KOMPOSTER
SISTIM SEMI AN AEROBIK
1
PENGUSUL
Nama (lengkap) Tri Ernita, ST. MP
Lembaga / Instansi Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang
Jabatan Pembantu Ketua I. STTIND Padang
3. Metodologi
Metode mengolah sampah organik dengan komposter sistim semi an
aerobik ini, dapat dilakukan berdasarkan kapasitas yang diinginkan seperti yang
terdapat dalam gambar 1, dengan metode sebagai berikut :
Metoda Semi Anaerobik ini dalam pelaksanaannya dapat menggunakan
kontainer berupa apa saja, silo, kentong atau drum khusus dibuat untuk
pengomposan sampah organik, dengan mempergunakan bioaktivator EM-4 atau
MOL dengan kapasitas seperti 2000 Kg.
– Cangkul garpu
– Ember
– Termometer
– Timbangan
– Parang/pisau
– Dedak = 200 Kg
– Kotoran ternak sapi/ayam/kambing dll = 200 Kg
– Tanah humus (Cacing) = 500 Kg
– Kapur (dolomite) = 100 Kg
= 2.000 Kg
Cara Kerja
• bahan sebaiknya harus dicincang dengan ukuran 4 – 5 cm.
• Susun kompos berdasarkan ketersediaan bahan baku. Yang paling bawah
tanah humus(cacing) sebagai alas, kemudian diikuti dengan bahan yang
mangandung karbon tinggi seperti serbuk gergaji, & dedak. Selanjutnya di
atas bahan tadi susun kotoran ternak seperti kotoran sapi, kambing, ayam.
Lapisan berikutnya adalah daun hijauan/ sampah organik, di taburi kapur,
dan ditutupi kembali dengan tanah humus (cacing), kemudian diberi
Bioaktivator EM-4 atau MOL.
Nilai harga komposter sistim semi an aerobik adalah Rp.20.000.000,- per unit.
Dalam perhitungan biaya komposter sistim semi an aerobik ini ditampilkan nilai-
nilai sesuai dengan kondisi saat ini. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh
dalam memproduksi komposter sistim semi an aerobik tersebut untuk satu unit
adalah Rp. 6.800.000,- dengan B / C Ratio adalah: 1,51 jadi menguntungkan.
a. Biaya operasional
Biaya operasional dinilai dari ketika komposter sistim semi an aerobik
tersebut dioperasionalkan sesuai dengan kapasitasnya yaitu : komposter sistim
semi an aerobik dengan kapasitas 2000 kg ini akan menghasilkan pupuk setelah
14 hari dan akan panen setiap hari berdasarkan jumlah sampah organik yang
dimasukkan kedalam komposter. Seandainya sampah yang dikomposkan dari 40
KK sebanyak 120 Kg/hari maka, akan menjadi pupuk lebih kurang sebanyak 50%
jadi akan diperoleh pupuk kompos sebanyak 60 Kg setiap hari. Seandainya harga
pupuk kompos 1 Kg dinilai 15.000/Kg maka : 60 Kg X Rp. 15.000,- = Rp.
900.000,-/hari. Ketika dihitung untuk satu bulan maka Rp.900.000 x 30 =
Rp.27.000.000,-. Penyusutan alat adalah ketika alat dihitung selama 2 tahun
(20.000.000/720 = Rp. 27.777,78). Berdasarkan perhitungan biaya operasional
tersebut, maka nilai jual Rp.27.000.000,- akan dikurangkan dengan penyusutan
alat + upah petugas sampah + dan lain-lain 10% adalah : Rp. (27.000.000 -
27.777,78 – 3.000.000 – 2.700.000) = Rp.21.272.222,22,- maka keuntungan yang
diperoleh adalah Rp. 21.272.222,22,- (sangat menguntungkan)
dapat dijual. Dengan demikian tidak ada lagi sampah berserakan di lingkungan
terutama di perkotaan.
6. Hasil/Output Alat
Manfaat inovasi
a. Manfaat secara pribadi sampah telah dapat diolah di sumbernya dengan
cara yang lebih praktis dan tidak menggunakan tempat ruang yang banyak.
Membuat pupuk kompos dari sampah organik yang berasal dari rumah tangga
dengan menggunakan komposter sistim an aerobik memberikan banyak sekali
keuntungan, disamping memperoleh pupuk yang dapat dijual, lingkungan jadi
bersih dan sehat.
b. Manfaat terhadap lingkungan, komposter sistim an aerobik merupakan
alat yang dapat menjadikan sampah organik menjadi pupuk kompos. Pembuatan
pupuk kompos dengan bahan baku sampah rumah tangga organik merupakan
teknologi yang ramah lingkungan, sederhana dan menghasilkan produk akhir yang
sangat berguna terutama sebagai pupuk untuk tanaman dengan kualitas yang
sangat baik.
Berdasarkan komposisi timbulan sampah lebih kurang 50% sampah organik
yang dapat dijadikan untuk pupuk kompos. Apabila hal ini dapat direalisasikan
sudah tentu dapat membantu dalam upaya pengelolaan sampah terutama di
perkotaan, seperti :
1. Memperpanjang umur tempat pembuangan akhir (TPA), karena semakin
banyak sampah yang dapat termanfatkan untuk pupuk.
2. Meningkatkan efisiensi biaya pengangkutan sampah, disebabkan jumlah
sampah yang diangkut ke TPA semakin berkurang.
3. Meningkatkan kondisi sanitasi di perkotaan.
Semakin banyak sampah organik yang dijadikan pupuk, diharapkan
semakin sedikit pula masalah kesehatan lingkungan masyarakat yang timbul.
c. Manfaat terhadap kelompok yang mengelola sampah organik tentu akan
memperoleh keuntungan secara ekonomi, terutama diproduksi dalam jumlah yang
banyak.
d. Manfaat terhadap perusahaan yang mengelola sampah organik ini tentu
akan lebih besar lagi, karena perusahaan memiliki modal yang besar akan
11