Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam dunia konstruksi, perkembangan penggunaan material selalu


menunjukkan tren positif dengan pesat. Di awal, dunia konstruksi sangat
bergantung pada material kayu sebagai penyusun utama. Karakterisitik kayu yang
memiliki berat jenis rendah ini memiliki kekuatan tinggi dan pengaruh dari cuaca
sangat rendah. Namun, ketersediaan kayu yang tidak dapat diperbaharui
mengharuskan adanya alih teknologi material. Di periode berikutnya hingga saat
ini, material beton menjadi material andalan dikarenakan lebih mudah dibentuk
sesuai kebutuhan, kekuatan tekan yang tinggi, serta harga yang relatif murah untuk
gedung atau bangunan jenis lain. Sayangnya, material ini mulai tidak efisien ketika
struktur rencana adalah bangunan tinggi, semisal pencakar langit. Dan akhirnya,
muncul material baja fabrikasi yang lebih efisien dari segi pengadaan dan
pemasangan.

Material baja adalah logam campuran yang terdiri dari besi (Fe) dan karbon
(C) dimana susunan ini beda dengan material aluminium (Al), besi (Fe), dan
titanium (Ti) yang merupakan unsur logam murni. Komposisi material baja sendiri
dominan oleh senyawa besi daripada karbon yang hanya berkisar 0,2% sampai
dengan 2% total keseluruhan penyusun baja. Penambahan karbon sendiri berfungsi
untuk meningkatkan kualitas baja dalam kekuatan Tarik (tensile strength) dan
kekerasan (hardness). Salah satu sifat baja adalah kekakuannya yang mampu
menahan berbagai model pembebanan struktur. Sifat ini sangat tergantung kepada
proses fabrikasi.

Selama periode pengenalan baja structural sebagai bahan bangunan hingga


tahun 1960, baja yang digunakan adalah standar ASTM (American Society of
Testing and Material). Hingga saat ini, banyaknya model baja yang tersedia
memungkinkan perencana menaikkan kekuatan bahan pada daerah tegangan yang
besar sebagai alternatif daripada memperbesar dimensi batang baja. Baja sendiri
memiliki kemampuan dilas yang lebih baik, dan beberapa dari itu cocok untuk
tangki tekanan (pressure vessel), baik pada suhu di atas maupun di bawah suhu
kamar. Selain itu, efisiensi dalam mobilisasi material, ramah lingkungan, dapat
digunakan kembali, dan pemasangan serta pembongkaran menambah nilai lebih
dari struktur baja tersebut.

Sebagai salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Struktur Bangunan Baja, maka
disusunlah Tugas Besar Stuktur Bangunan Baja ini dengan rancangan-rancangan
yang telah ditentukan sebelumnya sebagai data perencanaan. Sehingga Tugas Besar
ini selain sebagai syarat kelulusan mata kuliah, penulis juga memahami tentang
perencanaan struktur baja. Oleh karena itu, perencanaan kali ini menggunakan
model struktur baja sebagai model utama, khususnya pada perencanan gudang
untuk menjunjung efisiensi pelaksanaan konstruksi.

1.2. Tujuan
Berikut adalah tujuan perencanaan struktur gudang menggunakan
material baja yang terlampir di bawah ini :
a. Mengetahui perancangan sttuktur bangunan baja
b. Mengetahui perencanaan, analisis dan perhitungan kekuatan bangunan
baja
c. Mampu merencanakan dan menganalisis struktur bangunan gudang
1.3. Referensi
Dalam merencanakan struktur bangunan gudang, diperlukan
sejumlah referensi yang menunjang tujuan perencanaan, antara lain :
- SNI 03-1729-2015 tentang Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja
Struktural
- SNI 03-1727-2013 tentang Beban Minimum untuk Perancangan
Bangunan Gedung dan Struktur Lain
- Buku Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD (berdasarkan
SNI 03-1729-2013) karangan Agus Setiawan
- Buku Structural Steel Design Fifth Edition karangan Jack C.
McCormack dan Stephen F. Csernan
- Buku Tabel Profil Konstruksi Baja karangan Ir. Rudy Gunawan dengan
petunjuk Ir. Morisco
- Buku Teknik Sipil karya Sunggono
1.4. Metodologi
Perencanaan Struktur Gudang ini dilakukan dengan metode-metode yang
terlampir pada Gambar 1.1. di bawah ini :

Mulai

Pengumpulan bahan dan data

Preliminary Design Struktur

Input Pembebanan pada struktur :

Beban mati, beban hidup, beban angin,


Not OK

Analisa Struktur

Kesimpulan

Selesai

Gambar 1.1. Flowchart Perencanaan Struktur Gudang

Dan penjelasan terkait Gambar 1.1 akan dijelaskan di bawah ini :


1. Pengumpulan bahan dan data , yaitu menghimpun informasi yang berkaitan
dengan perencanaan seperti jenis material baja, konfigurasi, dan lainnya.
2. Preliminary Design Struktur yaitu merencanakan dimensi yang akan
digunakan dalam struktur gudang
3. Input pembebanan Struktur dilakukan sebagai uji kekuatan struktur yang
selanjutnya akan dianalisis
4. Analisis Struktur berfungsi untuk mendapatkan data hasil uji
5. Kesimpulan berisi data-data analisis serta mengeluarkan hasil studi terkait
kelayakan pembangunan struktur gudang.
BAB II

PRELIMINARY DESIGN STRUKTUR

2.1. Model Struktur

Permodelan Struktur Gudang dapat dilihat pada gambar yang terlampir di


bawah ini :

Gambar 2.1. Tampak Depan Struktur Gudang

Gambar 2.2. Tampak Belakang Struktur Gudang


Gambar 2.3. Tampak Tiga Dimensi Struktur Gudang

2.2. Material Baja

Perencanaan Struktur Gudang pada Tugas Besar Struktur Bangunan Baja


menggunakan material baja yang telah ditetapkan dengan rincian sebagai berikut :

1. Spesifikasi Material
a. Jenis Atap : Seng
b. Jarak Gording (Max) : 1,3 meter
c. Mutu Baja : BJ 37
d. Mutu Baut : fy-400
2. Spesifikasi Struktur
a. H1 : 4 meter
b. H2 : 4 meter
c. A : 5 meter
d. A1 : 4 meter
e. A2 : 4 meter
f. Kemiringan Atap : 30°
3. Data Tambahan
a. Kecepatan Angin : 22 m/s
b. Fungsi Bangunan : Gudang
c. Lokasi Bangunan : Provinsi DKI Jakarta

2.3. Profil Baja


Perencanaan yang tepat harus memerhitungkan aspek penggunaan baja, yaitu
profil yang akan digunakan. Struktur Bangunan Gudang ini direncanakan
menggunakan profil yang umumnya tersedia di pasaran material. Dalam
perencanaan, penggunaan banyak macam profil akan memperbesar peluang untuk
mendapatkan profil yang ideal sebagai elemen struktur. Berikut adalah rincian
profil yang akan digunakan pada perencanaan struktur :

1. Profil Web-Flange (WF)

Gambar 2.4. Profil WF

Profil WF atau yang umumnya disebut I-beam digunakan sebagai


balok, kolom, tiang pancang, top & bottom chord member pada truss,
composite beam, kantilever kanopi rencana pada bangunan baja Dalam
merencanakan struktur, digunakan dimensi profil yang terlampir pada Tabel
2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1. Profil WF pada Struktur Gudang


Berat b h A
Profil tw tf r Ix Iy rx ry Sx Sy
(kg/m) (mm) (mm) (cm2)

400 x 2 2
172 400 400 216.7 13 55600 22400 17.5 10.1 3330 1120
400 1 2
400 x 1 1
66 200 400 84.12 8 23700 1740 16.8 4.54 1190 174
200 3 6
350 x 1 2
136 350 350 173,9 12 40300 13600 15.2 9.94 2300 776
350 9 0
350 x 1 2
79.7 250 340 101.5 9 21700 3650 14.6 6 1280 292
250 4 0
350 x 1 1
49.6 175 350 53.14 7 13600 984 14,7 3,95 75 112
175 1 4
300 x 1 1
94,0 300 300 119,8 10 20400 6750 13.1 7.51 1270 417
300 5 8
300 x 1 1
56.8 294 200 72.38 8 11300 1600 12.5 4.71 771 160
200 2 8
300 x 1
38.7 300 150 46.78 6.5 9 7210 508 12.4 3.29 481 67.7
150 3
250 x 1 1
72.4 250 250 92.18 9 10800 3650 10.8 6.29 887 292
250 4 6
200 x 1
21.3 200 100 27.16 5.5 8 1840 134 8.24 2.22 184 25.8
100 1

Sumber : Tabel Profil Sunggono, 1988


2. Profil Kanal U (UNP)

Gambar 2.5. Profil UNP

Profil yang biasa disingkat UNP ini digunakan untuk purlin (balok
dudukan penutup atap), girts (elemen yang memegang penutup dinding),
member pada truss, dan rangka arsitektural. Dalam merencanakan struktur,
digunakan dimensi profil yang terlampir pada Tabel 2.2 di bawah ini:
Tabel 2.2. Profil U pada Struktur Gudang

Sumber : Tabel Profil Sunggono, 1988.

3. Profil Tees Structure (T-Beam)

Gambar 2.6. Profil T-Beam

Profil ini merupakan struktur load-bearing logam dimana bagian atas


T penampang berfungsi untuk melawan tegangan tekan dan bagian bawah
untuk melawan tegangan Tarik. Penggunaannya sendiri adalah untuk balok
lantai, balok kantilever. Dalam merencanakan struktur, digunakan dimensi
profil yang terlampir pada Tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.3. Profil T pada Struktur Gudang


Bera
b h A
t
Profil (m (m (cm tw tf r Ix Iy rx ry Sx Sy
(kg/
m) m) 2)
m)
400 x 109. 24 112 4.7 10. 14 56
95.8 200 400 13 21 22
400 3 80 00 5 1 7 0
400 x 42.0 14 5.7 4.5 88. 86.
33 200 200 8 13 18 888
200 6 00 5 3 5 8
350 x 89.9 15 679 4,1 89 10 38
88.2 175 350 12 19 20
350 4 20 0 8 4 4 9
350 x 50.7 10 183 4.4 73. 14
39.8 170 250 9 14 20 6
250 5 20 0 8 1 5
350 x 31.8 81 5.0 3.9 69, 58,
24.8 175 175 7 11 14 493
175 7 5 8 5 3 2
300 x 59,8 79 355 4,0 7,2 62, 23,
47,0 150 300 10 15 18
300 5 8 0 5 6 5 8
300 x 36.1 57 3.9 4.7 48. 50.
28.4 147 200 8 12 18 802
200 9 2 7 1 2 2
300 x 23.2 6. 46 4.4 3.2 33.
18.4 150 150 9 13 264 40
150 9 5 4 5 9 8
250 x 46,0 41 182 2,8 8,2 39, 12
35,2 125 250 9 14 16
250 9 2 0 5 9 5 8
250 x 28,1 28 3,2 4,1 29, 58,
22,1 125 15 7 11 18 482
125 2 9 0 8 1 3
Sumber : Tabel Profil Sunggono, 1988

4. Profil Siku L
Gambar 2.7. Profil Siku

Profil L akan digunakan sebagai gording atap atau sambungan


elemen. Dalam merencanakan struktur, digunakan dimensi profil yang
terlampir pada Tabel 2.4 di bawah ini:

Tabel 2.4. Profil L pada Struktur Gudang

Sumber : Tabel Profil Sunggono, 1988


BAB III

PEMBEBANAN

3.1. Beban Mati

Beban Mati atau Dead Load adalah beban struktur bangunan gudang
itu sendiri yang terdiri dari beban elemen-elemen penyusunnya
yang dalam hal ini merupakan material baja.

Self Weight Multiplier untuk DL ( Dead Load ) diberi nilai 1 yang


berarti bahwa Program SAP2000 akan menghitung berat sendiri struktur
secara otomatis sesuai dengan luas penampang elemen dan data material
yang dipakai.

3.2. Beban Hidup


Beban hidup adalah beban yang besar dan posisinya dapat berubah-
ubah. Beban hidup yang dapat bergerak dengan tenaganya sendiri disebut
beban bergerak, seperti kendaraan, manusia, dan crane. Sedangkan beban
yang dapat dipindahkan antara lain furniture, material dalam gudang, dll.
Jenis beban hidup lain adalah angin, hujan, ledakan, gempa, tekanan tanah,
tekanan air, perubahan temperatur, dan beban yang disebabkan oleh
pelaksanaan konstruksi. Struktur Gudang direncanakan mampu menerima
Beban Hidup dengan spesifikasi beban sebesar 100 kg/m2 pada pelat
struktur dan 100 kg pada joint atap.

3.3. Beban Atap

Beban Atap didefinisikan pada SAP2000 sebagai Beban SiDL


(Super Imposed Dead Load) dimana beban ini merupakan beban mati
tambahan pada struktur utama. Beban Atap sendiri bekerja berdasarkan
luasan Tributary Area (TA) yang ditahan oleh masing-masing gording.
Perhitungan TA adalah sebagai berikut :

Z (tinggi atap) : 4000 mm

X (lebar alas atap) : 15000 mm

15000 2
R (panjang atap) : √40002 + ( ) = 8500 𝑚𝑚
2

N (jumlah bracing) : 13 buah

𝑅 8500 𝑘𝑔
𝑄𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 = 𝑞 × = = 10 × 0,65 = 6,5
𝑛 13 × 1000 𝑚2
𝑅 8500 𝑘𝑔
𝑄𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 = 𝑞 × = = 10 × 0,325 = 3,25
2𝑛 2 × 13 × 1000 𝑚2

3.4. Beban Hujan

Struktur Gudang direncanakan mampu menerima Beban Hujan


dengan spesifikasi sesuai PPIUG 1983 pasal 3.2.2.3, yaitu sebesar 20 kg/m 2.
Dengan sudut kemiringan atap sebesar 30°, maka ditetapkan
𝑞𝑛 = 40 − 0,8𝛼
𝑞𝑛 = 40 − 0,8 𝑥 30
𝑞𝑛 = 40 − 24
𝑞𝑛 = 16kg/m2 ≤ 20 kg/m2, maka digunakan qh = 20 kg/m2

𝑅 8500 𝑘𝑔
𝑄𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 = 𝑞 × = = 20 × 0,65 = 13
𝑛 13 × 1000 𝑚2
𝑅 8500 𝑘𝑔
𝑄𝑒𝑘𝑠𝑡𝑒𝑟𝑖𝑜𝑟 = 𝑞 × = = 20 × 0,325 = 6,5
2𝑛 2 × 13 × 1000 𝑚2

3.5. Beban Angin

Beban Angin adalah semua beban yang terjadi pada gedung atau
bagian tertentu gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan
udara. Beban tersebut bekerja pada bidang tegak lurus tinggi bangunan,
atau sejajar permukaan tanah. Perhitungan beban angin harus dilakukan
pada gedung tinggi untuk mendapatkan data simpangan/drift gedung
dan penulangan geser. Perhitunga tersebut didasarkan pada SNI
1727:2013 tentang Beban Minumum untuk Perancangan Bangunan
Gedung dan struktur lain.

3.5.1. Beban Angin pada Atap

Langkah-langkah perhitungan beban angin atap pada Struktur


Gudang adalah sebagai berikut :

1. Menentukan kecepatan angin dasar (V)


Sesuai perencanaan lokasi gudang, yaitu Provinsi DKI Jakarta,
kategori eksposur berdasarkan kondisi lokasi yang akan
digunakan dalam perhitungan adalah kategori eksposur B.
Sedangkan kecepatan angin DKI Jakarta adalah 11,11 m/s.

2. Menentukan Parameter Beban Angin


a. Faktor arah angin, Kd, pasal 26.6 dan tabel 26.6-1
Penentuan faktor arah angin dapat dilakukan dengan
mengacu pada Tabel 2.3. di bawah ini :
Tabel 3.1. Faktor arah angin, Kd

Sumber : SNI 1727:2013 Tabel 26.6-1


Berdasarkan Tabel .. di atas, maka nilai faktor arah
angin (Kd) adalah 0,85.
b. Menentukan nilai Koefisien Eksposur (Kz)
Nilai koefisien eksposur dapat dihitung menggunakan
persamaan
𝑧
𝐾𝑧 = 2,01 (𝑧 )2/𝛼 …………………………..(19)
𝑔

Dan konstanta-konstanta pada perumusan dapat dicari pada


Tabel 2.4. di bawah ini :

Tabel 3.2. Konstanta Eksposur Daratan

Sumber : SNI 1727:2013, Tabel 26.9-1.

Berdasarkan Tabel 2.4 di atas, untuk kategori eksposur B


didapatkan nilai α = 7,0 dan Zg = 365,76 m. Pada
perhitungan, digunakan dua nilai z, yaitu :
z = 12,33 m, untuk angin tekan dan hisap
𝑧 2 12,33 2
𝐾𝑧 = 2,01 (𝑧 )𝛼 = 2,01 (365,76)7 = 0,763 untuk angin
𝑔

tekan dan hisap

c. Menentukan faktor topografi (Kzt)


Penentuan faktor arah angin dapat dilakukan dengan
mengacu pada Tabel 2.5. di bawah ini :
Tabel 3.3. Faktor Topografi, Kzt

Sumber : SNI 1727:2013, Gambar 26.8-1.


Berdasarkan Tabel 2.5 di atas, didapatkan nilai Kzt
sebesar 1,30.

d. Menentukan tekanan velositas (q)


Nilai q dapat diperoleh menggunakan persamaan di
bawah ini
qz = 0,613 x Kzt x Kz x Kd x V2 ; V dalam m/s ………….
(..)
qz = 0,613 x 1,3 x 0,763 x 0,85 x 11,112 = 39,11 N/m
Menentukan koefisien tekanan eksternal (Cp)
Penentuan koefisien Cp dapat dilakukan dengan
menentukan parameternya sesuai Tabel 2.6. di bawah
ini :
Tabel 3.4. Koefisien Tekanan Dinding, Cp

Sumber : SNI 1727:2013, Gambar 27.4-1.


Berdasarkan Tabel 2.6. di atas, didapatkan nilai Cp =
0,8 untuk angin tekan dan Cp = -0,5 untuk angin hisap.
e. Menentukan faktor efek tiupan angina (G)
Berdasarkan SNI 1727:2013 pada Pasal 26.9.1
tentang Faktor Efek-Tiupan Angin; faktor efek tiupan-
angin untuk suatu bangunan gedung dan struktur lain
yang kaku boleh diambil sebesar 0,85.
3. Desain Tekanan Angin
Untuk mendesain tekanan angina Sistem Penahan Beban Angin
Utama (SPBAU) pada Rumah Lamin, digunakan persamaan
sebagai berikut :
P = q x G x Cp ; N/m2 …………………………………. (20)
Tabel 3.5. Beban Angin pada Atap
Q Cp G P (N/m2)
39,11 0.85 0.8 26,5
39,11 0.85 -0.5 -16,622

Sumber : Penulis, 2016.


Beban angin sendiri diasumsikan sebagai gaya yang bekerja
pada sumbu global di penutup atap.

3.5.2. Beban Angin pada Dinding

Langkah-langkah perhitungan beban angin atap pada


Struktur Gudang adalah sebagai berikut :

4. Menentukan kecepatan angin dasar (V)


Sesuai perencanaan lokasi gudang, yaitu Provinsi DKI Jakarta,
kategori eksposur berdasarkan kondisi lokasi yang akan
digunakan dalam perhitungan adalah kategori eksposur B.
Sedangkan kecepatan angin DKI Jakarta adalah 11,11 m/s.

5. Menentukan Parameter Beban Angin


a. Faktor arah angin, Kd, pasal 26.6 dan tabel 26.6-1
Penentuan faktor arah angin dapat dilakukan dengan
mengacu pada Tabel 2.3. di bawah ini :
Tabel 3.6. Faktor arah angin, Kd

Sumber : SNI 1727:2013 Tabel 26.6-1


Berdasarkan Tabel 3.6 di atas, maka nilai faktor arah
angin (Kd) adalah 0,85.
b. Menentukan nilai Koefisien Eksposur (Kz)
Nilai koefisien eksposur dapat dihitung menggunakan
persamaan
𝑧
𝐾𝑧 = 2,01 ( )2/𝛼 …………………………..(19)
𝑧𝑔

Dan konstanta-konstanta pada perumusan dapat dicari pada


Tabel 2.4. di bawah ini :
Tabel 3.7. Konstanta Eksposur Daratan

Sumber : SNI 1727:2013, Tabel 26.9-1.

Berdasarkan Tabel 3.7 di atas, untuk kategori eksposur B


didapatkan nilai α = 7,0dan Zg = 365,76 m. Pada
perhitungan, digunakan dua nilai z, yaitu :

z = 12,33 m, untuk angin tekan dan hisap


𝑧 2 12,33 2
𝐾𝑧 = 2,01 ( )𝛼 = 2,01 ( )7 = 0,763 untuk angin
𝑧𝑔 365,76

tekan dan hisap

c. Menentukan faktor topografi (Kzt)


Penentuan faktor arah angin dapat dilakukan dengan
mengacu pada Tabel 2.5. di bawah ini :
Tabel 3.8. Faktor Topografi, Kzt

Sumber : SNI 1727:2013, Gambar 26.8-1.


Berdasarkan Tabel 3.8 di atas, didapatkan nilai Kzt
sebesar 1,30.

d. Menentukan tekanan velositas (q)


Nilai q dapat diperoleh menggunakan persamaan di
bawah ini
qz = 0,613 x Kzt x Kz x Kd x V2 ; V dalam m/s ………….
(..)
qz = 0,613 x 1,3 x 0,763 x 0,85 x 11,112 = 39,11 N/m
Menentukan koefisien tekanan eksternal (Cp)
Penentuan koefisien Cp dapat dilakukan dengan
menentukan parameternya sesuai Tabel 2.6. di bawah
ini :
Tabel 3.9. Koefisien Tekanan Dinding, Cp

Sumber : SNI 1727:2013, Gambar 27.4-1.


Berdasarkan Tabel 3.9 di atas, didapatkan nilai Cp = 0,8
untuk angin tekan dan Cp = -0,5 untuk angin hisap.
e. Menentukan faktor efek tiupan angina (G)
Berdasarkan SNI 1727:2013 pada Pasal 26.9.1
tentang Faktor Efek-Tiupan Angin; faktor efek tiupan-
angin untuk suatu bangunan gedung dan struktur lain
yang kaku boleh diambil sebesar 0,85.
6. Desain Tekanan Angin
Untuk mendesain tekanan angina Sistem Penahan Beban Angin
Utama (SPBAU) pada Rumah Lamin, digunakan persamaan
sebagai berikut :
P = q x G x Cp ; N/m2 …………………………………. (20)
Tabel 3.10. Beban Angin pada Atap
Q Cp G P (N/m2)
39,11 0.85 0.8 26,5
39,11 0.85 -0.5 -16,622

Sumber : Penulis, 2016.


Beban angin sendiri diasumsikan sebagai gaya yang bekerja
pada sumbu global di dinding struktur.

3.6. Beban Gempa

Beban gempa adalah beban lateral yang berakibat pada bergeraknya


tanah akibat proses kejadian alam setempat dimana desain pembebanan
terdiri atas desain statis dan dinamis untuk menentukan daktilitas sebuah
bangunan. Terutama pada bangunan tinggi, desain yang dilakukan harus
sebaik mungkin demi kemampuan menerima gempa yang baik.

Perhitungan ini didasarkan pada SNI 03-1726-2012 tentang Tata


Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan
Non Gedung. Langkah-langkah untuk menghitung beban gempa pada
Rumah Lamin adalah sebagai berikut:

1. Menentukan kategori risiko bangunan


Kategori Risiko pada Rumah Lamin dapat
diklasifikasikan sesuai Tabel 2.8. di bawah ini :
Tabel 3.11. Kategori Risiko Bangunan

Sumber : SNI 1726:2012, Tabel-1


Berdasarkan Tabel 3.11, Rumah Lamin termasuk ke
dalam Kategori Risiko II.
2. Menentukan nilai SDS dan SM1
a. Nilai Ss
Menentukan nilai Ss perlu mengacu pada Gambar
2.12 di bawah ini :

Gambar .12. Ss, Gempa Maksimum Risiko Tertarget


MCER, kelas situs SB
Sumber : SNI 1726:2012, Gambar 9

Berdasarkan Gambar 2.12. di atas, maka nilai Ss adalah


0,235. Dari nilai Ss dapat ditentukan koefisien Fa mengacu
pada Tabel 2.9. di bawah ini :

Tabel 2.9. Koefisien Situs, Fa

Sumber : SNI 1726:2012, Tabel 4.

Maka nilai Fa dari Kota Balikpapan adalah 2,5.

b. Nilai S1
Menentukan nilai S1 perlu mengacu pada Gambar
2.13 di bawah ini :
Gambar 2.13. S1, Gempa Maksimum Periode 1 detik
Sumber : SNI 1726:2012, Gambar 10.

Berdasarkan Gambar 2.13. , maka nilai S1 adalah


0,082. Dari nilai S1 dapat ditentukan koefisien Fv
dengan mengacu pada Tabel 2.10. di bawah ini :
Tabel 2.10. Koefisien Situs, Fv

Sumber : SNI 1726:2012, Tabel 5.


Maka nilai Fv dari Kota Jakarta adalah 3,5.
c. SDS dan SD1
Untuk menghitung nilai SDS dan SD1, digunakan
persamaan seperti di bawah ini :
SMS = Fa x Ss ……………………………………..
()
SM1 = Fv x S1 ……………………………..............
()
2
SDS = 3 SMS ………………………………………..

()
2
SD1 = 3 SM1 …………………...................................

()
 SMS = 0,235 x 2,5 = 0,5875
 SM1 = 0,082 x 3,5 = 0,287
2
 SDS = 3 x 0,5875 = 0,39167
2
 SD1 = 3 x 0,287 = 0,1913

d. To dan Ts
𝑆𝑑1 0,1913
a. 𝑇𝑜 = 0,2 𝑆𝑑𝑠 = 0,2 0,39167 = 0,097
𝑆𝑑1 0,3115
b. 𝑇𝑜 = 𝑆𝑑𝑠 = 0,3125 = 0,4884

e. Grafik Respons Spektrum


𝑇
 Sa = SDS(0,4 + 0,6 ) , T < To
𝑇𝑜

 Sa = SDS , To ≤ T < Ts
𝑆𝑑1
 Sa = , T > Ts
𝑇

Tabel .. Perhitungan Grafik Respons Spektrum

T Sa
1.021 0.499
1.421 0.368
1.821 0.291
2.221 0.241
2.621 0.206
3.021 0.179
3.421 0.159
3.821 0.143
4 0.14
Respons Spektrum
0.7

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

Gambar .. Grafik Respons Spektrum

3.7. Kombinasi Beban

Struktur Gudang dirancang untuk menerima kombinasi beban


dengan rincina sebagai berikut :

1. U = 1,4 D
2. U = 1,2 D + 1,6 L
3. U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (Lr atau R)
4. U = 1,2 D + 1,6 (Lr atau R) + (L atau 0,5 W)
5. U = 1,2 D + 1,0 W + L + 0,5 (Lr atau R)
6. U = 0.9 D + 1.0 L
7. U = 1,2 D + 0.5 + 1.0 Ex + 0.3 Ey
8. U = 1,2 D + 0.5 + 1.0 Ex - 0.3 Ey
9. U = 1,2 D + 0.5 - 1.0 Ex + 0.3 Ey
10. U = 1,2 D + 0.5 - 1.0 Ex - 0.3 Ey
11. U = 1,2 D + 0.5 + 0.3 Ex + 1.0 Ey
12. U = 1,2 D + 0.5 + 0.3 Ex - 1.0 Ey
13. U = 1,2 D + 0.5 - 0.3 Ex + 1.0 Ey
14. U = 1,2 D + 0.5 - 0.3 Ex - 1.0 Ey
15. U = 0.9 D + 1.0 Ex + 0.3 Ey
16. U = 0.9 D + 1.0 Ex - 0.3 Ey
17. U = 0.9 D - 1.0 Ex + 0.3 Ey
18. U = 0.9 D - 1.0 Ex - 0.3 Ey
19. U = 0.9 D + 0.3 Ex + 1.0 Ey
20. U = 0.9 D + 0.3 Ex - 1.0 Ey
21. U = 0.9 D - 0.3 Ex + 1.0 Ey
22. U = 0.9 D - 0.3 Ex - 1.0 Ey

Keterangan :

D = beban mati L = beban hidup

W = beban angin E = beban gempa

3.8. Pemilihan Profil Penampang

Pemilihan profil penampang yang akan digunakan untuk bangunan


industri dapat dilakukan dengan cara, sbb:

1. Run hasil permodelan SAP yang sudah dibuat dan di assign


pembebanannya

2. Klik design → steel frame design → start design / check of structure

3. Frame yang berwarna hijau merupakan frame yang sudah baik,


sedangkan frame yang berwarna merah merupakan frame yang masih
kurang baik. Oleh karena untuk mempermudah dalam konstruksi dan
perhitungan, dipilih satu macam profil yang paling besar untuk satu
macam struktur. Jadi, didapatkan :

a. Kolom menggunakan H 350x350

b. Balok menggunakan IWF 350 x 175

c. Kuda-kuda menggunakan C 75 x 40 x 5 x 7

d. Gording menggunakan C 150 x 75 x 6,5 x 10

e. Pengaku global (Bracing) menggunakan C 125 x 65 x 6 x 8


BAB IV
ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR

4.1. Gaya Dalam Ultimate Elemen

Pendesainan dengan metode LRFD ( load resistance factor design) memerlukan nilai
gaya dalam struktur, sehingga penampang yang didesain tidak overdesign. Metode LRFD
digunakan agar penampang yang digunaka nefisien sehingga struktur akan lebih murah dan
tetap kuat. Struktur yang digunakan pada tugas besar ini terbagi atas empat buah struktur, yaitu
pengaku global (bracing), kuda-kuda, gording, balok, dan kolom. Pencarian gaya dalam harus
dilakukan untuk keempat struktur diatas sehingga profil masing-masing struktur dapat
ditentukan. Gaya dalam yang ditampilkan untuk kolom, kuda-kuda dan gording, yaitu normal,
geser dan momen. Gaya dalam yang ditampilkan untuk pengaku global, yaitu normal, hal ini
dikarenakan pengaku global adalah rangka batang. Berikut adalah gaya dalam maksimum yang
diterima pada masing-masing struktur dengan menggunakan SAP2000 v15:

1. Gaya dalam kolom

Mmax = 22,555 KNm

Vmax = 8,88 KN

Ptekan max =-111,41 KN

Ptarik max = - KN

2. Gaya Dalam Balok

Mmax = 20,452 KNm

Vmax = 37,26 KN

Ptekan max =-12,058 KN

Ptarik max = 15,972 KN

3. Gaya dalam kuda-kuda

Mmax = 20,455 KNm

Vmax = 37,269 KN

Ptekan max =-12,058 KN

Ptarik max = 15,972 KN

4. Gaya dalam gording


Mmax = 0,528 KNm

Vmax = 0,73 KN

Ptekan max = -12,058 KN

Ptarik max = 13,41 KN

5. Gaya dalam pengaku lateral (bracing)

Mmax = 0,5287 KNm

Vmax = 0,731 KN

Ptekan max = -12,058 KN

Ptarik max = 13,41 KN

4.2. Pengecekan Kapasitas Penampang

Pada keempat struktur bangunan pabrik ini, yaitu kolom, kuda-kuda, bracing, dan
gording, memiliki gaya dalam yang sama sehingga pengecekan harus dilakukan secara
menyeluruh agar kegagalan tidak terjadi. Pengecekan yang harus dilakukan adalah pengecekan
terhadap momen lentur, gaya geser, kombinasi gaya geser dan momen lentur, batang tekan dan
batang tarik.

Berikut contoh perhitungan kapasitas berbagai penampang:

a. Batang tekan

Contoh perhitungan batang tekan menggunakanprofil kolom, yaitu IWF

350.350.12.19

Berikut ini adalah prosedur dalam menghitung kekuatan penampang menahan gaya
aksial tekan:

1. Cek syarat kelangsingan struktur

Pertama kita tinjau syarat kelangsingan komponen struktur tekan.

𝑏 350
𝜆𝑓 = = = 9,21
2𝑡𝑓 2𝑥19

250 250
𝜆𝑟𝑓 = = = 16,137
√𝑓𝑦 √240

ℎ 350−2 𝑥 19
𝜆𝑤 = = = 26
𝑡𝑤 10

665 665
𝜆𝑟𝑤 = = = 42,92
√𝑓𝑦 √240
𝜆𝑓<𝜆𝑟𝑓 dan 𝜆𝑤<𝜆𝑟𝑤 (OK)

Pemeriksaan kelangsingan

𝐿𝑘
𝜆= < 200 (OK)
𝑖𝑦

Dari persamaan diatas, kita dapat menghitung nilai iy minimum agar

Memenuhi syarat kelangsingan struktur.

𝐿𝑘 5000
𝜆= = = 36,76< 200 (OK!)
𝑖𝑦 136

Dari hasil perhitungan diatas, didapatkan nilai kelangsingan struktur, yaitu λ = 36,76.
Dengan nilai kelangsingan seperti diatas, kelangsingan profil memenuhi syarat. Syarat
kelangsingan profil adalah kurang dari

200. Maka, penggunaan IWF 350.350.12.19 diperbolehkan.

2. Menghitung nilai ω

Sebelum mendapatkan nilai ω, penentuan paramater kelangsingan kolom λc terlebih


dahulu harus dilakukan. Selanjutnya, nilai λc akan menentukan rumus yang digunakan
untuk menghitung nilai ω seperti persamaan berikut ini.

λc ≤ 0,25 maka 𝜔 = 1

1,43
0,25 ≤λc ≤ 1,2 maka 𝜔 =
1,60−0,67λc

λc ≥ 1,2 maka 𝜔 = 1,25 (λc)2

Penentuan nilai λc seperti yang telah disebutkan sebelumnya

𝐿𝑘 𝑓𝑦
λc = √ (struktur jepit-jepit)
𝜋 𝑖𝑦 𝐸

5000 240
λc = √ = 0,41
𝜋 136 200000

Maka nilai λc = 0,41, dapat digunakan 𝜔 = 1,083 sesuai dengan ketentuan


diatas

3. Menghitung nilai Nn
Daya dukung nominal komponen struktur tekan dapat dihitung seperti berikut ini.

𝐹𝑦
∅Nn = (0,9) Ag x Fcr = (0,9) Ag x
𝜔

240
∅Nn = (0,9) 17390 x = 3.468.365 N = 3.468,4 KN
1,083

Bahaya tekuk juga perlu diperhitungkan dalam desain batang tekan, maka berikut adalah
prosedur dalam menghitung kekuatan penampang terhadap bahaya tekuk.

1. Menentukan nilai xo dan yo

Nilai xo dan yo tergantung dari bentuk profil baja yang digunakan. Untuk

IWF dan H, nilai xo dan yo adalah, sbb:

Xo = 0 ;yo = 0

2. Menentukan nilai Ix dan Iy

Dari tabel spesifikasi penampang didapatkan:

Ix = 403000000 mm4 ; Iy = 136000000 mm4

3. Menentukan nilai A

Dari tabel spesifikasi penampang didapatkan:

A =17390 mm2

4. Menentukannilai ro2

ro2 merupakan jari-jari girasi polar terhadap pusat geser yang dapat dihitungdengan
rumus dibawahini.

𝐼𝑥+𝐼𝑦
ro2 = + xo2 + yo2
𝐴

403000000+ 136000000
ro2 = +0+0
17390

ro2 = 30.994,82

5. Menentukan nilai H

H dapat dihitung dengan rumus dibawah ini.

𝑥𝑜 𝑥𝑜+𝑦𝑜 𝑦𝑜
H=1–( )
𝑟𝑜 𝑟𝑜

H=1–0=1

6. Menentukan nilai Fcry


𝑓𝑦 240 𝑀𝑃𝑎
Fcry = Fcr = = = 221,60
𝜔 1,083

7. Menentukan nilai G (KonstantaGeser)

𝐸
G= ,dengan Vbaja = 0,3
2 ( 1+𝑣 )

200000
G= = 76923,07269 MPa
2 ( 1+0,3 )

8. Menentukan nilai J (Inersia Torsi)

1
J = [ (h-2tf)(tw)3 + 2(b.tf3)] . 0,0001
3

= 0,3 [(350-2x19)(12)3 +2 (350x123)] x 0,0001 cm4 = 1780145,3 mm4

Dari dua nilai daya dukung nominal struktur tekan yang didapatkan, daya dukung nominal
struktur yang lebih kecil yang dipilih agar bangunan lebih konservatif. Nilai Nn yang kita
pilih kemudian kita cek kekuatannya terhadap Nu.

Nu ≤ ∅ 𝑁𝑢

………..KN ≤ 3.468,4 KN

Dari hasil perhitungan diatas dapat kita simpulkan bahwa penampang yang digunakan kuat
menahan gaya ultimate batang tekan yang terjadi pada bangunan.

b. Batang tarik

Pada batang tarik, pengecekan yang harus dilakukan adalah dua macam, yaitu pengecekan
bila kegagalan leleh(yielding) dan kegagalan retak (fraktur).

Contoh perhitungan batang tarik menggunakan profil kolom, yaitu IWF 350.350.12.19.

Berikut ini adalah prosedur dalam menghitung kekuatan batang Tarik untuk kondisi
kegagalan retak (fraktur):

1. Menentukan nilai A

Dari tabel spesifikasi penampang didapatkan:

A = 17390 mm2

2. Menentukan nilai Nn

Daya dukung struktur Tarik dapat dihitung dengan rumus dibawah ini.

Nn = A x (0,75 x fy ) = 3.130,2 kN

Nnterfaktor = Nn x ∅ = 3130,2 x 0,9 = 2.817,18 KN


Berikut merupakan perhitungan batang Tarik dimana kegagalannya adalah leleh (yielding):

1. Menentukan nilai An(luas nominal penampang)

Pada perhitungan An diasumsikan Alubang=15% dari Ag (konservatif) sehingga nilai


Ae dapat kita hitung seperti dibawah ini.

An = Ag – Alubang = 17390 – 0,15 x 17390 mm2 = 14781,5 mm2

2. Menentukan nilai Ae (luas efektif penampang)

Pada perhitungan Ae diasumsikan u=0,9 dikarenakan u<0,9 sehingga nilai Ae dapat


kita hitung seperti dibawah ini.

Ae = u x An = 0,9 x 14781,5 mm2 = 13.303,35 mm2

3. Menentukan nilai Nn

Nn = Ae x Fu

Pada perhitungan daya dukung nominal berdasarkan luas penampang efektif,


digunakan parameter Fu yaitu kekuatan batas Tarik yang digunakan dalam desain.

Nn = 13.303,35 mm2 x 370 MPa

Nn = 4.922,23 KN

Nnterfaktor = Nn x ∅ = 4.922,23 x 0,75 = 3.691,67 KN

Pilih yang lebih kecil lalu nilai Nn yang kita pilih kemudian kita cek kekuatannya terhadap
Nu.

Nu ≤ ∅ Nn

…….KN≤ 3.691,67 KN

Dari hasil perhitungan diatas dapat kita simpulkan bahwa penampang yang kita gunakan
kuat menahan gaya ultimate batang Tarik yang terjadi pada komponen struktur yang
kita tinjau

c. Momen lentur

Terdapat dua buah pengecekan untuk momen lentur, yaitu pengecekan pengaruh tebal pelat
dan pengaruh panjang bentang. Untuk pengecekan pengaruh tebal pelat adalah, sbb:

1. Lakukan perhitungan untuk mengetahui apakah profil yang akan digunakan


merupakan profil compact, non-compact ,atau slender. Cara penentuannya dengan
𝑏 ℎ
mengecek pengaruh ketebalan profil dan pengaruh ketinggian profil terhadap
𝑡𝑓 𝑡𝑤

𝜆p(batas kompak), 𝜆r (batas langsing).

𝑏 170
Penampang compact, jika ≤λp =
𝑡𝑓 √𝑓𝑦

ℎ 1680
≤λp =
𝑡𝑤 √𝑓𝑦

170 𝑏 370
Pempang non-compact, jika λp= < ≤λr = , (fr =0,2fy)
√𝑓𝑦 𝑡𝑓 √𝑓𝑦−𝑓𝑟

1680 ℎ 2250
λp= < ≤ λr =
√𝑓𝑦 𝑡𝑤 √𝑓𝑦

370 𝑏
Penampang selnder, jika λr = <
√𝑓𝑦−𝑓𝑟 𝑡𝑓

2250 ℎ
λr = <
√𝑓𝑦 𝑡𝑤

Maka, perhitungan untuk menentukan profil yang digunakan termasuk profil compact,
non-compact, atau slender,sbb:

𝑏 350 ℎ 350
= = 18,421 ; = = 29,16
𝑡𝑓 19 𝑡𝑤 12

ℎ ℎ
Sehingga bila kita bandingkan ( ) dan ( ) dari perhitungan diatas dengan λp, λp
𝑡𝑓 𝑡𝑤

memiliki nilai lebih besar dari kedua nilai diiatas. Jadi, dapar disimpulkan profil yang
digunakan adalah compact.

2. Menentukan Momen nominal penampang (Mn) berdasarkan dari kelangsingan


pelat.

Penampang compact

Mn (Momen nominal) = Mp (Momen plastis)

Penampang non compact

λr− λ
Mn = Mr + (Mp – Mr) x , dengan Mr = Ssb kuat x (fy – fr)
λr− λp

Penampang slender

λr
Mn = ( ) x Mr
λ

Oleh karena penampang yang digunakan compact, maka

Mn = Mp = fy x Z, dengan Z = (1,12 – 1,14) Sx

Untuk hasil perhitungan yang lebih konservatif, Z = 1,12Sx

Mn = Mp = 240 MPa x 1,12x 2300000 mm3


= 618,24 KNm

Berikut adalah contoh perhitungan pengecekan terhadap pengaruh panjang bentang:

1. Menentukan faktor panjang bentang L, Lp (batas bentang pendek), dan

Lr (batas bentang menengah).

L = panjang bentang = 5000 mm

𝐸
Lp = 1,76 x iy x √
𝑓𝑦

200000
= 1,76 x 8.84 x √
240

= 4491, mm

Untuk menentukan Lr, kita terlebih dahulu harus menghitung X 1, Iw (konstanta


punter lengkung), X 2, dan fl yang bisa kita hitung dengan cara di bawah ini.

𝜋 𝐸𝐺𝐽𝐴
X1 = √ = 21.066,4
𝑆𝑥 2

𝐼𝑦
Iw =h2 x ( ) = 4,16 x 1012 mm6
4

𝑆𝑥 2𝐼𝑤
X2 = 4( ) = 2055,2
𝐺𝐽 𝐼𝑦

FL = 80% fy = 192 MPa

Setelah nilai X1,X2, dan fL diketahui, maka kita sekarang dapat menghitung Lr.

𝑋𝑖
Lr = iy ( )x√1 + √1 + 𝑋2 (𝑓𝑙)(𝑓𝑙)
𝑓𝑙

= 13922,4 mm

2. Cek faktor panjang bentang

Dari hasil perhitungan diatas didapatkan:

Lp < Lb < Lr

Maka bentang termasuk bentang menengah (midspan).

3. Menghitung momen nominal penampang berdasarkan faktor panjang bentang.

 Bentang Pendek
Mn (momen nominal) = Mp (momen plastis)
 Bentang Menengah
𝐿𝑟−𝐿
Mn = Mn = Cb[Mr – (Mp – Mr) ] ,dengan Mr=SxFL
𝐿𝑟−𝐿𝑝

 Bentang Panjang
𝜋 𝜋 𝜋
Mn = Mcr = C1 x x (√𝐸 𝑥 𝐼𝑦 𝑥 (𝐺𝐽 + 𝐼𝑤 𝑥 𝐸 𝑥 ( )( ))
𝐿 𝐿 𝐿

Karena bentang termasuk bentang menengah maka:

𝐿𝑟−𝐿
Mn = Mn = Cb[Mr – (Mp – Mr) ]
𝐿𝑟−𝐿𝑝

Mn = 1 x [(441,6 – (618,24-441,6) x (13922,4-5000)/(13922,4-4491,24) =

Dari perhitungan diatas didapat dua nilai momen nominal penampang. Untuk perhitungan
yang lebih konservatif, pilih Mn yang terkecil dari dua Mn hasil perhitungan sebelumnya.
Kemudian nilai Mn kita bandingkan dengan Mu.

Mu ≤ ∅Mn

…… KNm ≤ 0,9 x 618,24 KNm

….. KNm ≤ 556.416 KNm

Dari hasil perhitungan kekuatan nominal dari penampang untuk menahan lentur,
didapatkan bahwa momen nominal penampang lebih besar dari momen ultimate yang
terjadi. Maka penampang kuat dalam menahan momen ultimate yang terjadi.

d. Gaya geser

1. Memperhitungkan perbandingan maksimum tinggi terhadap tebal panel.

ℎ 350
= = 29,16
𝑡𝑤 12

2. Menentukan penampang membutuhkan pengaku lokal atau tidak

ℎ 𝐸
≤ 6,36 √
𝑡𝑤 𝐹𝑦

29,16 ≤ 183,59

Maka, profil tidak membutuhkan pengaku lokal

3. Menentukan nilai Kn.

5
Kn =5+ 𝑎𝑎 , dengan a bila tidak ada pengaku lokal = 3xh
(ℎ ℎ)

= 5,56
4. Menentukan faktor untuk perbandingan tinggi terhadap tebal panel.

𝐾𝑛 𝐸
1,1 √ = 74,846
𝑓𝑦

5. Menentukan nilai Vn berdasarkan faktor perbandingan tinggi terhadap tebal panel.

Dari hasil perhitungan di atas didapat:

ℎ 𝐾𝑛 𝐸
≤ 1,1 √ ; maka
𝑡𝑤 𝐹𝑦

Vn = 0,6 fy Aw ,dengan Aw = h x tw

Vn = 0,6 x 240 Mpa x 350 x 12

Vn = 604,8 KN

6. Cek Vn terhadap Vu.

Vu ≤ ∅ Vn

117,785 KN ≤ 0,9 x 432 KN

117,785 KN ≤ 388,8 KN

Dari hasil perhitungan diatas didapatkan kekuatan geser nominal penampang lebih besar
dari geser ultimate yang terjadi. Maka penampang kuat dalam menahan gaya geser
ultimate yang terjadi.

e. Interaksi yang terjadi antara momen lentur dan gaya geser

Berikut merupakan perhitungan interaksi yang ditimbulkan antara lentur dan geser pada
struktur yang mengalami lentur dan geser.

𝑀𝑢 0,625 𝑉𝑢
+ ≤ 1,375
∅ 𝑀𝑛 ∅ 𝑉𝑛

34,3916 0,625 (117,785 )


+ ≤ 1,375
292,85694 388,8

0,306≤ 1,375

Dari hasil perhitungan diatas, didapatkan bahwa penampang dapat menahan


interaksi yang terjadi antara lentur dan geser.

4.2.1. Kapasitas Kolom

Berikut hasil perhitungan yang dilakukan:


Tabel 4. 1 Data Profil H
250.250.9.14

Data-Data Kolom H 250x250


H= 250 Mm fy= 240 Mpa
B= 250 Mm fr= 48 MPa
tw(t1)= 9 Mm fl= 192 MPa
tf (t2)= 14 Mm fu= 370 Mpa
r= 16 Mm PoissonRatio= 0.3
A= 9218 mm2 J= 61,9171 mm4
Ix= 108000000
0 mm4 E= 200000 Mpa
Iy= 36500000 mm4 G= 76923.0769
ix= 108 Mm L= 5000 Mm
iy= 62.9 Mm Iw= 0,57E+12 mm6
Sx= 867000 mm
3
X1= 239,973

Sy= 292000 mm
3
X2= 2069,882646

Tabel 4. 2 Perhitungan Kapasitas Lentur H


250x250x9x14

Lentur
Kelangsingan PanjangBentang
Λp untuk b= 8,928 Lp= 3195,75 mm
Untuk b= 350 Lr= 7348,07 mm
Λr untuk h= 24,67 L= 5000 mm
Untuk h= 350 intermediate span
b/tf= 17,857
not compact Mmax= 22.555 KN*m
h/tw= 29,1667
compact Ma(1/4bentang)= 4,28 KN*m
Mp= 233,05 KN*m Mb(1/2bentang)= 8,56 KN*m
Mr= 186.439KN*m Mc(3/4bentang)= 7,0092 KN*m
Mcr= 0.831 KN*m
C1= 1,316
Mn= 289.403 KN*m
φ= 0.9
Kapasitasmomenpenampangadalah φMn= 260,46 KN*m
Tabel4.3 PerhitunganKapasitas Geser H 250.250

Geser
h/tw= 27.777
Kn= 5,06
h/tw= 27.778
1.1*sqrt(Kn*E/fy)= 71,441

Vn= 324 KN
φ= 0.9

Kapasitasgeser penampang adalah φVn=291,6 kN

Tabel 4.4 Interaksi Antara Geser dan Lentur IWF 250 x 250 x 9 x 14

Interaksi Geser dan Lentur


Mu= 22.555 KN*m
φMn= 260.46 KN*m
Vu= 8.888 KN
φVn 291,6 KN
Hasil Perhitungan= 0.115 KN
Interaksi Lenturdan Geser= Kuat

Tabel 4. 5 Perhitungan Batang IWF 250 x 250 x 9 x 14

Compression Member
Syarat λ= 136.98 MemenuhiSyarat X0= 0
kx=ky= 1 dikerenakanjepit-jepitsway Y0= 0
λcx= 0.326 ro2= 15675.85 mm2
λcy= 1.51 H= 1
λcterpilih= 1.51
Nn1= 776,252 KN φ= 0.9 Nn2= 776,252 KN
KapasitasaxialtekanpenampangadalahφNn= 698,627 KN Kuat
Tabel 4.6. Perhitungan Batang Tarik
IWF 250 x 250 x 9 x 14

TensionMember
Yielding Fracture
Syaratλ= 136.98 MemenuhiSyarat u= 0.9 <--batasterbesaru
fybolt= 240 MPa An= 7835,3 mm2
2
Nn= 1659.24
00 KN Ae= 7051,77 mm
Nnterfakt 1493,32 KN fu= 370 Mpa
φ= 0.9 Nn= 2609,15 KN
φ= 0.75
Nnterfaktor= 1956,86 KN
Kapasitas axial tekan penampang adalah φNn = 1493,32 KN Kuat

Jadi,dapat disimpulkan profil IWF 250x250x9x14 untuk struktur


kolom sudah kuat menahan beban rencana.

4.2.2.Kapasitas Balok

Berikut hasil perhitungan:

Tabel 4. 7 Data IWF 350x175

Data Kuda-Kuda IWF 350 x 175


H= 350 Mm fy= 240 Mpa
B= 175 Mm fr= 48 MPa
tw(t1)= 7 Mm fl= 192 MPa
tf(t2)= 11 Mm fu= 370 Mpa
2
A= 6314 mm E= 200000 Mpa
Ix= 1360000000 mm4 G= 76923.08
Iy= 984000000 mm4 L= 5000 mm
6
ix= 147 Mm Iw= 4,16E+12 mm
iy= 39,5 Mm X1= 123,95
3
Sx= 775000 mm X2= 4622,58
3
Sy= 112000 mm
Poisson Ratio 0,3
J 19,27
Tabel 4. 8. Perhitungan Kapasitas Lentur IWF 350x175x7x11

Lentur
Kelangsingan PanjangBentang
Λp untuk b= 7.95 Lp= 2006,87 mm
untukb= 16,137 Lr= 2913,6 mm
λruntukb= 21,857 L= 5000 mm
untukh= 42,92 Long span
b/tf= 15,7 Compact Mn= 664,126 KN*m
h/tw= 21,857 Compact φ= 0.9
Mp= 208,3 KN*m
Kapasitas momen penampang
2 adalah φMn= 597,713 KNm Kuat

Tabel4. 9 PerhitunganKapasitas Geser IWF 350x175x7x11

GESER
Tidak
Butuh
h/tw 21,857 Pengaku
Kn 5,556
1,1*sqrt(Kn*E/fy) 74,846
Vn 352,8 kN
Ø 0,9
Kapasitas geser penampang adalah φVn= 317,52 kN
Kuat

Tabel 4.10 Perhitungan Interaksi Geser dan Lentur IWF


350x175x7x11

Interaksi Geser dan Lentur


Mu= 20.452 KN*m
φMn= 597.71 KN*m
Vu= 337.269 KN
φVn 317,52 KN
Perhitungan= 0.0402

InteraksiLentur dan Geser= Kuat


Tabel 4.11. Perhitungan Kapasitas Batang Tekan IWF 350x175x7x11

Compression Member
Syaratλ= 50.813 Memenuhi Syarat X0= 0
kx=ky= 1 dikerenakan jepit-jepit sway Y0= 0
2 2
ro = 25428,51 mm
λcy= 0.5605 H= 1
λcterpilih= 0.5605 fcry= 205,515 Mpa
w= 1.1678
fcr= 205.515 Mpa
Nn1= 1704,99 KN φ= 0.85
Kapasitas axial tekan penampang adalah φNn= 1704,99 KN Kuat

Tabel 4.12 Perhitungan Kapasitas Batang Tarik IWF 350x175x7x11

Tension Member
Yielding Fracture
Syaratλ= 24.99439 Memenuhi u= 0.9 <-- batasterbesaru
fybolt= 240 MPa
Syarat An= 7835,3 mm2
Nn= 2212,32 KN Ae= 7051,77 mm2
Nnterfaktor 1991,088 KN fu= 370 Mpa
φ= 0.9 Nn= 2609,15 KN
φ= 0.75
Nnterfaktor= 1956,86 KN
Kapasitas axial tekan penampang adalah φNn= 1991,088KN Kuat

Maka,dapa tdisimpulkan bahwa profil IWF 350x175x7x11


untuk struktur Balok mampu menahan beban rencana.

4.2.3. Kapasitas Kuda-kuda

Berikut hasil perhitungan:

Tabel 4.13 Data C 75 x 40 x


5 x 7 (Single)

Data-Data Kuda-kuda C 75x40 Single


H= 75 Mm fy= 240 Mpa
B= 40 Mm fr= 48 MPa
tw(t1)= 5 Mm fl= 192 MPa
tf (t2)= 7 Mm fu= 370 Mpa
r1= 2,93 Mm PoissonRatio= 0.3
r2= 1,19 Mm J= 3,5065 mm4
A= 881,8 mm2 E= 200000 Mpa
Ix= 759000 mm4 G= 76923.08
Iy= 124000 mm4 L= 8660 mm
ix= 2,93 Mm Iw= 1.74E+08 mm6
iy= 1,19 Mm X1= 230,897
3
Sx= 20200 mm X2= 31,4796
3
Sy= 4540 mm a= 600 mm
e= 22.1 mm

Tabel 4.14. Perhitungan Kapasitas Lentur C


75x40x5x7

Lentur
Kelangsingan PanjangBentang
λpuntukb= 2,85 Lp= 604,46 mm
untukh= 16,137 Lr= 44699,19 mm
λr untukb= 13,6 L= 8660 mm
untukh= 42,92 Longspan
b/tf= 5,7 Compact Mn 52,41
h/tw= 13,6 Compact φ= 0,9
Mp= 5,429 KN*m
Kapasitas momen penampang adalah φMn= 47.1744 KN*m Kuat

Tabel 4.15 Perhitungan Kapasitas Geser C


75x40x5x7

Geser
h/tw= 15 TidakButuhPengaku
Kn= 5.556
h/tw= 15
1.1*sqrt(Kn*E/fy) 74.84552
Vn= 54 KN
φ= 0.9
Kapasitas geser penampang adalah φVn= 48,6

Tabel 4.16 Perhitungan Interaksi Geser dan Lentur C


75x40x5x7

Interaksi Geser dan Lentur


Mu= 20.452 KN*m
φMn= 47.174 KN*m
Vu= 37.26 KN
φVn 48,6 KN
Hasil= 1.195 KN
Interaksi Lentur dan Geser= Kuat

Tabel4.17 Perhitungan Kapasitas Batang Tekan C


75x40x5x7 (Single)
Compression Member
Syarat λ= 215.5172 TidakMemenuhiSyarat
kx=ky= 1 dikerenakanjepit-jepitsway

λcy= 2,10
λc= 2,1
w= 1
fcr= 43,54 Mpa

Nn1= 38,391 KN φ= 0,9


KapasitasaxialtekanpenampangadalahφNn= 34,552 KN Kuat

Tabel 4.18 Perhitungan Kapasitas Batang Tarik C


75x40x5x7 (Single)

TensionMember
Yielding Fracture
Syarat λ= 215.5172 TidakMemenuhiSyarat u= 0.9 <--batasterbesa
2
fybolt= 240 MPa An= 749,53 mm
2
Nn= 158,724 KN Ae= 674,577 mm
Nnterfakt 142,85 KN fu= 370 Mpa
φ= 0.9 Nn= 249,593 KN
φ= 0.75
Nnterfaktor= 187,195 KN
Kapasitas axial tekan penampang adalah φNn= 187,195 KN Kuat

Maka dapat disimpulkan, bahwa profil C 75x40x5x7 tidak cocok untuk struktur gording.
Dari segi kekuatan, profil C75x40x5x7 memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan
beban rencana, tetapi dari segi kelangsingan, profil C 75x40x5x7 tidak memenuhi karena
perbandingan antara bentang, kekakuan dan jari-jari girasi arah y profil, tidak seimbang.

4.2.4. Kapasitas Gording

Berikut hasil perhitungan:

Tabel 4.13 Data C 150 x 75 x


6,5 x 10 (Single)

Data-Data Gording 150 x 75 Single


H= 150 Mm fy= 240 Mpa
B= 75 Mm fr= 48 MPa
tw(t1)= 6,5 Mm fl= 192 MPa
tf (t2)= 10 Mm fu= 370 Mpa
r1= 6,04 Mm PoissonRatio= 0.3
r2= 2,27 Mm J= 6,19 mm4
2
A= 2371 mm E= 200000 Mpa
4
Ix= 8640000 mm G= 76923.08
Iy= 1220000 mm4 L= 4000 mm
ix= 6,04 mm Iw= 6.86E+09 mm6
iy= 2,27 mm X1= 290,115
3
Sx= 115000 mm X2= 1311,97
3
Sy= 23600 mm

Tabel 4.14. Perhitungan Kapasitas Lentur C


150x75x6,5x10 (Single)

Lentur
Kelangsingan PanjangBentang
λpuntukb= 10,97 Lp= 1153,33 mm
untukh= 108,443 Lr= 2860,060 mm
λr untukb= 26,702 L= 4000 mm
untukh= 145,23 Longspan
b/tf= 7,5 Compact Mn= kNm
h/tw= 15 Compact φ=
Mp= 30,912 KN*m
Kapasitas momen penampang adalah φMn= 1477.68 KN*m Kuat

Tabel 4.15 Perhitungan Kapasitas Geser C


150 x 75 x 6.5 x 10(Single)

Geser
h/tw= 15 TidakButuhPengaku
Kn= 5.556
h/tw= 15
1.1*sqrt(Kn*E/fy) 74.84552
Vn= 140,4 KN
φ= 0.9
Kapasitas geser penampang adalah φVn= 126,360 kN Kuat

Tabel 4.16 Perhitungan Interaksi Geser dan Lentur C


150 x 75 x 6.5 x 10(Single)

InteraksiGeserdanLentur
Mu= 0.528 KN*m
φMn= 1477,68 KN*m
Vu= 0.731 KN
φVn 126,36 KN
Hasil= 0.0059 KN
Interaksi Lentur dan Geser= Kuat

Tabel4.17 Perhitungan Kapasitas Batang Tekan C


150 x 75 x 6.5 x 10 (Single)
Compression Member
Syarat λ= 32,78 MemenuhiSyarat
kx=ky= 1 dikerenakanjepit-jepitsway

λcy= 0,35
λc= 0,35
w= 1.04
fcr= 230,76 Mpa

Nn1= 547,131 KN φ= 0,9


KapasitasaxialtekanpenampangadalahφNn= 492,42 KN Kuat

Tabel 4.18 Perhitungan Kapasitas Batang Tarik C


150 x 75 x 6,5 x 10 (Single)

Tension Member
Yielding Fracture
Syarat λ= 32,78 MemenuhiSyarat u= 0.9 <--batasterbesa
2
fybolt= 240 MPa An= 2015,35 mm
2
Nn= 426,78 KN Ae= 1813,815 mm
Nnterfakt 384,102 KN fu= 370 Mpa
φ= 0.9 Nn= 671,11 KN
φ= 0.75
Nnterfaktor= 503,33 KN
Kapasitas axial tekan penampang adalah φNn= 503,33 KN Kuat

4.2.5. Kapasitas Pengaku Global (Bracing)

Berikut hasil perhitungan:

Tabel 4.13 Data C 125 x 65 x


6 x 8 (Single)

Data-Data Kuda-kuda C 75x40 Single


H= 125 mm fy= 240 Mpa
B= 65 mm fr= 48 MPa
tw(t1)= 6 mm fl= 192 MPa
tf (t2)= 8 mm fu= 370 Mpa
r1= 49,9 mm PoissonRatio= 0.3
r2= 19,6 mm J= 3,003 mm4
A= 1711 mm2 E= 200000 Mpa
Ix= 4250000 mm4 G= 76923.08
Iy= 655000 mm4 L= 4330 mm
ix= 49,9 mm Iw= 25,58E+08 mm6
iy= 19,6 mm X1= 290,3031
3
Sx= 68000 mm X2= 200,247
3
Sy= 14400 mm
3
Tabel 4.17 Perhitungan Kapasitas Batang Tekan C
125 x 65 x 6 x 8

Compression Member
Syarat λ= 61,068 MemenuhiSyarat
kx=ky= 1 dikerenakanjepit-jepitsway

λcy= 0,67
λc= 1,17
w= 1,17
fcr= 205,12 Mpa

Nn1= 350,96 KN φ= 0,9


KapasitasaxialtekanpenampangadalahφNn= 315,86 KN Kuat

Tabel 4.18 Perhitungan Kapasitas Batang Tarik C


125 x 65 x 6 x 8

Tension Member
Yielding Fracture
Syarat λ= 61,068 MemenuhiSyarat u= 0.9 <--batasterbesa
2
fybolt= 240 MPa An= 1454,35 mm
2
Nn= 307,98 KN Ae= 1308,915 mm
Nnterfakt 277,18 KN fu= 370 Mpa
φ= 0.9 Nn= 484,3 KN
φ= 0.75
Nnterfaktor= 363,223 KN
Kapasitas axial tekan penampang adalah φNn= 277,18 KN Kuat
Tabel 4.22 Kapasitas Profil dan Beban Rencana

Jenis
Komponen Kapasitas Beban Rencana
Perbandingan Status
Momen 260.46 KNm 22.555 KNm OK
Geser 291.60 KN 8.888 KN OK
Kolom
Tekan 698.63 KN -111.41 KN OK
Tarik 1493.32 KN 0 KN OK
Momen 597.71 KNm 20.4522 KNm OK
Geser 317.52 KN 37.269 KN OK
Balok
Tekan 1704.99 KN -12.058 KN OK
Tarik 1991.09 KN 15.972 KN OK
Momen 47.17 KNm 20.4522 KNm OK
Geser 48.60 KN 37.269 KN OK
Kuda - kuda
Tekan -34.55 KN -12.058 KN OK
Tarik 187.20 KN 15.972 KN OK
Momen 1477,69 KNm 0.5287 KN OK
Geser 126.36 KN 0.731 KN OK
Gording
Tekan 492.42 KN -12.058 KN OK
Tarik 503.33 KN 13.41 KN OK
Tekan 315.86 KN -12.058 KN OK
Bresing
Tarik 277.18 KN 13.41 KN OK
BAB V

DESAIN SAMBUNGAN

5.1 Sambungan
Dalam perencanaan desain struktur bangunan gudang ini diperlukan juga
perencanaan sambungan antar profil – profil penyusun struktur. Sambungan
secara umum terdiri dari dua yaitu sambungan las dan baut. Sambungan yang
dipakai dalam struktur bangunan gedung ini adalah sambungan baut.
Sambungan disesuaikan dengan gaya – gaya dalam ultimate yang terjadi pada
titik sambungan struktur agar sambungan yang direncanakan dapat berfungsi
dengan optimal. Sambungan baut memiliki dua jenis tipe, yaitu :
1. Sambungan pada struktur melintang
a. Menghubungkan balok atap (kuda – kuda) dengan kolom.
b. Menghubungkan balok atap (antar kuda – kuda) menggunakan
sambungan baut.
2. Sambungan pada struktur memanjang
a. Menghubungkan balok atap dengan balok atap memanjang.
b. Menghubungkan balok atap dengan balok memanjang serta kolom.

5.2 Penggunaan sambungan


5.2.1 Sambungan kolom dan kuda – kuda
Perencanaan sambungan kuda – kuda dan kolom di pengaruh oleh nilai gaya
geser dan gaya tarik yang terjadi pada struktur bangunan gudang. Gaya geser
(Pu) dan momen (Mu) untuk perencanaan struktur bangunan gudang
diperoleh dalam perhitungan SAP. Adapun data – data yang diperlukan untuk
menghitung banyaknya baut yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1 spesifikasi baut normal
Spesifikasi baut normal
f1 = fu 1040 MPa
f2 = fy 940 MPa
r2 1,9 ulir
φf 0,75
r1 0,4 ulir
diameter baut 16 mm
Abd 200,96 mm2

Langkah – langkah perhitungan jumlah sambungan baut antara kolom dan


kuda – kuda adalah sebagai berikut :
Diameter baut rencana = 16mm, maka luas baut rencana adalah sebagai
berikut.
𝜋𝑑2
Abd = mm2
4
𝜋162
Abd = mm2
4

Abd = 200,96 mm2

1. Menghitung kapasitas geser baut dengan rumus :


∅𝑅𝑛 = Vd = ∅𝑓.r1.Abd.fu
Vd = 156748,8 N

2. Menghitung jumlah sambungan baut dari gaya geser maksimum pada


kuda – kuda yang diperoleh dari SAP.
Vu = 120,675 kN
Maka agar baut rencana dengan diameter 16 mm mampu untuk menahan
gaya geser naut berdasarkan gaya yang bekerja pada struktur, diperoleh
jumlah baut sebanyak :
Vu 120,675
N   0,769  2buah
Vd 156,7488

3. Menghitung kapasitas tarik baut dengan rumus :


∅𝑇𝑛 = Td = ∅f . Abd . ft
Vu
ft  f 1  r 2   f2
n  Abd
Vu
ft  f 1  r 2   f2
n  Abd
ft ≤ 570,468 ≤ 940
sehingga dperoleh ft = 570,468 MPa
∅Tn = Td = ∅f . Abd . ft
𝑇𝑑 = 85980,94 N
4. Menghitung jumlah sambungan baut tarik gaya aksial maksimum pada
kolom yang diperoleh dari SAP.
Pu = 154,81 kN
Maka agar baut rencana dengan diameter 16 mm mampu untuk menahan
gaya geser baut berdasarkan gaya yang bekerja pada struktur, diperoleh
jumlah baut sebanyak :
Pu 154,81
n   1,8  2
Td 85,98094

5. Melakukan pengecekan syarat geser dan tarik


Pengecekan terhadap syarat (1) yaitu kapasitas kekuatan sambungan baut
rencana dalam menahan gaya geser.
Vu 120675
f uv    300,25MPa
n. Ab 2 * 200,96

fnv = ∅𝑓.r1.fu.m = 0,7 . 0,9 . 1040 . 1 = 655,2 MPa

syarat (1) dimana fnv > fuv terpenuhi.


Pengecekan terhadap syarat (2) yaitu kapasitas kekuatan sambungan baut
rencana dalam menahan gaya tarik.
154810
ft  f 1  r 2  f2
n  Abd
ft ≤ 731,8347 ≤ 940

Maka gunakan ft terkecil dalam perhitungan kapasitas gaya tarik


sambungan baut rencana, yaitu ft = 731,8347 MPa. Selanjutnya syarat (2)
harus memenuhi persamaan berikut :
Tu
 . Abd . ft
n
Tu 154810
T   77405
n 2
Φt . Ab . ft = 0,75 . 200,96 . 731,8347 = 110302,13 N
Berdasarkan hasil perhitungan maka didapatkan nilai T  t. Ab. ft maka
sambungan baut rencana kuat dalam menahan gaya tarik. Maka syarat (1)
dan (2) terpenuhi, sambungan baut rencana layak untuk digunakan.

Kesimpulan perhitungan sambungan diatas diperlihatkan pada tabel –


tabel sebagai berikut :
Tabel 5.2 hasil perhitungan jumlah baut geser kuda - kuda
f2 = fy 940 MPa
r2 1,9 ulir
φf 0,75
r1 0,4 ulir
diameter baut 16 mm
Abd 200,96 mm2
Vu max kuda - kuda 120,675 kN
jumlah baut 0,769 buah
pemasangan 2 buah
dilapangan

Tabel 5.3 perhitungan jumlah baut geser kolom


ft 731,8347 MPa
f1 = fu 1040 MPa
f2 = fy 940 MPa
r2 1,9 ulir
φf 0,75
r1 0,4 ulir
diameter baut 16 mm
Abd 200,96 mm2
Pu max Kolom 154,81 kNm
jumlah baut 1,8 buah
pemasangan
2 buah
dilapangan

Tabel 5.4 syarat geser dan tarik


Syarat geser dan tarik
Syarat 1 fnv > fuv
fuv 300,25 MPa
fnv 655,2 MPa
OK, sambungan kuat menahan geser
f1-r2xfuv 731,8347 MPa
f2 940 MPa
ft 731,8347 MPa
syarat 2 Pu/n<φf.Ab.ft
φf.Ab.ft 110,30213 kN
Pu/n 77,405 kN

5.2.2 Sambungan kuda – kuda dan bracing


Pada perencanaan sambungan kuda – kuda dan bracing, digunakan
pelat sebagai media penyumbangnya yaitu pelat simpul. Sambungan
kuda – kuda dan bracing menggunakan pelat simpul karena
merupakan titik temu antara kuda – kuda (profil IWF) dan bracing
(profil siku).
Terdapat 3 perhitungan sambungan kuda – kuda bracing.
 Perhitungan untuk batang pinggir menerus
 Perhitungan untuk batang pinggir terputus
 Pemeriksaan pelat simpul

Perhitungan untuk batang pinggir menerus


Langkah – langkah perhitungan sambungan baut antara kuda – kuda
dan bracing adalah sebagai berikut :
1. Menghitung kekuatan geser serta tumpu baut dengan rumus.
∅Rn = ∅f . r1 . fu . Ab
∅Rn = 62699,52 N
2. Menghitung kekuatan tumpu pelat dengan rumus :
∅Rn = ∅f . 2,4 . db . tp . fu
∅Rn = 62400 N
3. Dari dua nilai diatas dipilih yang terkecil sehingga ∅Rn = 62400
N

4. Menghitung jumlah sambungan baut untuk masing – masing


sambungan pada kuda – kuda dan bracing
Dnaksial padabracing 114030
n1    1,827  2
Rn 62400
Vnaksial padakudakuda 455263
n2    7,295  8
Rn 62400
Hngeser padakudakuda 120675
n2    1,934  2
Rn 62400

5.2.3 Sambungan kolom dan pondasi (baseplate)


Pada perencanaan sambungan kolom dan pondasi, dilakukan perhitungan
untuk dimensi baseplate minimum, tebal pelat, dan diameter sambungan
baut yang dapat berfungsi dengan optimal.

Dalam menentukan dimensi minimum baseplate yang akan digunakan,


maka perlu ditinjau lebih dahulu kondisi mana yang lebih cocok untuk
baseplate, yaitu :
a. Kondisi 1: kondisi dimana eksentris kecil, gaya momen yang terjadi
kecil sehingga menyebabkan tidak adanya tegangan tarik di baseplate.
Maka gaya yang terjadi pada kondisi ini merupakan gaya tekan
seluruhnya.
Mu N
e 
Mn 6

b. Kondisi 2: kondisi dimana gaya momen besar, sehingga menimbulkan


tegangan tarik. Pada kondisi ini, pada dasarnya baseplate memang tidak
dirancang untuk menahan tarik.
Mu N
e 
Nu 6

c. Terlebih dahulu dilakukan pengecekan terhadap kondisi dimana yang


lebih sesuai dengan struktur yang direncanakan dengan langkah –
langkah sebagai berikut :
 Menentukan kondisi struktur
Data – data yang diketahui :
Pu dari SAP = 1093,19 N
Mu dari SAP = 18,98 kN
Profil kolom  bf = 125 mm dan d = 250 mm
Asumsi awal dalam menghitung nilai B dan N
Nilai B minimum dengan pembulatan ke atas
B ≤ bf + 4”
B ≤ 400 + 4(25,4) mm
B = 501,6 mm
Nilai N minimum dengan pembulatan ke atas
N ≤ d + 4”
N ≤ 400 + 4(25,4) mm
N = 501,6 mm

Menghitung nilai eksentrisitas


𝑀𝑢 𝑁
>
𝑁𝑢 6
18980000 501,6
>
1093,19 6
17362 > 83,6
Berdasarkan hasil perhitungan eksentrisitas, maka didapatkan bahwa
kondisi struktur yang sedang kita rencanakan adalah kondisi 1 dimana
kondisi eksentrisitas kecil yang berarti baseplate hanya menerima tekan.

Perhitungan untuk kondisi 1 dilakukan sebagai berikut :


1. Menghitung kedalaman efektif (h)
h(jarak angkur) = 0,9 x N = 0,9 x 501,6 mm = 451,44 mm

2. Menghitung diameter angkur


Diameter yang digunakan adalah diameter standard yang ada di pasaran
yaitu :
∅angkur = 20 mm
Menentukan nilai a (stress block)
Karena base plate tidak dapat menahan tarik, maka tarik dapat diabaikan
dalam perhitungan.
0,85 f’c x a x B = Pu + Tu
Menghitung Tu* dan Tu**
𝜋 𝑥 202
Tu* = 0,75 x Ab x fu = 0,75 x x 1040 MPa = 244920 N
4

Tu** = ∅u x 𝜑A x 0,9 f’c x eh x db


= 0,7 x 1,4 x 0,9 x 25 MPa x 4,5 x 20 x 20
= 39690 N
Dari hasil perhitungan Tu diatas, ambil nilai Tu yang paling kecil yaitu
Tu** = 39690 N
Menghitung nilai a (stress block)
0,85 f’c x α x B = Pu + Tu**
0,85 x 25 x α x 501,6 = 1093,19 + 39690
Α = 3,8 mm ≈ 4 mm

Menetapkan nilai N baru


𝛼
Pu (0,9N – 0,5N) + Mu = 0,85 f’c x α x B (0,9N - 2 )
4
1093 (0,9N – 0,5N) + 18190000 = 0,85 x 25 x 4 x 501,6 (0,9N - 2)

Kemudian dengan menggunakan goal seek di Ms. Excel maka


didapatkan nilai N baru adalah 4989,44 mm. Karena nilai N baru > N
awal  maka gunakan nilai N yang lebih besar yaitu N baru = 4989,44
mm.

3. Menghitung panjang kantilever

m
N  0,95d )  4989,44  0,95  400  2304,72 mm
2 2

n
B  0,8bf )  501,6  0,8  400  90,8 mm
2 2
Adapun batas nilai n minimum yaitu :
1 1
n d  bf  400  400  100 mm
4 4
Karena n perhitungan lebih pendek dibandingkan dengan syarat maka
perenca mengambil n minimum yaitu 100 mm untuk perencanaan
kantilever

menentukan tebal base plate (tp)

0,8 f ' cl  0,85  25  100 2


2
Mu1    106250 Nmm
2 2

Dimana nilai (l) diambil dari nilai terkecil antara nilai m dan n. Kemudian
dilanjutkan dengan perhitungan tp.

4Mu 4  18190000
tp1    293,3 mm  29,33 cm
b fy 0,9  940

Kemudian menghitung nilai Mu2


Tum  0,05 N )  39690  2304,72  0,05  4989,44
Mu 2    162625,19
B 501,6
Nmm
4Mu 2 4  162625,19
Tp2    27,72 mm  3 cm
b fy 0,9  940

Sehingga didapatkan kesimpulan untuk sambungan kolom dan pondasi :


Tabel 5.5 hasil perhitungan sambungan kolom-pondasi
Output akhir
N 4948,44 mm
B 501,6 mm
tp 30 mm
diameter angkur 20 mm
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan tugas besar struktur baja SP-1218 antara lain sebagai
berikut :
1. . Untuk profil Kolom digunakan profil IWF 250 x 250 yang telah dianalisis
dalam bab sebelumnya mampu menahan beban – beban yang digunakan
dalam perencanaan struktur bangunan gudang.
Hasil gaya – gaya maksimum yang dihasilkan seluruh kombinasi
pembebanan yang bekerja pada struktur adalah :

Mmax = 22,555 KNm

Vmax = 8,88 KN

Ptekan max =-111,41 KN

Ptarik max = - KN

2. Untuk profil Kolom digunakan profil IWF 350 x 175 yang telah dianalisis
dalam bab sebelumnya mampu menahan beban – beban yang digunakan
dalam perencanaan struktur bangunan gudang.
Hasil gaya – gaya maksimum yang dihasilkan seluruh kombinasi
pembebanan yang bekerja pada struktur adalah :

Mmax = 20,452 KNm

Vmax = 37,26 KN

Ptekan max =-12,058 KN

Ptarik max = 15,972 KN


3. Untuk profil kuda – kuda digunakan profil C 75 x 40 yang telah dianalisis
dalam bab sebelumnya mampu menahan beban – beban yang digunakan
dalam perencanaan struktur bangunan gudang.
Hasil gaya – gaya dalam maksimum yang dihasilkan seluruh kombinasi
gaya dalam kuda – kuda.

Mmax = 20,455 KNm

Vmax = 37,269 KN

Ptekan max =-12,058 KN

Ptarik max = 15,972 KN

4. Untuk profil gording digunakan profil C 150 x 75 yang telah dianalisis


dalam bab sebelumnya mampu menahan beban – beban yang digunakan
dalam perencanaan struktur bangunan gudang.
Hasil gaya – gaya maksimum yang dihasilkan seluruh kombinasi
pembebanan yang bekerja pada struktur adalah :

Mmax = 0,528 KNm

Vmax = 0,73 KN

Ptekan max = -12,058 KN

Ptarik max = 13,41 KN

5. Untuk profil bracing digunakan profil C 125 x 65 yang telah dianalisis


dalam bab sebelumnya mampu menahan beban – beban yang digunakan
dalam perencanaan struktur bangunan gudang. Hasil gaya gaya dalam
maksimum yang dihasilkan seluruh kombinasi pembebanan yang bekerja
pada struktur adalah :

Mmax = 0,5287 KNm

Vmax = 0,731 KN

Ptekan max = -12,058 KN


Ptarik max = 13,41 KN

6. Untuk sambungan – sambungan pada desain struktur bangunan gudang


diperlihatkan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 6.1 Rekapitulasi Hasil Sambungan

Elemen
Struktur Sambungan
2 buah sambungan baut φ16 untuk
kuda-kuda menahan gaya geser kuda - kuda
-- kolom 2 buah sambungan baut φ16 untuk
menahan gaya aksial kolom
2 buah sambungan baut φ16 untuk
menahan gaya aksial bracing
kuda-kuda 8 buah sambungan baut φ16 untuk
-- bracing menahan gaya aksial bracing
2 buah sambungan baut φ16 untuk
menahan gaya geser kuda - kuda

7. Spesifikasi desain baseplate


Lebar baseplate = 4948,44 mm
Panjang baseplate = 501,6 mm
Tebal baseplate = 30 mm
Diameter angkur = 20 mm

6.2 Saran

Dari tugas besar struktur baja SP-1218 mengenai desain bangunan gudang,
dapat disarankan untuk tugas besar selanjutnya adalah :

a. Perlu dilakukan asistensi secara intensif terutama saat pembahasan


sambungan.
b. Perlu dilaksanakan pengecekan terhadap hasil hitungan yang dibuat.
c. Sebaiknya waktu pelaksanaan tugas besar dimulai pada saat awal kuliah
agar hasil dapat maksimum dan memberikan pemahaman yang lebih
kepada mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional, 2013. Standar Nasional Indonesia 7971 “Struktur Baja
Canai Dingin”. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional, 2013. Standar Nasional Indonesia 1727 “Beban
Minimum Untuk Perencanaan Bangunan Gedung dan Struktur Lain”. Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional, 2012. Standar Nasional Indonesia 1726. “Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung.”. Jakarta.

Departemen Pekerjaan Umum, 2006. “Pedoman Teknis Bangunan Tahan Gempa”.


Jakarta.
Gunawan, Rudy, Ir., Tabel Profil Konstruksi Baja. Penerbit Kanisius. Yogyakarta,
1987.
Wei Wen Yu, 2000. Cold Formed Steel Design, University Of Missouri-Rolla.

Anda mungkin juga menyukai