Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
Gagal jantung akut telah menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia
sekaligus penyebab signifikan jumlah perawatan di rumah sakit dengan
menghabiskan biaya yang tinggi.1 Meningkatnya harapan hidup disertai makin
tingginya angka keselamatan (survival) setelah serangan infark miokard akut
akibat kemajuan pengobatan dan penatalaksanaannya, mengakibatkan semakin
banyak pasien yang hidup dengan disfungsi ventrikel kiri yang selanjutnya masuk
ke dalam gagal jantung kronis. Akibatnya angka perawatan di rumah sakit karena
gagal jantung dekompensasi juga ikut meningkat.
European Society of Cardiology (ESC) mendefinisikan gagal jantung
sebagai suatu sindrom klinis yang ditandai dengan gejala khas (seperti sesak
napas, bengkak pada kaki, dan lemas), dapat juga diiringi dengan tanda-tanda
(seperti peningkatan tekanan vena jugular, ronki paru, dan edema perifer) yang
disebabkan oleh abnormalitas struktur atau fungsi jantung, sehingga menyebabkan
turunnya curah jantung dan atau peningkatnya tekanan intrakardiak saat istirahat
atau stress. Gagal jantung akut sendiri merujuk pada onset gagal jantung yang
cepat atau perburukan tanda-tanda atau gejala dari gagal jantung. Gagal jantung
akut merupakan keadaan yang mengancam jiwa sehingga membutuhkan evaluasi

dan penatalaksanaan secara cepat.1

Gagal jantung merupakan masalah yang sedang berkembang di seluruh


dunia, dengan jumlah pasien di seluruh dunia lebih dari 20 juta orang. Prevalensi
pasien gagal jantung secara keseluruhan pada populasi pasien dewasa di negara-

negara berkembang adalah 2%.2 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

Indonesia pada tahun 2013 menyatakan bahwa prevalensi pasien gagal jantung

berdasarkan diagnosis dokter adalah sebesar 0,13%.3

Prevalensi gagal jantung meningkat seiring dengan usia, dan


mempengaruhi sekitar 6-10% pasien dengan usia di atas 65 tahun.2 Jumlah pasien
yang dirujuk ke departemen emergensi dengan gagal jantung akut juga meningkat
secara paralel dengan meningkatnya populasi individu usia lanjut, sesuai dengan
meningkatnya pasien dengan disfungsi ventrikel kiri dan gagal jantung yang

1
asimtomatis.4 Usia pasien gagal jantung di Indonesia relatif lebih muda dibanding

Eropa dan Amerika disertai dengan tampilan klinis yang lebih berat.5

Prevalensi gagal jantung akut yang semakin meningkat tiap tahun, keadaan
gagal jantung akut yang membutuhkan evaluasi dan penatalaksanaan segera, serta
besarnya angka mortalitas dan buruknya prognosis dari gagal jantung akut, maka
diperlukan perhatian khusus mengenai diagnosis dan tatalaksana dari gagal jantung
akut. Penyusun akan membahas mengenai diagnosis dan tatalaksana dari gagal
jantung akut karena peran dokter sangat penting dalam mengidentifikasi gagal
jantung akut, menegakkan diagnosis, dan merencanakan tatalaksana atau rujukan
yang tepat sehingga dapat membantu menurunkan angka mortalitas.
Gagal jantung simtomatis masih memiliki prognosis yang buruk terlepas
dari banyaknya perkembangan evaluasi dan manajemen terbaru gagal jantung.

Sekitar 60-70% pasien meninggal dalam waktu 5 tahun dari gagal jantung akut.2

Prevalensi gagal jantung akut yang semakin meningkat tiap tahun, keadaan
gagal jantung akut yang membutuhkan evaluasi dan penatalaksanaan segera, serta
besarnya angka mortalitas dan buruknya prognosis dari gagal jantung akut, maka
diperlukan perhatian khusus mengenai diagnosis dan tatalaksana dari gagal jantung
akut.

2
1
2

Anda mungkin juga menyukai