Contoh Laporan
Contoh Laporan
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat 2
3.1 Anamnesa 21
3.2 Analisa 33
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 37
4.2 Saran 37
DAFTAR PUSTAKA 38
1
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar. Data dari
studi global menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Melitus pada tahun 2011 telah
mencapai 366 juta orang di dunia (IDF, 2011). Di Provinsi DKI Jakarta, Kotamadya Jakarta
Barat merupakan salah satu kota dengan angka prevalensi DM yang tinggi, yaitu 1,9%
(Balitbangkes, 2008). Jumlah penderita Diabetes Mellitus di Indonesia terus meningkat dimana
saat ini diperkirakan sekitar 5 juta lebih penduduk Indonesia atau berarti 1 dari 40 penduduk
Indonesia menderita diabetes.
Berdasarkan klasifikasi WHO, diabetes melitus terbagi atas beberapa tipe yaitu diabetes tipe
1, diabetes tipe 2, diabetes gestasional dan diabetes tipe lainnya. Diabetes melitus tipe 2
merupakan jenis diabetes yang paling banyak diderita masyarakat. Karena dari semua kasus
diabetes pada populasi di beberapa Negara diketahui bahwa sekitar 90% adalah diabetes melitus
tipe 2. Peningkatan ini umumnya terjadi di negara-negara berkembang disebabkan karena
pertumbuhan penduduk, proses penuaan, obesitas, diet serta pola hidup yang tidak sehat.
Metode yang digunakan untuk menentukan pengendalian glukosa darah pada semua tipe DM
adalah pengukuran glikat hemoglobin (HbA1c). Hemoglobin pada keadaan normal yang baru
keluar dari sumsum tulang tidak mengandung glukosa (Price dan Wilson, 2002). Pemeriksaan
hemoglobin terglikasi (HbA1C), disebut juga glycohemoglobin atau disingkat sebagai A1C,
merupakan salah satu pemeriksaan darah yang penting untuk mengevaluasi pengendalian gula
darah. Hasil pemeriksaan A1C memberikan gambaran rata-rata gula darah selama periode waktu
2
enam sampai dua belas minggu dan hasil ini dipergunakan bersama dengan hasil pemeriksaan
gula darah mandiri sebagai dasar untuk melakukan penyesuaian terhadap pengobatan diabetes
yang dijalani.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes mellitus, penyakit gula, atau penyakit kencing manis, diketahui sebagai
suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan menahun terutama pada system
metabolism karbohidrat, lemak, dan juga protein dalam tubuh. Gangguan metabolism
tersebut disebabkan kurangnya produksi hormone insulin, yang diperlukan dalam proses
pengubahan gula menjadi tenaga serta sintesis lemak,kondisi yang demikian itu,
mengakibatkan terjadinya hiperglikemia, yaitu meningkatnya kadar gula dalam darah
atau terdapatnya kandungan gula dalam air kencing dan zat-zat keton serta asam (keto-
acidosis) yang berlebihan. Keberadaan zat-zat keton dan asam yang berlebihan ini
menyebabkan terjadinya rasa haus yang terus-menerus, banyak kencing, penurunan berat
badan meskipun selera makan tetap baik, penurunan daya tahan tubuh
Tipe 1
Ditandai dengan kegagalan produksi total insulin oleh sel beta pankreas. DM tipe 1
membutuhkan insulin dari luar untuk bertahan hidup. Tanpa pemberian insulin dapat
menyebabkan penderita koma serta meninggal. DM tipe 1 diakibatkan oleh kerusakan sel
beta pankreas karena paparan agen infeksi atau lingkungan, yaitu racun, virus (rubella
kongenital, mumps, coxsackievirus dan cytomegalovirus) dan makanan (gula, kopi,
kedelai, gandum dan susu sapi).
Gejala Klinis:
4
- Hiperglikemia (≥ 200 mg/dl), ketonemia, glukosuria. Anak dengan DM tipe1
cepat sekali menjurus dalam ketoasidosis diabetik yang disertai atau tanpa koma
dengan prognosis yang kurang baik bila tidak diterapi dengan baik.
Tipe 2
* DNA mitokondria
* pankreatitis
* pankreatopati fibrokalkulus
D. Endokrinopati :
* akromegali
5
* sindrom Cushing
* feokromositoma
* hipertiroidisme
F. Infeksi :
Diabetes gestasional
6
2.1.2 Gejala
1. Gejala akut
Pada tahap permulaan, gejala yang ditunjukkan meliputi: banyak makan atau
polifagia, banyak minum atau polidipsia, dan banyak kencing atau poliuria. Pada
fase ini, biasanya penderita menunjukkan berat badan yang terus naik, karena
pada saat ini jumlah insulin masih mencukupi.
2. Gejala kronik
Gejala kronik yang sering timbul adalah kesemutan, kulit terasa panas atau seperti
tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal dikulit, kram, lelah, mudah mengantuk, mata
kabur, gatal disekitar kemaluan terutama wanita, gigi mudah goyah dan mudah
lepas, kemampuan seksual menurun, pada ibu hamil sering mengalami keguguran
atau kematian janin dalam kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4
kg.
1. Riwayat Keluarga
5. Merokok
7
7. Stres Dalam Jangka Waktu Lama
9. Kehamilan
10. Ras
2. Komplikasi makrovaskular
8
- Penyakit kardiovaskuler/ Stroke/ Dislipidemia : Aterosklerosis
serebri merupakan penyebab mortalitas kedua
terseringpadapenderita diabetes. Kira-kira sepertiga penderita
stroke juga menderita diabetes.Stroke lebih sering timbul
dandengan prognosis yang lebih serius untuk penderitadiabetes.
Akibat berkurangnya aliran atrteri karotis internadan arteri
vertebralis timbul gangguan neurologis akibat iskemia, berupa:
-Pusing, sinkop
-Keadaan pseudo
-dementia
9
amputasi, sepsis, atau sebagaifactor pencetus koma, ataupun
kematian.
3. Komplikasi neurologis
Prinsip penanganan Diabates Melitus secara umum ada lima sesuai dengan
Konsensus Pengelolaan DM di Indonesia tahun 2006 adalah untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien DM.
Tujuan Penatalaksanaan DM adalah :
1. Jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa
nyaman dan tercapainya target pengendalian glukosa darah.
2. Jangka panjang: tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit
mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitasDM. Untuk
mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalianglukosa darah, tekanan
darah, berat badan dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara holistik
dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku.
Penatalaksanaan dapat berupa :
1. Diet Diabetes Mellitus
10
Jumlah makanan harus disesuaikan dengan jumlah kalori yang dibutuhkan
setiap harinya. Kebutuhan ini berdasarkan berat badan, jenis kelamin, usia dan
kegiatan pekerjaan.
11
dapat diperoleh dari kacang-kacangan.
Lemak Lemak sebaiknya diambil dari minyak nabati.
Seperti, minyak jagung, minyak zaitun dan
minyak wijen. Sedangkan lemak hewani
diperbolehkan dalam jumlah sedikit.
2. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan Dm untuk mendapatkan
hasil yang optimal. Pendidikan kesehatanpada pasien DM sebaiknya dilakukan
oleh semua pihak yang terkait dalam pengelolaan DM, seperti dokter, perawat,
ahli gizi. Pendidikan kesehatan pencegahan primer harus diberikan
kepadakelompok masyarakat resiko tinggi. Pendidikan kesehatansekunder
diberikan kepada kelompok pasien DM. Sedangkanpendidikan kesehatan untuk
pencegahan tersier diberikan kepada pasien yang sudah mengidap DM dengan
penyulit menahun.
3. Exercise (latihan fisik/olah raga)
Dianjurkan latihan secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30
menit, yang sifatnya sesuai dengan CRIPE (Continous, Rhythmical, Interval,
Progresive, Endurance Training) sesuai dengan kemampuan pasien.
4. Obat : oral hipoglikemik, insulin
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan latihan fisik tetapi tidak
berhasil mengendalikan kadar gula darah maka dipertimbangkan pemakaian obat
hipoglikemik.
12
Perencanaan makan harus disesuaikan menurut masing-masing individu. Pada
saat ini yang dimaksud dengan karbohidrat adalah gula, tepung dan serat, sedang
istilah gula sederhana/simpel, karbohidrat kompleks dan karbohidrat kerja cepat
tidak digunakan lagi. Penelitian pada orang sehat maupun mereka dengan risiko
diabetes mendukung akan perlunya dimasukannya makanan yang mengandung
karbohidrat terutama yang berasal daripadi-padian, buah-buahan, dan susu rendah
lemak dalam menu makanan orang dengan diabetes. Banyak faktor yang
berpengaruh pada respons glikemik makanan, termasuk didalamnya adalah macam
gula: (glukosa, fruktosa,sukrosa, laktosa), bentuk tepung (amilose, amilopektin dan
tepung resisten), cara memasak, proses penyiapan makanan, dan bentuk makanan
serta komponen makanan lainnya (lemak, protein). Pada diabetes tipe 1dan tipe 2,
pemberian makanan yang berasal dari berbagai bentuk tepungatau sukrosa, baik
langsung maupun 6 minggu kemudian ternyata tidak mengalami perbedaan repons
glikemik, bila jumlah karbohidratnya sama.Sehingga dapat disimpulkan bahwa
jumlah total kalori dari makanan lebih penting daripada sumber atau macam
makanannya.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam
hal karbohidrat, protein, dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai
berikut:
Karbohidrat 60-70%
Protein 10-15%
Lemak 20-25%
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stresakut, dan
kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan beratbadan idaman.
Untuk penentuan status gizi, dipakai Body Mass Index (BMI) = Indeks Massa
Tubuh (IMT).
13
IMT = BB(kg)/TB(m2)
Untuk
kepentingan klinik praktis, dan menghitung jumlah kalori, penentuan status gizi
memanfaatkan rumus Broca, yaitu: Berat Badan Idaman (BBI) =(TB-100) - 10%
Status gizi:
Tujuan :
Prinsip :
14
2. Mempertahankan keadaan gula darah normal dengan mengatur asupan
makanan.
- Batasi lemak dan pilih sumber lemak tak jenuh dengan kolesterol <
300 mg/hari
- Jam makan tiga kali sehari yaitu pagi, siang dan sore. Serta di beri
snack tiap 3 jam.
4. Lain-lain :
15
Pria : Berat Badan Ideal (kg) x 25 kcal
Koreksi
BB kurang : ditambah 20 % x KB
BB lebih (IMT >23) : dikurangi 10 % x KB
BB gemuk(IMT 23-24) : dikurangi 20% x KB
Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan fisiologis yang dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan
energi atau digunakan untuk beraktifitas.
a. Saluran pencernaan
16
4. Usus halus : Berfungsi untuk mencerna dan mengabsorbsi chime dari
lambung, serta sebagai tempat absorbsi makanan (absorbsi zat
makanan yang telah halus terjadi pada duodenum).
5. Usus besar : Fungsi utama adalah mengabsorbsi air, sekitar 90% dan
mengabsorbsi elektrolit vitamin serta sedikit glukosa. Kemudian,
flora di usus besar mensintesa vitamin K dan B, lalu membusukkan
sisa-sisa makanan.
b. Organ aksesoris
2. Anggapan atau persepsi terhadap jenis dan bahan makanan : seseorang yang
memiliki anggapan buruk terhadap suatu jenis makanan, mengakibatkan
17
kebutuhan nutrisi terhadap jenis makanan yang dianggap buruk menjadi
tidak terpenuhi.
4. Kesukaan yang berlebihan : seseorang yang suka terhadap suatu jenis makanan
dengan berlebihan, menyebabkan variasi makanan berkurang. Sehingga
zat gizi yang didapatkan tubuh tidak cukup.
(Musrifatul Uliyah dan A.Aziz Alimul Hidayat, “Buku Ajar Keterampilan Dasar
Praktik Klinik Untuk Pendidikan Kebidanan”, halaman 16-24, 2011)
18
KEBUTUHAN ZAT GIZI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DAPAT
DIURAIKAN DIBAWAH INI
1. Protein.
Hanya sedikit data ilmiah untuk membuat rekomendasi yang kuat tentang asupan
protein orang dengan diabetes. ADA pada saat ini menganjurkan mengkonsumsi 10%
sampai 20%energi dari protein total. Menurut konsensus pengelolaan diabetes di
Indonesia kebutuhan protein untuk orang dengan diabetes adalah 10 –15% energi.Perlu
penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg perhari atau 10% dari kebutuhan energi
dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan 65% hendaknya bernilai biologi
tinggi.
2. Total Lemak.
Asupan lemak dianjurkan < 10% energi dari lemak jenuh dan tidak lebih 10%
energi dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya yaitu 60 –70% total energi
dari lemak tidak jenuh tunggak dan karbohidrat. Distribusi energi dari lemak dan
karbohidrat dapat berbeda-beda setiap individu berdasarkan pengkajia gizi dan tujuan
pengobatan. Anjuran persentase energi dari lemak tergantung dari hasil pemeriksaan
glukosa, lipid, dan berat badan yang diinginkan. Untuk individu yang mempunyai kadar
lipid normal dan dapat mempertahankan beratbadan yang memadai (dan untuk
pertumbuhan dan perkembangan normal pada anak danremaja) dapat dianjurkan tidak
lebih dari 30% asupan energi dari lemak total dan < 10% energi dari lemak jenuh. Dalam
hal ini anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20 –25% energi. Apabila peningkatan
LDL merupakan masalah utama, dapat diikuti anjuran diet dislipidemia tahap II yaitu <
7% energi total dari lemaj jenuh, tidak lebih dari 30% energi dari lemak total dan
kandungan kolesterol 200 mg/hari. Apabila peningkatan trigliserida dan VLDL
merupakan masalah utama, pendekatan yang mungkin menguntungkan selain
menurunkan berat badan dan peningkatan aktivitas adalah peningkatan sedang asupan
lemak tidak jenuh tunggal 20% energi dengan < 10% masing energi masing-masing dari
lemak jenuh dan tidak jenuh ganda sedangkan asupan karbohidrat lebihrendah.
Perencanaan makan tinggi lemak tidak jenuh tunggal dapat dilakukan antara lain dengan
penggunaan nuts, alpukat dan minyak zaitun. Namun demikian pada individu yang
kegemukan peningkatan asupan lemak dapat memperburuk kegemukannya. Pasien
19
dengan kadar trigliserida > 1000 mg/dl mungkin perlu penurunan semua tipe lemak
makanan untuk menurunkan kadar lemak plasma dalam bentuk kilomikron.
3. Lemak Jenuh dan Kolesterol.
Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolestrol adalah
untukmenurunkan resiko penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu < 10% asupan energi
sehariseharusnya dari lemak jenuh dan asupan makanan kolesterol makanan hendaknya
dibatasi tidak lebih dari 300 mg perhari. Namun demikian rekomendasi ini harus
disesuaikan dengan latarbelakang budaya dan etnik.
4. Karbohidrat dan Pemanis.
Rekomendasi tahun 1994 lebih menfokuskan pada jumlah total karbohidratdari
pada jenisnya. Rekomendasi untuk sukrosa lebih liberal, menilai kembali fruktosa dan
lebih konservatif untuk serat. Buah dan susu sudah terbukti mempunyai respon glikemik
menyerupai roti, nasi dan kentang. Walaupun berbagai tepung-tepungan
mempunyairespon glikemik yang berbeda,prioritas hendaknya lebih pada jumlah total
karbohidrat yang dikonsumsi dari pada sumber karbohidrat. Anjuran konsumsi
karbohidrat untuk orang dengan diabetes di Indonesia adalah 60 –70% energi.
5. Sukrosa.
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian dari
perencanaan makan tidak memperburuk kontrol glukosa darah pada individu dengan
diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dan makanan yang mengandung sukrosa harus
diperhitungkan sebagai penggantikarbohidrat makanan lain dan tidak hanya dengan
menambahkannya pada perencanaan makan. Dalam melakukan substitusi ini kandungan
zat gizi dari makanan-makanan manis yang pekat dan kandungan zat gizi makanan yang
mengandung sukrosa harus dipertimbangkan, demikian juga adanya zat gizi-zat gizi lain
pada makanan tersebut seperti lemak yang sering dimakan bersama sukrosa.
Mengkonsumsi makanan yang bervariasi memberikan lebih banyak zat gizi dari pada
makanan dengan sukrosa sebagai satu-satunya zat gizi.
6. Pemanis.
Fruktosa menaikkan glukosa plasma lebih kecil dari pada sukrosa dan
kebanyakannya karbohidrat jenis tepung-tepungan. Dalam hal ini fruktosa dapat
memberikan keuntungan sebagai bahan pemanis pada diet diabetes. Namun
20
demikian, karena pengaruh penggunaan dalam jumlah besar (20% energi) yang
potensial merugikan pada kolesterol dan LDL, fruktosa tidak seluruhnya
menguntungkan sebagai bahan pemanis untuk orang dengan diabetes. Penderita
dislipidemia hendaknya menghindari mengkonsumsi fruktosa dalam jumlah besar,
namun tidak ada alasan untuk menghindari makanan seperti buah dan sayuran
yang mengnadung fruktosa alami ataupun konsumsi sejumlah sedang makanan
yang mengandung pemanisfruktosa.
Sorbitol, mannitol dan xylitol adalah gula alkohol biasa (polyols) yang
menghasilkan respon glikemik lebih rendah dari pada sukrosa dan karbohidrat
lain. Penggunaan pemanis tersebut secra berlebihan dapat mempunyai pengaruh
laxatif.
Sakarin, aspartam, acesulfame adalah pemanis tak bergizi yang dapat
diterimasebagai pemanis pada semua penderita DM.
7. Serat.
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk orang
yang tidak diabetes. Dianjurkan mengkonsumsi 20 –35 g serat makanan dari berbagai
sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25 g/hari dengan
mengutamakan serat larut.
8. Natrium.
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa yaitu
tidak lebih dari 3000 mg, sedangkan bagi yang menderita hipertensi ringan sampai
sedang, dianjurkan 2400 mg natrium perhari.
21
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Anamnesa
No. RM : 688***
1. Identitas
Umur : 59 Tahun
Agama : islam
Pendidikan :-
Kewarganegaraan : WNI
Suku : Jawa
22
Status Perkawinan : Menikah
2. Keluhan utama
Mual dan nyeri pada perut kanan
23
menggunakan air hangat Keramas: 1x seminggu
Keramas: 3 hari sekali Gosok Gigi: 2x/hari
Gosok Gigi: 2x/hari Memotong Kuku: -
Memotong Kuku:
1x/minggu
- P: Provoking/Paliatif
- R: Regio/Radiation
- S: Severity
- T: Time
24
5. Riwayat penyakit dahulu
Batu ginjal dan telah di operasi 6 tahun lalu, peptic ulcer sejak sebelum
menikan, diabetes mellitus tidak terkaji (pasien sudah KRS)
7. Riwayat alergi
8. Aspek psikologis
Anak selalu menemani dan memberikan dukungan moral agar pasien semangat
untuk sembuh dan menerima keadaannya.
Pasien beragama Islam dan selama sakit tetap sholat 5 waktu dan berdoa.
2. GCS :4–5–6
4. Antropometri :
25
IMT = BB (kg)
TB2 (m)
IMT KATEGORI
18.5 – 24.9 Normal
25 – 29.9 Berat Lebih / Over
Weight
>30 Obesitas
MRS
Berat Badan : 55
IMT : 28 (overweight)
5. Biokimia :
26
3.1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Inspeksi : telinga simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada pembesaran
limfe
Mulut
Leher
Inspeksi : simetris
27
Kuku : bersih sedikit panjang
3. Pemeriksaan thorax/dada
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara normal vesikuler pada semua lapang, tidak ada suara nafas
tambahan.
4. Jantung
5. Pemeriksaan abdomen
R: perut kanan
S: skala 4
28
T: >10mnt
7. Pemeriksaan muskuloskeletal
5 5
Kekuatan Otot 5 5
8. Pemeriksaan neurologi
GCS :4–5–6
Kesadaran : Composmetis
- Kimia Klinik
BUN 9 <20
29
Natrium 139 136-144 mg/L
- Darah Lengkap
Tanggal 19-01-2015
Tanggal 20-01-2015
30
Ulsafate syrup 3x C II / oral
KSR 3x1tablet / oral
Dulcolac supp 2 / rectal
NaCl 0.9% 1500cc/ 24jam /
infus
Tanggal 21-01-2015
Pernafasan B1 (breath)
31
Sianosis : tidak ada
CRT : ≤ 2 detik
GCS : 456
Reflex fisiologis : biceps (+), triceps (+), patella (+), achiles (+)
32
Nervus cranial III : dapat membuka kelopak mata
Septum : lurus
Mata : simetris
Pupil : isokor
33
Reflex cahaya : positif
Pendengaran
Telinga : simetris
Kebersihan : bersih
Lidah
Kebersihan : bersih
Uvula : simetris
Berbicara : lancar
Kebersihan : bersih
34
Gangguan : tidak ada
Pencernaan B5 (bowel)
Abdomen
Peristaltic : 15x/menit
Kuku : bersih
ROM : terbatas
Tulang : simetris
35
Personal hygiene
Istirahat-tidur
3.2 Analisa
Masalah Keperawatan:
-Rasa tidak nyaman dan tidak bisa tidur nyenyak berhubungan dengan rasa nyeri di perut
kanan
36
3.3 Kebutuhan Dasar Manusia
No Kebutuhan diri Jenis Yang di butuhkan
kompetensi
1. Kebutuhan Pengkajian fisik a. Pemeriksaan tanda-tanda
fisiologis vital
b. Pemeriksan fisik
37
b.Memberikan suntikan
melalui intravena
c.Memberikan suntikan sub
cutan
Pemenuhan a. Memasang infus
kebutuhan b.Menghitung tetesan cairan
keseimbangan infus
cairan dan c.Mengganti cairan infus
elektrolit
Pemeriksaan Menyiapkan pasien untuk
laboratorium pemeriksaan diagnostik dan
laboratorium
2. Kebutuhan rasa Perlindungan Perlindungan atas ancaman
aman dan fisik terhadap tubuh seperti
perlindungan penyakit dan infeksi.
Kebutuhan rasa Mendapatkan
3. cinta kasih sayang
dan dukungan
dari keluarga.
4. Kebutuhan akan Dihargai seperti
harga diri manusia normal
lainnya.
5. Kebutuhan Bisa kembali
aktualisasi diri menjalankan
tugasnya di
keluarga dan
masyarakat.
38
3.4.1 Rencana keperawatan
No DIAGNOSA
TUJUAN DAN
KEPERAWATA INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA HASIL
N
1. Gangguan Tujuan: setelah 1. O
1. M
kebutuhan nutrisi dilakukan intervensi bservasi skala engetahui
berhubungan selama 3x 24 jam di nyeri skala nyeri
dengan dyspepsia harapkan : 2. O pada pasien
ulcer 1. Kebutuhan bservasi ttv 2. A
nutrisi 3. M gar pasien
terpenuhi engajarkan dapat
2. Skala nyeri teknik distraksi mengontrol
berkurang dan relaksasi sendiri rasa
3. Mual 4. M nyaman
berkurang emberi motivasi 3. A
4. Mobilitas pada pasien gar kebutuhan
fisik agar mau makan nutrisi pada
terpenuhi 5. K pasien
olaborasi terpenuhi
dengan tim 4. M
medis dalam engetahui
pemberian keadaan
terapi pasien serta
- lansoprazole memberikan
untuk terapi terapi/obat
gangguan pada sesuai yang
system dibutuhkan
pencernaan pasien
akibat produksi 5. M
asam lambung engetahui
- tramadol perkembangan
39
untuk mengatasi dan
nyeri dengan meningkatkan
level sedang mobilitas
sampai berat gerak pasien
- 6. A
humalog/novora supan gizi
pid digunakan yang seimbang
untuk terapi dalam kalori
diabetes yang
mellitus tipe 1 mencukupi
dan 2 untuk
-dulcolax memperbaiki
suppositoria kebutuhan
sebagai obat nutrisi
pencahar
-KSR
digunakan
sebagai
pencegah
terjadinya
hipokalemia
-ulsafate syrup
sebagai terapi
gangguan
lambung akibat
kadar asam
lambung yang
berlebihan
6. K
olaborasi
dengan ahli gizi
40
3.4.2 Evaluasi dan Implementasi
Tanggal / Implementasi Evaluasi TTD
jam
19 Januari 1. Menggganti cairan infus PUKUL 12.00
2015/07.00 dan menghitung
tetesan infus S: Nyeri pada perut saat
2. Mengkaji skala nyeri makan, mual dan lemas
3. Memberi injeksi insulin
4. Mengganti dan O: keadaan umum lemah,
merapikan tempat tidur skala nyeri 4. TD: 150/100
5. Pemeriksaan tanda- S: 36.1 N: 78 RR: 20
tanda vital (tekanan
darah, suhu, RR, nadi) A: gangguan rasa nyaman
41
- ulsafate syrup 3xCII jam
12.00
-KSR 3x1tablet jam 7.00.
A : gangguan
kebutuhan nutrisi
P : membuat skala
nyeri berkurang, mengajari
teknik distraksi dan
relaksasi, mengganti jenis
makanan dan kolaborasi
dengan tim medis dan
kolaborasi dengan ahli gizi
pemberian obat sesuai
dengan program
- RL 21 tetes/menit
- Lansoprazole 2x30mg
jam 9.00
- Tramadol 3x100mg jam
42
9.00
- Novoravid 3x4unit
sebelum makan
- ulsafate syrup 3xCII jam
12.00
-KSR 3x1tablet jam 7.00.
A : gangguan
kebutuhan tidur
P : mengurangi
rasa nyeri, membuat kondisi
yang kondusif, ajari teknik
relaksasi dan kolaborasi
dengan tim medis dan
kolaborasi dengan ahli gizi
pemberian obat sesuai
43
dengan program
- RL 21 tetes/menit
- Lansoprazole 2x30mg
jam 9.00
- Tramadol 3x100mg jam
9.00
- Novoravid 3x4unit
sebelum makan
- ulsafate syrup 3xCII jam
12.00
-KSR 3x1tablet jam 7.00.
44
Bab IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pengkajian pada pasien diabetes mellitus telah dilakukan pada Ny. “A”,dapat
di simpulkan bahwa penderita mendapatkan penyakit diabetes mellitus dari
gaya hidup dan pola makan yang salah karena keluarga tidak ada yang
menderita diabetes mellitus sebelumnya.
5. Pada penderita ini, diberikan terapi cairan RL : Amiparen (2:1) dan terapi
farmakologi (Pumpitor, Lansoprazole, Tramadol, Sanmol, Humalog,
Trovensis, Terfacef/ceftriaxon, Ulsafate syrup, ICSR).
45
4.2 Saran
Diharapkan koleksi buku yang dimilki lebih lengkap dan diharapkan juga dapat
menambah kajian baru sehingga dapat dijadikan bahan rujukan untuk
penyusunan laporan yang akan datang.
Diharapkan tindakan yang belum bisa dilakukan tetap bisa dilakukan dan
menjadikan laporan ini sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas
pelayanan.
46
DAFTAR PUSTAKA
1. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38955/5/Chapter%20l.pdf
2. Misnadiarly. 2006. Diabetes Mellitus: Gangren, Ulcer, infeksi. Jakarta: Pustaka Populer
Obor.
Diaksespadahttps://books.google.co.id/books?id=UYMwK1Ok92kC&pg=PA50&dq=dia
betes+melitus+adalah&hl=id&sa=X&ei=bzG6VIihJIfkuQTpz4L4Dg&redir_esc=y#v=on
epage&q=diabetes%20melitus%20adalah&f=false
4. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/09/kompilasi_kronik_dan_penyakit_penyerta_pada_diabetesi.pdf
47
5. http://dokter-alwi.com/diabetes.html
6. http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/2831/Winarsih%20Nur%20
A.pdf?sequence=1
7. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3720/1/fkm-hiswani4.pdf
48