Oleh:
Drs. Rahmat Darmawan, MSi.
NIP. 1970401 1995031003
HALAMAN PENGESAHAN
Kepala Sekolah
Dengan ini Kepala SMP Negeri 7 Bima NTB menyatakan bahwa karya
Teknologi Tepat Guna ini benar-benar dibuat oleh Drs. Rahmad Darmawan,
M.Si. dan telah digunakan di lingkungan desa Taloko Kab. Bima NTB
Dengan ini Kepala Desa Taloko Kab. Bima NTB menyatakan bahwa karya
Teknologi Tepat Guna ini benar-benar dibuat oleh Drs. Rahmad Darmawan,
M.Si. dan telah digunakan di lingkungan desa Taloko Kab. Bima NTB
Ali Hasan
4
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya, Drs. Rahmad Darmawan, M.Si. guru SMP Negeri 7 Bima
NTB menyatakan bahwa karya Teknologi Tepat Guna ini benar-benar
dibuat oleh saya sendiri dan telah saya digunakan di lingkungan Desa
Taloko Kab. Bima NTB.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
B. Tujuan Pembuatan
Pembuatan peralatan pengolah sampah mempunyai tujuan dan manfaat sebagai
berikut:
1. Menyediakan peralatan praktik nyata untuk mata pelajaran IPA SMP yang
salah satu topiknya masalah sampah dan pengelolaanya yang dapat
dirancang dan dibuat sendiri oleh siswa, sehingga bisa memanen sampah dari
sekolah.
2. Dengan adanya pratek pengolahan sampah di sekolah (praktik nyata
pelajaran IPA), sekolah bisa jadi contoh baik pengelolaan sampah bagi
masyarakat sekitar dan instansi terkait serta peserta didik dapat
menerapkan proses pengolahan sampah dilingkungan rumahnya masing-
masing.
3. Hasil pengembangan ini diharapkan bisa diimplementasikan di desa
seluruh Indonesia.
C. Manfaat Pembuatan
Hasil pengembangan ini diharapkan bisa diimplementasikan di desa-desa se-
Indonesia, untuk praktek nyata pelajaran IPA SMP dalam bidang pengelolaan dan
pengolahan sampah.
D. Rancangan Karya
Pengembangan ini menggunakan model eksperimen, yang dimulai dengan disain
peralatan, pembuatan peralatan, pengunaan peralatan untuk memproses sampah,
dan pengujian peralatan serta pengujian hasil prosukdi olahan sampah. Peralatan
pengolah sampah yang dirancang meliputi: Kiln Metal Model Direct Combustion,
Alat Pres/Cetak Briket, dan Kompor biomassa. Sampah/limbah sampai saat ini
masih selal u menjadi masalah dan belum banyak yang mengelola/mengolah
dengan prosedur yang benar. Tidak ketinggalan kebanyakan sekolah mulai dari
8
pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi sampai saat ini belum banyak
yang mengelola sampahnya dengan melibatkatkan peserta didiknya. Kebanyakan
masih mengandalkan tukang kebun/penjaga sekolah dan belum dikelola dengan
prosedur yang benar. Sampahnya masih dibiarkan menumpuk dan bahkan semua
sampahnya hanya dibakar begitu saja , sehingga asapnya bisa mengganggu/
meracuni lingkungan. Pada hal Sampah organik merupakan biomassa yang bisa
diolah menjadi bahan bakar alernatif diantaranya briket bioarang, sebagai bahan
bakar keperluan rumah tangga dan herbisida organik (pengusir serangga).
Berkenaan dengan hal tersebut dalam pengelolaan sampahnya perlu melibatkan
langsung peserta didiknya, sehingga setelah lulus nantinya mempunyai kompetensi
pengelolaan sampah yang bisa diterapkan dilingkungannya baik di lingkungan
rumah maupun lingkungan tempat kerja (kantor/dunia usaha dan dunia indstri).
Sehingga program Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development
Mechanim/ CDM) dan pembangunan berkelanjutan segara tercapai.
Program inipun telah ditangkap oleh Direktorat PSMP, dengan menambah materi
baru pada IPA SMP, yang salah satu topik isinya tentang pengelolaan
sampah/limbah dan pengelolaan lingkungan, dengan praktek nyata mengelola
sampah dan limbah, baik itu limbah padat, cair maupun limbah gas. SMP telah 1
(satu) Tahun berjalan, tetapi dari pengamatan terhadap SMP di Propinsi Nusa
Tenggara Barat sebagian besar belum mempunyai peralatan pengolah sampah,
padahal pada mata pelajaran lingkup IPA SMP ada topik pengolahan sampah,
sehingga perlu ada eksperimen berkaitan dengan peralatan pengolah sampah.
Berkenan dengan itu perlu adanya e ksperimen/perancangan peralatan
pengelolaan sampah/limbah, sehingga peserta didik dapat mengelola dan
memenen sampah di sekolah. Program memanen sampah di SMP ini bisa
menjadi contoh baik bagi masyarakat sekitar dan instansi terkait. Sampah/limbah
kalau dikelola dengan baik diolah menjadi bahan yang ber mafaat, baik itu
sampah organik maupun sampah an-organik, Sampah organik bisa diolah menjadi
pupuk organik pakan ternak dan bahan bakar alternatif baik itu padat dalam
bentuk briket bioarang, bahan baku cair (biogas) dan bahan baku cair. Pada
proses pembuatan ini dalam dibatasi pada perancangan alat pengolahan
sampah organi kmenjadi bahan bakar alternatif padat (briket bioarang).
9
E. Prosedur Pembuatan
1. Proses Pirolisis Sampah
Sampah disatu sisi sampai saat ini masih menjadi masalah, tetapi disisi lain
kalau dikelola dan dioalah dengan prosedur yang benar dapat menjadi
berkah. Salah satunya ampah organik dapat dapat diolah menjadi bahan yang
bermanfaat diantaranya briket sampah (briket bioarang) sebagai bahan bakar
pengganti minyak tanah yang semakin mahal dan sulit di dapat. Selain itu asap
dari proses pengolah ini dapat dioptimalkan menjadi asap cair dapat digunakan
sebagai herbisida organik untuk mengusi serangga. Dengan herbisida organik
ini hasil panenan pertanian terhindar dari bahan kimia apalagi kalau
didipupuk dengan kompos sehingga hasilnya benar-benar organik.
Pupuknya organik, pengusir hamanya juga organik.
Pembuatan bioarang dapat dilakukan dengan proses pirolisis atau pembakaran
yang terkendali dimana oksigen (O2) dibatasi, kayu atau materi yang dibakar
tidak langsung luruh menjadi abu. Pembakaran model ini akan menghasilkan
kristal arang hitam dengan unsur carbon (C) tinggi. Kristal arang hitam inilah
yang kemudian lebih dipadatkan lagi dalam bentuk briket sehingga menghasilkan
bara api yang lebih kuat dan tahan lama. Panas yang dibutuhkan untuk
pirolisis disediakan dengan pembakaran sebagian bahan baku (prinsip oksidasi
parsial) atau dengan pemanasan dari luar.
Proses tersebut juga cocok untuk semua sampah organik seperti kulit
rambutan, sabut dan batok kelapa, daun-daunan, serbuk gergaji dan enceng
gondok dapat dijadikan bahan baku briket bioarang. Pirolisa adalah penguraian
biomassa (lysis) karena panas (pyro) pada suhu lebih dari 150o C. Sedang
pirolisa primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku (umpan), pada
suhu 150 o C – 300o C dengan hasil peruraian yang utama ter, air, karbon
monoksida, karbon dioksida, acetil acid dan methyl alkohol. Pada laju
pemanasan lambat dengan suhu 150o C-300o C reaksi utama adalah dehidrasi
(kehilangan kandungan air). Hasil reaksi pada kondisi ini adalah karbon (arang),
air, karbon monoksida, dan karbondioksida. Semakin lambat proses pengarangan
10
maka akan menghasilkan mutu arang semakin baik. Untuk suhu pengarangan
yang semakin tinggi akan semakin banyak zat-zat kayu yang menguap sehingga
kadar C-nya tinggi dan sifat arang menjadi lebih baik. Tetapi jumlah
arangnya atau rendemen yang dihasilkan menjadi berkurang. Hasil yang
diperoleh adalah uap air, macam-macam gas dan air. Pengarangan akan lebih
baik hasilnya jika dilakukan pengeringan pendahuluan pada bahan baku
(Abdullah, 1991).
g. Peralatan Pembuatan
Peralatan ini meliputi peralatan yang dipakai untuk mendesain dan membuat
perlatan pengolah sampah, meliputi:
1) Peralatan gambar
2) Peralatan pembuatan alat meliputi: mesin potong plat, mesin las, alat
pelengkung pipa, dan peralatan tangan, seperti palu besi, gunting dll
h. Proses Pembuatan
Secara garis besar jalannya proses pembuatan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Penentuan topik pengembangan:
a) Dalam pengembangan ini mengambil topik perlatan pengolah sampah
organik untuk SMP.
b) Penyiapan alat dan bahan yang dipakai untuk proses pembuatan
c) Desain rancangan proses pembuatan
14
d) Pembuatan model pengembangan
e) Pembuatan peralatan pengolah sampah (Kiln Metal,
Mesin pres/pencetak, kompor biomassa)
f) Penggunaan nyata peralatan untuk mengolah sampah di SMPN 7 Bima
F. Penggunaan
Dalam hal ini alat yang dirancang merupakan alat utama dalam pengolahan
sampah untuk mengolah sampah organik menjadi bahan bakar padat (briket
bioarang) dan asap cair (yang dapat digubakan sebagai pengusir serangga yang
menyerang tanaman). Alat yang dirancang meliputi: Kiln Metal (alat pengarangan),
alat pengepres/pencetak briket dan kompor biomassa sebagai alat uji
coba penggunaan briket bioarang. Hasil perancangan alatnya adalah sebagai
berikut:
1. Alat Pirolisis Sampah (Kiln Metal)
2. Alat pengepres/pencetak briket
3. Kompor bio massa
Hasil Uji coba peralaatan dan hasil uji laboratorium briket sampah
Setelah peralatan jadi, kemudian diuji coba untuk mengolah sampah organik dalam
hal ini sebagai bahan baku adalah serbuk/tatal kayu dan dicampur dengan
bungkil ampas jarak pagar limbah produksi biodisel. Ini dengan dasar
pertimbangan di SMP Negeri 1 Bima mempunyai program Keunggulan Lokal
Pengolahan biji jarak menjadi biodisel, sehingga sampah/limbahnya perlu
dioptimalkan. Dalam pembuatan briket bioarang hasilnya harus memenuhi kualitas
yang ditentukan dan fungsi atau tujuan penggunaannya, misalnya untuk keperluan
industri, atau bahan bakar untuk keperluan rumah tangga.
Kualitas briket biorang dengan bahan utama kayu menurut SNI (2000) adalah
sebagai berikut :
15
2. Briket bioarang
a. Kadar Karbon Terikat Briket Bioarang
Kadar karbon terikat adalah fraksi karbon (C) yang terikat didalam arang
selain selain fraksi air, volatile matter dan abu.
b. Nilai Kalor Briket Bioarang
Nilai kalor adalah besarnya jumlah panas yang dihasilkan oleh suatu bahan
per satuan berat bahan setelah mengalami proses pembakaran sempurna.
Proses pembakaran yang sempurna akan menghasilkan jumlah kalor yang
tinggi.
c. Kadar Air Briket Bioarang
Dari hasil uji lab kadar air briket bioarang yang dilakukan di Lab Che -
Mix Pratama diperoleh hasil dengan kadar air antara 4 sd 7 persen.
d. Kadar Abu Briket Bioarang
B. Saran
Perlu adanya pengembangan lanjutan pemanfaatan asap dari proses
pengarangan (pirolisis) sehingga asapnya tidak mencemari lingkungan.
17
DAFTAR PUSTAKA