping KB suntik 3

bulan

(3) Ibu sudah diberi KIE tentang penyebab tidak haid dan ibu dapat

menjelaskan kembali tentang efek samping KB suntik 3 bulan yaitu

dapat menjelaskan kembali penyebab terjadinya tidak haid selama


32

3 bulan berturut-turut karena adanya ketidakseimbangan hormone

esterogen sehingga mempengaruhi endometrium.

(4) Ibu sudah mengerti bagaimana caranya menjaga personal higyene

(5) Ibu bersedia mengkonsumsi makanan yang bergizi

(6) Ibu telah diberi terapi 1 siklus pil kombinasi etinile stradiol 50 mg

per hari untuk 3 hari sebanyak 10 tablet dan ibuprofen 3x800 mg

selama 5 hari.

(7) Ibu sudah mengerti bahwa akan terjadi haid apabila pil kombinasi

habis

(8) Ibu memutuskan untuk meneruskan penggunaan KB suntik 3 bulan


33

DATA PERKEMBANGAN

Data perkembangan menggunakan SOAP (Varney, 2006)

S : Subjektif

Menggambarkan hasil pendokumentasian hasil pengumpulan data

melalui anamnesa.

O : Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien

hasil pemeriksaan dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung

asuhan.

A : Assesment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi

data subjektif dan objektif dalam suatu lingkungan identifikasi:

a. Diagnosa atau masalah

b. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial

c. Perlunya tindakan segera setelah bidan atau dokter, konsultasi

atau kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah interpretasi

data, diagnosa potensial dan intervensi.

P : Plan

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi

berdasarkan assessment sebagai langkah rencana tindakan,

implementasi dan evaluasi.


34

C. Landasan Hukum

Sebagai seorang bidan dalam memberikan asuhan harus berdasarkan

atauran atau hukum yang berlaku, sehingga penyimpangan terhadap hukum

(mal praktik) dapat dihindarkan, dalam memberikan asuhan kebidanan

dengan amenore harus sesuai dengan kewenangan yang diberikan

berdasarkan pendidikan dan pengalaman, sedangkan dalam pemberian

pelayanan harus berdasarkan standar profesi, landasan hukum yang

digunakan adalah:

1. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor

1464/Menkes/Per/X/2010, tentang ijin penyelenggaraan praktik bidan,

kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:

a. Kewenangan normal:

1) Pelayanan kesehatan ibu

2) Pelayanan kesehatan anak

3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana

b. Kewenangan dalam menjalankan program pemerintah

c. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak

memiliki dokter.

2. Standar Pelayanan Kebidanan, 2005 No. 16

Sebagai seorang bidan harus bisa mengenali cara tepat tanda dan gejala

kebutuhan klien, melakukan KIE serta melakukan pertolongan pertama

dan melakukan rujukan secara dini ke tempat yang memadai.


35

3. Kompetensi bidan Indonesia, 2003

Seorang bidan harus mempunyai kompetensi dalam memberikan asuhan

kebidanan. Kompetensi bidan yang sesuai dengan kasus ini adalah bidan

memberikan asuhan kebidanan bermutu tinggi pada akseptor KB suntik 3

bulan dengan efek samping amenore.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Studi Kasus

Jenis penelitian studi kasus dengan metode deskriptif yang bertujuan

untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa penting yang

terjadi pada masa kini Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-

langkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan/analisis data, evaluasi,

membuat kesimpulan, dan laporan (Nursalam, 2013). Studi kasus ini

dilakukan pada akseptor KB suntik 3 bulan Ny. S dengan amenore.

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi studi kasus merupakan tempat atau lokasi dimana

pengambilan kasus tersebut dilakukankan (Notoatmodjo, 2012). Lokasi studi

kasus ini telah dilakukan di Puskesmas Gondang Sragen.

C. Subyek Studi Kasus

Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh

peneliti. Jika kita bicara tentang subjek penelitian, sebetulnya kita berbicara

tentang unit analisis, yaitu subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran

peneliti (Arikunto, 2010). Subyek studi kasus ini telah dilakukan pada Ny. S

akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenore.

36
37

D. Waktu Studi Kasus

Waktu studi kasus adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis

untuk memperoleh data studi kasus yang dilaksanakan. Studi kasus ini telah

dilakukan pada bulan Desember 2014 - Juni 2015.

E. Instrument Studi Kasus

Instrument studi kasus merupakan alat atau fasilitas yang digunakan

untuk mendapatkan data-data kasus (Notoatmodjo, 2012). Instrument yang

digunakan untuk mendapatkan data adalah dengan cara melakukan

wawancara dengan format asuhan kebidanan pada Keluarga Berencana dan

data perkembangan dengan SOAP.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah:

1. Data Primer

Data primer disebut juga data tangan pertama. Data primer diperoleh

langsung dari subyek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau

alat pengambil data, langsung pada subyek sebagai sumber informasi

yang dicari. Kelebihan data primer adalah akurasinya lebih tinggi

(Saryono, 2011).

a. Pemeriksaan fisik

Adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap anggota keluarga yang

mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan berkaitan dengan


38

keadaan fisik. Misalnya: kelainan organ tubuh dan tanda-tanda

penyakit (Effendy, 2009).

1) Inspeksi

Suatu proses observasi yang dilakukan sistematik dengan

menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan penciuman

sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data. Inspeksi pada kasus

ini dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai kaki,

kesadaran dan keadaan umum.

2) Palpasi

Teknik yang dilakukan dengan menggunakan peranan telapak atau

punggung tangan pemerikasaan untuk mengetahui ukuran, tekstur,

dan mobilitas massa, kualitas palpasi, kondisi tulang dan sendi,

temperature, kulit dan kelembaban, akumulasi cairan dan oedema

serta vibrasi dinding dada. Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan

pada wajah, mata, kaki dan tangan apakah terdapat oedema atau

tidak.

3) Perkusi

Suatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk untuk membandingkan

kiri kanan pada setiap pemeriksaan tubuh dengan tujuan

menghasilkan suara. Perkusi yang bertujuan untuk

mengidentifikasi, lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan.

Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan.


39

4) Auskultasi

Pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suatu yang dihasilkan

oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop seperti pemeriksaan

tekanan darah. Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan tekanan

darah ibu normal atau tidak.

b. Pengamatan

Adalah suatu prosedur yang berencana yang meliputi melihat dan

mencatat yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010).

c. Wawancara

Adalah metode untuk mengumpulkan data yaitu peneliti mendapatkan

keterangan dari seseorang sasaran penelitian (responden) atau

bercakap-cakap secara face to face, jadi data tersebut diperoleh dari

responden (Notoatmodjo, 2012). Wawancara dilakukan pada Ny. S.

d. Observasi

Adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati subyek dan

melakukan berbagai macam pemeriksaan yang berhubungan dengan

kasus yang diambil. Observasi dapat berupa pemeriksaan umum,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang (Notoatmodjo, 2010),

antara lain:

1) Mengklasifikasi gejala-gejala yang relevan

2) Observasi dilaksanakan pada gejala-gejala yang relevan

3) Menggunakan jumlah pengamatan yang lebih banyak


40

4) Melakukan pencatatan dengan segera

5) Didukung pula oleh alat-alat yang memadai.

2. Data sekunder

Data sekunder disebut juga data tangan kedua. Data sekunder diperoleh

lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek

penelitiannya. Biasanya berupa data dokumentai atau data laporan yang

telah tersedia.

a. Studi dokumentasi

Dokumen adalah semua bentuk sumber informasi yang berhubungan

dengan dokumen (Notoatmodjo, 2010). Dalam studi kasis ini

dokumen merupakan rekam medik yang didapatkan dari Puskesmas

Gondang Sragen.

b. Kepustakaan

Merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam

rangka mencari landasan teoritis dalam permasalahan penelitian

(Hidayat, 2007).

G. Alat-alat Yang Dibutuhkan

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengambilan data antara lain:

1. Alat dan bahan dalam pengambilan data

a. Format pengkajian pada akseptor KB

b. Buku tulis

c. Bollpoint
41

2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan observasi

a. Timbangan berat badan

b. Alat pengukur tinggi badan

c. Tensimeter

d. Stetoskop

e. Termometer

f. Jam tangan

3. Alat untuk pendokumentasian adalah menggunakan lembar observasi.

H. Jadwal Penelitian ( Terlampir )


BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

Tempat : Puskesmas Gondang Saragen

Tanggal : 27 April 2015

1. Identitas pasien

a. Nama : Ny. S Nama : Tn. S

b. Umur : 28 tahun Umur : 30 tahun

c. Agama : Islam Agama : Islam

d. Suku Bangsa : Jawa/Indonesia Suku Bangsa : Jawa/Indonesia

e. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

f. Pekerjaan : wiraswasta Pekerjaan : wiraswasta

g. Alamat : Grasak RT 5 RW 12, Gondang, Sragen

2. Anamnesa

a. Data Subyektif

1) Alasan datang/keluhan utama :

Ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaannya yang sudah tidak

haid selama 4 bulan berturut-turut.

2) Riwayat Perkawinan :

a) Status perkawinan sah, kawin 1 kali

36
37

b) Kawin umur 25 tahun dengan suami umur 27 tahun, lamanya 3

tahun, anak 1 orang.

3) Riwayat Menstruasi

a) Menarche : ibu mengatakan menarche pada usia 14

tahun

b) Siklus : ibu mengatakan siklus haidnya 28 hari

c) Lama : ibu mengatakan lama menstruasi 7 hari

d) Banyaknya : ibu mengatakan 2 kali ganti pembalut per

hari

e) Sifat darah : ibu mengatakan encer

f) Teratur/tidak : ibu mengatakan teratur

g) Disminorhoe : ibu mengatakan kadang-kadang merasakan

nyeri

4) Riwayat obstetri

No Tgl/Thn Tempat Umur Jenis Penolong Anak Nifas Keadaan


partus partus kehamilan partus Jenis BB PB Keadaan Laktasi anak
sekarang
+2
1.5 april BPS 39 Spontan Bidan L 3500 53 Normal 2 Hidup
2013 tahun
5) Riwayat KB

a) Macam peserta KB : Baru

b) Metode yang pernah : suntik 3 bulan, lama

dipakai penggunaan 2 tahun

c) Keluhan selama : selama pemakaian ibu tidak haid


38

pemakaian kontrasepsi selama 4 bulan berturut-turut

6) Riwayat Kesehatan (penyakit)

a) Riwayat penyakit sekarang

Ibu mengatakan tidak sedang sakit apapun, seperti batuk dan

pilek.

b) Riwayat penyakit sistemik

(1) Jantung : ibu mengatakan tidak pernah merasakan

dadanya berdebar-debar, tidak cepat lelah

saat beraktifitas ringan, tidak

mengeluarkan keringat pada telapak

tangan.

(2) Ginjal : ibu mengatakan tidak pernah nyeri

pinggang bawah sebelah kanan kiri dan

tidak pernah merasakan sakit pada saat

buang air kecil.

(3) Asma : ibu mengatakan tidak pernah merasa sesak

nafas

(4) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk secara

terus-menerus yang lebih dari 2 minggu

(5) Hepatitis : ibu mengatakan tidak pernah terlihat

kuning pada ujung kuku, mata dan kulit.

(6) Diabetes : ibu mengatakan tidak pernah mengeluh


39

Militus sering minum pada malam hari, tidak

sering buang air kecil lebih dari 6 kali dan

tidak cepat lelah.

(7) Hipertensi : ibu mengatakan tidak pernah mengalami

tekanan darah tinggi ≥140/90 mmHg

(8) Epilepsy : ibu mengatakan tidak pernah mengalami

kejang-kejang yang disertai keluar busa

pada mulutnya dan tidak sadar.

c) Riwayat penyakit keluarga

(1) Penyakit : ibu mengatakan dalam keluarganya dan

menurun keluarga suami tidak ada yang

mempunyai penyakit menurun seperti

hipertensi, diabetes dan asma.

(2) Penyakit : ibu mengatakan dalam keluarganya dan

menular keluarga suami tidak ada yang

mempunyai penyakit menular seperti

TBC, hepatitis, HIV/AIDS.

d) Riwayat keturunan kembar :

ibu mengatakan dalam keluarganya dan keluarga suami tidak

ada yang mempunyai keturunan kembar

e) Riwayat operasi :

ibu mengatakan belum pernah melakukan tindakan operasi

apapun.
40

7) Pola kebiasaan sehari-hari

a) Nutrisi

(1) Makan : Ibu mengatakan makan 3 kali sehari, porsi

sedang, nasi, lauk, sayur dan buah.

(2) Minum : Ibu mengatakan sehari minum air putih 8

gelas.

b) Pola Eliminasi

(1) BAB : Ibu mengatakan buang air besar 1 kali

sehari, konsisten lunak, warna kuning

kecoklatan.

(2) BAK : Ibu mengatakan buang air kecil 5-6 kali

sehari, warna kuning jernih, bau khas

feses.

(3) Keluhan : Tidak ada keluhan saat buang air besar dan

buang air kecil.

c) Pola istirahat : Ibu mengatakan tidur siang ± 1 jam dan

tidur malam ± 7-8 jam per hari

d) Pola hygiene : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok

gigi 2 kali sehari, keramas 3 kali per

minggu dang anti pakaian dalam setiap

kali habis mandi.


41

e) Pola seksual : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

f) Pola aktivitas : Ibu mengatakan melakukan pekerjaan

rumah tangga seperti menyapu,memasak

dan mencuci dilakukan sendiri.

8) Data psikologis

Ibu mengatakan merasa cemas karena tidak haid 4 bulan berturut-

turut. Dan ibu belum mengetahui bahwa Amenore yang

dialaminya adalah efek samping dari penggunaan KB suntik 3

bulan.

b. Data Obyektif

1. Pemeriksaan fisik :

a) Status generalis

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) TTV

- TD : 110/80 mmHg

- S : 36,50 C

- N : 80 x/menit

- R : 20 x/menit

4) TB : 160 cm

5) BB sekarang : 53 kg

b) Pemeriksaan sistematis :
42

1) Kepala

(a) Rambut : Bersih, tidak berketombe, tidak

rontok, berwarna hitam

(b) Muka : Bersih, tidak oedema

(c) Mata

(1) Oedema : Tidak ada

(2) Conjungtiva : Berwarna merah muda

(3) Sklera : Berwarna putih

(d) Hidung : Bersih, tidak ada benjolan

(e) Telinga : Simetris, bersih tidak ada

serumen

(f) Mulut/gusi : Mulut bersih, tidak ada

stomatis, gigi tidak ada caries,

gusi tidak bengkak dan tidak

berdarah.

2) Leher

(a) Kelenjar : Tidak ada pembesaran kelenjar

gondok gondok

(b) Tumor : Tidak ada benjolan

(c) Pembesaran : Tidk ada pembesaran kelenjar

kelenjar limfe limfe

3) Dada dan axilla

(a) Jantung : Tidak dilakukan


43

(b) Paru : Tidak dilakukan

(c) Mammae

(1) Membesar : Normal

(2) Tumor : Tidak teraba benjolan

(3) Simetris : Simetris kanan dan kiri

(d) Axilla

(1) Benjolan : Tidak ada benjolan

(2) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan

4) Abdomen

(a) Pembesaran : Normal

uterus

(b) Pembesaran hati : Tidak ada pembesaran hati

(c) Benjolan/tumor : Tidak ada benjolan

(d) Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan

(e) Luka bekas : Tidak ada luka bekas operasi

operasi

5) Anogenital

(a) Vulva vagina

(1) Varices : Tidak dilakukan

(2) Luka : Tidak dilakukan

(3) Kemerahan : Tidak dilakukan

(4) Nyeri : Tidak dilakukan


44

(5) Kelenjar bartholini : Tidak dilakukan

(6) Pengeluaran pervaginam : Tidak dilakukan

(b) Inspeculo : Tidak dilakukan

(c) Pemeriksaan dalam : Tidak dilakukan

(d) Anus : Tidak dilakukan

6) Ekstremitas

(a) Varices : Tidak ada varices pada kaki

kanan dan kiri

(b) Oedema : Tidak ada oedema pada tangan

dan kaki

(c) Reflek patela : Tidak dilakukan

c) Pemeriksaan penunjang :

Tidak dilakukan

B. Interpretasi Data

Tanggal : 27 April 2015 Pukul : 10.55 WIB

1. Diagnosa kebidanan

Ny. S umur 28 tahun P1A0 akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenore.

Data Dasar

a. Data Subyektif :

1) Ibu mengatakan pernah melahirkan satu kali dan belum pernah

keguguran

2) Ibu mengatakan memakai KB suntik 3 bulan


45

3) Ibu mengalami tidak haid selama 4 bulan berturut-turut

b. Data Obyektif :

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) TTV

- TD : 110/80 mmHg

- S : 36,50 C

- N : 80 x/menit

- R : 20 x/menit

4) TB : 160 cm

5) BB sekarang : 53 kg

2. Masalah :

ibu mengatakan cemas sehubungan dengan tidak haid selama 4 bulan

berturut-turut.

3. Kebutuhan :

Diberikan support mental dan KIE tentang efek samping KB suntik 3

bulan serta penyebab amenore.

C. Diagnosa Potensial

Tidak terjadi diagnosa potensial.


46

D. Antisipasi/Tindakan Segera

Tidak dilakukan karena diagnosa potensial tidak terjadi.

E. Perencanaan

Tanggal : 27 April 2015 Pukul : 11.05 WIB

1. Beri tahu ibu tentang hasil pemeriksaannya

2. Beri penjelasan kepada ibu tentang efek samping dari KB suntik 3

bulan

3. Beri KIE kepada ibu tentang penyebab tidak haid selama 4 bulan

berturut-turut (amenore)

4. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene, terutama daerah

kemaluan

5. Beritahu ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan bergizi

6. Beri terapi pada ibu

7. Anjurkan ibu kontrol ulang 2 hari lagi

F. Pelaksanaan

Tanggal : 27 April 2015 Pukul : 11.30 WIB

1. Memberi tahu ibu tentang hasil pemeriksaannya

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV
47

- TD : 110/80 mmHg

- S : 36,50 C

- N : 80 x/menit

- R : 20 x/menit

d. TB : 160 cm

e. BB sekarang : 53 kg

2. Memberi penjelasan kepada ibu tentang efek samping dari KB suntik 4

bulan diantaranya mengalami gangguan haid seperti amenore (tidak

haid selama 3 bulan berturut-turut), spooting (flek-flek atau bercak

darah), penambahan berat badan, sakit kepala

3. Memberi KIE kepada ibu tentang penyebab tidak haid selama 4 bulan

berturut-turut karena adanya ketidak seimbangan hormon esterogen dan

progesterone dalam tubuh, sehingga mempengaruhi endometrium

4. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene, terutama daerah

kemaluan, caranya dengan mengganti pakaian dalam sehari 2 kali, usap

labia mayora kanan dan kiri dengan menggunakan air bersih kemudian

usap labia minora kanan dan kiri setelah itu usap dari klitoris sampai

perinium.

5. Memberitahu ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan bergizi seperti

nasi, lauk-pauk, sayur, buah, susu.

6. Memberi terapi 1 siklus pil kombinasi etinile stradiol 50 mg per hari

untuk 3 hari sebanyak 10 tablet dan ibuprofen 3x800 mg selama 5 hari.

7. Menganjurkan ibu kontrol ulang 2 hari lagi


48

G. Evaluasi

Tanggal : 27 April 2015 Pukul : 12.30 WIB

1. Ibu sudah mengerti tentang hasil pemeriksaannya

2. Ibu sudah jelas dan mengerti tentang efek samping KB suntik 3 bulan

3. Ibu sudah diberi KIE tentang penyebab tidak haid dan ibu dapat

menjelaskan kembali tentang efek samping KB suntik 3 bulan yaitu

dapat menjelaskan kembali penyebab terjadinya tidak haid selama 4

bulan berturut-turut karena adanya ketidakseimbangan hormone

esterogen sehingga mempengaruhi endometrium.

4. Ibu sudah mengerti bagaimana caranya menjaga personal higyene

5. Ibu bersedia mengkonsumsi makanan yang bergizi

6. Ibu telah diberi terapi 1 siklus pil kombinasi etinile stradiol 50 mg per

hari untuk 3 hari sebanyak 10 tablet dan ibuprofen 3x800 mg selama 5

hari.

7. Ibu bersedia kontrol ulang 2 hari lagi


49

DATA PERKEMBANGAN I

(KUNJUNGAN RUMAH)

Tanggal : 29 April 2015 Pukul : 10.00 WIB

S : Subyektif

1. Ibu mengatakan setelah minum obat masih belum haid

2. Ibu mengatakan obatnya masih

O : Obyektif

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) TTV

- TD : 110/80 mmHg

- S : 36,50 C

- N : 80 x/menit

- R : 20 x/menit

4) TB : 160 cm

5) BB sekarang : 53 kg

A : Asessment

Ny. S umur 28 tahun P1A0 akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenore.


50

P : Planning

1. Memberitahu bahwa keadaan ibu saat ini dalam kondisi baik

2. Memberikan dukungan pada ibu agar tidak cemas dan putus asa,

karena amenore tersebut dapat ditangani, meyakinkan pada akseptor

KB atas kesembuhan dirinya

3. Menganjurjan ibu untuk melanjutkan terapi selanjutnya, yaitu minum

obat secara teratur 1 siklus pil kombinasi etinile stradiol 50 mg per

hari untuk 3 hari sebanyak 10 tablet dan ibuprofen 3x800 mg selama 5

hari

4. Menganjurkan ibu untuk menghentikan terapi jika sudah haid

5. Menganjurkan ibu untuk kembali bila ada keluhan.

E : Evaluasi

Tanggal : 29 April 2015 Pukul : 10. 45 WIB

1. Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini

2. Ibu sudah diberi dukungan agar tidak cemas dan putus asa

3. Ibu sudah bersedia untuk minum terapi yang sudah diberikan

4. Ibu bersedia untuk menghentikan terapi jika sudah haid

5. Ibu bersedia kembali jika ada keluhan


51

DATA PERKEMBANGAN II

(KUNJUNGAN RUMAH)

Tanggal : 1 Mei 2015 Pukul : 16.00 WIB

S : Subyektif

1. Ibu mengatakan sudah haid lagi pada tanggal 30 April 2015.

2. Ibu mengatakan sudah tidak takut dan cemas lagi.

3. Ibu mengatakan sudah tidak minum obat lagi.

O : Obyektif

1) Keadaan umum : Baik

2) Kesadaran : Composmentis

3) TTV

- TD : 110/80 mmHg

- S : 36,50 C

- N : 80 x/menit

- R : 20 x/menit

4) TB : 160 cm

5) BB sekarang : 53 kg

A : Asessment

Ny. S umur 28 tahun P1A0 akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenore.


52

P : Planning

1. Memberitahu bahwa keadaan ibu saat ini dalam kondisi baik

2. Menganjurkan ibu untuk menghentikan terapi

3. Menganjurkan ibu untuk tetap menggunakan kontrasepsi suntik 3

bulan pada jadwal berikutnya

4. Menganjurkan ibu untuk kontrol jika tidak haid lagi dan jika ada efek

samping lain dari KB suntik 3 bulan.

E : Evaluasi

Tanggal : 1 Mei 2015 Pukul : 16. 35 WIB

1. Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini

2. Ibu bersedia untuk menghentikan terapi jika sudah haid.

3. Ibu bersedia tetap menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan

4. Ibu bersedia kontrol jika masih ada keluhan.


53

II. Pembahasan

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB

suntik 3 bulan dengan amenore pada Ny. S dengan menerapkan

manajemen kebidanan menurut Hellen Varney, maka penulis akan

membahas serta membandingkan antara teori manajemen kebidanan dan

pelaksanaan secara teori dengan kenyataan yang terjadi saat memberikan

asuhan.

1. Langkah I : Pengkajian

Data subyektif adalah Keluhan utama dinyatakan untuk

mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan

(Sulistyawati, 2009). Ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaannya

yang sudah tidak haid selama 3 bulan berturut-turut (Manuaba, 2010).

Pemeriksaan data obyektif meliputi pemeriksaan TTV yaitu

pemeriksaan tekanan darah : …/… mmHg, Nadi : … x/menit,

Respirasi : … x/menit, Suhu : … 0C, Tinggi badan : … cm, Berat

badan : … kg (Nursalam, 2013).

Berdasarkan hasil pengkajian data yang penulis peroleh data

subyektif pada kasus Ny. S keluhan yang dirasakan yaitu sudah tidak

haid selama 4 bulan berturut-turut. Dan data obyektif hasil

pemeriksaan TTV diperoleh tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi : 80

x/menit, respirasi : 20 x/menit, suhu : 36,5 0C, tinggi badan : 160 cm,

berat badan : 53 kg. Sehingga dari data tersebut antara teori dan

praktek di lapangan tidak terdapat kesenjangan.


54

2. Langkah II : Interpretasi Data

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam

lingkup praktek kebidanan (Varney, 2006). Diagnosa : Ny. X umur …

tahun. P… A… akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenore.

Masalah yang muncul pada akseptor KB suntik 3 bulan, yaitu

rasa cemas karena perdarahan haid tidak keluar. Kebutuhan yang

diberikan pada akseptor KB suntik 3 bulan yaitu : penjelasan tentang

efek samping KB suntik 3 bulan terutama tentang amenore, memberi

dukungan moril pada ibu (Varney, 2006).

Pada kasus diperoleh diagnosa kebidanan yang ditegakkan

yaitu Ny. S umur 28 tahun P1A0 akseptor KB suntik 3 bulan dengan

amenore. Masalah : ibu mengatakan cemas sehubungan dengan tidak

haid selama 4 bulan berturut-turut. Kebutuhan : diberikan support

mental dan KIE tentang efek samping KB suntik 3 bulan serta

penyebab amenore. Sehingga dari data tersebut antara teori dan

praktek di lapangan tidak terdapat kesenjangan.

3. Langkah III: Diagnosa Potensial

Langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila mungkin

diberikan pencegahan (Sulistyawati, 2009). Pada kasus Ny. S akseptor

KB suntik 3 bulan diagnosa potensial tidak terjadi, karena dari keadaan


55

umum baik dan tidak terjadi komplikasi, seperti gangguan gizi,

gangguan metabolisme, penyakit infeksi, dan lain-lain. Sehingga pada

langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

4. Langkah IV: Antisipasi/Tindakan Segera

Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses

manajemen kebidanan. Mengidentifikasi dari data yang dikumpulkan

dapat menunjukkan suatu situasi yang memerlukan tindakan segera

oleh bidan atau dokter (Rismalinda, 2014). Menurut Saifudin dalam

Sutrisni (2013), terapi yang dapat diberikan pada pasien dengan

amenore antara lain 1 siklus pil kombinasi selama 3 hari dan kemudian

dilanjutkan dengan ibuprofen 3x800 mg selama 5 hari, atau dapat juga

diberikan 50 mg etinilestradinol, atau 1,25 mg esterogen equin

konjugasi untuk 14-21 hari.

Pada kasus Ny. S akseptor KB suntik 3 bulan diberikan

antisipasi yaitu pemberian terapi satu siklus pil kombinasi

etinilestradinol 50 mg selama 3 hari per hari sebanyak 10 tablet, dan

kemudian dilanjutkan dengan ibuprofen 3x800 mg selama 5 hari.

Sehingga pada langkah ini tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.
56

5. Langkah V : Perencanaan

Dalam penyusunan perencanaan sebaiknya pasien dilibatkan,

karena pada akhirnya pengambilan keputusan dalam melaksanakan

suatu rencana asuhan harus disetujui oleh pasien (Sulistyawati, 2009).

Menurut Saifudin dalam Sutrisni (2013), rencana tindakan yang dapat

dilakukan pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan amenore adalah:

Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan, beri penjelasan kepada

ibu tentang efek samping penggunaan KB suntik 3 bulan, beri KIE

kepadaibu tentang penyebab tidak haid lebih dari 3 bulan berturut-turut

atau amenore, anjurkan ibu untuk menjaga personal higyene, beri tahu

ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan bergizi, beri terapi pada ibu

bila masih mengeluh masalah haid dan ingin melanjutkan memakai

alat kontasepsi suntik dapat diberikan pil kombinasi satu siklus etinile

stradiol 50 mg per hari untuk 3 hari sebanyak 10 tablet dan ibuprofen

3x800 mg selama 5 hari, beri penjelasan pada ibu bahwa akan terjadi

haid bila pil kombinasi habis.

Pada kasus Ny. S akseptor KB suntik 3 bulan yaitu beritahu

ibu tentang hasil pemeriksaannya, beri penjelasan kepada ibu tentang

efek samping dari KB suntik 3 bulan, beri KIE kepada ibu tentang

penyebab tidak haid selama 4 bulan berturut-turut (amenore), anjurkan

ibu untuk menjaga personal hygiene, terutama daerah kemaluan,

beritahu ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan bergizi, beri terapi 1

siklus pil kombinasi etinile stradiol 50 mg per hari untuk 3 hari


57

sebanyak 10 tablet dan ibuprofen 3x800 mg selama 5 hari, anjurkan

ibu kontrol ulang 2 hari lagi.

Dilihat pada data di atas tahap ini tidak ada kesenjangan

antara teori dan praktek.

6. Langkah VI: Pelaksanaan

Merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan menyeluruh

secara efisien dan aman (Sulistyawati, 2009). Pelaksanaan yang dapat

dilakukan pada akseptor KB 3 bulan dengan amenore adalah:

melakukan pemeriksaan terhadap ibu, menjelaskan pada ibu tentang

hasil pemeriksaan, memberi penjelasan kepada ibu tentang efek

samping penggunaan KB suntik 3 bulan tentang amenore, memberi

terapi pada ibu bila masih mengeluh masalah haid dan ingin

melanjutkan memakai alat kontasepsi suntik dapat diberikan pil

kombinasi satu siklus etinile stradiol 50 mg per hari untuk 3 hari

sebanyak 10 tablet dan ibuprofen 3x800 mg selama 5 hari, memberi

penjelasan pada ibu bahwa akan terjadi haid bila pil kombinasi habis.

Pada kasus Ny. S akseptor KB suntik 3 bulan yaitu memberi

informasi tentang keadaan ibu, memberi penjelasan kepada ibu tentang

efek samping dari KB suntik 4 bulan diantaranya mengalami gangguan

haid seperti amenore (tidak haid selama 3 bulan berturut-turut),

spooting (flek-flek atau bercak darah), penambahan berat badan, sakit

kepala, memberi KIE kepada ibu tentang penyebab tidak haid selama 4
58

bulan berturut-turut karena adanya ketidak seimbangan hormon

esterogen dan progesterone dalam tubuh, sehingga mempengaruhi

endometrium, menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene,

terutama daerah kemaluan, caranya dengan mengganti pakaian dalam

sehari 2 kali, usap labia mayora kanan dan kiri dengan menggunakan

air bersih kemudian usap labia minora kanan dan kiri setelah itu usap

dari klitoris sampai perinium, memberitahu ibu untuk tetap

mengkonsumsi makanan bergizi seperti nasi, lauk-pauk, sayur, buah,

susu, memberi terapi 1 siklus pil kombinasi etinile stradiol 50 mg per

hari untuk 3 hari sebanyak 10 tablet dan ibuprofen 3x800 mg selama 5

hari, menganjurkan ibu kontrol ulang 2 hari lagi.

Dari data di atas tahap ini tidak ada kesenjangan antara teori

dan praktek.

7. Langkah VII: Evaluasi

Hasil pengkajian ini dijadikan sebagai acuan dalam

pelaksanaan asuhan berikutnya (Sulistyawati, 2009). Menurut Varney

(2006), evaluasi yang ingin dicapai Pada kasus akseptor KB suntik 3

bulan ini adalah: Ibu sudah mengerti tentang hasil pemeriksaannya, ibu

sudah jelas dan mengerti tentang efek samping KB suntik 3 bulan, ibu

sudah diberi KIE tentang penyebab tidak haid dan ibu dapat

menjelaskan kembali tentang efek samping KB suntik 3 bulan yaitu

dapat menjelaskan kembali penyebab terjadinya tidak haid selama 3


59

bulan berturut-turut karena adanya ketidakseimbangan hormon

esterogen sehingga mempengaruhi endometrium, ibu sudah mengerti

bagaimana caranya menjaga personal higyene, ibu bersedia

mengkonsumsi makanan yang bergizi, ibu telah diberi terapi 1 siklus

pil kombinasi etinile stradiol 50 mg per hari untuk 3 hari sebanyak 10

tablet dan ibuprofen 3x800 mg selama 5 hari, ibu sudah mengerti

bahwa akan terjadi haid apabila pil kombinasi habis, ibu memutuskan

untuk meneruskan penggunaan KB suntik 3 bulan

Evaluasi pada kasus Ny. S akseptor KB suntik 3 bulan yaitu

ibu sudah mengerti tentang hasil pemeriksaannya, ibu sudah jelas dan

mengerti tentang efek samping KB suntik 3 bulan, ibu sudah diberi

KIE tentang penyebab tidak haid dan ibu dapat menjelaskan kembali

tentang efek samping KB suntik 3 bulan yaitu dapat menjelaskan

kembali penyebab terjadinya tidak haid selama 4 bulan berturut-turut

karena adanya ketidakseimbangan hormone esterogen sehingga

mempengaruhi endometrium, ibu sudah mengerti bagaimana caranya

menjaga personal higyene, ibu bersedia mengkonsumsi makanan yang

bergizi, ibu telah diberi terapi 1 siklus pil kombinasi etinile stradiol 50

mg per hari untuk 3 hari sebanyak 10 tablet dan ibuprofen 3x800 mg

selama 5 hari, ibu bersedia kontrol ulang 2 hari lagi.

Hasil evaluasi dari kunjungan rumah yang dilakukan pada

Ny. S yaitu setelah diberikan asuhan kebidanan selama 5 hari keadaan

umum ibu baik, tidak ada kecemasan, ibu mengerti bahwa tidak haid
60

selama 4 bulan berturut-turut yang dialaminya adalah efek samping

dari KB suntik 3 bulan, ibu mengatakan mulai haid lagi pada tanggal

30 April 2015, ibu merasa senang bahwa sudah haid lagi dan ibu tetap

menggunakan KB suntik 3 bulan.

Sehingga pada langkah evaluasi tidak terjadi kesenjangan

antara teori dan praktek.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan dengan menggunakan

manajemen kebidanan menurut Varney pada akseptor KB suntik 3 bulan

dengan efek samping Amenore, maka penulis mengambil kesimpulan:

1. Berdasarkan hasil pengkajian data yang penulis peroleh pada data

subyektif yaitu Ny. S mengeluh sudah tidak haid selama 4 bulan berturut-

turut. Dan data obyektif hasil pemeriksaan TTV diperoleh tekanan darah :

110/80 mmHg, nadi : 80 x/menit, respirasi : 20 x/menit, suhu : 36,5 0C,

tinggi badan : 160 cm, berat badan : 53 kg.

2. Interpretasi data diperoleh dari pengumpulan data yang diteliti dan akurat

yang diambil dari pengkajian, sehingga didapat diagnosa yang tepat, yaitu:

Ny. S umur 28 tahun P1A0 akseptor KB suntik 3 bulan dengan efek

samping Amenore. Masalah yang timbull yaitu ibu merasa cemas

sehubungan dengan sudah tidak haid selama 4 bulan berturut-turut dan hal

tersebut menimbulkan kekhawatiran ibu, sehingga diberi kebutuhan KIE

tentang Amenore, dan memberikan dukungan moril.

3. Diagnosa potensial pada kasus Ny. S tidak muncul karena mendapat

penanganan yang tepat.

36
37

4. Antisipasi pada Ny. S akseptor KB suntik 3 bulan denga efek samping

Amenore adalah terapi satu siklus pil kombinasi Etilinestradiol 50 mg

selama 3 hari dan kemudian dilanjutkan dengan ibuprofen 3x800 mg

selama 5 hari.

5. Rencana tindakan yaitu informasi tentang keadaan ibu, memberi informasi

tentang keadaan ibu, memberi informasi tentang efek samping dari KB

suntik 3 bulan, memberi KIE tentang penyebab Amenore, menganjurkan

ibu untuk menjaga personal hygiene, terutama daerah kemaluan, memberi

tahu ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi, memberi terapi

yaitu pil kombinasi ibuprofen 3x800 mg selama 5 hari, 50 mg

Etinilestradiol 3xsehari untuk 3 hari, dan menganjurkan ibu kontrol ulang

2 hari lagi.

6. Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

7. Evaluasi dari Asuhan Kebidanan pada Ny. S akseptor KB suntik 3 bulan

dengan efek samping Amenore selama 5 hari diperoleh hasil akhir keadaan

umum ibu baik, tidak ada kecemasan, ibu mengerti bahwa tidak haid

selama 4 bulan berturut-turut yang dialaminya adalah efek samping dari

KB suntik 3 bulan, ibu merasa senang bahwa sudah haid lagi dan ibu tetap

menggunakan KB suntik 3 bulan. Ibu mengatakan mulai haid lagi pada

tanggal 30 April 2015.


38

8. Pada kasus Ny. S tidak terdapat kesenjangan dalam teori dan prakteknya,

hal ini dikarenakan akseptor KB suntik 3 bulan dengan efek samping

Amenore telah mendapat penanganan yang baik.

B. Saran

Saran yang dapat penulis berikan kepada semua pihak pada kasus ini

adalah sebagai berikut:

1. Bidan

Meningkatkan asuhan kepada pasien tentang KB suntik 3 bulan dengan

efek samping Amenore.

2. Instansi (Puskesmas Gondang Sragen)

Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan dalam memberikan asuhan

kebidanan khususnya pada akseptor KB suntik 3 bulan dengan efek

samping amenore.

3. Bagi pasien

Diharapkan jika pasien mengalami efek samping dari KB suntik 3 bulan

dengan efek samping amenore dapat langsung diperiksa ke tenaga

kesehatan.
39

4. Bagi Pendidikan

Diharapkan dapat digunakan sebagai sumber bacaan referensi untuk

meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya pada akseptor KB

suntik 3 bulan dengan efek samping amenore.


DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Y. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Rohima Press.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

BKKBN. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kotrasepsi. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

________. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kotrasepsi. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Effendi. 2009. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
salemba Medika.

Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:


Pustaka Rihama.

Hidayat, Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: salemba Medika.

Irianto, koes. 2012. Keluarga Berencana Untuk Paramedis Dan Nonmedis.


Bandung: Yrama Widya.

Manuaba, I.A.C. 2010, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan KB Untuk


Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nuary, Derry. 2010. Amenore. available online at: http://www.askep-


askep.cz.oc/2010/02/amenore.html. Diakses tanggal 20 November
2014.
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.
Jakarta: Salemba Medika.

Rismalinda. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: in Media.

Saifudin, A. B. 2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.

Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.


Jakarta: Salemba Medika.

Sulistyawati, Ari. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:


Salemba Medika.

_______________. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba


Medika.

Sulistyowati, Heny Dwi. 2007. Asuhan Kebidanan Pada Ny. M Akseptor KB


Suntik Cyclofem dengan Amenore di BPS Hati Damai Boyolali.
KTI: Tidak dipublikasikan.

Sutrisni. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Ny. T Akseptor KB suntik Cyclofem


dengan Amenore di Klinik Griya Husada 2 Karanganyar. KTI:
Avaliable online at:
http://www.asuhankebidanankbsuntikdenganamenore.com. Diakses
tanggal 10 November 2014.

Ukki. 2007. Amenore. available on;ine at :


http://www.klikdokter.com/kesehatankewanitaan/read/2014/11/05/4/
amenore. Diakses tanggal 15 Agustus. 2014.

Varney, Helen. 2007. Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai