Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA CEDERA KEPALA

1. Pengkajian
Pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif pada cedera kepala tergantung pada bentuk,
lokasi, jenis injuri, dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya.
a. Anamnesis
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan tergantung
seberapa jauh dampak trauma kepala yang di sertai dengan penurunan tinngkat kesadaran.

1) Riwayat penyakit saat ini


Adanya riwayat trauma yang mengenai kepala akibat KLL, jatuh dari dari ketinggian dan trauma langsung
kekepala. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadarn di hubungkan dengan perubahan
didalam intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit,
dapat terjadi letargi, tidak responsif dan koma.

2) Riwayat penyakit terdahulu


Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat hipertensi, riwayat cedera kepala
sebelumnya, DM, penyakit jantung anemia, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator,
obat-obat adiktif, dan konsumsi alkohol yang berlebihan.

3) Riwayat penyakit keluarga


Mengkaji adanya anggota generasi terdahulu yang menderita hipertensi dan DM.

b. Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit
yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari.

c. Pola fungsi kesehatan (11 pola Gordon)


1) Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Bila mengalami sakit biasanya klien berobat ke Puskesmas atau bidan. Bila sakit ringan seperti masuk
angin kadang – kadang klien membuat jamu sendiri. Klien tidak pernah berobat ke dukun atau
pengobatan alternatif lainnya. Klien mengatakan kesehatan adalah hal yang penting dan ingin cepat
sembuh agar bisa bekerja lagi.
2) Pola Nutrisi/metabolic
Sebelum MRS klien biasa makan 3 kali sehari, minum 6-8 gelas sehari.Sejak MRS klien mengatakan tidak
bisa makan dan minum karena mual-mual dan muntah. Sejak kecelakaan sampai sekarang, klien sudah
muntah 4 kali berisi sisa makanan, darah (-). Siang ini klien sempat makan bubur 3 sendok tetapi
berhenti karena mual muntah. Minum dari tadi pagi ± 100 cc air putih.
3) Pola eliminasi
Sebelum MRS klien biasa BAB 1 kali sehari, BAK 7 – 8 kali sehari ( ± 1200-1500 cc). Sejak MRS di Ruang
Ratna klien sudah BAK 2 kali dengan jumlah ± 200 cc setiap kali BAK menggunakan pispot di atas tempat
tidur. Sejak MRS klien belum BAB.
4) Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum x
Mandi x
Toileting x
Berpakaian x
Mobilisasi di tempat tidur x
Berpindah x
Ambulasi ROM x

0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total.

5) Pola tidur dan istirahat


Sebelum MRS klien biasa tidur 6-7 jam sehari dan tidak biasa tidur siang. Setelah MRS klien mengatakan
sering terbangun karena mual dan sakit kepala serta situasi rumah sakit yang ramai.
6) Pola kognitif-perseptual
Klien mampu berkomunikasi dengan suara yang pelan tetapi jelas. Klien mengatakan penglihatan cukup
jelas tetapi tidak bisa membuka mata lama-lama karena masih mengeluh pusingdan mual. Klien
mengeluh telinga kiri terasa penuh berisi cairan sehingga pendengaran agak terganggu. Tampak otore
keluar dari telinga kiri. Klien juga mengeluh sakit kepala seperti berdenyut-denyut terutama di bagian
kanan dan kadang-kadang disertai pusing-pusing. Klien tampak meringis terutama saat bergerak. Skala
nyeri 4-5 (sedang).
7) Pola persepsi diri/konsep diri
Klien mampu menyebutkan identitas diri dan orang di sebelahnya.
8) Pola seksual dan reproduksi
Klien sudah tiga tahun menikah tetapi belum dikaruniai anak. Menstruasi teratur setiap 28 -30 hari
sekali. Klien tidak memakai alat kontrasepsi.
9) Pola peran-hubungan
Saat ini klien ditunggu oleh suaminya dan hubungan mereka terlihat baik. Keluarga besar klien ada di
Jawa. Di Bali klien punya beberapa famili dan teman-teman yang sudah datang menjenguk klien tadi
pagi.
10) Pola manajemen koping stress
Bila mempunyai masalah klien mengatakan biasa bercerita dan minta pendapat dari suami dan teman-
teman. Suami mengatakan klien cukup terbuka terhadap masalah yang dialaminya.
11) Pola keyakinan-nilai
Klien dan suami beragama Islam dan biasa sholat setiap hari. Setelah MRS klien hanya berdoa dari
tempat tidur.

d. Pemeriksaan fisik
Setelah melkukan anamnesis yang mengarah pada keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna
untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis.
e. Keadaan umum
Pada pasien yang mengalami cedera kepala umumnya mengalami penurunan kesadaran CKR atau COR
dengan GCS 13-15, CKS dengan GCS 9-12, CKB dengan GCS ≤ 8.
2. Diagnosa dan Intervensi
a. Gangguan perfusi jaringan cerebral b.d peningkatan intracranial ditandai dengan
DS :
- Mengatakan kejang
DO :
- Perubahan tingkat kesadaran
- Gangguan atau kehilangan memori
- Defisit sensori
- Perubahan tanda vital
- Perubahan pola istirahat
- Retensi urine
- Gangguan berkemih
- Nyeri akut atau kronis
- Demam
- Mual , muntah
Intervensi
1) Ubah posisi klien secara bertahap
Rasional : Klien dengan paraplegia beresiko menglami luka tekan (dekubitus). Perubahan posisi setiap
2 jam atau sesuai respons klien mencegah terjadinya luka tekan akibat tekanan yang lama karena
jaringan tersebut akan kekurangan nutrisi dan oksigen dibawa oleh darah.
2) Jaga suasana tenang
Rasional : Suasana tenang akan memberikan rasa nyama pda klien dan mencegah ketegangan
3) Kurangi cahaya ruangan
Rasional : Cahaya merupakan salah satu rangsangan yang beresiko terhadap peningkatan TIK

b. Resiko tinggi peningkatan tekanan intracranial b.d desak ruang sekunder dari kompresi korteks
cerebri ditandai dengan
DS :
DO :
- GCS 12 (blackout, post trepanasi)
- TD : 67/42 mmHg
- N : 76x / menit
- Pupil anisocor
Intervensi
1) Kaji faktor penyebab dari situasi kemungkinan penyebab peningkatan TIK
Rasional : deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status neurologis untuk
menentukan perawatan kegawatan atau tindakan pembedahan.
2) Memonitor TTV tiap 4 jam
Rasional : suatu keadaan normal bila sirkulasi cerebral terpelihara dengan baik atau fluktuasi ditandai
dengan tekanan darah sistemik, penurunan dari autoregulator kebanyakan merupakan tanda
penurunan difusi local vaskularisasi darah cerebral.
3) Pertahankan kepala atau leher pada posisi yang netral, usahakan dengan sedikit bantal. Hindari
penggunaan bantal yang tinggi pada kepala.
Rasional : perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada vena jigularis dan
menghambat aliran darah otak (menghambat drainase pada vena cerebral) untuk itu dapat
meningkatkan tekanan intracranial.

c. Gangguan pola pernapasan b.d depresi pusat pernapasan ditandai dengan


DS:
- Kien mengatakan sulit bernapas dan sesak napas
DO :
- Gangguan visual
- Penurunan karbondioksida
- Takikardia
- Tidak dapat istirhat
- Somnolen
- Irritabilitas
- Hipoksia
- Bingung
- Dispnea
- Perubahan warna kulit (pucat , sianosis)
- Hipoksemia
Intervensi :
1) berikan posisi nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke posisi yang sakit.
Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
Rasional :Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang
tidak sakit
2) Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea, atau perubahan tanda-tanda
vital.
Rasional :Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress
fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok sehubungan dengan hipoksia.
3) Jelaskan pada klien tentang etiologi/ faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru
Rasional :Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik

d. Kekurangan volume cairan yang b.d penurunan kesadaran dan disfungsi hormonal ditandai dengan
DS :
DO:
- Perubahan turgor kulit
- Perubahan tanda vital
- Akral dingin
- Penurunan BB mendadak
- Perubahan nilai metabolisme

Intervensi
1) Pantau keseimbangan cairan
Rasioanal : Kerusakan otak dapat menghasilkan disfungsi hormonal dan metabolic
2) Pemeriksaan serial elektrolit darah atau urine dan osmolaritas
Rasional : Hal ini dapat dihubungkan dengan gangguan regulasi natrium. Retensi natrium dapat terjadi
beberapa hari, diikuti dengan dieresis natrium. Peningkatan letargi, konfusi, dan kejang akibat
ketidakseimbangan elektrolit.
3) Evaluasi elektrolit
Rasional : Fungsi elektrolit dievaluasi dengan memantau elektrolit, glukosa serum, serta intake dan
output.

e. Gangguan atau kerusakan mobilitas fisik b.d gangguan neurovascular yang di tandai dengan
DS :
DO :

- Kelemahan
- Parestesia
- Paralisis
- Ketidakmampuan
- Kerusakan koordinasi
- Keterbatasan rentang gerak
- Penurunan kekuatan otot

Intervensi
1) Kaji fungsi motorik dan sensorik dengan mengobservasi setiap ekstermitas
Rasional : Lobus frontal dan oxipital berisi saraf-saraf yang mengatur fungsi motorik dan sensorik dan
dapat dipengaruhi oleh iskemia atau peningkatan tekanan.
2) Ubah posisi klien tiap 2 jam
Rasional : Mencegah terjadinya luka tekan akibat tidur terlalu lama pada satu posisi sehingga jaringan
yang tertekan akan kehilangan nutrisi yang dibawa darah melalui oksigen.
3) Lakukan latihan secara teratur dan letakan telapak kaki klien dilantai saat duduk dikursi atau papan
penyangga saat di tempat tidur.
Rasional : Mencegah deformitas dan komplikasi seperti footdrop
C. KASUS CEDERA KEPALA
Ny.D.S berusia 31 tahun, beralamat di Jl.Sesetan gg.belibis 1 C Denpasar. Masuk RS tanggal 27
september 2012 pk. 21.30 WiTa akibat kecelakaan lalu lintas dengan keluhan nyeri kepala setelah
kecelakaan lalu lintas, pingsan, serta muntah. Keluhan saat pengkajian : pusing dan mual muntah serta
tampak terdapat luka pada kepala sebelah kanan. Tanda-tanda vital : Nadi :92 x/mnt Temp:36,8 0 C RR
:27 x/mnt TD :115/70 mmHg. GCS = E : 4 V: 5 M: 4 (GCS = 13)
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. D.S
Umur : 31 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jln Sesetan Gang Belibis 1 C Denpasar
Tanggal masuk : 27 September 2012 pk. 21.30 Wita
Tanggal pengkajian : 29 September 2012 pk 14.30 Wita
Penanggung jawab : Tn.M.N

2. STATUS KESEHATAN
a. Status Kesehatan Saat Ini
Keluhan utama
Saat MRS : nyeri kepala setelah kecelakaan lalu lintas
Saat pengkajian : pusing dan mual muntah
Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan Penyakit saat ini
Pasien datang ke IRD RSUP Sanglah dalam keadaan sadar dengan keluhan nyeri kepala setelah
kecelakaan lalu lintas. Pasien sedang berjalan kaki kemudian ditabrak motor dari samping, pasien jatuh
membentur aspal.Riwayat pingsan (+), riwayat muntah (+), luka pada kepala bagian kanan (+). Setelah
dilakukan pemeriksaan, CT Scan dan pengobatan, klien dirawat di Ruang Ratna untuk observasi
selanjutnya.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya :
Pasien langsung dibawa ke IRD RSUP Sanglah
b. Status Kesehatan Masa Lalu
Penyakit yang pernah dialami
Klien tidak pernah mengalami penyakit yang berat , hanya flu dan demam biasa. Riwayat MRS (-).
Riwayat DM (-), sakit jantung (-), asma (-), hipertensi (-)
Alergi
Riwayat alergi terhadap makanan, obat dan benda lain (-)
Kebiasaan merokok/kopi/ alkohol/lain-lain yang merugikan kesehatan)
Kebiasaan merokok (-), minum kopi (-), minum alkohol (-).
c. Pemeriksaan Fisik
1) TTV : Nadi :92 x/mnt
Temp:36,8 0 C
RR :27 x/mnt
TD :115/70 mmHg.
2) Tingkat Kesadaran
Kesadaran : Composmentis
GCS : E ; 4, M ; 5, V ; 4 = 13 (CKR)
3) Head To Toe
Kepala dan leher
Inspeksi : luka robek yang sudah dihecting pada regio parietal dextra (+) sepanjang 5 cm tanpa
perdarahan aktif, brill hematome (-), battle sign (-), rhinore (-), tampak otore warna kuningbercampur
sedikit darah keluar dari telinga kiri, jejas di daerah wajah dan leher (-), pupil isokor dengan refleks +/+,
anemis (-), deviasi trakea (-)
Palpasi : cephal hematome pada regio parietal dextra (+) dengan nyeri tekan (+), krepitasi (-), nyeri
tekan pada leher (-)
Dada
Inspeksi : gerak dada simetris, retraksi otot bantu nafas (-), jejas (-)
Palpasi : bentuk simetris, benjolan (-), krepitasi (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : Suara sonor, kanan kiri sama
Auskultasi : Paru-paru :suara nafas vesikuler, ronchi-/-, wheezing -/-
Jantung : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-)
Payudara dan ketiak
Bentuk simetris, jejas (-), massa/benjolan (-)
Abdomen
Distensi (-), jejas (-), hepar tak teraba, bising usus kuat , peristaltik 8-10 x/mnt.
Genetalia
Bentuk normal, jejas (-), hematome (-)
Integumen
Warna kulit sawo matang, kebersihan cukup, kelainan pada kulit (-).
Ekremitas
Atas
Pada daerah siku dan lengan bawah nampak luka lecet sepanjang ± 3 cm tanpa perdarahan aktif, ROM
bebas/normal, krepitasi (-), sianosis (-) ,akral hangat, kekuatan motorik 555 │ 555
555 │ 555
Bawah
Jejas(-), ROM bebas/normal, krepitasi (-), sianosis (-) ,akral hangat, kekuatan motorik 555 │ 555
555 │ 555
Pemeriksaan neurologis
Status mental dan emosi
Klien terlihat cukup tenang walaupun merasa masih trauma dengan kecelakaan yang dialami.
Pengkajian saraf kranial
Pemeriksaan saraf kranial I s/d XII masih dalam batas normal.
Pemeriksaan Refleks
Refleks fisiologis (+), refleks patologis (-).

d. Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat DM (-), hipertensi (-), asma (-), sakit jantung (-).

e. Diagnosa Medis dan therapy


Diagnosa medis : CKR + Susp. Fraktur Basis Cranii
Therapy : IVFD Na CL 0,9 % 28 tts/mnt
Inj. Tyason 3 x 1 gr IV
Inj. Remopain 3x 1 gr IV
Inj. Bralin 3x 1 amp IV

3. POLA FUNGSI KESEHATAN (11 Pola Fungsional Gordon)


a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Bila mengalami sakit biasanya klien berobat ke Puskesmas atau bidan. Bila sakit ringan seperti masuk
angin kadang – kadang klien membuat jamu sendiri. Klien tidak pernah berobat ke dukun atau
pengobatan alternatif lainnya. Klien mengatakan kesehatan adalah hal yang penting dan ingin cepat
sembuh agar bisa bekerja lagi.
b. Pola Nutrisi/metabolic
Sebelum MRS klien biasa makan 3 kali sehari, minum 6-8 gelas sehari.Sejak MRS klien mengatakan tidak
bisa makan dan minum karena mual-mual dan muntah. Sejak kecelakaan sampai sekarang, klien sudah
muntah 4 kali berisi sisa makanan, darah (-). Siang ini klien sempat makan bubur 3 sendok tetapi
berhenti karena mual muntah. Minum dari tadi pagi ± 100 cc air putih.
c. Pola eliminasi
Sebelum MRS klien biasa BAB 1 kali sehari, BAK 7 – 8 kali sehari ( ± 1200-1500 cc). Sejak MRS di
Ruang Ratna klien sudah BAK 2 kali dengan jumlah ± 200 cc setiap kali BAK menggunakan pispot di atas
tempat tidur. Sejak MRS klien belum BAB.
d. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum x
Mandi x
Toileting x
Berpakaian x
Mobilisasi di tempat tidur x
Berpindah x
Ambulasi ROM x
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total.
Okigenasi:
Klien bernafas spontan tanpa memakai oksigen. Keluhan sesak (-)

e. Pola tidur dan istirahat


Sebelum MRS klien biasa tidur 6-7 jam sehari dan tidak biasa tidur siang. Setelah MRS klien mengatakan
sering terbangun karena mual dan sakit kepala serta situasi rumah sakit yang ramai.
f. Pola kognitif-perseptual
Klien mampu berkomunikasi dengan suara yang pelan tetapi jelas. Klien mengatakan penglihatan cukup
jelas tetapi tidak bisa membuka mata lama-lama karena masih mengeluh pusingdan mual. Klien
mengeluh telinga kiri terasa penuh berisi cairan sehingga pendengaran agak terganggu. Tampak otore
keluar dari telinga kiri. Klien juga mengeluh sakit kepala seperti berdenyut-denyut terutama di bagian
kanan dan kadang-kadang disertai pusing-pusing. Klien tampak meringis terutama saat bergerak. Skala
nyeri 4-5 (sedang).
g. Pola persepsi diri/konsep diri
Klien mampu menyebutkan identitas diri dan orang di sebelahnya.
h. Pola seksual dan reproduksi
Klien sudah tiga tahun menikah tetapi belum dikaruniai anak. Menstruasi teratur setiap 28 -30 hari
sekali. Klien tidak memakai alat kontrasepsi.
i. Pola peran-hubungan
Saat ini klien ditunggu oleh suaminya dan hubungan mereka terlihat baik. Keluarga besar klien ada di
Jawa. Di Bali klien punya beberapa famili dan teman-teman yang sudah datang menjenguk klien tadi
pagi.
j. Pola manajemen koping stress
Bila mempunyai masalah klien mengatakan biasa bercerita dan minta pendapat dari suami dan teman-
teman. Suami mengatakan klien cukup terbuka terhadap masalah yang dialaminya.
k. Pola keyakinan-nilai
Klien dan suami beragama Islam dan biasa sholat setiap hari. Setelah MRS klien hanya berdoa dari
tempat tidur.

4. Diagnosa
NO DATA SENJANG ETIOLOGI PROBLEM
1 DS : Klien mengatakan
- ”Pusing”
- ”Mual & muntah”
DO :
- Klien tampak terdapat luka pada kepala sebelah kanan
- TTV : N : 92 x/mnt
S:36,8 0 C
RR :27 x/mnt
TD :115/70 mmHg.
Peningkatan intracranial Gangguan perfusi jaringan cerebral
2. DS : Klien mengatakan
- ”Pusing”
DO :
- Klien tampak terdapat luka pada kepala sebelah kanan
- GCS : E ; 4, M ; 4, V ; 5 = 13 (CKR)
- TTV : N : 92 x/mnt
S:36,8 0 C
RR :27 x/mnt
TD :115/70 mmHg.

Desak ruang sekunder dari kompresi korteks cerebri Resiko tinggi peningkatan tekanan intracranial
3. DS : Klien mengatakan
- ”Pusing”
DO :
- TTV : N : 92 x/mnt
S:36,8 0 C
RR :27 x/mnt
TD :115/70 mmHg.
- GCS : E ; 4, M ; 4, V ; 4 = 12 (CKR)
- Kesadaran : somnolen Depresi pusat pernapasan Gangguan pola pernapasan

5. Intervensi
HARI/
TGL NO
DX RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN &KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
Rabu 29/09/
2012
1

Setelah diberikan tindakan kep. selama 2×24 jam diharapkan gangguan perfusi jaringan klien akan
berkurang dengan K.H :
DS : Klien mengatakan
- ”Pusing berkurang”
- ”Tidak mual & muntah”
DO :
- Klien tampak tenang
- TTV :
N : 80 x/mnt
S :36,8 0 C
RR :22 x/mnt
TD :110/70 mmHg. - Ubah posisi klien secara bertahap

- Jaga suasana tenang


- Kurangi cahaya ruangan
- Klien dengan paraplegia beresiko menglami luka tekan (dekubitus). Perubahan posisi setiap 2 jam
atau sesuai respons klien mencegah terjadinya luka tekan akibat tekanan yang lama karena jaringan
tersebut akan kekurangan nutrisi dan oksigen dibawa oleh darah

- Suasana tenang akan memberikan rasa nyama pda klien dan mencegah ketegangan

- Cahaya merupakan salah satu rangsangan yang beresiko terhadap peningkatan TIK
Rabu 29/09/
2012

Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3×24 jam diharapkan dapat meminimalkan tekanan
intracranial dengan K.H :
DS : Klien mengatakan
- ”Pusing nya berkurang”
DO :
- Klien tampak terdapat luka pada kepala sebelah kanan

- GCS : E ; 4, M ; 4, V ; 5 = 13 (CKR)

- TTV :

N : 92 x/mnt
S :36,8 0 C
RR :22 x/mnt
TD :115/70 mmHg.

- Kaji faktor penyebab dari situasi kemungkinan penyebab TIK


- Pantau TTV tiap 4 jam
- Pertahankan kepala atau leher pada posisi yang netral, usahakan dengan sedikit bantal. Hindari
penggunaan bantal yang tinggi pada kepala. - Deteksi ini untuk memprioritaskan intervensi, maka
mengkaji status neurologis untuk menentukan perawatan kegawatan atau tindakan pembedahan.
- Suatu keadaan, normal bila sirkulasi serebral terpelihara dengan baik atau fluktuasi ditandai dengan
tekanan darah sistemik penurunan dari autoregulator, kebanyakan tanda penurunan difusi local
vaskularisasi darah serebral.
- Perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada vena jigularis dan menghambat
aliran darah otak di kawatirka meningkatkan tekanan intracranial.
Rabu, 29/09/2012

3
Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3×24 jam diharapkan gangguan pernapasan klien
berkurang dengan KH:
DS : Klien mengatakan
- ”Pusing klien berkurang”
DO :
- TTV :
N : 92 x/mnt
S :36,8 0 C
RR :22 x/mnt
TD :115/70 mmHg.
- GCS : E ; 4, M ; 4, V ; 4 = 12 (CKR)
- Kesadaran : somnolen
- berikan posisi nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke posisi yang sakit.
Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
- Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea, atau perubahan tanda-tanda vital.
- Jelaskan pada klien tentang etiologi/ faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru
- Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak
sakit
- Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan
nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syok sehubungan dengan hipoksia.
- Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien
terhadap rencana terapeutik

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cedera kepala atau cedera otak merupakan suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang di sertai
atau tanpa di sertai perdarahan innterstiil dalm substansi otak tanpa di ikuti terputusnya kontinuitas
otak. (Arif Muttaqin, 2008, hal 270-271)

Penyebab dari cedera kepala adalah adanya trauma pada kepala meliputi trauma oleh benda/serpihan
tulang yang menembus jaringan otak, efek dari kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak dan efek
percepatan dan perlambatan (ekselerasi-deselarasi) pada otak.

B. SARAN
Setelah pembuatan makalah ini sukses diharapkan agar mahasiswa giat membaca makalah ini, dan
mencari ilmu yang lebih banyak diluar dari makalah ini terkait tentang meteri dalam pembahasan, dan
tidak hanya berpatokan dengan satu sumber ilmu (materi terkait), sehingga dalam tindakan
keperawatan dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan cedera kepala.

Saran yang disampaikan kepada Mahasiswa Keperawatan adalah :


1. Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan cedera kepala.
2. Dapat menilai batasan GCS.
3. Lebih teliti dalam memberikan intervensi keperawatan kepada klien dengan cedera kepala.
4. Dapat memberikan pendidikan kesehatan terhadap keluarga maupun klien, baik di rumah sakit
maupun di rumah.

Anda mungkin juga menyukai