Anda di halaman 1dari 8

PERBANDINGAN KUALITAS SPERMATOZOA PADA

ANALISIS SEMEN DARI PASANGAN INFERTIL


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Wordl Health Organizatiom(WHO) mengatakan bahwa jumlah pasangan
infertil sebanyak 36% diakibatkan kelainan pada pria. Sedangkan 64% berada
pada wanita. Hal ini dialami oleh 17% pasangan yang sudah menikah lebih dari 2
tahun yang belum mengalami tanda-tanda kehamilan bahkan sama seklai belum
pernah hamil. WHO juga memperkirakan sekitar 50-80 juta pasutri (1 dan 7
pasangan) memiliki masalah infertilitas dan setiap tahun muncul sekitar 2 juta
pasangan infertil.¹
Penyebab infertilitas pada pria salah satunya merokok. Jumlah perokok
didunia pada tahun 2012 sekitar 1,1 miliyar perokok.prevelensi perokok pada
pria 5 kali lebih tinggi dari pada wanita. Indonesia menduduki peringkat ketiga
di dunia dengan jumlah perokok diatas 15 tahun sebanyak 50,6 juta. Rokok
memiliki 2.500 komponen kimia, dari jumlah tersebut 1.100 komponen
menjadi asap tanpa perubahan dan 1.400 komponen lainnya mengalami
dekomposisi dan terpecah.kandungan kimia rokok merupakan Reactive
Oxygen Species (ROS).²
Infertilitas merupakan masalah yang dihadapi oleh pasangan suami-istri
yang telah menikah selama minimal satu tahun, melakukan hubungan secara
teratur tanpa menggunakan kontrasepsi, tetapi belum berhasil memperoleh
keturunan. Infertilitas dikatakan infertilitas primer jika sebelumnya pasangan
suami-istri belum pernah mendaptkan keturunan.³
Analisa karakteristik semen dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok
pertama pemeriksaan makroskopis terdapat lima hal yang dapat diukur pada
pemeriksaan makroskopis yaitu pH, koagulasi/pengenceran, warna, viskositas
dan volume semen. Pemeriksaan kedua pemeriksaan mikroskopis terdapat
beberapa hal yang di lihat pada pemeriksaan mikroskopis ini, yaitu aglutinasi
sperma, jumlah, konsentrasi, motilitas, morfologi, viabilitas, sel non sperma.⁴
Penelitian yang dilakukan oleh Unitly et al, didapatkan bahwa hasil
pemaparan asap rokok menyebabkan abnormalitas kualitas sperma yaitu
menurunkan kosentrasi spermatozoa dan viabilitas spermatozoa serta
meningkatkan abnormalitas spermatozoa. Berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh collodel et al. Penelitian ini mengungkapkan bahwa kualitas
sperma pada perokok baik ringan, sedang dan berat dengan bukan perokok
tidak memiliki perbedaan yang bermakna, kecuali konsentrasi sperma
mengalami penurunan pada perokok berat.⁵
Berdasarkan hal-hal diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian ini tentang perbandingan kualitas spermatozoa pria dari pasangan
infertil dengan riwayat merokok.
1.2 Perumusan Masalah
Adakah perbandingan kualitas spermatozoa pada pasangan infertil dengan
riwayat merokok ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kualitas spermatozoa pada
pasangan infertil dengan riwayat merokok.
2. Tujuan Khusus
a. Membandingkan kualitas konsentrasi spermatozoa pada pada pasangan
infertil dengan riwayat merokok.
b. Membandingkan morfologi spermatozoa pada pada pasangan infertil
dengan riwayat merokok.
1.4 Manfaat Penelitian
2.1 Dengan dilakukan penelitian ini, maka dapat menambah pengetahuan tentang
perbandingan kualitas spermatozoa pada pasangan infertil dengan riwayat
merokok serta sebagai sumber pemikiran dan acuan untuk penelitian
selanjutnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pada
lembaga ilmu pengetahuan
1) Memberi informasi yang diharapkan dapat dikembangkan tentang
pengaruh rokok terhadap kualitas sperma dan hubunganya dengan
kesuburan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Spermatozoa
Semen terdiri atas spermatozoa dlam plasma seminal yaitu suatu campuran
sekret dari epididimis,duktus,deferen,vesikula,seminalis,prostat dan kelenjar
bulburetralis. Volume ejakulat berkisar 3-4 ml, jumlah spermatozoa adalah
300-400 juta. Dan minimal sekitar 100 juta/ml. Pada fertilitas yang normal, 50-
70 spermatozoa selama 3 jam pertama setelah ejakulasi dengan kecepatan lebih
dari 20 µm/detik. Spermatozoa yang normal harus memiliki kepala
bulatlonjong (oval), leher, dan ekkor tunggal.⁶ Selain konsentrasi, terdapat
variabel lain yang dapat di ukur untuk menentukan kualitas spermatozoa yaitu
karakteristik semen yang meliputi koagulasi dan liquefaksi, viskositas, rupa
dan bau, volume, pH, kadar fruktosa, motilitas dan morfologi spematozoa.⁷
2.3 Infertilitas
Infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan untuk memperoleh
kehamilan setelah melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa alat
kontrasepsi selama 12 bulan. Jumlah pasangan infertil di dunia pada tahun
2010 sekitar 48,5 juta pasangan, jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun
1990 yaitu sekitar 42 juta pasangan. Di Indonesia angka infertilitas
diperkirakan kurang lebih 10%.³
Penyebab infertilitas pada pria dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan
efek pada satu atau lebih kelainan dari tingkat pre testikular, testikular, dan
post testikular. Infertilitas juga memiliki beberapa faktor resiko diantaranya
yaitu umur dan gaya hidup, gaya hidup merupakan faktor resiko infertilitas
yang dapat dimodifikasi, salah satunya adalah merokok.²
2.4 Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor resiko kegemukan, hipertensi yang
mengakibatkan serangan jantung koroner, dan stroke. Selain efek yang timbul
pada perokok sendiri, masalah kesehatan masyarakat dapat terjadi akibat udara
yang terkontaminasi asap rokok.⁸
Asap rokok mengandung berbagai macam bahan kimia berbahaya
yang bersifat racun, karsinogen, dan adiktif. Bahan – bahan kimia yang
berbahaya tersebut menurut (Hayati et,al. 1996)antara lain :
1. Partikel nikotin
2. Tar
3. Gas karbonmonoksida (CO)
4. Bahan – bahan kimia yang bersifat karsinogenik, antara lain :
partikel fenol, hidrazin, benzopirin, toluen, dan gas nirosamin.
5. Bahan kimia yang bersifat racun, antara lain naftallen, gas Nox,
ammonia, metana, dan hidrogenesianida.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Jenis penelitian yang akan dilakukan deskriptif kuantitatif,dengan pendekatan
cross sectional.
3.2 Tempat dan waktu penelitian
Kegiatan penelitian dilakukan di Rumah Sakit pada tanggal 02 bulan
September dan tahun 2019
3.3 Populasi dan sampel
Populasi pada penelitian ini yaitu pada pasien yang mengalami infertilitas di
RSIA SamMarie Basra. Dan sampel yang diambil sebanyak 50 orang.
a) Eksklusi : Pasien yang mempunyai riwayat minum alkohol , obesitas dan
kualitas sperma.
b) Inklusi :Pasien Infertil yang mempunyai riwayat merokok dan pasangan
suami istri yang telah menikah pada usia produktif aktif, pasangan suami
istri yang tidak mempunyai penyakit tertentu yang berhubungan dengan
alat reproduksi.
3.4 Alat dan Bahan
a) Alat
Alat yang digunakan terdiri dari wadah/pot dengan penutup, kertas label,
gelas ukur, mikroskop, kamar hitung improved neubauer, mikropipet, objek glass
dan cover glass,gelas ukur 5 ml dan 10 ml
b) Bahan
Bahan yang diperlukan untuk melakukan cairan sperma.
3.5 Cara Kerja
 Memperoleh Sampel :
a. Pasien diminta selama 3-5 hari tidak melakukan kegiatan sexsual
b. Pengeluaran ejakulasi sebaiknya pada waktu pagi hari
c. Air mani di tampung pada wadah yang steril
 Pemeriksaan Makroskopis
Terhadap volume, warna, pH, kekeruhan dan kentalnya air mani
a. Hitung (ukur) volume air mani dengan memindahkan ejakulat ke
dalam gelas ukur 5 atau 10 ml dan volume baru dapat diukur setelah
mani mencair
b. Catat warna dan kekeruhan air mani
c. Celupkan kertas indikator ke dalam wadah yang berisi air mani dan
cocokkan dengan skala warna pH kemudian catat pH nya.
 Pemeriksaan Mikroskopis:

 Uji Motilitas :
a. Teteskan air mani sebanyak 1 tetes yang sudah mencair di
atas objective glass dan tutup dengan cover glass
b. Pemeriksaan dilakukan dengan lensa objektif 40 X
c. Perhatikan berapa % spermatozoa yang bergerak aktif dan
hitung pula waktu yang sudah berlalu sejak saat ejakulasi,
karena semakin banyak waktu lewat semakin berkurang motilitas
spermatozoa berkurangnya motolitas banyak dipengaruhi oleh cara
menyimpan sampel
d. Campurlah sedikit air mani dengan larutan Eosin 0,5% dalam air,
untuk membeda-kan spermatozoa yang tidak bergerak aktif dari yang
mati. Untuk spermatozoa yang mati akan memberi warna kemerah-
merahan dan yang non-aktif saja tidak berwarna
 Jumlah Spermatozoa
a. Menghitung spermatozoa dengan menggunakan kamar hitung
Improved Neubauer dan teteskanlah air mani dengan pipet leukosit
b. Untuk mengencerkan dapat digunakan aquadestilata, isilah pipet
leukosit dengan air mani yang sudah mencair dengan aquadest
sampai garis bertanda 0,5 dan kemudian aquadest sampai garis
bertanda 11
c. Hitunglah spermatozoa dalam kamar hitung Improved Neubauer pada
permukaan seluas 1 mm2 Jumlah yang dihitung dikalikan 200.000
untuk mendapatkan jumlah spermatozoa dalam 1 ml mani
d. Pemeriksaan jumlah spermatozoa perlu disarankan untuk dilakukan
hitung ulang pada lain waktu karena kualitas air mani seseorang akan
berbeda-beda dari satu waktu ke waktu yang lain

 MorfologI
a. Buatlah apusan air mani seperti membuat apusan darah tepi biarkan
mengering pada hawa udara
b. Periksalah morfologi spermatozoa dengan perbesaran 100 X
menggunakan minyak Imersi (kepala dan ekor spermatozoa)
c. Hitung % kelainan (abnormal) bentuk kepala (terlalu besar, terlalu
kecil, terlalu memanjang, inti terpecah dsb) dan bentuk ekor (tidak ada
ekor, ada dua ekor, ekor amat pendek dsb)

 Jumlah Leukosit
a. Hitunglah Leukosit yang ditemukan dalam kamar hitung Improved
Neubauer seperti hitung sel leukosit pada sediaan darah dan catat
jumlah leukositnya
Daftar Referensi
1. World Health Organization (2011) WHO Masalah Infertilitas. WHO
Http://Www.Who.Int. (21 Januari 2017)
2. Tirtosastro S, Murdiyatu AS. Kandungan kimia tembakau dan rokok.
Buletin Tanaman Tembakau. 2010;2(1):33-43.
3. Wiknjosastro, Hanifs : Sarwono.(2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
4. Wein et al., eds 2012. Campbel-Walsh Urology. Tenth Edition. USA:
Elsevier Sauders, hh. 1287-1323.
5. Tirtosastro S, Murdiyatu AS. Kandungan kimia tembakau dan rokok.
Buletin Tanaman Tembakau. 2010;2(1):33-43.
6. Geneser f. 1994.histologi dan Biologi Sel. (alih bahasa : Arifin
Gunawijya) Binarupa Aksar. Jakarta.
7. Ganong, william F, 2003. Fisiologi saraf & Sel Otot. Dalam H. M.
Djauhari Widjajakusumah: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20.
Jakarta: EGC
8. Siauw, I Soen, 1994, Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) ,Dabara
Publishes, Solo.)

Anda mungkin juga menyukai