Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1
maupun merasionalkan area yang menghasilkan tingkat pengembalian yang kurang
memuaskan.
2. Mengidentifikasi perbedaan yang tidak dapat diperkirakan dalam profitabilitas
diantara kelompok – kelompok konsumen dan menyelidiki penyebab pernedaan
tersebut
3. Dalam hal negosiasi agresif dengan konsumen perusahaan dapat
mengkuantifikasikan dampak financial dari perubahan yang diusulkan sehingga
dapat menjadi dasar dalam pengambilan keputusan
4. Menyesuaikan kebijakan product pricing untuk konsumen yang menuntut layanan
yang lebih banyak dibandingkan dengan gross profit yang dihasilkannya
5. Mengubah cara berinteraksi dengan konsumen yang menciptakan aktivitas yang
membebani perusahaan.
6. Menentukan segmen pasar yang potensial dalam menyediakan nilai konsumen
terbesar beserta menyumbangkan profit yang besar bagi perusahaan
2
3. Menganalisa mana konsumen yang menguntungkan dan mana yang kurang
menguntungkan
Perusahaan harus menganalisa terlebih dahulu berapa margin yang diperoleh oleh
pihak perusahaan dengan mengurangi pendapatan yang diperoleh dari masing –
masing konsumen dengan biaya yang dikeluarkan untuk melayani masing – masing
jenis konsumen.
Customer Lifetime Value adalah KPI penting dan termasuk dalam area administrasi
bisnis, agar dapat merencanakan kampanye pemasaran lebih baik dan mengoptimalkan
struktur biaya dalam manajemen pelanggan. Misalnya, CLV tinggi dapat disertai dengan
anggaran pemasaran yang tinggi sehingga pengembalian investasi yang diharapkan (ROI)
berada pada tingkat yang relatif tinggi. Selain itu, investasi dalam Manajemen Hubungan
Pelanggan dapat diverifikasi.
Istilah nilai umur pelanggan sering digunakan untuk menggambarkan transisi dari
pemasaran transaksi ke manajemen hubungan pelanggan. Nilai seorang individu
difokuskan pada kurang, sedangkan manfaat tindakan untuk mempertahankan hubungan
pelanggan semakin diukur dalam bentuk perhitungan yang berasal dari bidang
perhitungan investasi dan Pemasaran B2B. CLV didasarkan pada metode nilai modal,
yang mencakup bunga pada nilai dari awal investasi.
Sebagai model yang diperluas, CLV juga dapat mewakili berbagai tahap akuisisi dan
pemeliharaan pelanggan untuk menyelaraskan kegiatan pemasaran dengan kebutuhan
pelanggan tertentu. Untuk tujuan ini, lamanya waktu seseorang menjadi pelanggan
dibagi ke dalam siklus pelanggan yang berbeda. Misalnya, kontak pelanggan pertama
hestanto.web.id, pengaturan hubungan, individualisasi, Cross-Selling atau Retargeting.
Bagaimana fase individu dirancang tergantung pada tujuan survei. Berbagai opsi ada,
sehingga, misalnya, akuisisi pelanggan baru, layanan pelanggan yang ada atau ekuitas
pelanggan dapat digunakan sebagai indikator kinerja modern untuk seluruh basis
pelanggan. Aspek terakhir adalah dasar teoritis untuk perhitungan CLV sehingga
keseluruhan kepentingan pelanggan untuk perusahaan dianggap sebagai investasi
dengan laba yang diharapkan.
3
Perhitungan Nilai Umur Pelanggan (Customer Lifetime Value)
Misalkan CLV pelanggan dari pelanggan penyedia telepon seluler harus dihitung.
Durasi hubungan bisnis T diasumsikan 10 tahun. Sejalan dengan itu, tingkat perhitungan
adalah 10%, yaitu 0,1 untuk digunakan dalam rumus. Setiap dua tahun pelanggan
membeli smartphone baru senilai $ 400 (eT). Produsen menerapkan $ 50 (aT) per tahun
untuk layanan pelanggan dalam bentuk korespondensi, percakapan telepon, dan email.
Karena eT dan aT adalah nilai yang harus terkait dengan periode orang yang menjadi
pelanggan, mereka dihitung sebelumnya: 5 * 400 sama dengan $ 2000 dan 50 * 10 sama
dengan $ 500. Sekarang nilai-nilai digunakan dalam rumus CLV.
Oleh karena itu, CLV klien adalah $ 148,51 per tahun. Opsional, aspek lain dapat
dimasukkan di sini. Jika pelanggan memiliki, misalnya, merekrut pelanggan lain, ini dapat
dimasukkan dalam perhitungan. Nilai seperti tingkat penjualan kembali atau promosi
penjualan silang juga dapat digunakan. Ada berbagai model untuk menghitung nilai umur
pelanggan.
CLV sebagian didasarkan pada perkiraan nilai dan umumnya pada penjualan yang
dikaitkan dengan tingkat ketidakpastian tertentu. Secara khusus, referensi untuk
kemungkinan penjualan menimbulkan masalah karena mereka tidak dapat diprediksi
secara umum. Potensi penjualan bisa jauh lebih kecil dari yang diharapkan atau bahkan
sama sekali tidak ada. Semakin banyak riwayat pembelian yang ada, semakin besar
kemungkinan bahwa prediksi akan terpenuhi dan nilai praktis yang praktis akan
dihasilkan ketika menghitung CLV. Adalah penting bagaimana data yang mendasarinya
dihasilkan dan dikumpulkan. Misalnya, Pelacakan di E-Commerce harus memetakan
semua transaksi ke pelanggan unik untuk mencapai basis data yang layak untuk CLV. Ini
mempengaruhi aspek perhitungan seperti Perlindungan Data atau privasi. Oleh karena
itu, referensi ke riwayat pembelian atau nilai referensi lainnya harus dianonimkan.
Pemasaran email sangat menarik bagi perusahaan muda dan perusahaan baru,
karena nilai CLV yang tinggi diharapkan di bidang ini karena biaya pengiriman yang
rendah. Secara umum, startup yang menggunakan CLV harus dapat melacak kinerja di
awal perusahaan untuk memaksimalkan monetisasi. Cara dan sarana untuk mencapai
nilai CLV tinggi beragam. Mulai dari penawaran yang dipersonalisasi, peningkatan
layanan pelanggan melalui program sponsor dan kesetiaan, hingga menurunkan akuisisi,
logistik, atau proses internal lainnya.
Menurut penulis pengetahuan, arti, dan penerapan dari Nilai Pelanggan dan
Loyalitas Pelanggan sangat penting dan bermanfaat untuk semua jenis perusahaan.
Dengan kemajuan berbagai teknologi yang salah satunya internet menjadi pendukung
komunikasi dunia maya yang dapat mempermudah pelanggan untuk mengakses berbagai
informasi yang bermanfaat, maka dapat menumbuhkan arti dari sebuah Nilai Pelanggan
dan Loyalitas Pelanggan
Menurut Kotler (2005:103) nilai pelanggan adalah selisih nilai pelanggan total dan
biaya pelanggan total dimana nilai pelanggan total adalah sekumpulan manfaat
yang diharapkan oleh pelanggan dari produk atau jasa tertentu dan biaya
pelanggan total adalah sekumpulan biaya yang diharapkan oleh konsumen yang
dikeluarkan untuk mengevaluasi, mendapatkan, menggunakan dan membuang
produk atau jasa.
Nilai pelanggan atau customer perceived value yaitu persepsi pelanggan terhadap
nilai dimana perusahaan harus mempertimbangkan nilai dalam mengembangkan
produk dan jasanya sehingga sesuai dengan apa yang diharapkan pelanggan
(Vanessa, 2007:65).
Monroe dalam Vanessa (2007:65) menyatakan bahwa nilai pelanggan adalah rasio
antara keuntungan atau manfaat yang dirasakan dengan pengorbanan yang
dikeluarkan. Dimana keuntungan yang dirasakan adalah kombinasi dari atribut
fisik, atribut jasa dan teknik pendukung dalam pemanfaatan produk. Pengorbanan
yang dikeluarkan adalah total biaya yang dikeluarkan konsumen termasuk biaya
pembelian dan biaya tambahan (seperti biaya pemesanan, transportasi, instalasi,
penanganan pesanan) serta biaya diluar pembelian (mengganti kerusakan, resiko
kegagalan atau pelayanan yang buruk).
Buchari (2007:295) menyatakan bahwa nilai pelanggan ialah selisih antara total
nilai tambah yang diperoleh konsumen dibandingkan dengan total biaya yang
dikeluarkan.
Menurut Hanny dalam Vanessa (2007:65) Nilai adalah harga murah, apapun yang
diinginkan dari suatu produk, kualitas yang diterima konsumen atas biaya yang
telah dikeluarkan dan apa yang diperoleh konsumen dari yang telah mereka
berikan.
5
Nilai pelanggan adalah preferensi yang dirasakan oleh pelanggan atas atribut
produk, kinerja, dan konsekuensi yang timbul dari pemakaian fasilitas untuk
memenuhi sasaran dan maksudnya (A. B. Susanto dalam Vanessa, 2007:66).
Menurut Gale (1994) dalam Alida (2007:74) nilai pelanggan adalah persepsi
konsumen terhadap nilai atas kualitas yang ditawarkan relatif lebih tinggi dari
pesaing akan mempengaruhi tingkat loyalitas konsumen, semakin tinggi persepsi
nilai yang dirasakan oleh pelanggan, maka semakin besar kemungkinan terjadinya
hubungan (transaksi). Dan hubungan yang diinginkan adalah hubungan yang
bersifat jangka panjang, sebab usaha dan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
diyakini akan jauh lebih besar apabila harus menarik pelanggan baru atau
pelanggan yang sudah meninggalkan perusahaan, daripada mempertahankannya.
Menurut Griffin (2007:31) definisi pelanggan (customer) memberikan pandangan
yang penting untuk memahami mengapa perusahaan harus menciptakan dan
memelihara pelanggan dan bukan hanya menarik pembeli. Definisi itu berasal dari
kata custom, yang didefinisikan sebagai “membuat sesuatu menjadi kebiasaan
atau biasa”. Pelanggan adalah seseorang yang menjadi terbiasa untuk membeli
dari Anda. Kebiasaan itu terbentuk melalui pembelian dan interaksi yang sering
selama periode waktu tertentu. Tanap adanya track record hubungan yang kuat
dan pembelian berulang, orang tersebut bukanlah pelanggan Anda, ia adalah
pembeli. Pelanggan yang sejati tumbuh seiring dengan waktu.
Loyalitas Pelanggan
Banyak cara dapat dilakukan untuk mengukur dan memajukan usaha perhotelan
diantara adalah dengan mengukur aspek loyalitas pelanggan.
6
Ada beberapa karakteristik konsumen yang loyal menurut Griffin (2007:31) yaitu
sebagai berikut :
a) Pembelian ulang
b) Penolakan pesaing
c) Tidak terpengaruh terhadap daya tarik jasa lain
d) Frekuensi rekomendasi kepada orang lain
Apabila suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang barang/jasa dan memiliki
pelanggan yang loyal maka dapat memberikan beberapa keuntungan yang diperoleh oleh
perusahaan tersebut Griffin (2007:11), antara lain: