DAFTAR ISI..............................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................................2
C. JUTUAN PENULISAN........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
I. KONSEP HIV/AIDS PADA IBU HAMIL/PEREMPUAN
A. Pengertian...........................................................................................................................4
B. Etiologi..............................................................................................................................5
C. Manifestasi Klinis.............................................................................................................6
D. Patofisiologi.......................................................................................................................7
E. Penularan HIV dari Ibu ke Bayinya..................................................................................7
F. Faktor Resiko..................................................................................................................10
G. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................11
H. Penatalaksanaan...............................................................................................................12
I. Pencegahan.....................................................................................................................13
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HIV/AIDS PADA IBU
HAMIL
A. Pengkajian........................................................................................................................15
B. Diagnose keperawatan.....................................................................................................16
C. Perencanaan.....................................................................................................................16
D. Evaluasi...........................................................................................................................21
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN....................................................................................................23
B. SARAN.................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................24
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana.
Harapan kami Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca untuk mengetahui informasi tentang
penyakit HIV/AIDS pada ibu hamil/perempuan sehingga kami dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Konsep HIV/IADS pada ibu hamil/perempuan
a. Apa yang dimaksud HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil?
b. Apa penyebab HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil?
c. Sebutkan menifestasi klinis HIV/AID pada perempuan/ibu hamil?
d. Bagaimana patofisiologi HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil?
e. Bagaimana cara penularan HIV/AIDS?
f. Apa faktor risiko HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil?
g. Sebutkan pemeriksaan penunjang HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil?
h. Sebutkan penatalaksanaan HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil?
i. Bagaimana pencegahan HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil?
j. Bagaimana sikap dan pertolongan persalinan pada perempuan/ibu hamil?
2. Konsep asuhan keperawatan pada klien HIV/AIDS pada ibu hamil/perempuan
a. Bagaimana asuhan keperawatan HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil?
k. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui penyakit HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil dan untuk
mengetahui Asuhan Keperawatan HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil
b. Untuk mengetahui penyebab/etiologi HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil
c. Untuk mengetahui menifestasi klinis HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil
d. Untuk mengetahui patofisiologi HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil
e. Untuk mengetahui cara penularan HIV/AIDS
f. Untuk mengetahui factor risiko HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil
h. Untuk mengetahui penatalaksaan HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil
i. Untuk mengetahui pencegahan HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil
j. Untuk mengetahui sikap dan pertolongan persalinan
k. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan HIV/AIDS pada perempuan/ibu hamil
BAB II
PEMBAHASAN
B. Etiologi
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut
Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh
Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama
Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada
tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional pada
tahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV.
Muman Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam
bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau
melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T,
karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel
Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap
hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh
pengidap HIV selalu dianggap infeksius yang setiap saat dapat aktif dan dapat
ditularkan selama hidup penderita tersebut..
Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan
bagian selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian
RNA (Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis prosein.
Bagian selubung terdiri atas lipid dan glikoprotein. Karena bagian luar virus (lemak)
tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh
lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan dengan
berbagai disinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan sebagainya,
tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet.
Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah mati diluar
tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan
otak.
Penularan virus HIV/AIDS terjadi karena beberapa hal, di antaranya ;
1. Penularan melalui darah, penularan melalui hubungan seks (pelecehan seksual).
2. Hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan.
3. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian memakai alat
suntik.
4. Individu yang terpajan ke semen atau cairan vagina sewaktu berhubungan
kelamin dengan orang yang terinfeksi HIV.
5. Orang yang melakukuan transfusi darah dengan orang yang terinfeksi HIV,
berarti setiap orang yang terpajan darah yang tercemar melalui transfusi atau
jarum suntik yang terkontaminasi.
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang tampak dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Manifestasi Klinis Mayor
a. Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan.
b. Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus.
c. Kehilangan napsu makan.
d. Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 3 tiga bulan.
e. Berkeringat.
2. Manifestasi Klinis Minor
a. Batuk kronis
b. Infeksi pada mulut dan jamur disebabkan karena jamur Candida Albicans
c. Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh
d. Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal di seluruh
tubuh
D. Patofisiologi
Kehamilan merupakan usia yang rawan tertular HIV-AIDS. Penularan HIV-
AIDS pada wanita hamil terjadi melalui hubungan seksual dengan suaminya yang
sudah terinfeksi HIV. Pada negara berkembang istri tidak berani mengatur kehidupan
seksual suaminya di luar rumah. Kondisi ini dipengaruhi oleh sosial dan ekonomi
wanita yang masih rendah, dan isteri sangat percaya bahwa suaminya setia, dan lagi
pula masalah seksual masih dianggap tabu untuk dibicarakan.
Virus HIV tergolong retrovirus, yang merupakan standar RNA, tunggal
terbungkus. Bila memasuki tubuh, virus akan melekat pada reseptor CD4 sel
terinfeksi. Kemudian virus mempergunakan enzim reverse transcriptase, yang
mampu membentuk DNA ganda. Standar DNA ganda ini mampu masuk sirkulasi sel
menuju intinya dan bersatu dengan DNA inti sel yang asli. DNA virus dapat
membentuk RNA yang terinfeksi dan RNA yang akan membawa tanda (berita)
sehingga dapat membentuk protein.
Pertumbuhan virus HIV terbatas pada limfosit, monosit, makrofag, dan
sumber pembentuk sum-sum tulang tertentu. Secara intraseluler, virus dapat
memecah diri sehingga setelah selnya hancur dapat dikeluarkan virus HIV baru yang
akan menyerang sel lainnya. Bentuk virus HIV selalu berubah-ubah, sesuai dengan
sel yang diserangnya sehingga sulit untuk membuat antibody atau antigen agar
mampu membuat vaksinnya. Oleh karena itu, obatnya masih sulit untuk dibuat
sampai saat ini.
F. Faktor Resiko
Semula diperkirakan factor risiko infeksi HIV hanya homoseksual, dan
pengguna narkoba yang menggunakan suntikan terinfeksi, tetapi jumlahnya semakin
besar. Infeksi HIV terutama menyerang sel T limfosit dan system saraf pusat. Cara
masuknya ke dalam sel mulai dengan ikatan reseptornya pada sel lomfosit dan diikuti
rusaknya inti kemudian memecahkan dirinya menjadi beberapa virus HIV. Secara
berabtai, virus HIV kembali akan menyerang sel lomfosit CD4 sehingga akhirnya
terjadi penurunan daya tahan tubuh secara menyeluruh dan disebut acquired
immunodefeciency syndrome (AIDS).
Kelompok orang yang berisiko tinggi terinfeksi Virus HIV sebagai berikut :
1. Janin dengan ibu yang terjangkit HIV
2. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian memakai alat
suntik.
3. Pekerja seks komersial
4. Pasangan yang heteroseks dengan adanya penyakit kelamin
G. Pemeriksaan Penunjang
Tes-tes saat ini tidak membedakan antara antibody ibu/bayi, dan bayi dapat
menunjukkan tes negatif pada usia 9 sampai 15 bulan. Penelitian mencoba
mengembangkan prosedur siap pakai yang tidak mahal untuk membedakan respons
antibody bayi dan ibu.
1. Pemeriksaan histologis, sitologis urin , hitung darah lengkap, feces, cairan
spina, luka, sputum, dan sekresi.
2. Tes neurologis: EEG, MRI, CT Scan otak, EMG.
3. Tes lainnya: sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari
PCV tahap lanjut atau adanya komplikasi lain; tes fungsi pulmonal untuk deteksi
awal pneumonia interstisial; Scan gallium; biopsy; branskokopi.
4. Tes Antibodi
a. Tes ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay), untuk menunjukkan bahwa
seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV.
b. Western blot asay/ Indirect Fluorescent Antibody (IFA), untuk mengenali
antibodi HIV dan memastikan seropositifitas HIV.
c. Indirect immunoflouresence, sebagai pengganti pemerikasaan western blot
untuk memastikan seropositifitas.
d. Radio immuno precipitation assay, mendeteksi protein pada antibodi.
e. Pendeteksian HIV.
Dilakukan dengan pemeriksaan P24 antigen capture assay dengan kadar yang
sangat rendah. Bisa juga dengan pemerikasaan kultur HIV atau kultur plasma
kuantitatif untuk mengevaluasi efek anti virus, dan pemeriksaan viremia plasma
untuk mengukur beban virus (viral burden).
Antibody yang ditimbulkan oleh infeksi HIV terjadi sejak infeksi berusia 2-3
bulan. Antibody ini akan masuk melalui plasenta menuju janin.Infeksi langsung pada
janin mulai sejak usia 13 minggu dengan mekanisme yang tidak diketahui. Infeksi ini
disebut sebagai infeksi vertical karena berlangsung semasih intrauterin. Cara infeksi
lainnya pada bayi adalah saat pertolongan persalinan karena melalui jalan lahir
dengan cairannya yang penuh dengan virus HIV.
H. Penatalaksanaan
Pengalaman program yang signifikan dan bukti riset tentang HIV dan
pemberian makanan untuk bayi telah dikumpulkan sejak rekomendasi WHO untuk
pemberian makanan bayi dalam konteks HIV terakhir kali direvisi pada tahun 2006.
Secara khusus, telah dilaporkan bahwa antiretroviral (ARV) intervensi baik ibu yang
terinfeksi HIV atau janin yang terpapar HIVsecara signifikan dapat mengurangi
risiko penularan HIV pasca kelahiran melalui menyusui. Bukti ini memiliki implikasi
besar untuk bagaimana perempuan yang hidup dengan HIV mungkin dapat memberi
makan bayi mereka, dan bagaimana para pekerja kesehatan harus nasihati ibu-ibu ini.
Bersama-sama, intervensi ASI dan ARV memiliki potensi secara signifikan untuk
meningkatkan peluang bayi bertahan hidup sambil tetap tidak terinfeksi HIV.
Dimana otoritas nasional mempromosikan pemberian ASI dan ARV, ibu yang
diketahui terinfeksi HIV sekarang direkomendasikan untuk menyusui bayi mereka
setidaknya sampai usia 12 bulan. Rekomendasi bahwa makanan pengganti tidak
boleh digunakan kecuali jika dapat diterima, layak, terjangkau, berkelanjutan dan
aman (AFASS).
Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load rendah sehingga jumlah
virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV.
Obat yang bisa dipilih untuk negara berkembang adalah Nevirapine, pada saat ibu
saat persalinan diberikan 200mg dosis tunggal, sedangka bayi bisa diberikan
2mg/kgBB/72 jam pertama setelah lahir dosis tunggal. Obat lain yang bisa dipilih
adalah AZT yang diberikan mulai kehamilan 36 minggu 2x300mg/hari dan 300mg
setiap jam selama persalinan berlangsung.
Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi, apabila terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) maka terapinya yaitu :
1. Pengendalian infeksi oportunistik. Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan
pemulihan infeksi opurtuniti, nosokomial atau sepsis, tindakan ini harus di
pertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan yang kritis.
2. Terapi AZT (Azidotimidin). Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan
menghambat enzim pembalik transcriptase.
3. Terapi antiviral baru. Untuk meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada proses
nya. Obat- obat ini adalah : didanosina, ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD4
dapat larut.
4. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron.
5. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat
replikasi HIV.
6. Rehabilitas. Bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis, membantu
mengubah perilaku risiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak berisiko,
mengingatkan cara hidup sehat dan mempertahankan kondisi tubuh sehat.
7. Pendidikan. Untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang
sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.
Edukasi ini juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana menghadapi
kenyataan ketika anak mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.
I. Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga cara,
dan bisa dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan setelah
persalinan. Cara tersebut yaitu:
1. Penggunaan obat Antiretroviral selama kehamilan, saat persalinan dan untuk
bayi yang baru dilahirkan.
Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load menjadi lebih rendah sehingga
jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan
HIV. Satu tablet nevirapine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian satu tablet
lagi diberi pada bayi 2–3 hari setelah lahir. Menggabungkan nevirapine dan AZT
selama persalinan mengurangi penularan menjadi hanya 2 persen.
2. Penanganan obstetrik selama persalinan
Persalinan sebaiknya dipilih dengan menggunakan metode Sectio caesaria karena
metode ini terbukti mengurangi resiko penularan HIV dari ibu ke bayi sampai 80%.
Apabila pembedahan ini disertai dengan penggunaan terapi antiretroviral, maka
resiko dapat diturunkan sampai 87%. Walaupun demikian, pembedahan ini juga
mempunyai resiko karena kondisi imunitas ibu yang rendah yang bisa memperlambat
penyembuhan luka. Oleh karena itu, persalinan per vagina atau sectio caesaria harus
dipertimbangkan sesuai kondisi gizi, keuangan, dan faktor lain.
3. Penatalaksanaan selama menyusui
Pemberian susu formula sebagai pengganti ASI sangat dianjurkan untuk bayi dengan
ibu yang positif HIV. Karena sesuai dengan hasil penelitian, didapatkan bahwa ± 14
% bayi terinfeksi HIV melalui ASI yang terinfeksi.
B. Dignosa Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola
hidup yang beresiko.
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pengeluaran
yang berlebihan ( muntah dan diare berat ).
3. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan inflamasi, kejang abdomen dan infeksi.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan HIV dan AIDS (perjalanan, penyebaran
penyakit, efek jangka panjang pada wanita dan janin.
C. Perencanaan
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup
yang beresiko.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : Mengidentifikasi/ikut serta dalam perilaku yang mengurangi resiko
infeksi, tidak demam dan bebas dari pengeluaran/sekresi purulen dan tanda-tanda lain
dari kondisi infeksi.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Mengurangi resiko kontaminasi silang.
1. pasien dan orang terdekat
sebelum dan sesudah seluruh
kontak perawatan dilakukan.
2. Berikan lingkungan bersih dan Mengurangi patogen pada system
berventilasi. imun.
3. Pantau TTV, terutama suhu. Peningkatan suhu secara berulang-
ulang dari demam yang terjadi untuk
menunjukkan bahwa tubuh bereaksi
pada proses infeksi.
4. Selidiki keluhan sakit kepala, Ketidak normalan neurologis umum
kaku leher, perubahan penglihatan. dan mungkin di hubungkan dengan
HIV ataupun infeksi sekunder.
5. Bersihkan kuku setiap hari. Mengurangi resiko tranmisi bakteri
Dikikir lebih baik daripada pathogen melalui kulit.
dipotong dan hindari memotong
kutikula.
6. Periksa adanya luka/lokasi alat Identifikasi/perawatan awal dari
invasif, perhatikan tanda-tanda infeksi sekunder dapat mencegah
inflamasi/infeksi local. terjadinya sepsis.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Kaji kemampuan mengunyah, lesi mulut, tenggorokan, dan
merasakan, dan menelan. esophagus dapat menyebabkan
disfagia (penurunan kemampuan
mengolah makanan dan mengurangi
keinginan untuk makan).
2. Aukultasi bising usus. Hipermotilitas saluran intestinal umum
terjadi dan di hubungkan dengan
muntah dan diare, yang mempengaruhi
pilihan diet.
3. Timbanng berat badan sesuai Indicator kebutuhan nutrisi/pemasukan
kebutuhan. yang adekuat.
4. Berikan perawatan mulut yang Mengurangi ketidaknyamanan yang
terus menerus, awasi tindakan berhubungan dengan mual/mual, lesi
pencegahan sekresi. Hindari obat oral, penegeringan mukosa, dan
kumur yang mengandung alcohol. halitosis. Mulut yang bersih akan
meningkatkan napsu makan.
5. Kaji obat-obatan tehadap efek profilaktik dan obat-obatan terapeutik
samping nutrisi. mungkin memiliki efeksamping,
misalnya AZT (pengubah rasa,
mual/muntah).
6. Dorong aktivitas fisik sebanyak Dapat meningkatkan napsu makan dan
mungkin. rasa sehat.
7. Dorong pasien duduk pada saat Mempermudah proses menelan dan
makan. mengurangi resiko aspirasi.
Kolaborasi
8. Tinjau ulang pemeriksaan Mengindikasikan status nutrisi dan
laboratorium. Misalnya glukosa, fungsi organ, dan mengidentifikasi
protein dan albumin. kebutuhan pengganti.
9. Pasang/pertahankan selang NGT Mungkin diperlukan unntuk
sesuai petunjuk. mengurangi mual/muntah atau untuk
pemberian makan per selang.
10. Konsultasikan dengan tim Menyediakan diet berdasarkan
pendukung ahli diet/gizi. kebutuhan individu dengan rute yang
tepat.
11. Berikan obat-obatan sesuai
petujuk, misal:
Suplemen makanan.
Kekurangan vitamin terjadi akibat
Antiemetik (metoklopramid) penurunan pemasukan makanan.
Menguraningi insiden muntah,
meningkatkan fungi gaster.
D. Evaluasi
Evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat di lihat dengan jalan membandingkan antara
proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan
dapat di lihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam
kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang
telah di rumuskan sebelumnya.
Setelah dilakukann tindakan keperawatan di harapakan pasien :
1. Dx 1 : Mengidentifikasi/ikut serta dalam perilaku yang mengurangi resiko infeksi,
tidak demam dan bebas dari pengeluaran/sekresi purulen dan tanda-tanda lain dari
kondisi infeksi.
2. Dx 2 : Mempertahankan berat badan atau memperlihatkan peningkatan berat badan
dan mendemonstrasikan keseimbangan nitrogen positif, bebas dari malnutrisi dan
menunjukkan perbaikan tingkat energi.
3. Dx 3 : Hilangnya/terkontrolnya rasa sakit, menunjukkan posisi/ekspresi wajah
rileks.
4. Dx 4 : Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/proses penyakit dan tindakan,
melakukan perubahan gaya hidup yang sesuai dan berpartisipasi dalam aturan
perawatan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita, namun
kehamilan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin terutama pada
kehamilan trimester pertama. Wanita hamil trimester pertama pada umumnya
mengalami mua, muntah, nafsu makan berkurang dan kelelahan. Menurunnya kondisi
wanita hamil cenderung memperberat kondisi klinis wanita dengan penyakit infeksi
antara lain infeksi HIV-AIDS.
HIV/AIDS adalah topic yang sangat sensitive dan lebih banyak sehingga
banyak penelitian melibatka anak-anak yang rentan untuk terjangkit HIV. Setiap
usaha dilakukan untuk memastikan bahwa keluarga akan merasa baik.
AIDS (acquired immunodeficiency syndrome), yaitu kondisi hilangnya
kekebalan tubuh sehingga member kesempatan berkembangnya berbegai bentuk
infeksi dan keganasan, kemunduran kemampuan intelektual, dan penyakit lainnya.
Dengan hilangnya semua kekebalan tubuh manusia pada AIDS, tubuh seolah-olah
menjadi tempat pembenihan bakteri, protozoa, jamur serta terjadi degenerasi ganas.
B. SARAN
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan
saran sangat diharapkan untuk pengerjaan makalah berikutnya yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA