Anda di halaman 1dari 18

1

LAPORAN KARYA TEKNOLOGI TEPAT GUNA


PEMBUATAN PERALATAN PENGOLAH SAMPAH ORGANIK
MENJADI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
(BRIKET BIO-ARANG)

Oleh:
Drs. Rahmat Darmawan, MSi.
NIP. 1970401 1995031003

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BIMA


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 7 BIMA
NUSA TENGGARA BARAT
2017
2

HALAMAN PENGESAHAN
Kepala Sekolah

Dengan ini Kepala SMP Negeri 7 Bima NTB menyatakan bahwa karya
Teknologi Tepat Guna ini benar-benar dibuat oleh Drs. Rahmad Darmawan,
M.Si. dan telah digunakan di lingkungan desa Taloko Kab. Bima NTB

Kepala SMP Negeri 7 Bima

Cap dan Tandatangan

Drs. Hamid Mukti, M.Pd.


NIP. 19620414 1987031012
3
HALAMAN PENGESAHAN
Kepala Desa

Dengan ini Kepala Desa Taloko Kab. Bima NTB menyatakan bahwa karya
Teknologi Tepat Guna ini benar-benar dibuat oleh Drs. Rahmad Darmawan,
M.Si. dan telah digunakan di lingkungan desa Taloko Kab. Bima NTB

Kepala Desa Taloko


Kab. Bima NTB

Cap dan Tandatangan

Ali Hasan
4

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya, Drs. Rahmad Darmawan, M.Si. guru SMP Negeri 7 Bima
NTB menyatakan bahwa karya Teknologi Tepat Guna ini benar-benar
dibuat oleh saya sendiri dan telah saya digunakan di lingkungan Desa
Taloko Kab. Bima NTB.

Guru SMP Negeri 7 Kab. Bima

Drs. Rahmat Darmawan, M.Si.


NIP. 19700401 1995031003
5

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, laporan


pembuatan alat peraga ini dapat kami selesaikan. Karya Teknologi Tepat
Guna dengan judul Pembuatan Peralatan Pengolah Sampah Organik
Menjadi Bahan Bakar Alternatif (Briket Bio-Arang) ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi para masyarakat terutama di lingkungan desa Bima NTB.
Dengan berhasilnya pembuatan karya teknologi tepat guna ini kami ucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Hamid Mukti, M.Pd. kepala SMP Negeri 7 Kab. Bima NTB
yang telah memotivasi untuk membuat karya teknologi tepat guna ini.
2. Bapak Ali Hasan, Kepala Desa Taloko Kab. Bima Nusa Tenggara Barat,
yang telah memberi kesempatan untuk menguji coba alat ini di
lingkungan desa Taloko.
3. Para guru SMP Negeri 7 Bima NTB yang telah membantu dalam proses
pembuatan maupun penggunaannya.
Besar harapan kami di masa depan akan dapat membuat lebih banyak alat
peraga yang bermanfaat bagi masyarakat.

Guru SMP Negeri 7 Kab. Bima NTB

Drs. Rahmad Darmawan, M.Si.


NIP. 1970401 1995031003
6

DAFTAR ISI

A. NAMA/JUDUL KARYA …………………………………………………………………..


B. TUJUAN ……………………………………………………………………………………
C. MANFAAT …………………………………………………………………………………
D. RANCANGAN KARYA …………………………………………………………………..
E. PROSEDUR PEMBUATAN ……………………………………………………………..
F. PROSEDUR PENGGUNAAN ……………………………………………………………
G. LAMPIRAN …………………………………………………………………………………
7

A. Nama/Judul Karya : PEMBUATAN PERALATAN PENGOLAH SAMPAH


ORGANIK MENJADI BAHAN BAKAR ALTERNATIF (BRIKET BIO-ARANG)

B. Tujuan Pembuatan
Pembuatan peralatan pengolah sampah mempunyai tujuan dan manfaat sebagai
berikut:
1. Menyediakan peralatan praktik nyata untuk mata pelajaran IPA SMP yang
salah satu topiknya masalah sampah dan pengelolaanya yang dapat
dirancang dan dibuat sendiri oleh siswa, sehingga bisa memanen sampah dari
sekolah.
2. Dengan adanya pratek pengolahan sampah di sekolah (praktik nyata
pelajaran IPA), sekolah bisa jadi contoh baik pengelolaan sampah bagi
masyarakat sekitar dan instansi terkait serta peserta didik dapat
menerapkan proses pengolahan sampah dilingkungan rumahnya masing-
masing.
3. Hasil pengembangan ini diharapkan bisa diimplementasikan di desa
seluruh Indonesia.

C. Manfaat Pembuatan
Hasil pengembangan ini diharapkan bisa diimplementasikan di desa-desa se-
Indonesia, untuk praktek nyata pelajaran IPA SMP dalam bidang pengelolaan dan
pengolahan sampah.

D. Rancangan Karya
Pengembangan ini menggunakan model eksperimen, yang dimulai dengan disain
peralatan, pembuatan peralatan, pengunaan peralatan untuk memproses sampah,
dan pengujian peralatan serta pengujian hasil prosukdi olahan sampah. Peralatan
pengolah sampah yang dirancang meliputi: Kiln Metal Model Direct Combustion,
Alat Pres/Cetak Briket, dan Kompor biomassa. Sampah/limbah sampai saat ini
masih selal u menjadi masalah dan belum banyak yang mengelola/mengolah
dengan prosedur yang benar. Tidak ketinggalan kebanyakan sekolah mulai dari
8
pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi sampai saat ini belum banyak
yang mengelola sampahnya dengan melibatkatkan peserta didiknya. Kebanyakan
masih mengandalkan tukang kebun/penjaga sekolah dan belum dikelola dengan
prosedur yang benar. Sampahnya masih dibiarkan menumpuk dan bahkan semua
sampahnya hanya dibakar begitu saja , sehingga asapnya bisa mengganggu/
meracuni lingkungan. Pada hal Sampah organik merupakan biomassa yang bisa
diolah menjadi bahan bakar alernatif diantaranya briket bioarang, sebagai bahan
bakar keperluan rumah tangga dan herbisida organik (pengusir serangga).
Berkenaan dengan hal tersebut dalam pengelolaan sampahnya perlu melibatkan
langsung peserta didiknya, sehingga setelah lulus nantinya mempunyai kompetensi
pengelolaan sampah yang bisa diterapkan dilingkungannya baik di lingkungan
rumah maupun lingkungan tempat kerja (kantor/dunia usaha dan dunia indstri).
Sehingga program Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development
Mechanim/ CDM) dan pembangunan berkelanjutan segara tercapai.
Program inipun telah ditangkap oleh Direktorat PSMP, dengan menambah materi
baru pada IPA SMP, yang salah satu topik isinya tentang pengelolaan
sampah/limbah dan pengelolaan lingkungan, dengan praktek nyata mengelola
sampah dan limbah, baik itu limbah padat, cair maupun limbah gas. SMP telah 1
(satu) Tahun berjalan, tetapi dari pengamatan terhadap SMP di Propinsi Nusa
Tenggara Barat sebagian besar belum mempunyai peralatan pengolah sampah,
padahal pada mata pelajaran lingkup IPA SMP ada topik pengolahan sampah,
sehingga perlu ada eksperimen berkaitan dengan peralatan pengolah sampah.
Berkenan dengan itu perlu adanya e ksperimen/perancangan peralatan
pengelolaan sampah/limbah, sehingga peserta didik dapat mengelola dan
memenen sampah di sekolah. Program memanen sampah di SMP ini bisa
menjadi contoh baik bagi masyarakat sekitar dan instansi terkait. Sampah/limbah
kalau dikelola dengan baik diolah menjadi bahan yang ber mafaat, baik itu
sampah organik maupun sampah an-organik, Sampah organik bisa diolah menjadi
pupuk organik pakan ternak dan bahan bakar alternatif baik itu padat dalam
bentuk briket bioarang, bahan baku cair (biogas) dan bahan baku cair. Pada
proses pembuatan ini dalam dibatasi pada perancangan alat pengolahan
sampah organi kmenjadi bahan bakar alternatif padat (briket bioarang).
9

E. Prosedur Pembuatan
1. Proses Pirolisis Sampah
Sampah disatu sisi sampai saat ini masih menjadi masalah, tetapi disisi lain
kalau dikelola dan dioalah dengan prosedur yang benar dapat menjadi
berkah. Salah satunya ampah organik dapat dapat diolah menjadi bahan yang
bermanfaat diantaranya briket sampah (briket bioarang) sebagai bahan bakar
pengganti minyak tanah yang semakin mahal dan sulit di dapat. Selain itu asap
dari proses pengolah ini dapat dioptimalkan menjadi asap cair dapat digunakan
sebagai herbisida organik untuk mengusi serangga. Dengan herbisida organik
ini hasil panenan pertanian terhindar dari bahan kimia apalagi kalau
didipupuk dengan kompos sehingga hasilnya benar-benar organik.
Pupuknya organik, pengusir hamanya juga organik.
Pembuatan bioarang dapat dilakukan dengan proses pirolisis atau pembakaran
yang terkendali dimana oksigen (O2) dibatasi, kayu atau materi yang dibakar
tidak langsung luruh menjadi abu. Pembakaran model ini akan menghasilkan
kristal arang hitam dengan unsur carbon (C) tinggi. Kristal arang hitam inilah
yang kemudian lebih dipadatkan lagi dalam bentuk briket sehingga menghasilkan
bara api yang lebih kuat dan tahan lama. Panas yang dibutuhkan untuk
pirolisis disediakan dengan pembakaran sebagian bahan baku (prinsip oksidasi
parsial) atau dengan pemanasan dari luar.
Proses tersebut juga cocok untuk semua sampah organik seperti kulit
rambutan, sabut dan batok kelapa, daun-daunan, serbuk gergaji dan enceng
gondok dapat dijadikan bahan baku briket bioarang. Pirolisa adalah penguraian

biomassa (lysis) karena panas (pyro) pada suhu lebih dari 150o C. Sedang
pirolisa primer adalah pirolisa yang terjadi pada bahan baku (umpan), pada

suhu 150 o C – 300o C dengan hasil peruraian yang utama ter, air, karbon
monoksida, karbon dioksida, acetil acid dan methyl alkohol. Pada laju

pemanasan lambat dengan suhu 150o C-300o C reaksi utama adalah dehidrasi
(kehilangan kandungan air). Hasil reaksi pada kondisi ini adalah karbon (arang),
air, karbon monoksida, dan karbondioksida. Semakin lambat proses pengarangan
10
maka akan menghasilkan mutu arang semakin baik. Untuk suhu pengarangan
yang semakin tinggi akan semakin banyak zat-zat kayu yang menguap sehingga
kadar C-nya tinggi dan sifat arang menjadi lebih baik. Tetapi jumlah
arangnya atau rendemen yang dihasilkan menjadi berkurang. Hasil yang
diperoleh adalah uap air, macam-macam gas dan air. Pengarangan akan lebih
baik hasilnya jika dilakukan pengeringan pendahuluan pada bahan baku
(Abdullah, 1991).

2. Briket sampah (bioarang)


Briket bioarang merupakan arang yang dirubah bentuk, ukuran dan kerapatannya
dengan cara mengepres campuran serbuk dengan memberi tekanan pada serbuk
arang dengan zat perekat atau tanpa bahan tambah. Menurut Hartoyo dkk, (1978)
ada 4 macam cara yang dapat digunakan untuk pembuatan arang briket yaitu :
(1) pengempaan/pengepresan serbuk kayu menjadi arang briket disusul dengan
karbonisasi pada tekanan sedang, (2) pengempaan/pengepresan secara
karbonisasi serbuk secara serentak, (3) pengempaan/pengepresan campuran
arang dan serbuk kayu menjadi briket bioarang disusul dengan karbonisasi dan
(4) pengempaan/pengepresan campuran arang dan bahan perekat menjadi briket
bioarang, disusul dengan pengeringan.
Dalam proses ini digunakan cara model keempat yaitu pencampuran serbuk
arang, bahan tambah dan bahan perekat kemudian dilakukan
pengempaan/pengepresan sehingga menjadi briket bioarang, disusul dengan
pengeringan. Bahan baku, bahan perekat dan tekanan pengempaan sangat
mempengaruhi kerapatan briket bioarang yang dihasilkan. Ditinjau dari bahan
perekat yang digunakan, produk yang dihasilkan dapat dibedakan antara briket
yang tidak atau kurang berasap dan banyak asap. Bahan perekat yang
digunakan akan mempengaruhi kualitas penyalaan ditinjau dari jumlah asap
yang ditimbulkannya . Pemakaian ter dan tetes sebagai bahan perekat akan
menghasilkan briket bioarang yang mempunyai kekuatan tinggi tetapi bila dibakar
asap yang ditimbulkan cukup banyak (Setyono HS, 2004). Briket bioarang jenis ini
kurang baik bila dikonsumsi untuk keperluan rumah tangga. Briket jenis ini bisa
digunakan sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga.
11
Bahan perekat dan bahan tambah/campuran yang mempunyai nilai karbon,
kadar zat terbang dan kadar minyak akan mempengaruhi produk briket bioarang
yang dihasilkan.
Pada pengepresan jarak pagar ini ada yang melakukan pengepresan dengan
cangkangnya dan ada yang sudah dikupas cangkangnya, tetapi yang lebih
sederhana dan lebih cepat tanpa dikupas cangkangnya. Pada pengepresan
dengan cangkangnya, ampas/bungkilnya masih bercampur dengan butiran
cangkang sehingga nilai carbon dan charcolnya lebih banyak dan sisa
kandungan minyak sekitar 5% yang tertinggal pada ampas.
Ampas jarak pagar yang sudah dihancurkan dan tanpa diarangkan sehingga
karakteristik yang terkandung dalam ampas jarak pagar masih utuh, kalau
dicampurkan pada bioarang limbah kayu jati dalam pembuatan briket
bioarang akan memberikan nilai tambah dari segi kadar karbon, nilai kal or,
titik bakar, kemudahan dalam penyalaan dan kadar abu ( Rahmat Darmawan,
2007). Emirusalina (1997) dalam penelitiannya menyatakan semakin berat
sampel yang dihasilkan, semakin tinggi kerapatannya dan tergantung dari
pengempaan yang diberikan. Semakin besar tekanan pengempaan, kerapatan
bahan semakin tinggi.
3. Peralatan Pengolah Briket Sampah
Untuk mengolah sampah organik menjadi bahan bakar padat diperlukan
peralatan utama sebagai berikut :
a. Alat Pengarangan
Alat pengarangan berfungsi untuk merubah sampah organik menjadi arang.
Banyak cara untuk merubah sampah menjadi arang, salah satunya adalah
dengan prinsip pirolisis atau pembakaran terkendali.Alat untuk pirolisis ada
yang model pembakaran luar dengan memanaskan sampah di dalam alat
pirolisis ada juga yang menggunakan model pembakaran dalam tanpa bahan
bakar.
b. Alat penghancur
Alat pencampur berfungsi untuk menghaluskan bioarang hasil pirolisis
sehingga bisa lebih halus dan homogen. Alat pencampur menggunakan
lumbang dan alu, yang terbuat dari kayu dan dapat diubuat oleh siswa jurusan
12
teknik bangunan.
c. Alat pencampur
Alat pecampur berfungsi untuk mencampur bahan baku bioarang yang sudah
halus dan homogen dengan bahan perekat sehingga pada saat dicetak dapat
menyatu dan tidak mudah hancur.
d. Alat Pencetak/Pres
Alat pencetak berfungsi untuk mengepres dan mencetak bahan baku yang sudah
dicaampur dengan memberikan tekanan tertentu sehingga bahan baku tersebut
dapat terbentuk sesuai dengan bentuk alat cetak dan padat mempunyai
dentitas/tingkat kepadatan tertentu. Alat pengepres/pencetak dibuat dengan
bahan dasar plat baja, baja bulat dan penekan dongkrak hidrolik kapasitas 2 ton
e. Kompor biomasa
Kompor ini didesain khusus dengan bahan bakar briket bioarang yang dapat
dibuat oleh siswa jurusan mesin terintgrasi pada mata pelajaran produktif .
13
f. Bahan Pembuatan
Bahan utama pembuatan peralatan pengolah sampah meliputi :
- Bahan untuk desain : Kertas, alat tulis dan peralatan gambar.
- Bahan pembuatan peralatan meliputi:
1) Drum oli kapasitas 2 liter dan 50 liter
2) Plat baja tebal 2 cm
3) Plat baja tebal 1 cm
4) Pipa peralon (pipa ledeng diamter 4 inch dan 1 inch)
5) Baja bulat pejal diameter 2 inch
6) Plat Baja siku
7) Dongkrak hidrolik kapasitas 2 ton
8) Manometer
9) Termometer/Termokopel
10) Cat
11) Bahan las karbit dan las listrik
12) Kawat kasa
13) Elektrode las/bahan las karbit

g. Peralatan Pembuatan
Peralatan ini meliputi peralatan yang dipakai untuk mendesain dan membuat
perlatan pengolah sampah, meliputi:
1) Peralatan gambar
2) Peralatan pembuatan alat meliputi: mesin potong plat, mesin las, alat
pelengkung pipa, dan peralatan tangan, seperti palu besi, gunting dll

h. Proses Pembuatan
Secara garis besar jalannya proses pembuatan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Penentuan topik pengembangan:
a) Dalam pengembangan ini mengambil topik perlatan pengolah sampah
organik untuk SMP.
b) Penyiapan alat dan bahan yang dipakai untuk proses pembuatan
c) Desain rancangan proses pembuatan
14
d) Pembuatan model pengembangan
e) Pembuatan peralatan pengolah sampah (Kiln Metal,
Mesin pres/pencetak, kompor biomassa)
f) Penggunaan nyata peralatan untuk mengolah sampah di SMPN 7 Bima

F. Penggunaan
Dalam hal ini alat yang dirancang merupakan alat utama dalam pengolahan
sampah untuk mengolah sampah organik menjadi bahan bakar padat (briket
bioarang) dan asap cair (yang dapat digubakan sebagai pengusir serangga yang
menyerang tanaman). Alat yang dirancang meliputi: Kiln Metal (alat pengarangan),
alat pengepres/pencetak briket dan kompor biomassa sebagai alat uji
coba penggunaan briket bioarang. Hasil perancangan alatnya adalah sebagai
berikut:
1. Alat Pirolisis Sampah (Kiln Metal)
2. Alat pengepres/pencetak briket
3. Kompor bio massa
Hasil Uji coba peralaatan dan hasil uji laboratorium briket sampah
Setelah peralatan jadi, kemudian diuji coba untuk mengolah sampah organik dalam
hal ini sebagai bahan baku adalah serbuk/tatal kayu dan dicampur dengan
bungkil ampas jarak pagar limbah produksi biodisel. Ini dengan dasar
pertimbangan di SMP Negeri 1 Bima mempunyai program Keunggulan Lokal
Pengolahan biji jarak menjadi biodisel, sehingga sampah/limbahnya perlu
dioptimalkan. Dalam pembuatan briket bioarang hasilnya harus memenuhi kualitas
yang ditentukan dan fungsi atau tujuan penggunaannya, misalnya untuk keperluan
industri, atau bahan bakar untuk keperluan rumah tangga.
Kualitas briket biorang dengan bahan utama kayu menurut SNI (2000) adalah
sebagai berikut :
15

Hasil analisisnya sebagai berikut :


1. Arang hasil pirolisis
Besarnya nilai rendemen arang tatal jati hasil pirolisis sebesar 31,93%.
Menurut Hartoyo dkk (1978) rendemen arang kayu di Indonesia berkisar antara
21,1% - 40,8%. Rendemen arang yang diperoleh dari hasil karbonisasi limbah
kayu jati sisa proses pengetaman dengan ketam mesin(tatal jati) sebesar 31,93
%, cocok sebagai bahan baku pembuatan briket bioarang.

2. Briket bioarang
a. Kadar Karbon Terikat Briket Bioarang
Kadar karbon terikat adalah fraksi karbon (C) yang terikat didalam arang
selain selain fraksi air, volatile matter dan abu.
b. Nilai Kalor Briket Bioarang
Nilai kalor adalah besarnya jumlah panas yang dihasilkan oleh suatu bahan
per satuan berat bahan setelah mengalami proses pembakaran sempurna.
Proses pembakaran yang sempurna akan menghasilkan jumlah kalor yang
tinggi.
c. Kadar Air Briket Bioarang
Dari hasil uji lab kadar air briket bioarang yang dilakukan di Lab Che -
Mix Pratama diperoleh hasil dengan kadar air antara 4 sd 7 persen.
d. Kadar Abu Briket Bioarang

G. Kesimpulan Dan Saran


1. Kesimpulan
Dari hasil pengembangan dapat ditarik kesimpulan antara lain :
a. Hasil rancangan alat pengolah sampah organik menjadi bahan bakar padat
dalam bentuk briket sampah (bioarang) yang berupa alat kiln metal dan alat
pres/cetak briket dapat dipakai untuk mengolah sampah organik menjadi
briket bioarang dan hasil uji coba memenuhi standar briket, sehingga layak
untuk dipakai sebagai alat untuk praktek mata pelajaran IPA SMP.
16
b. Kualitas briket biorang dengan bahan baku tatal jati yang dicampur
sebanyak minimal 30 % ampas jarak pagar dari segi nilai kalor dan kadar air
memenuhi standart SNI, kadar abunya memenuhi syarat kualitas briket Amerika.
Briket ini layak sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga, untuk
mengganti minyak tanah.

B. Saran
Perlu adanya pengembangan lanjutan pemanfaatan asap dari proses
pengarangan (pirolisis) sehingga asapnya tidak mencemari lingkungan.
17
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, 1991, Energi dan Listrik Pertanian, Fapeta, IPB Bogor


Emirusalina, R., 1997, Carbonizing Briket Kayu Jati Sebagia Bahan Bakar
Alternatif Dengan Proses Kiln Metal, ITN Malang.
Hambali,E.,dkk., 2006, “Jarak Pagar : Tanaman Penghasil Biodisel”, Penebar
Swadaya, Jakarta.
Hartoyo, 1976, “Rendemen dan Sifat Arang Beberapa Jenis Kayu”, Lembaga
Penelitian Hasil Hutan, Bogor
Hartoyo dan Nurhayati, S., 1976, “ Pengaruh Berat Jenis Kayu Daun Lebar
Terhadap Sifat Arang,” Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor
Hartoyo dan Rohadi, 1978, “Percobaan Pembuatan Briket bioarang dari Lima
Jenis Kayu”, Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor.
Hendra,D.,dan Pari,G., 2000, “Penyempurnaan Teknologi Pengolahan Arang”
Laporan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Hasil Hutan, Bogor.
18
LAMPIRAN 1
Gambar Kegiatan Pembuatan dan Penggunaan

Anda mungkin juga menyukai