Anda di halaman 1dari 3

PENGERTIAN KESUSASTRAAN BALI

 Kesusastraan Bali
Kesusastraan Bali adalah hasil karya atau cipta seorang pengarang atau pujangga yang
menceritakan dinamika kehidupan masyarakat Bali serta mengandung nilai estetika yang
menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
 Kesusastraan Bali dibagi menjadi dua (2), yaitu :
- Kesusastraan Bali Purwa atau Klasik atau Tradisional
- Kesusastraan Bali Anyar atau Modern
Kesusastraan Bali Purwa atau Klasik atau Tradisional
Adalah hasil karya atau cipta seorang pengarang atau pujangga yang menceritakan tentang
dinamika kehidupan masyarakat Bali pada saat atau belum dipengaruhi oleh kebudayaan asing atau
luar.
Kesusastraan Bali Anyar atau Modern
Adalah hasil karya atau cipta seorang pengarang atau pujangga yang menceritakan kehidupan
masyarakat Bali yang sudah dipengaruhi oleh dunia luar.
 Perkembangan Kesustraan Bali Sampai Dengan Kerajaan Klungkung
 Perkembangan kesusastraan Bali ini dimulai dari :
 Masa Bali Kuna
 Masa Bali Pertengahan sampai dengan Kerajaan Klungkung
 Masa Bali Baru
Masa Bali Kuna
Masa Bali Kuna merupakan masa ketika masyarakat Bali telah meninggalkan masa pra-sejarah,
sekitar abad VIII M, yang ditandai dengan ditemukannya arkeologis (stupika atau materai tanah liat)
di Desa Pejeng, Gianyar. Dalam konteks kesusastraan Bali, masa Bali Kuna merupakan masa
kelahiran karya sastra Bali Kuna.
Masa Bali Kuna dapat dibagi dalam 2 fase:
 Fase sebelum masuknya kesusastraan Jawa Kuna
 Fase sesudah masuknya kesusastraan Jawa Kuna ke Bali.
Dalam fase pertama masyarakat Bali masih hidup dalam tradisi lisan, sehingga tidak ditemukan
adanya peninggalan berupa karya tulis pada zaman itu.
Hal ini diperkuat dengan ditemukannya temuan berupa kata “partapukan, parbhwayang dan
pegending”, pada prasasti-prasasti Bali Kuna yang pada fase ke-2 masyarakat Bali telah mengalami
kontak sosial budaya dengan masyarakat maupun budaya Jawa Kuna, yang ditandai dengan
masuknya karya-karya sastra Jawa Kuna ke Bali, seperti kekawin Ramayana, Arjunawiwaha dan
Bharatayudha. Masuknya karya-karya sastra ini memberikan nuansa baru bagi kegiatan bersastra.
Masa Bali Pertengahan
Masa Bali Pertengahan merupakan masa ketika bertahtanya Dinasti Kepakisan (dari Majapahit) di
Bali sejak tumbangnya raja Bali Kuna terakhir (Bedahulu) oleh ekspansi Gajah Mada. Dalam
konteks kesusastraan, masa Bali Pertengahan merupakan masa kelahiran dan perkembangan
karya-karya sastra Bali Tengahan,
 Masa Bali Pertengahan ini dibedakan menjadi tiga masa, yaitu :
- Masa Samprangan
- Masa Gelgel
- Masa Klungkung
Masa Samprangan (1352 – 1380 M),
merupakan masa berlangsungnya pemerintahan kerajaan Samprangan, yaitu kerajaan pertama
yang didirikan oleh Gajah Mada pasca tumbangnya kerajaan Bali Kuna.
Raja Samprangan yang pertama adalah Sri Kresna Kepakisan (Dalem Ketut Kresna
Kepakisan) dan selanjutnya digantikan oleh Dalem Samprangan (putra sulung beliau). Masa
ini disibukkan oleh kegiatan-kegiatan menata pemerintahan dan upaya perdamaian terhadap
pemberontakan yang muncul pada masa itu. Hal ini mempengaruhi perkembangan kesusastraan
Bali pada saat itu yang cenderung meneruskan tradisi bersastra sebelumnya seperti pada masa Bali
Kuna fase kedua.
Masa Gelgel (1380 – 1704 M)
merupakan masa berlangsungnya pemerintahan kerajaan Gelgel yang merupakan ‘wajah baru’
kerajaan Sampranga setelah dipindahkan dari tempat sebelumnya.
Raja Gelgel pertama adalah Dalem Ketut Ngulesir (adik Dalem Samprangan) yang selanjutnya
disusul oleh Dalem Waturenggong (1460 – 1552 M), Dalem Bekung (1552 – 1580 M), Dalem
Sagening (1580 – 1665 M), Dalem Anom Pemahyun (1665 M), Dalem Dimade (1665 – 1686 M)
dan Krian Agung Maruti (1686 – 1704 M). Dari sekian raja yang memerintah pada masa Gelgel,
raja Dalem Waturenggong merupakan raja besar yang mampu mengantarkan Gelgel pada puncak
kejayaan. Masa ini pula dianggap sebagai masa kecemasan dalam perkembangan kesusastraan
Bali.
Pada masa inilah merupakan kelahiran suatu bentuk karya sastra Bali untuk pertama kalinya, yaitu
Sastra Bali Tengahan yang berupa kidung, Kidung Sebun Bangkung, Dharma Sunia Keling
dan Arjuna Pralabdha. Pada masa ini terdapat dua pengarang yang mumpuni, yaitu Danghyang
Nirartha (Pedanda Sakti Wawu Rauh) dan Ki Gusti Dauh Bale Agung dengan karya-karyanya.
Penerus beliau berdoa adalah Ida Sakti Tlaga dan Ida Buk Cabe (putra Danghyang Nirartha), Ki
Gusti Pande Basa dan Arya Manguri.
Masa Klungkung (1794 – 1846 M)
merupakan masa berlangsungnya pemerintahan kerajaan Klungkung yang merupakan ‘wajah baru’
dari kerajaan Gelgel setelah dipindahkan dari tempat sebelumnya. Raja Klungkung pertama
adalah Dewa Agung Jambe dan berakhir pad pemerintahan Dewa Agung Gde ketika
terjadinya Puputan Klungkung. Perkembangan kesusastraan Bali pada masa ini merupakan
kelanjutan dari masa Gelgel sebelumnya pada masa ini juga telah lahir bentuk-bentuk baru
dalam kesusastraan Bali, yaitu karya sastra Bali Tengahan yang berupa geguritan, peparikan,
dan babad. Keberadaan para pengarang pada masa ini tidak lagi terpusat di Klungkung,
namun telah menyebar ke seluruh Bali, seperti Ki Dalang Tangsub dari Badung, yang
mengarang geguritan Basur dan geguritan I Ktut Bungkling.

Demikianlah pengertian kesusastraan Bali dan sejarah singkat perkembangan kesusastraan Bali
dari masa Bali Kuna sampai dengan Kerajaan Klungkung.
RINGKASAN :

Anda mungkin juga menyukai