Disusun Oleh :
KELOMPOK 6
A.KHUSNUL KHATIMA
HASNAWATI
NURASWITA
YULI HASRI AINUN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kulit adalah lambang kecantikan. Setiap luka, baik luka bakar, luka
iris, operasi pembedahan dan lain sebagainya akan menimbulkan bekas
yang sangat merusak kecantikan kulit.
Seperti halnya selembar kain sutera halus, bila sedikit saja ada
goresan akan merusak keindahan dan menurunkan nilai jualnya. Sepanjang
hidup, kita tidak akan bisa menghindari adanya luka atau goresan pada
kulit kita karena memang fungsi kulit adalah sebagai proteksi tubuh.
Bekas luka atau jaringan parut tidak akan jadi masalah jika kecil
dan lokasinya tersembunyi. Namun tidak semua seberuntung itu,
terkadang jaringan parut muncul di tangan atau bahkan di wajah yang
sangat merusak penampilan.Sejujurnya, jaringan parut sangat sulit
dihilangkan secara sempurna tetapi ada beberapa cara untuk menyamarkan
atau mengecilkan ukurannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan jaringanparut?
2. Apa saja tahapan penyembuhan luka?
3. Bagaimana proses pembentukan jaringan parut?
4. Apa saja jenis jaringan parut?
5. Bagaimana manajemen fisioterapi pada jaringan parut?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian jaringan parut
2. Mahasiswa dapat mengetahui tahapan penyembuhan luka
3. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembentukan jaringan parut
4. Mahasiswa dapat mengetahui jenis jaringan parut
5. Mahasiswa dapat mengetahui manajemen fisioterapi pada jaringan
parut
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PengertianJaringanParut
Istilah parut atau skar berasal dari bahasa Yunani yaitu Eschara
yang berarti keropeng. Secara klinis parut merupakan cacat alami yang
ditinggalkan akibat proses penyembuhan luka. Didapatkan perubahan
struktur dari kulit berupa hilangnya pori, rambut, dan kelenjar yang
disertai perubahan warna kulit hipopigmentasi atau hiperpigmentasi. Luka
yang terjadi hanya terbatas pada lapisan dermis cenderung tidak
menimbulkan parut karena masih terdapat komponen epithelial dari
kelenjar keringat, kelenjar sebaseus, dan folikel rambut sehingga
memungkinkan terjadinya penyembuhan luka tanpa parut. Luka tersebut
dalam waktu yang relatif singkat akan tertutup epitel dan bisa dikatakan
sembuh secara sederhana. Pada luka yang melewatiataulebih dalam dari
seluruh ketebalan kulit (full thickness) akan sembuh dengan disertai
jaringan parut.
3
B. TahapanPenyembuhan Luka
1. Fase Inflamasi
Fase ini dimulai sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Segera
setelah luka, pembuluh darah yang putus akan mengalami konstriksi dan
retraksi disertai reaksi hemostasis karena agregasi trombosit bersama
fibrin-fibrin membekukan darah. Komponen hemostasis akan melepaskan
dan mengaktifkan sitokin yang berperan untuk terjadinya kemotaksis
neutrofil, makrofag, sel mast, sel endotel dan fibroblast. Pada fase ini
terjadi proses inflamasi.
2. Fase proliferasi
Pada fase ini fibroblast sangat menonjol peranannya. Fase ini
dimulai pada akhir fase inflamasi. Fibroblast mengalami proliferasi dan
mensintesis kolagen. Serat kolagen yang terbentuk menyebabkan adanya
kekuatan untuk bertautnya tepi luka. TGF-β1 mempunyai peran yang
paling utama dalam penyembuhan luka dan terjadinya fibrosis. Adanya
TGF-β1 akan mengaktifasi fibroblast untuk mensintesis kolagen dan
berperan pada pembentukan jaringan parut. Keadaan ini menyebabkan
resiko terjadinya parut yang abnormal seperti parut hipertrofik atau keloid
menjadi lebih tinggi.
4
kolagen ditentukan oleh enzim kolagenase. Kolagen pada proses
penyembuhan luka sudah tampak setelah lima hari. Sintesis kolagen pada
parut normal dapat terjadi selama 6 bulan hingga 20 tahun setelah luka.
Pada proses penyembuhan luka, kolagen berperan sebagai bahan untuk
kekuatan integritas jaringan yang luka. Kolagenase adalah enzim
proteolitik yang bekerja mendegradasi kolagen untuk mengontrol jumlah
kolagen supaya tidak berlebihan. Aktifitas kolagenase masih tampak
selama 20 tahun setelah luka.
Fase remodelling ini bisa berlangsung lebih dari 6-12 bulan dan
selesai setelah lebih dari setahun pasca cedera. Kekuatan yang ada pada
parut hanya mencapai 70-80% kekuatan pertautan (tensile strength) kulit
normal. Jaringan parut lebih mudah terjadi cedera dibanding jaringan
normal.
Jaringan parut terbentuk pada fase maturasi. Fase ini dimulai pada
minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan.
Tujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan
baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas
sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari
jaringan mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin
dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut.
5
akan berubah menjadi kolagen yang lebih matang, yaitu lebih kuat dan
struktur yang lebih baik (proses re-modelling). Untuk mencapai
penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang
diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen ini nantinyan akan
meghasilkan jaringan parut. Jika kolagen yang dihasilkan berlebihan akan
terjadi penebalan jaringan parut, sebaliknya produksi yang berkurang akan
menurunkan kekuatan jaringan parut.
Keloid
Konraktur
6
Kontraktur adalah suatu pemendekan permanen dari jaringan yang
menyebabkan deformitas atau distrosi. Kontraktur terbentuk karena
kehilangan kulit yang luas dengan terjadi kontraksi miofibroblas dan
deposisi kolagen pada daerah yang melewati persendian. Kontraktur lebih
sering terjadi pada parut hipertrofik didapat, jarang pada keloid. Hasil
studi pada kasus parut hipertrofik didapat kontraktur 46%. Parut
hipertrofik akan menimbulkan kontraktur jika mengenai daerah
persendian. Karakteristik dari kontraktur adalah adanya posisi yang
abnormal serta pergerakan yang tidak adekuat.
Kontraktur terjadi pada proses penyembuhan luka bakar yang
menyebabkan kulit menegang dan menganggu pergerakan anggota gerak.
Hal ini terjadi akibat jaringan parut sudah mengenai otot dan saraf.
Hipertrofik
7
dari 50% timbul parut hipertrofik. Bila parut hipertrofik berada di area
persendian sering terjadi kontraktur.
Mirip dengan keloid tetapi berwarna kemerahan dan tidak tumbuh
melampaui daerah luka. Dapat diatasi dengan injeksi steroid untuk
mengatasi inflamasi.
Parut abnormal
8
Lubrication
Biasanya, sedikit olesan digunakan selama dilakukan massage pada
bekas luka. Olesan yang digunakan yaitu baby oil, lotion, atau vitamin E
oil. Ini berfungsi untuk menjaga bekas luka pada kulit lentur dan lembut.
Jangan mengoles pada bekas luka jika luka tersebut terbuka atau teriris,
karena dapat menimbulkan infeksi pada bekas luka tersebut.
Cross Friction Massage
Salah satu metode yang efektif dari massage yatu cross friction
massage atau transverse friction. Teknik ini menggunakan 1 atau 2 jari
pijatan dengan 1 arah garis pada bekas luka. Teknik ini membantu
penyembuhan pada bekas luka dan memastikan bahwa serabut kolagen
dari jaringan parut sudah tepat. Pijatan cross friction umumnya digunakan
untuk tendinitis dan strain muscle atau ligamen. Teknik ini digunakan
selama 5-10 menit. Jika arahan yang dikatakan seperti itu, maka kamu
dapat melakukannya sendiri di rumah selama 2-3 kali per hari.
Myofascial Release (MFR)
9
Stretching
10
Prosedur terapi ultrasound:
11
8. Setelah selesai terapi, terapis akan membersihkan sisa gel atau obat-
obatan topikal yang masih tersisa pada daerah yang diterapi dan akan
melakukan peregangan pada daerah tersebut beberapa kali.
9. Terapis akan kembali melakukan pemeriksaan dan wawancara
mengenai efek yang dirasakan setelah selesai terapi.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah parut atau skar berasal dari bahasa Yunani yaitu Eschara
yang berarti keropeng. Secara klinis parut merupakan cacat alami yang
ditinggalkan akibat proses penyembuhan luka.
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
https://www.verywell.com/scar-tissue-massage-and-management-
2696639&prev=search
https://www.verywell.com/scar-tissue-management-2696376
http://sauriputra.blogspot.co.id/2011/08/jaringan-parut.html
http://indonesiafisioterapi.blogspot.co.id/2014/06/terapi-ultrasound-sebagai-
modalitas.html
14
Pertanyaan :
1. Apakah kulit yang terjadi jaringan parut dapat dilakukan operasi
dan di ganti dengan kulit normal ( Andi Syarifah Afivah)
2. Patofisiologi jaringan parut ( Andi Afriani Rianti )
3. Tanda dan gejala serta etiologi jaringan parut ( Nurhidayah )
4. Mm
5. Demontrasikan tiga manajeman fisioterapi pada jaringan parut
( Nanni )
15