Anda di halaman 1dari 6

DAPUS : www.academia.

edu
KONSEP DIRI

1. Pengertian Konsep Diri

Banyak pengertian yang diberikan oleh para ahli mengenai konsep diri. Fitts (dalam
Agustiani, 2006), mengemukakan bahwa konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of
reference) dalam berinteraksi dengan lingkungan. Agustiani (2006) menjelaskan bahwa
konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang mengenai dirinya, yang dibentuk
melalui pengalaman-pengalaman yang dia peroleh dari interaksi dengan lingkungan.
Penjelasan tersebut sejalan dengan pendapat Stuart dan Sundeen(dalam Keliat, 1992),
bahwa konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Hal ini temasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain
dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta
keinginannya. Dengan kata lain, konsep diri didefenisikan sebagai pandangan pribadi yang
dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri (Calhoun dan Acocella, 1990).

Berzonsky (1981), mengemukakan bahwa konsep diri adalah gambaran mengenai diri
seseorang, baik persepsi terhadap diri nyatanya maupun penilaian berdasarkan harapannya
yang merupakan gabungan dari aspek-aspek fisik, psikis, sosial, dan moral. Sejalan dengan
defenisi tersebut Kobal dan Musek (2002) mendefenisikan konsep diri sebagai suatu
kesatuan psikologis yang meliputi perasaan-perasaan, evaluasi-evaluasi, dan sikap-sikap kita
yang dapat mendeskripsikan diri kita. Demikian juga Paik dan Micheal (2002) menjelaskan
konsep diri sebagai sekumpulan keyakinan-keyakinan yang kita miliki mengenai diri kita
sendiri dan hubungannya dengan perilaku dalam situasi-situasi tertentu.

Konsep diri juga dapat diartikan sebagai penilaian keseluruhan terhadap penampilan,
perilaku, perasaan, sikap-sikap, kemampuan serta sumber daya yang dimiliki seseorang
(Labenne dan Greene, 1969). Konsep diri sebagai suatu penilaian terhadap diri juga
dijelaskan dalam defenisi konsep diri yang dikemukakan oleh Partosuwido, dkk (1985) yaitu
bahwa konsep diri adalah cara bagaimana individu menilai diri sendiri, bagaimana
penerimaannya terhadap diri sendiri sebagaimana yang dirasakan, diyakini, dan dilakukan,
baik ditinjau dari segi fisik, moral, keluarga, personal, dan sosial.
Pengertian konsep diri yang digunakan dalam penelitian adalah defenisi konsep diri
yang dikemukakan oleh Calhoun dan Acocella (1990), yaitu bahwa konsep diri adalah
pandangan pribadi yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri.

2. Pembentukan Konsep Diri

Perkembangan konsep diri merupakan suatu proses yang terus berlanjut di sepanjang
kehidupan manusia. Symonds (dalam Agustiani, 2006) menyatakan bahwa persepsi
tentang diri tidak langsung muncul pada saat individu dilahirkan, melainkan berkembang
secara bertahap seiring dengan munculnya kemampuan perseptif. Selama periode awal
kehidupan, perkembangan konsep diri individu sepenuhnya didasari oleh persepsi mengenai
diri sendiri. Lalu seiring dengan bertambahnya usia, pandangan mengenai diri sendiri ini
mulai dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diperoleh dari interaksi dengan orang lain
(Taylor dalam Agustiani, 2006).

Mead (dalam Calhoun & Acocella, 1995) menjelaskan bahwa konsep diri
berkembang dalam dua tahap: pertama, melalui internalisasi sikap orang lain terhadap
kita; kedua melalui internalisasi norma masyarakat. Dengan kata lain, konsep diri merupakan
hasil belajar melalui hubungan individu dengan orang lain. Hal ini sejalan dengan istilah
istilah “looking glass self” yang dikemukakan oleh Cooley (dalam Baumeister, 1999), yaitu
ketika individu memandang dirinya berdasarkan interpretasi dari pandangan orang lain
terhadap dirinya.

3. Dimensi-Dimensi Konsep Diri

Calhoun dan Acocella menjelaskan bahwa konsep diri terdiri atas tiga dimensi yang
meliputi :

1) Pengetahuan terhadap diri sendiri yaitu seperti usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku
pekerjaan dan lain-lain, yang kemudian menjadi daftar julukan yang menempatkan
seseorang ke dalam kelompok sosial, kelompok umur, kelompok suku bangsa
maupun kelompok-kelompok tertentu lainnya.
2) Pengharapan mengenai diri sendiri yaitu pandangan tentang kemungkinan yang
diinginkan terjadi pada diri seseorang di masa depan. Pengharapan ini merupakan diri
ideal
3) Penilaian tentang diri sendiri yaitu penilaian antara pengharapan mengenai diri
seseorang dengan standar dirinya yang akan menghasilkan rasa harga diri yang dapat
berarti seberapa besar seseorang menyukai dirinya sendiri.

4. Sumber Informasi Untuk Konsep Diri

Calhoun dan Acocella (1990) mengungkapkan ada beberapa sumber informasi untuk
konsep diri seseorang, yaitu:

 Orang tua
Orang tua adalah kontak sosial yang paling awal kita alami dan yang paling
berpengaruh. Orang tua sangat penting bagi seorang anak, sehingga apa yang mereka
komunikasikan akan lebih berpengaruh daripada informasi lain yang diterima anak
sepanjang hidupnya. Orang tua memberikan arus informasi yang konstan mengenai
diri anak. Orang tua juga membantu dalam menetapkan pengharapan serta
mengajarkan anak bagaimana menilai dirinya sendiri. Pengharapan dan penilaian
tersebut akan terus terbawa sampai anak menjadi dewasa.

 Teman sebaya
Setelah orang tua, kelompok teman sebaya juga cukup mempengaruhi konsep diri
individu. Penerimaan maupun penolakan kelompok teman sebaya terhadap seorang
anak akan berpengaruh pada konsep diri anak tersebut. Peran yang diukir anak dalam
kelompok teman sebayanya dapat memberi pengaruh yang dalam pada pandangannya
tentang dirinya sendiri dan peranan ini, bersama dengan penilaian diri yang
dimilikinya akan cenderung terus berlangsung dalam hubungan sosial ketika ia
dewasa.

 Masyarakat
Sama seperti orang tua dan teman sebaya, masyarakat juga memberitahu individu
bagaimana mendefenisikan diri sendiri. Penilaian dan pengharapan masyarakat
terhadap individu dapat masuk ke dalam konsep diri individu dan individu akan
berperilaku sesuai dengan pengharapan tersebut.
 Belajar
Konsep diri merupakan hasil belajar. Belajar dapat didefenisikan sebagai perubahan
psikologis yang relatif permanen yang terjadi dalam diri seseorang sebagai akibat dari
pengalaman. Dalam memperlajari konsep diri, terdapat tiga faktor utama yang harus
dipertimbangkan, yaitu: asosiasi, ganjaran dan motivasi.

5. Jenis-Jenis Konsep Diri

Menurut Calhoun dan Acocella (1990), dalam perkembangannya konsep diri terbagi
dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.

 Konsep Diri Positif

Konsep diri positif menunjukkan adanya penerimaan diri dimana individu


dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik sekali. Konsep diri yang
positif bersifat stabil dan bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri positif
dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam
tentang dirinya sendiri sehingga evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif
dan dapat menerima dirinya apa adanya.

Individu yang memiliki konsep diri positif akan merancang tujuan-tujuan yang
sesuai dengan realitas, yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk
dapat dicapai, mampu menghadapi kehidupan di depannya serta menganggap bahwa
hidup adalah suatu proses penemuan.

 Konsep diri negatif

Calhoun dan Acocella (1990) membagi konsep diri negatif menjadi dua tipe, yaitu:

 Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak


memiliki perasaan, kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar- benar
tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang dihargai dalam
kehidupannya.
 Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini bisa terjadi
karena individu dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga menciptakan
citra diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hukum
yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang tepat.
6. Presentasi Diri

Menurut Jones Pittman (1982), lima strategi presentasi diri yang memiliki tujuan yang
berbeda adalah sebagai berikut :

Strategi Tujuan
Ingratiation Disukai
Self-promotion Dianggap kompeten
Intimidation Ditakuti
Supplication Dikasihani
Exemplification Dianggap memiliki integritas moral yang tinggi

7. Sumber Pengetahuan Diri

Berikut asal-usul pengetahuan diri:

1. Sosialisasi
Kebanyakan pengetahuan diri berasal dari sosialisasi. Dengan berpartisipasi
dalam aktivitas yang penting bagi keluarga kita, kita akan menganggap
aktivitas tersebut sebagai bagian penting dari diri kita sendiri.

2. Penilaian yang direfleksikan


Orang memandang diri mereka sebagaimana orang memandang dan merespon
mereka. Dengan kata lain bahwa persepsi kita tentang bagaimana orang lain
bereaksi terhadap kita.

3. Tanggapan dari orang lain


Terkadang orang memberi tanggapan yang tegas terhadap kualitas kita. Proses
ini sering dimulai dalam sosialisasi. Riset menunjukkan orang lebih menyukai
tanggapan objektif karena dianggap lebih fair. Namun tanggpan personal tetap
penting.

4. Persepsi diri
Orang juga menyimpulkan kualitas personalnya dari pengamatan atas perilaku
mereka sendiri. Dalam proses mengamati diri sendiri, kita melihat diri kita
senantiasa lebih menyukai suatu hal tertentu. Dari pengamatan ini kita aan
mendapatkan pengetahuan diri.

5. Melabeli keadaan yang membangkitkan


Ide bahwa orang terkadang menyimpulkan sikap mereka sendiri berdasarkan
perilaku mereka yang kelihatan, bukan dari keadaan internalnya.

6. Kekhasan lingkungan
Lingkungan memberi kita petunjuk lain tentang kualitas kita. Secara khusus,
konsep diri amat dipengaruhi oleh faktor-fakator yang membuat kita berbeda.
Dalam sebuah penelitian, seseorang akan sering menyebut aspek dari diri
mereka yang membuat mereka berbeda atau khas.

7. Penilaian diri komparatif


Tindakan membandingkan kemampuan, opini, atau emosi dengan orang lain.

8. Identitas sosial
Identitas sosial adalah bagian dari konsep diri individu yang berasa dari
keanggotaannya dalam satu kelompok sosial dan nilai serta signifikasi
emosional yang ada dilekatkan dalam keanggotan itu.

9. Kultur dan diri


Identitas etnis adalah bagian penting dari pengetahuan diri yang berasal dari
keanggotaan dalam kelompok etnis tertentu dan partisipasi dalam aktivitas
yang dihargai oleh kelompok itu.

10. Kultur, kognisi dan emosi


Konstruksi diri yang berbeda-beda mengandung konsekuensi yang penting.

Anda mungkin juga menyukai