Anda di halaman 1dari 12

TUGAS REVIEW

BUKU TEORI-TEORI EKONOMI POLITIK, BAB 6,7,8

Dosen : Dr. A.F. SIGIT ROCHADI, M.Si.

Mata Kuliah : Ekonomi Politik

OLEH :

FEBRIO EKA PUTRA


NIM : 18631015025

PROGRAM PASCASARJANA ILMU ADMINISTRASI


UNIVERSITAS NASIONAL
2019
REVIEW BUKU JAMES CAPORASO Theories of political Economy

BAB 6 : PENDEKATAN – PENDEKATAN EKONOMI TERHADAP POLITIK

Dalam Bab ini Caporaso dan Levine memperkenalkan sebuah pandangan baru tentang
bagaimana hubungan antara politik dengan ekonomi. Jika dalam Bab sebelumnya ekonomi dan
politik dipandang secara substantif sehingga teori yang diajukan berusaha menjelaskan
bagaimana dua wilayah itu saling mempengaruhi satu sama lain, maka dalam Bab ini pendekatan
ekonomi terhadap politik tidak memandang ekonomi politik sebagai beberapa hubungan teoritis
yang memaparkan hubungan antara politik dengan ekonomi, melainkan politik itu sendiri
dianggap bersifat ekonomik, yang dapat dianalisis dengan menggunakan metode ekonomi,
sepanjang fakta-fakta politik itu tetap mengandung kesempatan untuk memilih atas kelangkaan
sumberdaya yang ada.

Inti dari pendekatan ekonomi terhadap politik adalah konsep pilihan rasional dan konsep
efisiensi. Pilihan harus dibuat oleh individu karena adanya kelangkaan sumberdaya. Ketika
individu membuat pilihan, maka individu harus menanggung biaya, seperti misalnya biaya
peluang (opportunity cost) – atau kerugian dalam bentuk peluang lain yang tidak jadi dipilih.

Beberapa komponen yang terkandung dalam konsep pilihan rasional, diantaranya adalah,
pertama, keinginan-keinginan atau tujuan-tujuan yang harus disusun dalam peringkat secara
afektif, agar dapat konsisten satu sama lain. Kedua, adalah keyakinan (belief), karena untuk
memilih dari sekian banyak keinginan dan tujuan itu individu harus memiliki informasi tentang
berbagai alternatif tujuan yang ada, misalnya seberapa besar kemungkinan untuk bisa
mendapatkannya, bagaimana hubungan antara tindakan dan dampak, dan berapa biaya yang
harus ditanggung dalam bentuk pengeluaran sumberdaya atau dalam bentuk peluang-peluang
lain yang tidak jadi diambil. Ketiga, adalah sumberdaya yang ketersediaannya akan menentukan
apa peluang dan hambatan yang dihadapi individu. Dan keempat, adalah tindakan itu sendiri,
yang biasanya menjadi obyek yang berusaha dijelaskan oleh analisis ekonomi.

Sedangkan dalam konsep efisiensi memiliki hubungan dengan cara penggunaan sumberdaya.
Efisiensi produksi sebuah perusahaan sangat terkait dengan cara penggunaan input berupa tanah,
tenaga kerja, dan kapital, untuk menghasilkan barang dan jasa. Dalam hal ini dikenal pula
adanya istilah optimalitas Pareto, khususnya efisiensi bagi sebuah kolektif atau kelompok.Pareto
berpendapat bahwa distribusi yang satu dapat dianggap lebih baik dari distribusi yang lain kalau
distribusi itu dapat meningkatkan kesejahteraan seseorang lebih banyak tanpa mengurangi
kesejahteraan dari orang lainnya.

Klaim inti dari konsep optimalitas Pareto menyatakan bahwa sebuah alokasi kolektif akan
dikatakan optimal jika sumberdaya yang sudah ada tidak bisa lagi diatur agar bisa membuat
orang lebih baik kesejahteraannya tanpa mengurangi kesejahteraan orang lain. Semua kebijakan
yang bersifat redistributif, yaitu yang mengambil sesuatu dari seseorang atau sekelompok untuk
diberikan kepada orang atau kelompok lain, akan dianggap melanggar syarat optimalitas Pareto
ini.

Caporaso dan Levine dalam rangka penjelasan tentang penerapan (applications) atas pendekatan-
pendekatan ekonomi terhadap politik ini lebih membatasi diri hanya membahas tiga pendekatan
ekonomi saja, yaitu (1) teori pendekatan pilihan publik (public choice theory), (2) analisis
ekonomi terhadap kebijakan (economic analysis of policy), dan (3) analisis ekonomi terhadap
institusi (economic analysis of institutions).

Teori pilihan publik adalah sebuah teori yang masih relatif baru jika dibandingkan dengan teori-
teori ekonomi lainnya karena sebagian dari kontribusi-kontribusi bagi teori ini berasal dari
literatur tentang keuangan publik dari era tahun 1950-an, seperti “Classics in the Theory of
Public Finance” karya Musgrave dan Peacock (1958), maupun sebagian lagi berasal dari
kontribusi-kontribusi para pelopor teori pilihan publik, seperti “Social Choice and Individual
Values” karya Kenneth Arrow (1951), “An Economic Theory of Democracy” karya Anthony
Downs (1957), “The Calculus of Consent” karya James Buchanan dan Gordon Tullock (1962),
serta “The Logic of Collective Action” karya Mancur Olson (1965).

Analisis ekonomi terhadap kebijakan adalah sebuah kegiatan yang dimulai setelah analisis
pilihan publik selesai dilakukan, sementara teori pilihan publik sendiri adalah metode yang
menggabungkan pilihan individu dengan fungsi kesejahteraan sosial dan pilihan publik. Dalam
bagian ini Caporaso dan Levine mengasumsikan bahwa pilihan-pilihan individu itu sudah selesai
digabungkan (diagregasikan), dan telah diketahui oleh para pembuat keputusan, sehingga dapat
dipilih alternatif kebijakan yang dapat memaksimalkan kepuasan dari mereka yang terpengaruh
oleh kebijakan itu, dan bukan sekadar memuaskan para pembuat kebijakan.

Analisis ekonomi terhadap institusi memfokuskan pada cara-cara bagaimana institusi bisa
memupuk perilaku instrumental untuk mencapai tujuan tertentu, yang kooperatif, mengurangi
atau menambah biaya transaksi, dan memberikan landasan organisasional bagi produksi dan
pertukaran. Fokusnya adalah pada hubungan antara institusi dengan efisiensi, yaitu pada cara
bagaimana institusi dapat memfasilitasi atau menghambat kegiatan pemenuhan kebutuhan
pribadi.

Menurut kesimpulan Caporaso dan Levine, bahwa pendekatan ekonomi terhadap politik telah
memaksa para analisis untuk mendisagregasikan negara menjadi beberapa komponen dan proses,
dan kemudian memfokuskan telaah mereka terhadap berbagai komponen dan proses itu.
Pendekatan ekonomi terhadap politik memfokuskan pada pelaku-pelaku politik tertentu yang
berbeda dalam konteks strategis tertentu. Pendekatan ekonomi terhadap politik semacam ini
memiliki kegunaan yang tidak sedikit, namun bukan berarti tidak memiliki kelemahan, karena
menurut Caporaso dan Levine setidaknya terdapat tiga kelemahan.

Kelemahan pertama, apakah politik dalam konteks demokrasi dapat dideskripsikan dengan lebih
baik dengan memfokuskan pada tujuan-tujuan yang ingin dicapai warganegara, ataukah dapat
dideskripsikan dengan lebih baik dengan memfokuskan pada jenis-jenis kegiatan yang dilakukan
warganegara.

Kelemahan kedua, terletak pada penjelasan tentang institusi dan perubahan institusi. Di satu
pihak, institusi dapat dipandang sebagai sesuatu yang given, yang tidak bisa diutak-atik lagi,
sebagaimana digunakan dalam model-model neoklasik. Namun sebaliknya, di lain pihak,
institusi juga dapat dipandang sebagai fenomena yang dapat diutak-atik sehingga masih dapat
menghasilkan dampak yang berbeda, meskipun dipandang sebagai pandangan yang ambisius,
karena berusaha menjabarkan perubahan-perubahan institusional dengan menggunakan model
tindakan yang disengaja.
Kelemahan ketiga, mengenai hubungan antara institusi dan pilihan. Kalau institusi, termasuk di
dalamnya institusi politik, sekadar berfungsi untuk memfasilitasi pemuasan kebutuhan atau
meningkatkan efisiensi dalam pemuasan kebutuhan, bagaimana awalnya sehingga kebutuhan itu
ada?

Dua definisi umum dari ekonomi yaitu :

1. Ilmu Ekonomi (economic) adalah penelitian terhadap manusia dalam kesibukannya sehari-
hari. Ilmu meneliti bagian dari tindakan individu dan tindakan social yang memiliki
hubungan paling erat dengan pencarian dan pemanfaatan terhadap kebutuhan-kebutuhan
material dari kesejahteraan (Alfred Marshall, Principles of Economics, (1890), 1930:1)
2. Ilmu Ekonomi (economic) adalah ilmu yang meneliti prilaku manusia sebagai hubungan
Antara tujuan dan sumber daya yang langka dan dapat dingunakan untuk berbagai macam
keperluan. (Lionel Robbins, An Essay on the Nature and Significance of Ekonomic Science,
1932:16)

Dalam pendekatan ini ada penerapan penalaran ekonomi terhadapa proses politik. Dimana dalam
politik tetap mempertahankan sisi ekonominya.

Dalam pendekatan ekonomi pada politik terdapat dua konsep yaitu konsep pilihan rasional dan
konsep efisiensi.

Konsep Pilihan Rasional

Teori pilihan rasional adalah teori yang beranggapan bahwa manusia dalam mengambilsuatu
keputusan selalu memperhitungkan keuntungan terhadap dirinya (terutama dalam bentuk materi).
Teori rational choice lahit dari bagian revolusi para penganut behavioral yang berkembang di
Amerika. Teori ini bersumber dari metodologi ekonomi. Hal itu membuat teori ini juga dikenal
sebagai ekspansi imperialistic ekonomi kedalam wilayah keilmuan sosiologi, antropologi,
hokum, social biology dan tentunya ilmu politik. Teori ini sangat beperan dalam memecahkan
permasalahan politik, terutama politik-ekonomi. J. Elster (1987 : 86) mengembangkan teori ini.
J. Elster berpendapat bahwa intisari dari rational choice adalah ketika individu dihadapkan pada
beberapa jenis pilihan, individu tersebut biasanya melakukan apa yang mereka yakini
berkemungkinan mempunyai hal yang terbaik.

Teori Pilihan Rasional ketika individu memilih sebuah pilihan jika dihadapkan dengan pilihan
yang variatif. Individu lengkap akan informasi dari setiap pilihan yang ada sehingga individu
tersebut akan mengerti setiap resiko yang didapat ketika memilih salah satu dari pilihan tersebut.

Konsep Efisiensi

Efisiensi adalah jika seuatu unit dapay bekerja dengan baik, sehingga dapat mencapai hasil atau
tujuan yang diharapkan. Efiesensi dapat menjadi ukuran normatif, seperti digunakan dalam
mengukur beberapa pola pikiran, distribusi dan alokasi. Namun efisiensi tidak dapat digunakan
untuk memprediksi bagaimana perilaku dari para individu.

Pendekatan Ekonomu terhadap Politik menerapkan dengan 3 cara, yaitu : teori pendekatan
public, analisi ekonomi terhadap kebijakan dan analisis ekonomi terhadap institusi.

Teori Pilihan Publik

James Buchanan (1984) The economic study non-market decision making (ilmuekonomi
terhadap proses pengambilan keputusan kolektif dan berbagai fenomena-fenomena yang bersifat
ekonomi). Samuelson & Nordhaus (1995) teori pilihan public ialah salah satu cabang ilmu
ekonomi yang mempelajari bagaimana pemerintah membuat keputusan yang terkait dengan
kepentingan masyarakat (publik).
Teori pilihan publik dapt digunakan untuk mempelajari perilaku para aktor politik maupun
sebagai petunjuk bagi pengambilan keputusan dalam penentuan pilihan kebijakan publik yang
paling efektif. Yang menjadi subjek dalam telaah pilihan public adalah pemilih, partai politik,
politisi, birokrat, kelompok kepentingan, yang semuanya secara tradisional lebih banyak
dipelajari oleh pakar – pakar politik.
Analisi Ekonomi terhadap Kebijakan

Analisi Ekonomi adalah proses dimana kekuatan dan kelemahan ekonomi dianalisis. Analisis
ekonomi adalah penting untuk memahami kondisi ekonomi yang tepat. Hal ini dapat
mencangkup sejumlah isu – isu ekonomi penting yang terus copping up dalam ekonomi tertentu
yang sedang dianalisis.

Dalam analisis ekonomi terhadap kebijakan memeberikan focus terhadap individu dalam artian
ontologis dan teoritis. Maksud dari landasan ontologis adalah mempelajari realitas atau
kenyataan sebenarnya. Secara teorits, institusi dan struktur politik harus dipahami mulai dari
level paling dasar yaitu dipandang sebagai dampak dari sekumpulan tindakan yang dilakukan
tiap individu yang semuanya sama – sama mementingkan kepentingan sendiri.

Analisis Ekonomi terhadap Institusi

Dalam analisis ini berfokus pada bagaimana institusi bisa memupuk perilaku instrumental.
Perilaku instrumental artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan.
Seseorang dapat berperilaku positf terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya
bila objek tidak memenuhi kebutuhannya maka ia akan berperilaku negatif. Hal ini juga
berhubungan dengan adanya efisiensi.

Ada juga analisis antara institusi dan perilaku pasar yang memiliki 3 cara untuk memahami
hubungan ini. Pertama, pasar dipandang sebagai instirusi dimana pasar bukanlah sekedar
sekumpulan individu yang bebas melakukan jual beli tanpa terstruktur. Kedua, institusi akan
mendefisikan cakupan dari pertukaran pasar. Ketiga, institusi berfungsi hanya untuk melarang,
tapi biasanya digunakan juga untuk mengubah pola insentif yang mendasari pertukaran pasar.
BAB 7 : PENDEKATAN BERBASIS KEKUATAN DALAM EKONOMI POLITIK

Interaksi antara kekuasaan dengan fenomena ekonomi dapat menjadi fokus dalam ekonomi
politik. Konsep pasar sangat erat kaitannya dengan ide bahwa individu dapat memilih dan
membuat kontrak secara sukarela. Pasar adalah struktur pembeli dan penjual yang sifat
impersonal dan tersebar dimana para pembeli dan penjual ini bekerja secara independen didalam
mengejar tujuan-tujuan pribadi mereka sendiri-sendiri.

 Beberapa Penafsiran tentang Kekuasaan

Konsep kekuasaan yang paling sederhana, paling banyak dianut dan paling mudah dipahami
secara intuitif adalah pandangan bahwa kekuasaan merupakan kemampuan kita untuk
mencapai tujuan kita maka kita harus melakukan sesuatu untuk memengaruhi dan merubah
dunia sekitar. Ada tiga jenis kekuasaan, yaitu : kekuasaan untuk mencapai tujuan dengan
mengalahkan alam, kekuasaan terhadap orang lain dan kekuasaan bersama orang lain
(maksudnya kekuasaan yang terkait dengan institusi-pent).

 Beberapa Penafsiran tentang Kepentingan

Max Weber, 1958:55 : Manusia didominasi oleh keinginan untuk mendapatkan uang, oleh
keinginan untuk mendapatkan kekayaan (acquistion) sebagai tujuan yang paling utama dalam
hidupnya. Keinginan untuk memuaskan kebutuhan material (melainkan sudah menjadi tujuan
akhir atau tujuan mutlak-pent).
Konsep kepentingan langsung (direct interest) bisa disebut juga sebagai kepentingan
“subjektif” atau kepentingan “behavioral”. Kepentingan langsung bisa diterjemahkan
menjadi pilihan, dan pilihan secara otomatis berubah menjadi keputusan tentang mana dari
alternatif dari alternatif –alternatif yang tersedia yang akan diambil.

Konsep kedua dari kepentingan adalah sebuah penafsiran yang akan sulit sekali untuk bisa
diterima para penganut behaviorisme dan utilitarianisme, yaitu kepentingan yang disebut
sebagai kepentingan “rill” atau kepentingan “objektif”.

 Kekuasaan dan Perekonomian Pasar

Salah satu manfaat besar yang diyakini dapat diberikan oleh perekonomian pasar kapitalistik
adalah kemampuannya untuk menumbuhkan kekayaan masyarakat. Contoh dimana kekayaan
bisa memberikan kekuasaan, yaitu (1) kekuatan pasar yang dimiliki perusahaan, (2) kontrak
tenaga kerja, dan (3) hubungan produksi dalam perusahaan.

 Kekuatan Pasar dari Perusahaan

Dalam pasar yang persaingannya sempurna, pertukaran ekonomi dan kekuasaan cenderung
untuk saling bertolak belakang satu sama lain. Potensi kekuasaan (potential power) merujuk
pada sumber daya dan sarana pengaruh yang masih belum dimanfaatkan, atau dengan kata
lain, belum pernah dipakai sama sekali.

 Kontrak antarpekerja dengan Kapitalis

Hubungan antara pekerja dengan kapitalis untuk menunjukkan apa saja kekuatan yang
berpotensiuntuk terbentuk pada hubungan antara keduanya. Ketidak merataan distribusi
kekayaan dalam sistem kapitalisme membuat beberapa memiliki kekayaan yang bisa
memungkinkan mereka untuk menyewa orang lain untuk bekerja bagi mereka, sementara
orang lainnya harus menjual tenaga kerjanya agar bisa mendapatkan sarana untuk memenuhi
kebutuhan mereka.

 Kekuasaan dalam Perusahaan

Ada sebuah pendekatan yang menghubungkan antara pelaksanaan kekuasaan dengan


perekonomian yang melihat bukan kepada mekanisme pasar itu sendiri melainkan pada
hubungan kewenangan pada organisasi-organisasi yang melakukan produksi.

 Kekuasaan Terkondisi dan Perekonomian

Konsep ini menimbulkan kekhawatiran tertentu tentang kekuasaan, terutama dalam kaitannya
dengan kepentingan. Kekuasaan terkondisi adalah bersifat objektif. Mereka yang
menjalankan kekuasaan dalam artian ini maupun yang tunduk pada kekuasaan ini seringkali
tidak menyadari bahwa kekuasaan itu sedang dijalankan. Yang terjadi adalah bahwa
penerimaan pada kewenangan tertentu, kesediaan untuk tunduk pada orang lain diambil
sebagai pilihan oleh mereka yang tunduk.
BAB 8 : PENDEKATAN BERBASIS NEGARA DALAM EKONOMI POLITIK

Negara dalam pendekatan ini dipandang sebagai instrumen atau sebagai institusi yang
dimanfaatkan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan pribadi mereka masing-
masing. Pendekatan yang berpusat pada negara dalam ekonomi politik disini adalah pendekatan
yang memandang bahwa agenda dari negara dan perekonomian juga merupakan agenda dari
wilayah pribadi.

Otonomi Negara
Ide tentang otonomi negara merujuk pada kemampuan negara untuk bertindak secara independen
dari faktor-faktor sosial (terutama faktor-faktor ekonomi). Konsep otonomi negara disini
memandang bahwa negara adalah bebas dari pengaruh eksternal atau pengaruh masyarakat.
Pandangan bahwa otonomi adalah kebebasan dari pengaruh “eksternal” memiliki tiga
konsekuensi (corollary).

 Negara yang dikatakan bebas akan mampu “menang dalam melawan” tekanan-tekanan dari
masyarakat sipil.
 Tindakan negara dipandang sebagai tidak dipengaruhi oleh satu kelompok mana pun atau
koalisi antarkelompok mana pun.
 Negara dianggap mampu menolak atau menahan tekanan dari luar, dan konsep seperti ini
sangat banyak dianut oleh para pemikir tentang masalah pengambilam kebijakan.

Pandangan otonomi negara memiliki hibungan erat dengan literatur “negara kuat Vs negara
lemah”. Negara kuat adalah negara yang mampu menolak tekanan dan menghasilkan inisiatif
kebijakan publik sendiri sementara negara lemah adalah negara yang “tunduk” pada tekanan dari
kepentingan-kepentingan ekonomi.

Pendekatan-pendekatan Berbasis Masyarakat


Pendekatan Utilitarian
Menurut Eric Nordlinger istilah negara merujuk pada semua individu yang memegang jabatan
dimana jabatan ini memberikan kewenangan kepada individu-individu itu untuk membuat dan
menjalankan keputusan-keputusan yang dpat mengikat pada sebagian atau keseluruhan dari
segmen-segmen dalam masyarakat. Dalam pandangan ini otonomi negara adalah berbentuk
kemampuan dari para pejabat negara untuk melaksanakan pilihan-pilihan mereka dengan cara
meterjemahkan pilihan-pilihan itu kedalam kebijakan publik, yang bisa selaras atau bisa juga
bertentangan dengan pilihan-pilihan dari orang lain yang bukan pejabat negara.

Pendekatan-pendekatan Marxian
Mengapa negara tidak bisa dipandang sebagai kumpulan dari beberapa kepentingan pribadi
ketika kita membuat konsep otonomi negara?

Pandangan bahwa negara adalah bentuk dari kepentingan-kepentingan pribadi dari para kapitalis
yang berfungsi sebagai instrumen untuk mencapai tujuan tertentu. Masalah dalam pendekatan
instrumental ini adalah sebagai berikut : (1) apakah kepentingan kapitalis itu adalah kepentingan
dari individu-individu kapitalis yang ada dalam kelas kapitalis ataukah kepentingan objektif yang
dapat diimputasikan kepada para individu ini berdasarkan posisi kelas mereka? (dengan kata lain
apakah nrgara dalah pelaksana dari kepentingan langsung ataukah kepentingan riil dari individu-
individu yang menjadi kapitalis?, (2) kalau benar memang bahwa negara bertindak demi
kepentingan kelas kapitalis dan jika benar bahwa kepentingan kapitalis itu bertenatangan dengan
kepentingan para pekerja, bagaimana caranya agar negara bisa mendapatkan kepatuhan dari
mayoritas dari populasi masyarakat seperti yang terjadi dalam negara-negara demokratis
kapitalis?

Statisme

Pendekatan statisme dalam ekonomi politik membalik hubungan sebab akibat yang disebutkan
oleh teori-teori berbasis masyarakat. Dalam teori-teori berbasis masyarakat (yaitu konsep negara
dalam teori utilitarian dan teori Marxis), yang menjadi faktor penyebab atau pemicu adalah
pilihan pribadi atau kondisi material yang dihadapi individu yang kemudian menyebabkan
terbentuknya tuntutan politik secara terorganisir yang disodorkan kepada negara. Menurut
Stepen Krasner, negara adalah sejumlah peran dan institusi yang memiliki dorongan dan tujuan
khusus yang berbeda dari kepentingan kelompok tertentu manapun dalam masyarakat. Krasner
mendefinisikan negara dengan menggunakan konsep kepentingan Nasional. Negara adalah
institusi atau sekumpulan institusi yang bertanggung jawab untuk menetapkan nilai-nilai yang
digunakan untuk menentukan kegunaaan bagi masyarakat. Pendekatan ini memandang bahwa
perbedaan antara negara dengan masyarakat tidaklah paralel dengan pembedaan antara wilayah
publik dengan wilayah pribadi.

Pendekatan Transformasional terhadap Negara

Otonomi negara dipahami dalam dua artian, yaitu :

 Otonomi negara dipahami sebagai agenda negara yang berbeda dari agenda kepentingan
pribadi dan tidak bisa ditentukan berdasarkan kepentingan-kepentingan pribadi dari
individu-individu dalam masyarakat.

 Otonomi negara sejauh ini dianggap sebagai kemampuan negara untuk melaksanakan
kemauannya sendiri. Ini berarti otonomi negara ialah kemampuan untuk membuat tujuan
dan kemudian mencapai tujuan itu.

Ada dua jenis faktor penyebab yang terjadi, yaitu faktor penyebab yang terjadi didalam negara
itu sendiri dan faktor yangada diluar negara.

Anda mungkin juga menyukai