Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terdapat lebih dari 4 juta wanita hamil mengalami preeklampsia setiap tahun.
Dan setiap tahun, diperkirakan sebanyak 50.000 sampai 70.000 wanita meninggal karena
preeklampsia serta 500.000 bayi meninggal. Preeklampsia merupakan penyebab 15– 20%
kematian wanita hamil di seluruh dunia serta penyebab utama mortalitas dan morbiditas
pada janin (Raghupathy, 2013). Indonesia merupakan salah satu negara berkembang
dengan Angka Kematian Ibu (AKI) dan kematian perinatal tinggi yaitu tertinggi ketiga di
ASEAN dan tertinggi kedua di kawasan South East Asian Nation Regional Organization
(WHO, 2013). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
menunjukkan peningkatan signifikan AKI di Indonesia sebesar ±57% yaitu dari 228 per
100.000 Kelahiran Hidup (KH) pada tahun 2007 menjadi 359 per 100.000 KH. Angka
tersebut jauh dari yang diharapkan dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) tahun 2010- 2014 yaitu AKI 118 per 100.000 KH, target MDG’s
(Millenium Development Goals) tahun 2015 yaitu 102 per 100.000 KH. Sedangkan target
SDG’s (Sustainable Development Goals) tahun 2030 yaitu AKI 70/100.000 KH
(Kemenkes RI, 2015).

Menurut Robson dan Jason terdapat sekitar 10% ibu yang mengalami hipertensi
akibat kehamilan; diantaranya 3-4% mengalami preeklampsia, 5% hipertensi dan 1-2%
hipertensi kronik (2012). Preeklampsi berat atau eklampsia terjadi karena adanya
mekanisme imunologi yang kompleks dan aliran darah ke plasenta berkurang (Indiarti,
2009) dan karena penyempitan pembuluh darah (Cuningham, 2010). Hal ini
mengakibatkan suplai zat makanan yang dibutuhkan janin berkurang Pada preeklampsia
dan eklampsia, penurunan laju filtrasi glomerulus pada ginjal terjadi akibat spasme arteri
renalis yang menyebabkan penyerapan terhadap protein berkurang sehingga terjadi
proteinuria, selanjutnya terjadi penurunan albumin serum (hipoalbuminemia) sehingga
tekanan hipovolemik intravaskular akan berkurang(Jurnal Kesehatan Andalas. 2015).

Pertolongan persalinan melalui vagina yang berat lebih baik dengan sectio
caesarea yang lebih aman bagi keduanya (Oxorn, 2010). Sectio caesarea atau bedah cesar
harus dipahami sebagai alternatif persalinan ketika jalan normal tidak bisa lagi. Meski
90% persalinan termasuk kategori normal atau alami, sebagian diantaranya mengalami
masalah sehingga perlu dilakukan tindakan bantuan. Prioritas keselamatan ibu dan bayi.
Untuk itu bila diperlukan adakalanya dilakukan bantuan untuk mempercepat proses
persalinan semacam penyedotan janin atau penarikan janin, lebih dari itu, bila diperlukan
akan diambil tindakan mengeluarkan bayi secara langsung dengan membuka bagian perut
ibu. Inilah yang disebut sebagai bedah Caesar (M.T Indriati, 2012)

Penyebab persalinan dengan bedah caesar ini bisa karena masalah di pihak ibu
maupun bayi. Terdapat dua keputusan bedah caesar. Pertama, keputusan bedah caesar
yang sudah didiagnosa sebelumnya. Penyebabnya antara lain, ketidak-seimbangan ukuran
kepala bayi dan panggul ibu (panggul sempit, anak besar, letak dahi, letak muka, dsb),
keracunan kehamilan yang parah, preeklampsia berat atau eklampsia, kelainan letak bayi
(sungsang, lintang), sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta (plasenta previa), bayi
kembar, kehamilan pada ibu berusia lanjut, sejarah bedah Caesarpada kehamilan
sebelumnya, ibu menderita penyakit tertentu, infeksi saluran persalinan dan
sebagainya.Yang kedua adalah keputusan yang diambil tiba-tiba karena tuntutan kondisi
darurat. Meski sejak awal tidak ada masalah apapun dan diprediksi persalinan bisa
dilakukan dengan normal, ada kalanya karena satu dan lain hal timbul selama proses
persalinan. Contoh penyebab kasus ini antara lain plasenta keluar dini, persalinan
berkepanjangan, bayi belum lahir lebih dari 24 jam sejak ketuban pecah, kontraksi terlalu
lemah dan sebagainya (M.T Indriati, 2012).

Nyeri pada ibu post SC dapat menimbulkan berbagai masalah, salah satunya
masalah laktasi. Sekitar 68% ibu post SCmengalami kesulitan dengan perawatan bayi,
bergerak naik turun dari tempat tidur dan mengatur posisi yang nyaman selama menyusui
akibat adanya nyeri (Anggorowati, dkk 2007). Rasa nyeri tersebut akan menyebabkan
pasien menunda pemberian ASI sejak awal pada bayinya, karena rasa tidak nyaman
selama proses menyusui berlangsung atau peningkatan intensitas nyeri setelahoperasi
(Batubara dkk, 2008). Manajemen nyeri mempunyai beberapa tindakan atau prosedur
baik secara farmakologis maupun non farmakologis.Prosedur secara farmakologis
dilakukan dengan pemberian analgesik, yaitu untuk mengurangi atau menghilangkan rasa
nyeri (Yuliatun, 2008). Sedangkan secara non farmakologis dapat dilakukan dengan cara
relaksasi, teknik pernapasan, pergerakan atau perubahan posisi, masase, akupressur,
terapi panas atau dingin, hypnobirthing, musik, dan TENS (Transcutaneous Electrical
Nerve Stimulation) Dalam STRADA Jurnal Ilmiah KesehatanVol. 6 No. 2 Desember
2017.

World Health Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata sectio caesarea


di sebuah Negara adalah sekitar 5-15% per 1000 kelahiran di dunia. Rumah Sakit
pemerintah kira–kira 11% sementara Rumah Sakit swasta biasa lebih dari 30% (Gibbson
L. et all, 2010). Menurut WHO peningkatan persalinan dengan sectio caesarea di seluruh
Negara selama tahun 2007–2008 yaitu 110.000 per kelahiran di seluruh Asia
(SinhaKounteya, 2010). Berdasarkan hasil data pada bulan oktober, November dan
desember sebanyak 280 pasien yang melakukan tindakan section saecaria di RSU
Kabupaten Tangerang, dan kelompok ini tertarik mengambil makalah dengan judul
“Asuhan keperawatan Post Partum SC indikasi PEB dengan Inovasi relaksasi
genggam jari untuk menurunkan nyeri post SC”.

1.2 Rumusan Masalah

Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan,


setelah umur 20 minggu atau segera setelah persalinan (Langelo et al, 2012).
Preeklampsia didefinisikan secara umum sebagai hipertensi dan proteinuria yang timbul
setelah 20 minggu kehamilan yang sebelumnya normal yang disebabkan oleh banyak
faktor. Pada keadaan berat preeklampsia dapat menjadi eklamsia dengan penambahan
gejala kejang (Ramadhani et al, 2012).

Pertolongan persalinan melalui vagina yang berat lebih baik dengan sectio
caesarea yang lebih aman bagi keduanya (Oxorn, 2010). Sectio caesarea atau bedah cesar
harus dipahami sebagai alternatif persalinan ketika jalan normal tidak bisa lagi. Meski
90% persalinan termasuk kategori normal atau alami, sebagian diantaranya mengalami
masalah sehingga perlu dilakukan tindakan bantuan. Prioritas keselamatan ibu dan bayi.
Untuk itu bila diperlukan adakalanya dilakukan bantuan untuk mempercepat proses
persalinan semacam penyedotan janin atau penarikan janin, lebih dari itu, bila diperlukan
akan diambil tindakan mengeluarkan bayi secara langsung dengan membuka bagian perut
ibu. Inilah yang disebut sebagai bedah Caesar (M.T Indriati, 2012)

Nyeri pada ibu post SC dapat menimbulkan berbagai masalah, salah satunya
masalah laktasi. Sekitar 68% ibu post SCmengalami kesulitan dengan perawatan bayi,
bergerak naik turun dari tempat tidur dan mengatur posisi yang nyaman selama menyusui
akibat adanya nyeri (Anggorowati, dkk 2007). Rasa nyeri tersebut akan menyebabkan
pasien menunda pemberian ASI sejak awal pada bayinya, karena rasa tidak nyaman
selama proses menyusui berlangsung atau peningkatan intensitas nyeri setelahoperasi
(Batubara dkk, 2008).

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mendapatkan pengalaman nyata tentang “Asuhan keperawatan Post Partum SC


indikasi PEB dengan Inovasi relaksasi genggam jari untuk menurunkan nyeri post SC”.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mampu melaksanakan proses pengkajian pada pasien pasien post partum sc


indikasi PEB.
2. Mengidentifikasi data yang menunjang masalah padapasien post partum sc
indikasi PEB.
3. Mampumenemukan diagnosa keperawatan pada “Asuhan keperawatan Post
Partum SC indikasi PEB dengan Inovasi relaksasi genggam jari untuk
menurunkan nyeri post SC”.
4. Mampu menyusun intervensi keperawatan pada“Asuhan keperawatan Post Partum
SC indikasi PEB dengan Inovasi relaksasi genggam jari untuk menurunkan nyeri
post SC”.
5. Mampu melaksanakan tindakan keperawatanpada “Asuhan keperawatan Post
Partum SC indikasi PEB dengan Inovasi relaksasi genggam jari untuk
menurunkan nyeri post SC”.
6. Mampu melaksanakan evaluasi Asuhan keperawatan Post Partum SC indikasi
PEB dengan Inovasi relaksasi genggam jari untuk menurunkan nyeri post SC”.
7. Mampu melaksanakan pendokumentasian keperawatan pada pasien Post Partum
SC indikasi PEB dengan Inovasi relaksasi genggam jari untuk menurunkan nyeri
post SC

1.5 Manfaat Makalah

1.5.1 Bagi Institusi Rumah Sakit

Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan
pelayanan “Asuhan keperawatan Post Partum SC indikasi PEB dengan Inovasi
relaksasi genggam jari untuk menurunkan nyeri post SC di ruang Aster Rumah
Sakit Umum Kabupaten Tangerang”.

1.5.2 Bagi Institusi Pendidikan Prodi Keperawatan STIKes YATSI

Makalah ini dapat digunakan sebagai acuan untuk membuat makalah yang
berikutnya.

1.5.3 Bagi Kelompok

Seluruh proses pembuatan makalah ini dapat dijadikan sebagai pengalaman belajar
dan dapat menambah ilmu pengetahuan dalam “Asuhan keperawatan Post Partum SC
indikasi PEB dengan Inovasi relaksasi genggam jari untuk menurunkan nyeri post
SC”.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Sectio caesareaadalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan


uterus yang masih utuh dengan berat janin lebih dari 1000 gr atau umur kehamilan > 28
minggu (Manuaba, 2012). Sectio caesareamerupakan tindakan melahirkan bayi melalui
insisi (membuat sayatan) didepan uterus. Sectio caesareamerupakan metode yang paling
umum untuk melahirkan bayi, tetapi masih merupakan prosedur operasi besar, dilakukan
pada ibu dalam keadaan sadar kecuali dalam keadaan darurat menurut Hartono (2014).
Sectio caesareamerupakan kelahiran janin melalui jalur abdominal (laparotomi)
yang memerlukan insisi ke dalam uterus (histerotomi). Adanya insisi dan jaringan yang
rusak menyebabkan sensasi rasa nyeri (Perry & Potter, 2009).Nyeri merupakan
pengalaman sensori yang dibawa oleh stimulus sebagai akibat adanya
kerusakanjaringan (Perry & Potter, 2010). Nyeri persalinan merupakan sensasi yang
tidak menyenangkan akibat stimulasi saraf sensorik. Nyeri tersebut terdiri atas
duakomponen, yaitu komponen fisiologis dan komponen psikologis.

Preeklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan,


setelah umur 20 minggu atau segera setelah persalinan (Langelo et al, 2012).
Preeklampsia didefinisikan secara umum sebagai hipertensi dan proteinuria yang timbul
setelah 20 minggu kehamilan yang sebelumnya normal yang disebabkan oleh banyak
faktor. Pada keadaan berat preeklampsia dapat menjadi eklamsia dengan penambahan
gejala kejang (Ramadhani et al, 2012).

Preeklampsia dan eklamsia merupakan penyakit hipertensi yang disebabkan oleh


kehamilan yang ditandai dengan hipertensi, edema dan proteinuria setelah ke 20 dan jika
disertai kejang disebut eklamsia. (Nuryani et al, 2012).
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh
individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual. Nyeri dalam
intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda (Andarmoyo,
2013).

Intensitas nyeri pasca bedah merupakan suatu kekerasan atau trauma bagi
penderita. Anastesi maupun tindakan pembedahan menyebabkan kelainan yang dapat
menimbulkan berbagai keluhan dan gejala. Keluhan dikemukakan adalah nyeri, muntah,
dan memburuknya keadaan umum (STRADA Jurnal Ilmiah KesehatanVol. 6 No. 2
Desember 2017).

Dalam Tamsuri (2007) dalam Zees (2012;640), relaksasi adalah tindakan relaksasi
otot rangka yang dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merelaksasikan ketegangan
otot yang mendukung rasa nyeri.Menurut Liana (2008) dalam Pinandita (2011:35), teknik
relaksasi genggam jari (finger hold) merupakan teknik relaksasi dengan jari tangan serta
aliran energi didalam tubuh

Teknik relaksasi genggam jari adalah cara yang mudah untuk mengelolaemosi
dan mengembangkan kecerdasan emosional. Di sepanjang jari-jari tangan kita terdapat
saluran atau meridian energi yang terhubung dengan berbagai organ dan emosi (Cane,
2013).Menggenggam jari sambil menarik nafas dalam-dalam (relaksasi) dapat
mengurangi dan menyembuhkan ketegangan fisik dan emosi, karena genggaman jari
akan menghangatkan titik-titik keluar dan masuknya energi pada meridian (energi
channel) yang terletak pada jari tangan kita (Liana, 2008) Dalam Jurnal MUSWIL IPEMI
Jateng, 17 September 2016.

Kriteria minimum untuk mendiagnosis preeklampsia adalah terjadinya hipertensi


dan proteinuria, edema sudah tidak lagi digunakan sebagai kriteria diagnostik karena
edema juga banyak terjadi pada wanita dengan kehamilan normal (Cunningham dkk.,
2010). Faktor risiko timbulnya hipertensi dalam kehamilan jika didapatkan edema
generalisata atau kenaikan berat badan lebih dari 0,57 kg/minggu perlu dipertimbangkan
(Angsar, 2010). Kriteria diagnostik preeklampsia dan eklampsia dapat dilihat yaitu :

a. Preeklampsia ringan
1. Tekanan darah > 140/90 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu
2. Proteinuria > 300 mg/24 jam atau > 1+ pada dipstik
3. Edema: edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia, kecuali edema
pada lengan, muka dan perut, serta edema generalisata
b. Preeklampsia berat, bila ditemukan salah satu atau lebih gejala ber
1. Tekanan darah > 160/110 mmHg
2. Proteinuria 2 g/24 jam atau > 2+ pada dipstik
3. Oliguria, yaitu produksi urin < 500 ml/24 jam
4. Kenaikan kadar kreatinin plasma
5. Gangguan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma, atau gangguan
penglihatan
6. Edema paru 7. Gangguan fungsi hepar: peningkatan kadar AST (SGOT) atau ALT
(SGPT) > 2 kali batas atas nilai normal 8. Nyeri epigastrium atau nyeri pada
kuadran kanan atas abdomen 9. Trombositopenia berat: jumlah trombosit < 100.000
sel/µl 10. Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat 11. Sindrom HELLP
(hemolysis, elevated levels of liver enzymes, low platelet count)
c. Eklampsia Timbulnya kejang menyeluruh atau koma pada penderita preeklampsia
d. IndikasiPersalinan SectioCaesarea
1. Indikasi janin : Janin besar, gawat janin, letak lintang, letak
sungsang, dan bayi kembar.
2. Indikasi Ibu : Preeklampsia dan Eklampsia, Disproporsi Sefalopelvik, Partus tak
maju, Riwayat sectio caesarea sebelumnya (Cuningham, et,el 2009).

2.2 Tanda dan Gejala

Menurut (Maryunani, 2012) Berikut ini beberapa tanda dan gejala preeklampsia
yang harus diwaspadai:

 Tekanan darah mencapai lebih dari 140/90 mmHG

 Sakit kepala yang sangat parah

 Merasa sangat tidak enak badan


 Kenaikan berat badan secara drastis karena disebabkan oleh retensi cairan

 Tiba-tiba mengalami pembengkakan pada kaki, pergelangan kaki, wajah dan tangan

 Masalah penglihatan, seperti kabur atau melihat lampu berkedip

 Nyeri pada perut bagian atas

 Nyeri tepat di bawah tulang rusuk

 Mual atau muntah

 Sulit bernapas akibat cairan di paru

 Jarang buang air kecil

 Terdapat protein dalam urin (hal ini diketahui setelah melakukan pemeriksaan urin)

2.3 Etiologi

Etiologi dan Patogenesis Preeklampsia dan eklampsia dianggap sebagai


maladaptation syndrome (sindrom yang muncul karena kegagalan adaptasi) akibat
vasopasme menyeluruh dengan segala akibatnya (Nugroho, 2010). Berbagai teori telah
diajukan untuk memahami mekanisme pasti penyebab perubahan patologis pada
preeklampsia dan eklampsia seperti berikut:

a. Teori kelainan vaskularisasi plasenta


Teori penyebab preeklampsia yang pertama kali dikemukakan adalah teori kelainan
vaskularisasi plasenta yang menunjukkan kegagalan remodelling arteri spiralis. Invasi
sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis tidak terjadi pada preeklampsia
sehingga arteri spiralis gagal bervasodilatasi. Vasodilatasi arteri spiralis ini terjadi pada
kehamilan normal dan penting untuk menjaga aliran darah ke janin sehingga dapat
meningkatkan perfusi jaringan dan menjamin pertumbuhan janin dengan baik (Angsar,
2010)
b. Teori kerusakan sel endotel
Salah satu fungsi sel endotel adalah memproduksi prostasiklin yang merupakan
vasodilator kuat. Kerusakan sel endotel menyebabkan agregasi sel-sel trombosit pada
daerah endotel yang rusak untuk menutup kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi
tromboksan (suatu vasokonstriktor kuat). Kadar prostasiklin dalam keadaan normal
lebih tinggi daripada tromboksan, namun pada preeklampsia kadar prostasiklin lebih
rendah daripada tromboksan sehingga terjadi kenaikan tekanan darah (Angsar, 2010).
c. Teori imunologis Respon imun ibu pada kehamilan normal tidak menolak adanya hasil
konsepsi karena sel-sel trofoblas plasenta mengekspresikan human leukocyte antigen
protein G (HLA-G) yang melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel Natural Killer
ibu. Human leukocyte antigen protein G juga merupakan prakondisi terjadinya invasi
trofoblas ke jaringan desidua. Penurunan ekspresi HLA-G terjadi pada preeklampsia
sehingga 14 menghambat invasi trofoblas ke jaringan desidua, menyebabkan implantasi
yang abnormal, dan mengubah respon kekebalan ibu terhadap antigen janin (Angsar,
2010; Sidani dan Siddik-Sayyid, 2011).
d. Teori genetik
Teori genetik diajukan setelah melalui berbagai pengamatan. Wanita nullipara
dengan riwayat preeklampsia dalam keluarga memiliki risiko dua hingga lima kali lipat
mengalami preeklampsia. Beberapa gen termasuk angiotensinogen gene variant (T235),
endothelial nitric oxide synthase (eNOS), dan gen penyebab trombofilia diduga
berkaitan dengan preeklampsia (Sidani dan Siddik-Sayyid, 2011).
e. Teori defisiensi gizi (Diet)
Minyak ikan mengandung banyak asam lemak tidak jenuh yang dapat menghambat
produksi tromboksan, menghambat aktivitas trombosit, dan mencegah vasokontriksi
pembuluh darah.
f. Teori stimulus infeksi

Pada hipertensi terjadi peningkatan oksidatif, sehingga debris trofoblast dan nekrotik
trofoblas juga meningkat, hal ini menyebabkan terjadi reaksi inflamasi yang berlebihan
yang menimbulkan gejala preeklampsia pada ibu. (Sri wahyuni, 2014).

Pada preeklampsia dan eklampsia, penurunan laju filtrasi glomerulus pada ginjal
terjadi akibat spasme arteri renalis yang menyebabkan penyerapan terhadap protein
berkurang sehingga terjadi proteinuria, selanjutnya terjadi penurunan albumin serum
(hipoalbuminemia) sehingga tekanan hipovolemik intravaskular akan berkurang.
Albumin merupakan protein yang paling banyak terdapat dalam serum. Disamping
berperan dalam tekanan osmotik koloid, albumin juga bekerja sebagai molekul
pengangkut untuk bilirubin, asam lemak, dan obat-obatan.7 Kadar albumin serum yang
rendah (hipoalbuminemia) berhubungan dengan sirkulasi fetoplasenta yang tidak
memadai, sebagai akibat dari hipoperfusi multiorgan dan kerusakan endotel
menyeluruh. (Jurnal Kesehatan Andalas. 2015).

Hipoksia plasenta merangsang pelepasan zat vasoaktif dalam darah yang


memiliki efek pada jantung. Peningkatan tekanan perfusi menyebabkan perpindahan
cairan ke dalam cairan interstisial sehingga terjadi edema dan hipovolemia. Penurunan
volume intravaskular lebih lanjut mengurangi perfusi organ, menyebabkan pelepasan
katekolamin dengan penurunan perfusi secara bersamaan pada ginjal dan hati.
Hipoperfusi hati menentukan penurunan produksi albumin yang mengakibatkan
hipoalbuminemia dan penurunan tekanan onkotik yang selanjutnya menyebabkan
perpindahan cairan dan edema yang memburuk.9 Hipoalbuminemia adalah penanda
keparahan klinis pada berbagai kondisi, termasuk preeklampsia dan menunjukkan
keterlibatan ginjal yang penting. Hipoalbuminemia pada preeklampsia dapat
menyebabkan kerusakan ginjal lebih daripada penyakit hipertensi saja. Ini menunjukkan
bahwa hipoalbuminemia merupakan tanda prognostik negatif dan penanda untuk
disfungsi sistemik yang parah (Jurnal Kesehatan Andalas. 2015).

2.4 Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500gr dengan
sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu
distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll,
untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang
setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif
berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu
produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit,
luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan
antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri karena insisi yang
mengakibatkan gangguan rasa nyaman. Sebelum dilakukan operasi pasien perlu
dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak
pengaruhnya terhadap janin maupun ibu, anestesi umum menyebabkan bayi lahir dalam
keadaan apnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati,
sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia
uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan
nafas yang tidak efektif akibat sekret yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang
menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan
mobilitas usus. Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi
proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk
metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun
maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan
karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi
sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga
berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi. (Saifuddin, Mansjoer &
Prawirohardjo, 2010).
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ ,
termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya
proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan
timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan
sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan
kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu
timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra
Uterin Growth Retardation.
2.5 Pathway

PEB /CPD / KPD / Letak sungsang

2.5 Manifestasi Klinis PEB menurut (Nanda, 2013) :


a. Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala yang di ikuti dengan
peningkatan tekanan darah yang abnormal.
b. Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara berisik atau
gangguan lainnya.
c. Nyeri perut pada bagian ulu hati yang terkadang disertai dengan muntah.
d. Gangguan pernafasan sampai sianosis.
e. Terjadi gangguan kesadaran.

Therapi
Nyeri

Farmakologi Non Farmakologi

Sumber: Lily, 2012


2.6 Penatalaksanaan Nyeri
2.6.1 Nyeri secara farmakologi

Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi melibatkan penggunaan opiat

(narkotik), nonopiat/ obat AINS (anti inflamasi nonsteroid), obat-obat adjuvans atau

koanalgesik. Analgesik opiat mencakup derivat opium, seperti morfin dan kodein.

Narkotik meredakan nyeri dan memberikan perasaan euforia. Wanita dengan ukuran

tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg Meperidin (intra muskuler) setiap 3 jam sekali, bila

diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikan dengan cara serupa 10 mg

morfin(Berman, et al. 2009).

Nonopiat (analgesik non-narkotik) termasuk obat AINS seperti aspirin dan

ibuprofen. Nonopiat mengurangi nyeri dengan cara bekerja di ujung saraf perifer pada

daerah luka dan menurunkan tingkat mediator inflamasi yang dihasilkan di daerah luka.

(Berman, et al. 2009).

2.6.2 Nyeri secara Non farmakologi

Salah satu pengobatan non-farmakologis yang dapat dilakukan adalah teknik

relaksasigenggam jari.Teknik relaksasi genggam jari merupakancara yang mudah untuk

mengelola emosi dan mengembangkan kecerdasan emosional. Di sepanjang jari-jari

tangan kita terdapat saluran atau meridian energi yang terhubung dengan berbagai organ

dan emosi (Puwahang, 2011). Titik-titik refleksi pada tangan memberikan rangsangan

secara reflex(spontan) pada saat genggaman. Rangsangan tersebut akan mengalirkan


semacam gelombang kejut ataulistrik menuju otak. Gelombang tersebut diterima otak dan

diproses dengan cepat diteruskanmenuju saraf pada organ tubuh yang mengalami

gangguan, sehingga sumbatan di jalur energimenjadi lancar (Pinandita, 2012). Teknik

relaksasigenggam jari membantu tubuh, pikiran dan jiwa untuk mencapai relaksasi

(Liana, 2008). Dalam keadaan relaksasi secara alamiah akan memicu pengeluaran

hormon endorfin, hormon ini merupakan analgesik alami daritubuh sehingga nyeri akan

berkurang (Prasetyo, 2010).

Menurut Wong (2011:126) prosedur penatalaksanaan teknik relaksasi genggam jari


dilakukan selama 15 menit dengan tahapan antara lain :

1. Duduk atau baring dengan tenang


2. Genggam ibu jari tangan dengan telapak tangan sebelahnya apabila merasa khawatir
yangberlebihan, genggam jari telunjuk dengan telapak tangaan sebelahnya apabila
merasa takut berlebihan, gengggam jari tengah dengan telapak tangan sebelahnya
apabila merasa marah berlebihan, genggam jari manis dengan telapak sebelahnya
apabila merasa sedih berlebihan dan genggam jari kelingking dengan telapak tangan
sebelahnya apabila merasa stress berlebihan.
3. Tutup mata, fokus, dan tarik nafas perlahan dari hidung, hembuskan perlahan dengan
mulut. Lakukan berkali-kali
4. Katakan, “semakin rileks, semakin rileks, semakin rileks, semakin rileks”, dan
seterusnyasampai benar-benar rileks.
5. Apabila sudah dalam keadaan rileks, lakukan hipnopuntur yang diinginkan seperti,
“maafkan”, “lepaskan”, “tunjukan yang terbaik”, “saya pasti bisa”, “saya yakin
bahagia”, “saya ingin masalah cepat selesai”, “saya bisa mendapatkan yang lebih
baik”, danlain-lain sesuai dengan permasalahanya.
6. Gunakan perintah sebaliknya untik menormalkan pikiran bawah sadar. Contohnya,
“saya akan terbang degan keadaan yang lebih baik”, “mata saya perintah untuk
normal kembali dan dapat dengan mudah untuk dibuka”.
7. Lepas genggam jari dan usahakan lebih rileks.
Gambar Cara Relaksasi Genggam jari

Manfaat Relaksasi Genggam Jari

Beberapa manfaat dari relaksasi genggam jari ialah:

a. Memberikan rasa damai, fokus dan nyaman


b. Memperbaiki aspek emosi
c. Menurunkan kecemasan dan depresi
d. Menurunkan nyeri.

2.7 Mekanisme Relaksasi Genggam Jari

Relaksasi genggam jari menghasilkan impulsyang di kirim melalui serabut saraf


aferennon-nosiseptor.Serabut saraf non-nesiseptor mengakibatkan “gerbang” tertutup
sehingga stimulus pada kortek serebriatau dikurangi akibat counter stimulasi relaksasi
dan menggenggam jari. Sehingga intensitas nyeri akan berubah atau mengalami modulasi
akibat stimulasi relaksasi genggam jari yang lebih dahulu dan lebih banyak mencapai
otak (Pinandita,2012:41).Relaksasi genggam jari dapat mengendalikan dan
mengembalikan emosiyang akan membuat tubuh menjadi rileks. Adanya stimulais nyeri
pada luka bedah menyebabkan keluarnya mediator nyeri yang akan menstimulasi
transmisiimpulsdisepanjang serabut aferen nosiseptor ke substansi gelatinosa (pintu
gerbang) di medula spinalis untuk selanjutnya melewati thalamus kemudian disampaikan
ke kortek serebi dan di interpretasikan sebagai nyeri (Pinandita, 2012:41).Perlakuan
relaksasi genggam jari akan menghasilakan impuls yang dikirim melalui serabut saraf
aferen nosiseptor-non nesiseptor. Serabut saraf non nesiseptor mengakibatkan “pintu
gerbang” tertutup sehingga stimulus nyeri terhambat dan berkurang. Teori two gate
controlmenyatakan bahwa terdapat satu pintu “pintu gerbang” lagi di thalamusyang
mengatur impuls nyeri dari nervus trigeminusakan dihambat dan mangakibatkan
tertutupnya “pintu gerbang’ di thalamusmengakibatkan stimulasi yang menuju korteks
serebri terhambat sehingga intensitas nyeri berkurang untuk kedua kalinya (Pinandita,
2012:41).

2.8 Pengkajian

1. Identitas
Terjadi pada usia ibu kurang 18 tahun atau lebih dari 35 tahun (Maryunani, 2016)
2. Status kesehatan saat ini :
a. Alasan periksa/Masuk Rumah Sakit
Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, adanya gangguan serebral, gangguan
penglihatan, nyeri kepala, dan nyeri pada epigastrium, mual dan muntah, terdapat
edema pada ekstremitas, proteinuria, lebih dari 3 gr (Nuratif & Kusuma, 2016)
b. Keluhan utama : nyeri pada luka bekas sectio ceaserea di daerah perut (Solehati
& Kokasih, 2015)
c. Riwayat Obstetrik
 Riwayat menstruasi : menarche, siklus, teratur tidak, lama, warna, bau,
banyak, flour albus, dismenorhe, HPHT.
 Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Riwayat kehamilan terjadi hiperensi dan berisiko dilakukan persalinan
pervaginam, sehingga harus berakhir denga persalinan sectio caesarea, jika
tetap melakukan persalinan pervaginam dapat juga mengalami abortus
(Solehati & Kokasih, 2015)
 Riwayat kehamilan sekarang
Pada umumnya, ibu hamil yang menderita PEB berakhir dengan persalinan
sectio caesarea (Solehat & Kosasih, 2015)
 Riwayat keluarga berencana
Pemakaian kontrasepsi pada sebelum kehamilan berpengaruh signifikan
terhadap terjadinya preeklamsia (Setiawan, Rizky, 2016)
d. Riwayat Kesehatan
Pada riwayat kesehatan terdapat riwayat yang pernah dialami oleh ibu yang
mencakup; ibu pernah menderita penyait hiperensi sebelum hamil, mempunyai
riwayat preeklamsia pada kehamilan terdahulu, mudah terjadi pada ibu dengan
obesitas, pernah menderita penyakit ginjal kronis (Maryunani, 2016).
Selain tersebut terdapat riwayat penalit keluarga yaitu ada yang mempunyai
riwayat preeklamsia dalam keluarga atau penyakit keturunan.

3. Kebutuhan Dasar
 Pola nutrisi dan metabolisme
Setelah paska operasi 6 jam puasa dan paska operasi pasien akan merasakan mual
dan muntah selama 12 jam
 Pola eliminasi : adanya perasaan nyeri saat berkemih, buang air besar tidak lancer
karena adanya konstipasi
 Pola kebersihan diri,
Karena kondisi psikis yang belum stabil, biaanya ibi post partum masih belum
cukup kooperatif untuk membersihakn diri
 Pola istirahat tidur
Adanya nyeri pada luka post op dan pusing masih dirasakan, hal ini menyebaban
ibu sulit tidur
 Pola aktivitas latihan
Biasanya ibu tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena masih terbaring
lemah, biasanya paska persalinan ibu diajarkan mobilisasi miring kanan/kiri, serta
sulit untuk berkonsentrasi karena adanya rasa nyeri (Solikhah, 2011)
4. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum
Pada ibu post sectio biasanya composmetis setelah efek anestesi
Tekanan darah : tekanan darah tidak berubah, kemungkinan akan lebih rendah
karena ada perdarahan
Pernafasan: frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa 16-24 kali per menit,
pernafasan ini berhubungan dengan adanya keadaan suhu dan denyut nadi
Nadi : denyut nadi pada orang dewasa 60-100 kali perminit, paska melahirkan
denyut nadi dapat berubah menjadi bradikardia maupun cepat.
Suhu : dalam 1 hari post partum, suhu badan akan naik sedikit
 Kepala dan rambut
Bersih, tidak ada pembengkakan , persebaran rambut rata, terjadi pusing karena
tekanan darah yang tinggi

 Mata
Konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, respon cahaya pupil isokor +/+ dengan
diameter 2 mm, ekapresi wajah tampak meringis dengan mengetahui skala nyeri
dan gelisah akibat luka operasi
 Hidung
Tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak mengalami sinusitis
 Leher
Tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada nyeri tekan dan tidakk ada kaku kuduk
 Dada
Paru-paru : pergerakan dada teratur, tidak ada kelainan terdengar suara sonor dan
tidak ada wheezing ataupun ronchi
Jantung : ictus kordis tidak tampak, ictus kordis teraba di ICS 5-6 midklavikula
sinistra, pada saat perkusi terdengan pekak, suara jantung terdengar bunyi jantung
S1 – S2 tunggal.
Payudara : kolostrum keluar, mamae membesar, aerola berwarna kehitaman, papilla
menonjoldan tidak ada nyeri tekan
 Abdomen
Biasanya terdapat striae pada dinding abdomen, adanya luka jahitan operasi, adanya
nyeri tekan pada luka insisi, peristaltic usus menurun, pada fundus uteri ukuran 2
jari dibawah pusat, uterus saat dipalpasi keras.
 Genetalia
Adanya pengeluaran lochea rubra pada hari pertama sampai har kedua post partum,
warnanya merah mengandung darah, dari luka pada plasenta, serabut deciduas dan
chorionserta berbau amis atau anyir, ada anus dan perineum tidak oedema dan juga
tidak ada luka jahitan
 Ekstrimitas
Pada ekstrimitas atas tidak ada oedema ataupun varises, biasanya terpasang infuse
line
Pada ekstrimitas bawah ada oedema, persendian ekstrimitas bawah lemah, reflek
lemah, pergerakan terbatas.

5. Pemeriksaan Psikologis
Klien paska operasi sectio akibat nyeri, dapat mempengaruhi psikologis pasien
dalam jangka waktu yang lama, sehingga mengakibatkan adanya gangguan proses
pengenalan ibu dan bayi, hal ini akan mengakibatkan produksi ASI menurun atau tidak
keluar (Solehati & Kokasih, 2015)
6. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Urinalis : protein meningkat 5 gram/24 jam atau lebih, +++
atau+++++ pada pemeriksaan (Nuratif &Kusuma, 2016)
 Hemoglobin/Hematokrit
Menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan jumlah sel darah putih

2.9 DIAGNOSA YANG MUNCUL


1. Kesiapan peningkatan proses kehamilan – melahirkan (00208)
2. Kesiapan meningkatkan peran menjadi orangtua (00164)
3. Kesiapan Meningkatkan Pemberian ASI (00106)
4. Risiko gangguan perlekatan (00058)
2.10 INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa
Keperawatan NOC NIC
NANDA
Domain 8. Domain VI. Kesehatan Keluarga Domain 5. Keluarga
Seksualitas Kelas Z. Status kesehatan angota Kelas W. Perawatan melahirkan
Kelas 3. keluarga 6930. perawatan post partum
Reproduksi 2511. status maternal : post partum - Pantau tanda-tanda vital
00208. kesiapan Setelah dilakukan tindakan - Monitor lokia terkait dengan
peningkatan keperawatan selama .31-45 menit warna, jumlah,bau dan adanya
proses kehamilan kriteria hasil yang diharapkan: gumpalan
– melahirkan - 251107 Jumlah lokia (2-4) - Minta pasien untuk
- 251124 Warna lokia (2-4) mengosongkan kandung kemih
secara rutin sebelum
pemeriksaan postpartum dan
sesudahnya
- Pantau lokasi fundus, tinggi dan
tonus, pastikan untuk menopang
segmen bawah rahim selama
dilakukan palpasi
Domain 7. Domain 4 pengetahuan tentang Domain 5 keluarga
Hubungan peran kesehatan dan prilaku Kelas Z perawatan membesarkan
Kelas 1. Peran Kelas S pengetahuan tentang anak
pemberi asuhan kesehatan 6820 perawatan bayi
00164. kesiapan 1819 pengetahuan perawatan bayi - Dukung orang tua untuk
meningkatkan Setelah dilakukan tindakan berpartisipasi dalam
peran menjadi keperawatan selama lebih dari 1 jam aktifitas perawatan
orangtua dengan hasil kriteria yang diharapkan (memandikan, memberikan
- 181910. Teknik pemberian makan makan, memberikan obat
bayi (2-4) atau mengganti balutan)
- 181913. Memandikan bayi (2-4) - Berikan makanan pada anak
- 181914. Perawatan tali pusat (2- sesuai usia perkembangan
4) - Sediakan informasi pada
orangtua mengenai
perkembangan dan
membesarkan anak
- Monitor berat dan panjang
pada bayi
- Ganti popok
- Jaga agar tali pusat tetap
kering

Domain 2. Nutrisi Domain II. Kesehatan fisiologi Domain 5. Keluarga


Kelas 1. Makan Kelas K. Pencernaan dan nutrisi Kelas Z. Perawatan membesarkan
00106. Kesiapan 1001. keberhasilan menyusui : anak
Meningkatkan maternal 5244. konseling laktasi
Pemberian ASI Setelah dilakukan tindakan - Jelaskan tanda bahwa bayi
keperawatan selama lebih dari 1 jam. membutuhkan makan
kriteria hasil yang diharapkan: (misalnya, refleks rooting,
- 100101 Posisi nyaman selama menghisap serta diam dan
menyusui (2-4) terjaga / quiet alertness)
- 100109 Menghindari penggunaan - Instruksikan posisi
putting buatan / dot pada bayi (2- menyusui yang bervariasi
4) (misalnya, menggendong
- 100118 Bayi puas setelah bayi dengan posisi
menyusui (2-4) kepalanya berada di siku /
cross cradle, menggendong
bayi dibawah lengan pada
sisi yang digunakan untuk
menyusui / football hold,
dan miring)
- Intruksikan pada ibu untuk
membiarkan bayi
menyelesaikan proses
menyusui yang pertama
sebelum proses menyusui
yang kedua
- Dukung ibu untuk memakai
pakaian yang nyaman
dipakai dan BH yang
mendukung
- Diskusikan frekuensi pola
makan normal, meliputi
minum ASI terus menerus
dan sering / cluster feeding
dan lonjakan pertumbuhan
bayi / growth spurts
Domain 7 : Domain III Kesehatan psikososial - Domain 5 Keluarga
Hubungan peran Kelas P Interaksi social - Kelas Z Perawatan
Kelas 2 1500 Kelekatan orang tua – bayi membesarkan Anak
Hubungan Setelah dilakukan tindakan - 6710 Peningkatan
keluarga keperawatan peningkatan kelekatan Kelekatan
(00058) selama lebih dari 1 jam diharapkan - Letakkan bayi baru lahir
Risiko gangguan masalah risiko gangguan perlekatan kulit ke kulit orangtua
perlekatan dapat teratasi dengan kriteria hasil setelah kelahiran
- 150004 Secara verbal - Sediakan kesempatan bagi
menyampaikan perasaan positif orangtua untuk melihat,
terhadap bayi (4-5) memegang,dan memeriksa
- 150005 Memegan bayi secara bayi baru lahir segera
dekat (4-5) setelah kelahiran (misalnya
- 150006 Menyentuh,membelai dan tunda prosedur yang tidak
menepuk bayi (4-5) perlu dan sediakan privasi)
- 150009 Mengunjungi tempat - Lengkapi pengkajian ibu
perawatan (3-4) dan bayi baru lahir pada saat
- 150018 Menjaga bayi (tetap) orangtua memegang bayi
kering,bersih,dan tetap hangat (3-4) baru lahir
150020 Bayi berespon pada tanda - Bagikan pada orangtua
yang ditunjukkan orang tua (3-4) mengenai perawatan yang
diberikan pada bayi
- Dorong ibu untuk menyusui
dengan tepat
- Bantu orangtua dalam
mengidentifikasi kebutuhan
bayi pada saat menangis
- Tunjukan teknik
menenangkan bayi pada
orangtua
- Instruksikan pada orangtua
mengenai bagaimana cara
menyediakan kontak kulit
ke kulit
(misalnya,perawatan
kangguru, memijat, dan
menemani mandi)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 10 januari 2019

I. Identitas klien
 Nama : Ny.T
 Umur : 29 tahun
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Ibu rumah tangga
 Suku Bangsa : Jawa
 Pendidikan : SD
 Alamat : Kp. Cituis RT 003 RW 001
Surya bahari, Paku haji
 Diagnosa medis : G1 P1 A0 Post SC Dengan Pre Eklamsia Berat

II. Identitas penanggung jawab


 Nama : Tn.R
 Umur : 32 tahun
 Agama : Islam
 Pekerjaan :Buruh
 Suku Bangsa : Betawi
 Pendidikan : SD
 Hubungan dengan klien : Suami
 Alamat : Kp. Cituis RT 003 RW 001
Surya bahari, Paku haji
III. Data umum kesehatan
 Status obstetrikus : G 1 P 1 A 0 Post SC Dengan Pre Eklamsia Berat
Ny.T baru saja melahirkan anaknya yang pertama pada tanggal 10Januari 2019 jam
04.30 WIb , lahir secara caesar, terdapat luka operasi melintang di abdomen bagian
bawah tertutup kasa steril, tidak ada rembesan, bayi berjenis kelamin perempuan.
Kini Ny.T masih dalam masa nifas. Ny.T ingin merawat bayinya yang baru lahir
dengan baik dan ingin memberikan ASI eksklusif. Ny.T mengatakan ini adalah
persalinan yang pertama sehingg atidak ada pengalaman dalam perawatan bayi,.dan
pasien mengatakan asi belum keluar dan banyak bertanya mengenai teknik pemberian
ASI yang baik dan benar.

Tipe Umur
No BB waktu lahir Keadaan bayi waktu lahir
Persalinan Sekarang
1 Sectiocaesarea 3000g Bayi langsung menangis 0 hari
setelah lahir

 Keluhan utama saat pengkajian : Ny. T mengeluh nyeri pada luka operasi perut bagia
nbawah. Penyebab nyeri karena ada luk aoperasi, nyeri operasi caesar seperti di iris-
iris, nyeri terasa pada bagian perutbawah saja, skala nyeri yang dirasakan Ny.T
skala 7, nyeri terasa hebat bila bergerak.
 Masalah prenatal : N y. T mengatakan saat kehamilannya memasuki bulan ke 6
pasien mengalami darah tinggi,
 Riwayat persalinan sekarang : pada persalinan saat ini Ny.T melalui persalinan
dengan proses section caesarea
 Riwayat kesehatan yang lalu : pasien mengatakan ada darah tinggi sejak usia
kehamilan 6 bulan
 Riwayat kesehatan keluarga : Tidak ada kelainan darah tinggi dalam keluarga
 Riwayat KB : belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun
 Rencana KB : terpasang iud

IV. Pola aktivitas sehari-hari


Jenis aktivitas Di rumah Di rumah sakit
1. Pemenuhan nutrisi Frekuensi : 3x1 Frekuensi : 3x1
Nasi putih 1 porsi lauk, sayur, Nasi putih 1/2 porsi lauk, sayur,
ayam,tempe,tahu. ayam,tempe,tahu.
Snack: susu dan kue

2. Eliminasi BAK: frekuensi tidak terkaji BAK :


BAB: 1-2x/ hari pasienterpasangfolleycateter, dan
di buang per shift
500 ml
BAB : belum
3. Istirahat dan tidur Tidur :
Siang = 2 jam Pagi = 2 jam
Malam = 8 jam
Istirahat : Kebiasaan istirahat
yang dilakukan Ny.T adalah
berbaring mengistirahatkan
tubuhnya dan menonton televisi

4. Ambulansi Saat dirumah selama hamil, Setelah melahirkan, Ny.T sudah


Ny.T tidak mengalami hambatan dapat berjalan dan duduk secara
selama ambulansi, hanya saja mandiri
lebih berhati-hati saat
beraktivitas

5. Kebersihan diri Saat dirumah Ny.T menjaga pasca melahirkan


kebersihannya mandi : 1x
Mandi : 2x/hari sikat gigi : 1x
Mencuci rambut : 1-2x/hari mencuci rambut : belum
Sikat gigi : 2-3x/hari

V. Pemeriksaan fisik postnatal


 Keadaan umum
Keadaan umum ibu baik, keadaan compos mentis, GCS:E4 M6 V5, ibu tampak dapat
beraktifitas seperti duduk.
 Tanda vital
Tekanan darah = 160/100 mmHg
Suhu = 36,7°C
Pernafasan = 23x/menit
Nadi = 104x/menit
 Kepala :
Inspeksi : bentuk lonjong, rambut berwarna hitam, kulit kepala bersih tidak ada
ketombe, dan lesi
Palpasi : tidak teraba massa / benjolan dan tidak ada nyeri tekan
 Muka :
- Wajah :
Inspeksi : tampak bersih tidak pucat, tidak ada kloasma, tidak ada lesi.
Palpasi : tidak teraba massa / benjolan dan tidak ada nyeri tekan
- Mata :
Inspeksi : tampak simetris, kornea berwarna hitam kecokelatan, sklera berwarna
putih, reflek pupil mengecil ketika tersorot cahaya, konjungtiva
berwarna merah muda, tidak ada tanda infeksi pada mata
Palpasi : tidak teraba benjolan pada kelopak mata
- Hidung :
Inspeksi : tampak tidak ada pembengkokan pada hidung dan septum nasi
Palpasi : tidak teraba pembengkokan pada hidung dan septum nasi
- Mulut :
Inspeksi : bibir tidak ada kelainan konginetal ( labioseisis, palatoseisis, atau
labiopalatoseisis ), warna bibir merah muda kecokelatan , tidak ada lesi
dan massa. Tampak terdapat caries pada gigi, tidak ada gigi palsu yang
digunakan, tidak ada gingivitis, warna lidah merah muda, tidak ada
perdarahan dan abses dan tidak ada pembesaran tonsi.
Auskultasi : tidak terdengar perubahan suara
 Leher :
Inspeksi : tidak ada luka, tidak ada masa
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
 Dada (jantung, paru, payudara)
- Dada :
Inspeksi : tampak simetris tidak ada lesi, masa dan tidak ada kemerahan.
- Jantung :
Auskultasi : suara jantung terdengar suara S1 dan S2 , tidak terdapat suara jantung
tambahan
- Paru-paru :
Inspeksi : tampak tidak ada retraksi dada, frekuensi pernafasan 23x/menit, pola
pernafasan eupnea (irama dan kecepatan pernafasan normal)
Auskultasi : suara nafas terdengar vesikuler dan tidak ada suara nafas tambahan
Palpasi : getaran teraba sama antara sisi kiri dan sisi kanan
Perkusi : suara dinding torak saat diperkusi adalah sonor
- Payudara :
Inspeksi : simetris dengan ukuran sedang. Kulit payudara berwarna sawo matang,
tidak ada lesi dan tidak ada benjolan. Areola tampak berwarna cokelat
kehitaman. Puttingmenonjol tidak ada lesi tampak belumkeluarasi dan
kolestrum.
Palpasi : tidak teraba pembengkakan
 Abdomen
Inspeksi : tampak lukaoperasi di tutupverban, tidakadarembesan, tampak linea nigra
Auskultasi : bising usus terdengar 19x/menit
Palpasi : adanyeri, diastasis rektus abdominus berukuran panjang 10cm dan lebar
6cm, tinggi fundus berada 2 jari dibawah pusat

 Perineum
- Utuh, tidakepisiotomi, ruptur : utuh tidak ada robekan dan tidak di
jahitkarenapasienmelahirkansecara SC
- REEDA sign : tidak ada luka jahit dan tidak terdapat tanda-tanda REEDA
- Kebersihan
Genetalia Jumlah Warna Konsistensi Nyeri Bau
 Perdarahan ada perdarahan pervaginam Merah Cair - amis
pervaginam Tidak ada fluor segar

 Fluor albus Tidakada

 Lochea Lochea rubra Merah Cair (lokia Anyir


segar rubra) (khas
darah)

 Luka Tidakadaluka episiotomy,

episiotomi karena pasien melahirkan


secara SC

 Pemasanga terpasang kateter, jumlah jernih Cair khas

n 500 ml

kateterisasi

 Hemoroid : Ny. T tidak tampak adanya hemoroid


 Vairses : tidak terdapat varises
 Homan’s sign : Ny.T tidak merasakan nyeri
 Ekstremitas atas : kedua tangan Ny.T tampak dapat digerakan kekuatan otot 5, tidak
ada lesi, kemerahan dan masa.
 Ekstremitas bawah : kedua kaki Ny.T tampak dapat digerakan kekuatan otot 5, tidak
ada lesi, kemerahan dan masa. Terdapat respon positif pada reflek patella.

VI. Pemeriksaan Psikososial


 Konsep diri : Ny.T merasa dirinya telah sempurna menjadi wanita, karna sudah
memiliki suami dan seorang anak
 Peran diri : Ny.T merasa perannya bertambah tidak lagi menjadi seorang istri dan ibu
dari bayi yang di lahirkannya.
 Identitas diri : Ny. T menyadari bahwa dirinya kini sudah menjadi ibu dari bayinya.
 Harga diri : Ny.T merasa bangga karna kini dirinya telah menjadi ibu dari bayi di
lahirkannya.
 Pengetahuan tentang perawatan diri / luka / penyakit : Ny.T belum tahu cara
perawatan luka operasi dan perawatan tali pusat.

VII. Pemeriksaan Penunjang


Tanggal Jenis Hasil Nilai normal
pemeriksaan
10-1-19 Hb 12,8 g/dl. 11,7-15,5 g/dl.
Leukosit 10,33x 103/ul 3,80-10,60x103/ul
Hematokrit 37 % 35-47 %
Trombosit 151x103/ul 150-440x103/ul
GDS 84 mg/dl <180mg/dl
Hbsag Negatif Negatif
Urinalisa :
Protein +2 0
Darah +1 0
Keton +2 0
0-35 u/l
Sgot 13 u/l
0-35 u/l
Sgpt 9 u/l
10-50 mg/dl
Ureum 9 mg/dl
0-13 mg/dl
creatin 0,5 mg/dl

3.2 ANALISA DATA


No Data Fokus Diagnosa Keperawatan NANDA
1 DS :
- Ny.T mengatakan nyeri pada luka Domain 12 : Kenyaman
operasi (P)
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
- Nyeri dirasakan seperti teriris-iris(Q)
- Nyeri dirasakan pada abdomen bagian 00132 Nyeri Akut
bawah saja (R)
- Nyeri terasa skala 7 (S)
- Nyeri terasa bertambah jika bergerak
(T)

DO :
- Ny.T tampak meringis kesakitan,
dengan sakala nyeri 7, tampak
menunjukan daerah sumber nyeri,
pasien post op sc, tampak luka operasi
di bagian abdomen bawah di tutup
verban, tidak terdapat rembesan.
- Observasi vital sign
Tekanan darah = 160/100 mmHg
Suhu = 36,7°C
Pernafasan = 23x/menit
Nadi = 104x/menit

2 DS :
- Ny.T mengatakan baru saja melahirkan Domain 7. Hubungan peran
anak pertamanya Kelas 1. Peran pemberi asuhan
- Ny.T mengatakan ingin merawat 00164. kesiapan meningkatkan peran
anaknya dengan baik menjadi orangtua
DO :
- Ny.T tampak ingin mengetahui dan
banyak bertanya cara merawat bayi
baru lahir dengan benar
3 DS :
- Ny. T mengatakan ingin memberikan Domain 2. Nutrisi
ASI eksklusif kepad a bayinya Kelas 1. Makan
- Ny.T mengatakan asinya belum keluar 00106. Kesiapan Meningkatkan
- Ny.T menanyakan mengenai teknik Pemberian ASI
menyusui yang benar
DO :
- Ny.T tampak semangat ingin
memberikan ASI eksklusif
- Ny.T tampak banyak bertanya
mengenai teknik menyusui
- Tampak asi dan kolostrum belum
keluar, putting menonjol.
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan NOC NIC
NANDA
Domain 12 : Domain 5: Kondisi kesehatan Domain 1 Fisiologi Dasar
Kenyaman yang diharapkan
Kelas E Peningkatan
Kelas 1 : Kelas V Status gelaja
kenyamanan fisik
Kenyamanan 2102 Tingkat nyeri
Fisik 1400 Manajemen Nyeri

00132Nyeri - 21021 Nyeri yang - Lakukan pengkajian


akut dilaporkan (3-4) konfrehensif
- 210204 panjangnya - Observasi adanya
episode nyeri (3-4) petunjuk non verbal
- 210206 ekspresi nyeri mengenai
wajah (3-4) ketidaknyamanan
- 210215 kehilangan nafsu - Berikan manajemen
makan (3-4) nyeri seperti
- 210217 Mengerang dan penyebab nyeri,
menangis (4-5) berapa lama nyeri
dirasakan
- Kondisikan
lingkungan yang
dapat mempengaruhi
respon
ketidaknyamanan
- Dukung pasien untuk
istirahat / tidur yang
adekuat untuk
membantu
mengurangi nyeri
- Berikan informasi
yang akurat
Domain 7. Domain 4 pengetahuan Domain 5 keluarga
Hubungan tentang kesehatan dan prilaku Kelas Z perawatan
peran Kelas S pengetahuan tentang membesarkan anak
Kelas 1. Peran kesehatan 6820awatan bayi
pemberi 1819 pengetahuan perawatan Tindakan:
asuhan bayi - Dukung orang tua
00164. Setelah dilakukan tindakan untuk berpartisipasi
kesiapan keperawatan selama lebih dari dalam aktifitas
meningkatkan 1 jam dengan hasil kriteria perawatan
peran menjadi yang diharapkan (memandikan,
orangtua - 181910 Teknik memberikan makan,
pemberian makan bayi memberikan obat atau
(2-4) mengganti balutan)
- 181913 Memandikan - Berikan makanan
bayi (2-4) pada anak sesuai usia
- 181914 Perawatan tali perkembangan
pusat (2-4) - Sediakan informasi
pada orangtua
mengenai
perkembangan dan
membesarkan anak
- Monitor berat dan
panjang pada bayi
- Ganti popok
- Jaga agar tali pusat
tetap kering

Domain 2. Domain II Kesehatan Domain 5 Keluarga


Nutrisi fisiologi Kelas Z Perawatan
Kelas 1. Kelas K Pencernaan dan membesarkan anak
Makan nutrisi 5244. konseling laktasi
00106. 1001. keberhasilan menyusui : - Jelaskan tanda bahwa bayi
Kesiapan maternal membutuhkan makan
Meningkatkan Setelah dilakukan tindakan (misalnya, refleks rooting,
Pemberian keperawatan selama . kriteria menghisap serta diam dan
ASI hasil yang diharapkan: terjaga / quiet alertness)
- 100101 Posisi - Instruksikan posisi
nyaman selama menyusui yang bervariasi
menyusui (2-4) (misalnya, menggendong
- 100109 Menghindari bayi dengan posisi
penggunaan putting kepalanya berada di siku /
buatan / dot pada bayi cross cradle,
(2-4) menggendong bayi
- 100118. Bayi puas dibawah lengan pada sisi
setelah menyusui (2-4) yang digunakan untuk
menyusui / football hold,
dan miring)
- Intruksikan pada ibu untuk
membiarkan bayi
menyelesaikan proses
menyusui yang pertama
sebelum proses menyusui
yang kedua
- Dukung ibu untuk
memakai pakaian yang
nyaman dipakai dan BH
yang mendukung
- Diskusikan frekuensi pola
makan normal, meliputi
minum ASI terus menerus
dan sering / cluster feeding
dan lonjakan pertumbuhan
bayi / growth spurts

3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari I
Hari/Tanggal : kamis / 10 januari 2019
Diagnosa
Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi
NANDA
Domain 12 : 15.00 1. Memantau tanda-tanda S : Ny. T mengatakan
kenyamanan vital masih nyeri pada
Kelas 1 Hasil : TD 160/100 luka operasi
:kenyamananfisik mmHg O :Ny. T tampak
Nyeri akut 00132 S: 36,7 c meringis bila
R:23x/menit bergerak.
16.10 N: 104x/menit Skala nyeri 5
2. Mengkajiskalanyeri - Tanda vital
16.30 Hasil : Skala 7 Td : 160/100
3. Menganjurkan pasien mmHg
untuk melakukan tekhnik S : 36,7
relaksasi gengam jari RR : 23x/menit
selama 10 menit. N : 104x/menit
17.40 Hasil:pasien tampak A :Masalah keperawatan
relaks. nyeri teratasi
4. Kolaborasi pemberian sebagian
obatan algetik: ketoprfen P : lanjutkan intervensi
18.00 supp 200 mg. - Pantau tanda-tanda
5. Memberi dukungan vital
pasien untuk tidur/ - Kaji skala nyeri
istirahat untuk - Anjurkan tekhnik
mengurangi nyeri relaksasi
- Kaloborasi
pemberian terapi
sesuai instruksi

Kelas 1. Peran 15.20 1. Mendukung orang tua S : Ny.T mengatakan


pemberi asuhan untuk berpartisipasi dalam memahami mengenai
00164. kesiapan aktifitas perawatan perawatan bayi dengan
meningkatkan (memandikan, benar
peran menjadi memberikan makan, O :
orangtua memberikan obat atau - Ny. T tampak
mengganti balutan) memahami
Hasil : ibu tampak informasi yang
antusias dalam perawatan diberikan mengenai
16.20 bayi ASI
2. Memberikan edukasi - berat badan 3000 gr
makanan pada anak panjang badan 50
sesuai usia perkembangan cm
Hasil : ibu tampak atusias A : masalah
untuk melakukan keperawatan kesiapan
17.00 pemberian ASI meningkatkan peran
3. Menyediakan informasi menjadi orangtua
pada orangtua mengenai teratasi
perkembangan dan P : lanjutkan intervensi
membesarkan anak - Dukungpartisipasi
Hasil : ibu tampak orang tua:
mengerti cara - Memberikan ASI
17.15 membesarkan anaknya pada bayi
4. Memonitor berat dan - Perawatan tali pusat
panjang pada bayi - Monitor berat
Hasil : berat badan 3000 badan dan tinggi
gr panjang badan 50 cm badan bayi.

Hari II
Hari / tanggal : jum’at, 11 januaru2019

Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi


Keperawatan
NANDA
Doamain 12 15.10 1. Memantau tanda-tanda Vital S : Ny T mengatakan
Kenyamanan Hasil : nyeri berkurang.
Kelas 1 Kenyamanan TD : 130/90 mmHg, S : 36,4 C Skala nyeri 2
Fisik N : 88x/ Menit, RR : 22x/ Menit
00132 Nyeri akut O : Tanda-tanda vital
15.30 2.Mengkaji Skala nyeri TD : 130/90 mmHg
Hasil : Skala Nyeri 6 S : 34.2 C
RR : 22x/menit
16.00 3.Menganjurkan untuk tehnik relaksasi N : 85x/menit
genggam jari bila timbul nyeri
A : Masalah
16.30 4.Kolaborasi pemberian obat analgetik keperawatan nyeri
ketopren supp 200 mg teratasi sebagian

P : Lanjutkan
Iintervensi
- Pantau tanda-
tanda vital
- Kaji skala nyeri
- Lakukan tehnik
relaksasi genggam
jari

Domain 7 Hubungan 15.40 1. Mendukung orang tua untuk S : Ny. T mengatakan


Peran berpartisipasi dalam aktifitas perawatan sudah menerti
Kelas 1 Peran (memandikan,memberikan makan, mengenai
Pemberi Asuhan memberikan obat atau mengganti perawatan bayi
00164 Kesiapan balutan) dengan benar
meningkatkan peran 16.20 2. Memberikan edukasi makanan pada anak O : Ny. T Terlihat
menjadi orangtua sesuai usia perkembangan mengerti tentang
Hasil : ibu tampak antusias untuk informasi yang
pemberian Asi diberikan (Mengenai
ASI)
17.00 3. Menediakan Informasi pada orangtua
mengenai perkembanagan dan A : Masalah
membesarkan anak keperawatan
Hasil : Ibu tampak mengerti cara kesiapan
membesarkan anak meningkatan peran
menjadi orang tua
18.00 4. Memonitor berat dan Panjang bayi teratasi
Hasil : Berat badan 3000 gr
Panjang badan 50 cm P : Lanjutkan intervensi
- Dukung partisipasi
orangtua dalam
memberikan Asi
pada bayi
- Perawatan tali
pusat
- Memonitor berat
badan dan tinggi
badan bayi
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Aplikasi Jurnal

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Artha Bodhi Iswara (2018)


tentang Tehnik Relaksasi genggam jari untuk menurunkan nyeri pada ibu post op sectio
caesarea berdasarkan hasil penelitiannya didapatkan nyeri pada ibu post op sectio
caesarea kelompok perlakuan sebagai berikut : berdasarkan hasil penelitian didapatkan
nyeri pada ibu post op sectio caesarea kelompok kontrol sebanyak 3 (15,79 %) ibu
mengalami nyeri ringan pada pretest, dan 16 ibu (84,21%) ibu mengalami nyeri
sedang. Setelah diberi perlakuan kemudian dilakukan posttest, sebanyak 15 ibu
(78,95%) nyerinya tidak ada, 4 ibu (21,05%) mengalami nyeri ringan, dari penelitian
tersebut ada pengaruh tehnik relaksasi genggam jari dalam menurunkan nyeri ibu post
op sectio caerarea. Pada penelitian yang kedua yang dilakukan Siti Hamiyah,
Martyarini Budi Setyawati, Siti Mar’atus Sholikhah tentang Efektifitas Tehnik Relaksasi
Genggam jari terhadap Nyeri post op Sectio Caesarea di RSUD Ajibarang. Berdasarkan
penelitian tersebut, didapatkan nyeri pada ibu post op sectiocaesarea sebelum dilakukan
tahnik relaksasi genggam jari adalah 7,09 dengan nilai nyeri terendah 7 dan tertinggi 8,
sedangkan nilai nyeri setelah dilakukan relaksasi genggam jari 5,63 denga nilai nyeri
terendag 5 dan tertinggi 6. Mayoritas nyeripada postoperasi sectio caesarea sebelum
dilakukan tehnik relaksasi genggam jari adalah nyeri berat sebanyak 10 responden
(90,9%) dan responden dengan nyeri sedang adalah 1 responden (9,1%), sedangkan nyeri
post op sectio caesarea setelah dilakukan tehnik relaksasi genggam jari semuanya
mengalami nyeri sedang sebanyak 11 responden (100%). Dari hasil penelitian dapat
diketahui bahwa nilai rata-rata nyeri pada ibu postoperasi sectio caesarea sebelum
dilakukan tehnik relaksasi genggam jari adalah 7,09 dan menurun setelah dilakuka tehnik
relaksasi genggam jari menjadi 5,63. Dapat diketahui pula bahwa mayoritas nyeri pada
post operasi sectio caesarea sebelum dilakukan tehnik relaksasi genggam jari adalah
nyeri berat sebanyak 10 responden (90,9%) dan sesudah dilakukan tehnik relaksasi
genggam jari semuanya mengalami nyeri sedang sebanyak 11 responden (100%). Dan
menurut penelitian yang dilakukan oleh Puji Astutik dan Eka Kurlinawati (2017), tentang
pengaruh relaksasi genggam jari terhadap penurunan nyeri pada pasien post sectio
caesarea di RSUD Kertosono, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
dari responen mengalami nyeri sedang sebelum diberikan relaksasi genggam jari yaitu
sebanyak 13 responden (65%), sedangkan setelah diberikan relaksasi genggam jari
berubah menjadi sebagian besar responden mengalami nyeri ringan yaitu 12 responden
(60%), ada pengaruh relaksasi genggam jari terhadap penurunan nyeri pada pasien post
sectio caesarea.

Tehnik relaksasi genggam jari merupakan cara yang mudah untuk mengelola
emosi dan mengembangkan kecerdasan emosional. Di sepanjang jari-jari tangan kita
terdapat saluran atau meridian energi yang terhubung dengan berbagai organ dan emosi
(Puwahna, 2011). Titik-titik repleksi pada tangan memberikan rangsangan secara reflex
(spontan) pada saat genggaman. Rasangan tersebut akan mangalirkan semacam
gelombnag kejut atau listrik menuju otak. Gelombang tersebut diterima otak dan diproses
dengan cepat diteruskan menuju saraf pada organ tubuh yang mengalami gangguan,
sehingga sumbatan di jalur energi menjadi lancar.

Dari beberapa penelitian atau jurnal diatas, maka kelompok sepakat untuk
menerapkan jurnal tersebut kepada pasien kelolaan kelompok yaitu Ny. T.

Berikut tabel penerapan relaksasi genggam jari pada Ny. T


No Skala Terapi (relaksasi Skala nyeri Keterangan
Nyeri genggam jari) setelahnya
1 7 1x/hari selama 15 5 Pasien tampak
menit lebih rileks
2 6 1x/hari selama 15 2 Pasien bisa
menit tersenyum dan
tenang

4.2 Jurnal relaksasi genggam jari dan aplikasi

Berdasarkan jurnal diatas dan yang telah diterapkan kepada pasien kelolaan
kelompok, Pasien Ny. T adalah pasien post operasi sectio ceasereasebelum 24 jam
setelah operasi, saat dilakukan pengkajian pasien menyatakan nyeri yang hebat dengan
skala 7, dan setelah dilakukan tindakan relaksasi genggam jari, pasien sangat kooperatif,
sehingga mendapatkann hasil yang bagus. Pada tindakan pertama pasien mengalami
penurunan skala nyeri dari 7 turun menjadi 5, setelah dilakukan tindakan relaksasi
genggam jari yang kedua, mendapatkan hasil yang lebih baik lagi dibanding yang
pertama yakni skala nyeri turun dari 6 ke skala nyeri 2, setelah mendapatkan hasil yang
sangat bagus dan pasien juga bisa diajak kerjasama maka kelompok mengajarkan kepada
pasien untuk selalu menerapkan secara mandiri apa yang telah kelompok ajarkan/berikan.
Dari penerapan jurnal yang diberikan kelompok kepada pasien kelolaan, dan dilihat dari
hasilnya maka penerapan jurnal tentang relaksasi genggam jari berhasil, sesuai dengan
yang ada didalam jurnal.

Kelompok tertarik untuk membuat makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pasien
Postpartum Sectio caesear indikasi Preeklampsia Berat dengan Inovasi relaksasi
genggam jari untuk mengurangi nyeri Post Sectio caesarea, tindakan pemberian
relaksasi dengan genggam jari merupakan hal yang penting dilakukan pada pasien
dengan Post Sectio caesarea, karena pasien mengalami nyeri, pasien yang mengalami
nyeri pada Post SC akan berfokus pada diri sendiri peran sebagai ibu akan mengalami
gangguan. Dengan diberikannya tehnik relaksasi ganggam jari sangat efektif untuk
mengurangi nyeri pasien, sehingga akan meningkatkan rasa nyaman, pasien akan lebih
mampu melakukan tugas sebagai ibu. Dengan mengetahui cara pemberian relaksasi
genggam jari, diharapkan tindakan relakasi yang dilakukan dengan benar sehingga bisa
mengurangi nyeri dan meningkatkan rasa nyaman pasien. Dan dengan adanya Asuhan
Keperawatan kelompok kami dengan memberikan tehnik relaksasi genggam jari pada
pasien post SC, dapat memberikan tambahan pengetahuan baru bagi seluruh perawat
yang ada di Rumah Sakit.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sectio ceasarea adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus yang
masih utuh dengan berat janin dari 1000 gr atau umur kehamilan > 28 minggu. Dari uraian
diatas kelompok dapat mengambil kesimpulan :

1. Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien sectio caesarea indikasi PEB dengan
inovasi relaksasi genggam jari untuk mengurangi nyeri post SC di ruang rawat Aster
Rumah Sakit Kabupaten Tangerang tahun 2019 dapat dilakukan dengan baik dan
tidak menemukan kesulitan dalam pengumpulan data.
2. Pada diagnosa asuhan keperawatan tersebut dirumuskan 3 diagnosa keperawatan pada
tinjauan kasus.
3. Pada perencanaan asuhan keperawatan, semua perencanaan dapat diterapkan sesuai
dengan tinjauan kasus dan perencanaan tentang inovasi juga dapat diterapkan.
4. Pada implementasi asuhan keperawatan dan penerapan inovasi tentang genggam jari
untuk mengurangi nyeri pasien dapat dilakukan dengan baik
5. Evaluasi pada pasien, semua masalah hampir teratasi semua, dan direncanakan
perawatan hari ke 3 pasien boleh pulang.

5.2 Saran

1. Bagi Institusi Rumah Sakit


Bagi Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang diharapakan dapat menerapkan
relaksasi genggam jari pada semua pasien Post sectio ceaserea, karena pasien yang
mengalami nyeri pada Post op sectio ceaserea akan berfokus pada diri sendiri peran
sebagai ibu akan mengalami gangguan. Dengan diberikannya tehnik relaksasi
ganggam jari sangat efektif untuk mengurangi nyeri pasien, sehingga akan
meningkatkan rasa nyaman, pasien akan lebih mampu melakukan tugas sebagai ibu.
Dengan mengetahui cara pemberian relaksasi genggam jari, diharapkan tindakan
relakasi yang dilakukan benar sehingga bisa mengurangi nyeri dan meningkatkan rasa
nyaman pasien.
2. Bagi Institusi Pendidikan STIKes YATSI
Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai referensi dan tambahan informasi
tentang inovasi relaksasi genggam jari pada pasien post op sectio ceaserea.
3. Bagi Perawat Ruangan
Diharapkan semua perawat atau Bidan, dapat menerapkan relaksasi gengam jari pada
semua pasien post Sectio Ceasear dengan benar.

Anda mungkin juga menyukai