Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORHAGUC FEVER (DHF)

A. DEFINISI
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkanoleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk aedes aegypty (Nursalam, dkk. 2008).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat padaanak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dannyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa
ruam. DHF sejenis virus yangtergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitannyamuk aedes aegypty (betina) (Hidayat, 2006)

B. ETIOLOGI
Dengue haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus(Arthopodborn Virus)
dan ditularkan melalui gigitan nyamuk AedesAegepthy. Virus Nyamuk aedes aegypti
berbentuk batang, stabil pada suhu370 C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam
berdarah menurut(Nursalam ,2008) adalah :
1. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih
2. Hidup didalam dan sekitar rumah
3. Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari
4. Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar
5. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumahseperti bak
mandi, tempayan vas bunga.

C. PATOFISIOLOGI
Fenomena patofisiologi yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma keruang
ekstra seluler.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah
vitemia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemi
tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegli) dan
pembesaran limpa.
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume
plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoprotenia serta efusi pleum dan renjatan
(syok). Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler,
trombositopenia dan gangguan koagulasi. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20%)
menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai
hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.

D. PATHWAY
E. MANIFESTASI KLINIS
Kriteria klinis DBD / DHF menurut WHO (1997)
1. Demam mendadak tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis demam disertai
gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, malaise, nyeri pada punggung, tulang,
persendian dan kepala.
2. Perdarahan (termasuk uji bendung positif) seperti petekie, epistaksis, hematemosis,
melene.
3. Hepatomegali
4. Syok : nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi < 20 mmHghipotensi disertai gelisah
dan akral dingin.
5. Konsentrasi (kadar Ht > 20% dan normal)
(Alan R. Tumbelaka, 2004).
Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF, gambaran lain yang
tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah :
a. Keluhan pada saluran pernapasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
b. Keluhan pada saluran pernapasan : mual, muntah, tidak nafsu makan (anoreksia),
diare, konslipasi.
c. Keluhan sistem yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi,
(break bone fever), nyeri otot abdomen, nyeri uluhati, pegal-pegal pada seluruh tubuh,
kemerahan pada kulit, kemerahan (flushing) pada muka, pembengkakan sekitar mata,
lakrinasi dan fotopobia, otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh dan pergerakan bola
mata terasa pegal.

F. KLASIFIKASI
Berdasarkan standar WHO, DHF dibagi menjadi empat derajat sebagai berikut:
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji torniquet
(+),trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain ditambah
dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis,
hematemesis,melena, perdarahan gusi.
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah
(hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari (tanda-tanda dini
renjatan).
4. Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
(Nursalam, 2008)
1. Darah lengkap: hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % ataulebih),
trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
2. Serologi : uji HI (hemoagutination inhibition test).
3. Rontgen thoraks : effusi pleura

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
(Narusalam, 2008)
1. Terapi
a. DHF tanpa rejatan
Pada pasien dengan demam tinggi , anoreksia dan sering muntah menyebabkan
pasien dehidrasi dan haus, beri pasien minum 1,5sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat
diberikan teh manis, sirup, susudan bila mau lebih baik diberikan oralit. Apabila
hiperpireksia diberikan obat anti piretik dan kompres air biasa. Jika terjadi
kejang, beri luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal diberikan dengan dosis
anak umur kurang dari 1 tahun 50 mg/ IM , anak lebih dari 1tahun 75 mg. Jika 15
menit kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3mg / kg BB. Anak
diatas satu tahun diberikan 50 mg dan dibawah satu tahun diberikan 30 mg, dengan
memperhatikan adanya depresi fungsi vital. Infus diberikan
pada pasien tanpa ranjatan apabila pasien terus menerus muntah , tidak dapat
diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi dan hematocrit yang
cenderung meningkat.
b. Pasien yang mengalami rajatan (syok)
Harus segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang akibat
kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya Ringer Laktat. Jika
pemberiancairan tersebut tidak ada respon maka dapat diberikan plasma atau plasma
akspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kg BB. Pada pasien rajatan berat pemberian
infus diguyur dengan cara membuka klem infus tetapi biasanya vena-vena telah
kolap sehingga kecepatan tetesan tidak mencapai yang diharapkan, maka untuk
mengatasinya dimasukkan cairan secara paksa dengan spuit dimasukkan cairan
sebanyak 200 ml, lalu diguyur.

2. Tindakan Medis yang bertujuan untuk pengobatan


a. Berikan cairan IV dextrose 5% di dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila
terdapat asidosis dianjurkan pemberian NaCl 0,9 % +dextrose ¾ bagian natrium
bikarbonat.
b. Berikan anti piretik seperti paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kg BB/hari.
c. Apabila pasien tampak gelisah, dapat diberkan sedative untuk menenangkan pasen
seperti kloral hidrat.
d. Berikan antibiotic yang berguna dalam mencegah infeksi
e. Terapi O2 2 liter /menit harus diberikan pada semua pasien syok.
f. Pantau tanda-tanda vitalyang selama 15 sampai 30 menit atau lebih sering dan
disertai pencatatan jumlah dan frekuensi diuresis.

I. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever menurut ( Hidayat Alimul ,
2008) diantaranya:
1. EnsepalopatiSebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan
kemungkinan dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah keotak.
2. Syok (renjatan)Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat
terjadisyok hipovolemik
3. Efusi PleuraAdanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengantanda
pasien akan mengalami distress pernafasan.
4. Perdarahan intravaskuler menyeluruh.

J. FOKUS PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
Panas tinggi dan anak lemah
2. Riwayat penyait sekarang
Panas mendadak menggigil saat demam, anak disertai keluhan batuk pilek, mual,
muntah, anoreksia, diare /konstipasi, nyeri ulu hati , perdarahan (grade iii, dan iv)
melena atau hematemesis.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kelahiran
Riwayat imunisasi
Riwayat yang pernah diderita
Riwayat hospitalisasi
4. Pengkajian umum
Usia, tingkat kesadaran antopometri, TTV, dll
5. Nutrisi
Mual-mual, muntah, tidak nafsu makan.
6. System integument
7. Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Doengoes, E Marilyn. 2000)
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler,
perdarahan, muntah dan demam.
2. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (virus dalamdarah/viremia).
3. Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
4. Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.

L. INTERVENSI KEPERAWATAN
(E, Marylin, 2000)
I. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler,
perdarahan, muntah dan demam.
Tujuan : Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi
Kriteria Hasil : volume cairan perlahan-lahan teratasi, tidak muntah muntah lagi, Mukosa
bibir kembali normal
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda vital
Rasional :mengetahui atau memantau keadaan umum klien
b. Monitor tanda-tanda kekurangan cairan
Rasional :untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan intervensi lanjut
c. Observasi dan catat intake dan output cairan
Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit atau balance cairan.
d. Berikan hidrasi yanga adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan kliene.
e. Pasang infus dan berikan cairan intravena jika terjadi perdarahan
Rasional : membantu proses perbaikan tubuh.
II. Hipertemia (suhu naik) berhubungan dengan proses penyakit (viremia/virus).
Tujuan : Hipertemia dapat teratasi
Kriteria Hasil : Suhu tubuh dalam batas normal (36370 C).
Intervensi :
a. Kaji saat timbulnya demam
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
b. Observasi tanda-tanda vital: suhu, nadi, tensi, pernafasan setiap 3 jam atau lebih
sering.
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahuikeadaan umum
klien.
c. Anjurkan klien untuk banyak minum ± 2,5 liter/24 jam dan jelaskan manfaatnya bagi
klien.
Rasional: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat
sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
d. Kolaborasi pemberian cairan IVFD dan obat antipiretik.
Rasional : Pemberian cairan dan obat antipiretik sangat penting bagi klien dengan
suhu tinggi yaitu untuk menurunkan suhu tubuhnya
III. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
Tujuan :Anoreksia dan kebutuhan nutrisi dapat teratasi.
Kriteria Hasil : Berat badan stabil dalam batas normal.Tidak ada mual dan muntah.
Intervensi :
a. Kaji mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh pasien.
Rasional : untuk menetapkan cara mengatasinya.
b. Kaji cara/bagaimana makanan dihidangkan
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengarauhi nafsu makan klien.
c. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur, tim, dan hidangkan saat masih
hangat.
Rasional: Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan
makanan karena mudah ditelan.
d. Catat jumlah/porsi makan yang dihabiskan oleh klien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi.
e. Lakukan oral hygiene dengan menggunakan sikat gigi yang lunak.
Rasional : Meningkat nafsu makan.
f. Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Mengetahui perkembangan status nutrisi klien.
g. Kolaborasi obat-obatan antasida (anti emetik) sesuai program/instruksi dokter.
Rasional : Dengan pembarian obat tersebut diharapkan intakenutrisi klien meningkat
karena mengurangi rasa mual dan muntah.
h. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yang tepat.
Rasional : Membantu proses penyembuhan klien.
IV. Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan : Perdarahan tidak terjadi.
Kriteria Hasil : Tanda-tanda vital normal.Jumlah trombosit klien meningkat. Tidak terjadi
epitaksis, melena, dan hemotemesis.
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda perdarahan dan trombosit yang disertai dengan tanda-tanda
klinis.
Rasional: Penurunan jumlah trombosit dapat menimbulkan perdarahan
b. Anjurkan klien untuk banyak istirahat.
Rasional : Aktivitas yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
c. Berikan penjelasan pada keluerga untuk segera melaporkan jika adatanda-tanda
perdarahan.
Rasional: Mendapatkan penanganan segera mungkin.
d. Antisipasi terjadinya perdarahan dengan menggunakan sikat gigi
lunak, memberikan tekanan pada area tubuh setiap kali selesai pengambilan darah.
Rasional : Mencegah terjadinya pendarahan.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3, EGC : Jakarta


Nursalam, dkk. 2008.Asuhan keperawatan bayi dan anak . Jakarta : salemba medika
Hendarwanto. 2003. Ilmu Penyakit Dalam, hal 142, Edisi 3, Jilid I. Jakarta : EGC
Hidayat alimul aziz. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak . Jakarta : salemba medika
Rampengan. 2007. Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta : EGC
Supartini Yupi, S.Kp, MSc. 2004.Konsep dasar keperawatan anak.Jakarta : EGC
Suriadi. 2010.Asuhan keperawatan pada anak . Jakarta : cv sagung seto.
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA An. R DENGAN DIAGNOSA MEDIS DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF)


GRADE I DI RUANG RUBY RSU PERMATA BLORA

DISUSUN OLEH:
1. Millenia Nurfitriana S DM (P1337420417009)
2. Wella Rimbajati Fathima (P1337420417111)
3. Hafilda Qoirul Firdayanti (P1337420417032)
4. Viki Pramita (P1337420417068)

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI D III KEPERAWATAN BLORA
2019
LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nama : An.R
TTL : Blora,16 Agustus 2006
Usia : 12 tahun
Pendidikan : SMP
Alamat : Ds. Ngampon Sidomrubro, 01/03 ,Blora
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Masuk :16 Maret 2019, Pukul 09.50 WIB
Tanggal Pengkajian :18 Maret 2019,pukul 09.30 WIB
NO. Register : 07.94.42
Diagnosa medis : Denojue Hoemorghagic Fever (DHF) Grode I

Penanggung jawab
Nama : Ny.R
Umur : 21 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Ds. Ngampon Sidomulyo, 01/03,Blora
Hubungan dengan klien : Ibu

II. Keluhan Utama


Ibu pasien mengatakan pasien panas sejak 3 hari yang lalu serta mengatakan anaknya
mual-mual saat makan.

III. Riwayat Penyakit Sekarang


Ibu pasien mengatakan bahwa pasien masuk ke RSU PERMATA BLORA dengan
keluhan panas sejak 3 hari yang lalu.Panas turun tetapi hanya sebentar kemuadian
panas lagi, satu hari sebelum dibawa ke RSU PERMATA BLORA pasien muntah
kurang lebih 10 kali dalam sehari, akhirnya ibu pasien membawa pasien ke IGD RSU
PERMATA BLORA pada tanggal 16 Maret 2019 Pukul 09.50 WIB saat dilakukan
pemeriksaan pada tanggal 18 Maret 2019 Pukul 09.50 WIB badan pasien terasa
panas, kulit pasien tampak kemerahan, akral pasien hangat, pasien tampak lemah. Ibu
pasien juga mengatakan pasien saat makan, pasien mual. Mual tetapi sudah tidak
muntah, makan hanya habis ½ porsi dengan paksaan ibunya, minum 3-4 gelas
kali/hari, mukosa bibir tampak terlihat kering, kulit tampak kering dengan elastisitas
sedang. Dari hasil laboratorium didapatkan data: jumlah nilai trombosit 18x10’3/ul
.TTV : S: 39,3°C, N:112x/mnt, TD:85/52 mmHg, RR:20x/mnt, BB: 39kg, TB:145cm.
IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Ibu pasien mengatakan pasien adalah anak ke-2, selama hamil selama 9 bulan, ibu
pasien sering sering memeriksa kehamilannya ke bidan dengan rutin. Ibu pasien
mengatakan pasien lahir di Puskesmas dengan normal, persalinannya di dampingi
oleh suami dan ditolong oleh bidan,menangis keras, dengan BB 3000gr, PB 50cm,
Apgar score 8/9 dan tidak ada kelainan konginetal, pasien tidak memiliki riwayat
penyakit penykit seperti hepatitis, TBC, pasien tidak memiliki riwayat alergi. Ibu
pasien mengatakan An.R minum ASI hingga ±2 tahun dan telah diimunisasi lengkap.
Sebelumnya pasien tidak pernah dirawat di RS. Saat mauk di IGD RS PERMATA
BLORA pasien mendapatkan terapi infuse RL 39 tpm, injeksi ODR 3x4 mg/IV,
injeksi Ranitidine 2x 1/5 amp. Sanmol syr (oral) 2 Otb/4 jam.
Imunisasi yang pernah didapatkan :
1. BCG : imunisasi ini didapatkan pada usia 5 bulan dan reaksi dari imunisasi ini
adalah dengan munculnya benjolan kecil pada bagian yang disuntik, seiring
dengan bertambahnya usia benjolan kecil itu mengempis dengan sendirinya.
2. DPT : imunisasi ini didapatkan pada usia 8-11 bulan dan tidak ada reaksi yang
timbul
3. Polio : imunisasi ini didapat pada usia 0 bulan (baru lahir) dan tidak ada reaksi
yang timbul
4. Hepatitis B : imunisasi ini didapat pada usia 0 bulan dan reaksi dari imunisasi ini
adalah panas dan sembuh berjalannya waktu.

V. Riwayat Penyakit keluarga


Ibu pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit
seperti yang pasien alami saat ini

Genogram ;

VI. Riwayat social


Ibu pasien mengatakan pasien diasuh olehnya sejak lahir, saat dirumah pasien
merupakan anak yang periang. Ibu pasien mengatakan dilingkungan sekolah pasien
kurang bersih, dan banyak teman-teman pasien yang terkena penyakit DBD .
lingkungan rumah pasien bersih.

VII. Keadaan kesehatan saat ini


1. Diagnosa medis : DHF Grade I
2. Tindakan operasi : -
3. Obat-obatan : setelah diruang Ruby : Infus RL 39 tpm , Injeksi ODR 3X4 mg
(IV), injeksi Ranitidine 2x1/2 amp, Sanmol Syr (Oral) 12 Otb/ 4 jam. Injeksi
lameson 125 mg 1x1,3 ml.
4. Hasil Laboratorium tanggal 18/19/20 Maret 2019

Jenis Hasil satuan Nilai rujukan


pemeriksaan
Hemoglobin 17,0/15,4/13.9 g/dl 12,0-15,0
Hematokrit 49,4/46,0/39,8 % 36,0-49,0
Lekosit 5,0/4,1/8,9 10ˆ3/ul 50,0-10,0
Trombosit 18/29/211 10ˆ3/ul 150-450
Limfosit 60,7/38,6/25,1 % 20,0-40,0
Mid size cell 9,1/11,4/7,8 % 4,0-10,0
Granulosit 30,,2/50,0/67,1 % 50,0-70,0

5. Hasil rontgen : -
6. Data tambahan : -
VIII. Pengkajian Pola Fungsional
1. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
Ibu pasien mengatakan status kesehatan anaknya baik, ketika sakit periksa
ke tempat pelayanan kesehatan terdekat, imunisasi rutin sesuai usia.
2. Nutrisi dan Pola Metabolik
- Sebelum MRS : ibu pasien mengatakan kebutuhan makan pasien saat makan
dirumah 3x/hari dengan setiap porsinya habis, pasien tidak suka makan sayur-sayuran. 1
hari sebelum dibawa ke IGD pasien muntah 10xsehari. BB lahir 3000gr dan BB saat ini
39 kg. pasien minum air putih 7-9 gelas/hari.
- Sesudah MRS : ibu pasien mengatakn pasien makan dari RS menu diit
lunak/lembut dan hanya menghabiskan ½ porsi dengan paksaan ibunya, nafsu makan
pasien turun dan mual-mual tetapi sudah tidak muntahibu paien mengatakan pasien
minum hanya sedikit 3-4 gelas air putih
3. Pola Eliminasi
- Sebelum MRS : ibu pasien mengatakan pasien BAB 1x/hari, berwarna kuning
berbau khas, konistensi lembek, pasien tidak ada riwayat hemoroid. Pasien Abak 2-
3x/hari.
- Sesudah MRS : pasien mengatakan bab 2x/hari selama di RS dan BAK : 2-3X/hari.
4. Aktifitas - Pola latihan
- Sebelum MRS :ibu pasien mengatakan saat dirumah pasien mengatakan mandi
toileting secara mandiri.mandi 2x/hari menggunakan sabun dan mengganti pakaian. Saat
dirumah pasien bermain dengan teman-temannya
- Selama MRS :ibu pasien mengatakn saat di RS pasien tidak pernah mandi, makan
disuapi dan BAK dibantu, selama sakit pasien lemah hanya terbaring di tempat tidur,
menonton tv, bermain HP dan ergantung pada keluarga.
5. Pola istirahat- tidur
- Sebelum MRS : ibu pasien mengatakan pasien sebelum sakit pasien tidur 6-8 jam,
pada pagi hari bangun tidur pasien terasa lega.
- Sesudah MRS :ibu pasien mengatakan saat sakit tidurnya tidak begitu nyenyak,
kadang suka terbangun karena demam.
6. Pola kognitif- persepsi
Pasie sangat lemah kadang hanya berbicara sedikit ketika tidak nyaman.
7. Persepsi diri- dan pola konsep diri
- Selama MRS : ibu pasien mngatkan pasien ditemani keluarganya dan sejuumlah
saudara dan teman-temannya ikut menjenguk. Si pasien mengatakan pasien tudak
merasa kesepian karena merasa banyka keluarga yang menjenguknya.
8. Pola peran- hubungan
Ibu pasien mengatakan tidak ada stressor dalam keluarga , saat ini
hubungan antara keluarga dan anak sangat baik dan harmonisl. Ibu pasien
mengatakan saat dirumah, pasien beraktifitas secara mandiri dan saat sakit
pasien memerlukan bantuan utnu beraktivitas.sebelum sakit pasien
bermain sampai sore hari dengan teman-temannya.
9. Seksualitas
Paien berjenis kelamin laki-laki
10. koping pola toleransi stress
ibu pasien mengatakan jika pasien ada masalah disekolah psien selalu bercerita
kepada ibunya.
11. Pola suku dan keyakinan
- Sebelum MRS : ibu pasien mengatakan pasien jarang solat 5 waktu dan agama
pasien islam.
- Sesudah MRS : ibu pasien mengatakan pasien hanya berdoa memohon atas
kesembuhaannya.

IX. Pemeriksaaan Fisik :


1. Keadaan umum : lemah
Kesadaran : Composmentis
2. Tnda-tanda vital :
TD : 85/I52 mMhg
S : 39,3°C
N : 112x/mnt
RR : 20x/mnt
3. pengukuran antropometri
TB : 145 cm
BB sebelum MRS : 41kg
BB saat MRS : 39kg
BBI : (TB-100) – ((TB – 100) x 10%)
: 40,5 Kg
4. Lingkar kepala : mesosefal, kulit bersih, tidak ada kelaian, rambut hitam,
tidak ada lesi.
5. Mata : pupil bulat, isokor, sclera tampak ikterik, reflek cahaya (+/+),
normal, konjungtiva non anemis, tidak menggunakan alat bantu.
6. Hidung : bersih, tidak ada polip, tidak ada cuping hidung, tidak ada
epistaksis.
7. Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada perdarahan gusi, tidak sianosis
8. Telinga : simetris, tidak ada serumen, tidak menggunakan alat
bantu dengar.
9. Tengkuk : tidak ada kaku kuduk
10. Dada : pengembangan dada dan thorax sama, simetris kanan dan kiri,
tidak tampak menggunkan alat bantu pernafasan.
11. Jantung :
I : ictus cordis tidak tampak

P : apeks tidak teraba

P : Batas kanan : ICS IV linea posternalis dextra

Batas kiri : ICS V linea Msd Clavcula Sinistra

Batas atas : ICS II linea Parastternal dextra

A : Suara BJ I-II regular.

12. Paru- paru


I : pergerakan dada sama
P : tidak ada nyeri tekan
P : Sonor
A : Vaskuler, tidak ada suara nafas tambahan
13. Abdomen
I : tidak ada luka, tampak tegang pada perut
P : terdapat nyeri tekan pada perut bagian atas dan hati tampak
membesar (hepatomegali )
P: nyeri disebabkan oleh pembesaran hati yang menekan are
asekitar hati
Q : Hilang timbul
R : perut sebelah kanan atas
S:2
T : nyeri hilang timbul pada saat yang tidak tentu.
P : timpani
A ; bising usus kooperatif. Lebih dari 30x/mnt
14. Punggung : tidak ada lesi
15. Genetalia : pasien berjenis kelamin laki-laki, dan tidak terpasang DC
16. Eksstermitas :
17. a) atas : terpasang infuse RL 39 tpm pada tangan sebelah kri, tidak terdapat
odema, uji tourniquet (+), kekuatan oto 5/5, akral hangat.
b) bawah :kaki kanan dan kiri simetris, kuku bersih, kekuatan otot 5/5, akral
hangat.
18. kulit : kulit tampak kering, kulit berwarna kemerahan, elastisitas sedang, kulit
bersih, tidak ada ptekie pada kulit.
XI . Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah

1. DS : Ibu pasien mengatakan pasien panas Proses penyakit Hipertermia


sejak 2 hari lalu, panas naik turun. (viremia)
DO :
- Pasien tampak lemah
- Kulit pasien tampak kemerahan
- Akral hangat
- TTV : S : 39,3°C
N : 112x/ mnt
TD : 85/52 mmHg
RR : 20x/mnt

II DS : - ibu pasien mengatakan pasien Anoreksia Gangguan kebutuhan


tidak nafsu makan serta mual nutrisi kurang dari
- Ibu pasien mengatakan sebelum kebutuhan tubuh
dibawa ke RS pasien muntah±10
kali
- Ibu pasien mengatakn pasien
makan hanya habis ½ porsi
dengan paksaan, minum 3-4
gelas kali/ hari
DO : - Pasien tampak lemak
- Mukosa bibir kering
- Kulit tampak kering dengan
elastisitas sedang
- Bising usus hiperaktif 30x/mnt
- TB : 145 cm
- BB : sebelum sakit : 41 kg
- BB : saat sakit: 39 kg
- BBI : (TB-100) – ((TB – 100) x
10%)
: 40,5 Kg

III DS : - Trombositopenia Resiko tinggi terjadi


DO : data hasil laboratorium tanggal 18 perdarahan
maret 2019.
Di dapatkan jumlah trombosit : 18
xˆ10/ul (nilai normal : 150-450) xˆ10/ul
XII. Diagnosa Keperawatan

I. Hipertermi (suhu naik) b.d proses penyakit (virus) ditandai dengan ibu pasien
mengatakan pasien panas naik turun, pasien tampak lemah, kulit pasien tampak
kemerahan, akral pasien hangat, TTV : S : 39,3oC, N : 112 x/menit, TD : 85/52
mmHg, RR : 20 x/menit.
II. Gangguan pemeriksaan kebutuhannutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
ditandai dengan ibu pasien mengatakan tidak nafsu makan serta mual, makan hanya
habis ½ porsi dengan paksaan , minum 3-4 gelas kali/hari, pasien tampak lemah,
mukosa bibir tampak kering, kulit tampak kering dan elastisitas sedang, bising usus
hiperaktif 30 x/menit, TB : 145 cm, BB sebelum sakit : 41 kg, BB saat sakit 39 kg,
BBI : 40,5 kg
III. Resiko tinggi terjadinya perdarahan b.d trombositopenia ditandai dengan dari hasil
laboratorium tanggal 18 Maret 2019 didapatkan jumlah nilai trombosit 18 x 10^3 /uL
(nilai normal 150-450 103 uL

XIII. Implementasi

TGL/JA NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TT


M DX D
18/3/201 I Setelah dilakukan 1. Pantau suhu 1. Untuk €
9 tindakan tubuh pasien mengetahui
keperawatan selama 2. Pantau warna kenaikan/
3x 24 jam dan suhu kulit penurunan
diharapkan 3. Pantau TTV suhu tubuh
hipertermi dapat 4. Anjurkan pasien 2. Untuk
teratasi dengan KH : untuk minum mengetahui
 Suhu tubuh banyak tanda
dalam 5. Beri kompres hipertermi
rentang hangat pada 3. Untuk
normal (36- aksila/ lipatan mengetahui
37,5) paha keadaan umum
 Nadi dalam 6. Kolaborasi pasien
rentang dengan dokter 4. Untuk
normal 60- pemberian mencegah
100 x/menit antipiretik dehidrasi
 Kulit tidak sanmol syr forte 5. Untuk
tampak (PO) 2 cth/ 4 menurunkan
kemerahan jam suhu tubuh
 Akral pasien 6. Untuk
tidak hanga menurunkan
suhu t
II Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Untuk €
tindakan penurunan/ mengetahui
keperawatan selama peningkatan BB penurunan /
3x 24 jam 2. Monitor tanda- peningkatan
diharapkan tanda BB
kebutuhan nutrisi malniutrisi 2. Ada / tidaknya
pasien terpenuhi 3. Anjurkan makan tanda-tanda
dengan KH : makananan malnutrisi
 Adanya selagi hangat 3. Untu
peningkatan 4. Anjurkan pasien mencegah
BB sesuai makan dalam muntah saat
tujuan BBI : porsi sedikit tapi makan
40,5 kg sering 4. Untuk
 Tidak ada 5. Anjurkan pasien meningkatkan
tanda tanda makan nafsu makan
malnutrisi bertekstur pasien
 Nafsu makan lembut 5. Meningkatkan
meningkat 6. Kolaborasi asupan
dengan dokter makanan
dalam pasien karena
pemberian obat mudah ditelan
antipiretik 6. Mengurangi
Ondansentron mual muntah
(IV) 3 x 4 mg dan
dan obat menurunkan
Ranitidine (IV) asam lambung
2 x ½ ampul
untuk
menurunkan
asam lambung

III Setelah dilakukan 1. Monitor tanda- 1. Penurunan €


tindakan tanda trombosit
keperawatan selama perdarahan dan dapat
3 x 24 jam trombosit yang menimbulkan
diharapkan resiko disertai tanda perdarahan
perdarahan pada klinis 2. Aktivitas tidak
pasien tidak terjadi 2. Anjurkan pasien terkontrol
dengan KH : banyak dapat
 TTV normal istirahat menimbulkan
 Jumlah nilai 3. Kolaborasi perdarahan
nilai dengan dokter 3. Untuk
trombosit dalam eningkatkan
dalam batas pemberian obat jumlah
normal Lameson 125 trombosit
 150 – 450 x mg (IV) 1x 1,3 dalam darah
103/ uL ml
 Tidak terjadi
epitaksis ,
melena dan
hematomesis

XIV. Implementasi

TGL/JAM NO IMPLEMENTASI RESPON TTD


DX
18/3/2019
10.00 I 1. Memonitor suhu tubuh pasien S: ibu pasien mengatakan €
pasien panas sejak 3 hari
yang lalu, panas naik turun
O: S : 39,3oC

10.15 I 2. Memantau warna dan suhu S: - €


kulit O: S : 39,3oC, kulit tampak
Pasien kemerahan, akral pasien
hangat

10.30 I 3. Memantau TTv pasien S: - €


O: S: 39,3oC, N : 112x/menit,
TD :85/52 mmHg, RR :
20x/menit, pasien tampak
lemah

11.00 I 4. Menganjurkan pasien minum S: ibu pasien mengatakan €


banyak paisen minum 3-4 gelas
kali/hari
O: pasien tampak lemah

11.15 I 5. Memberikan kompres hangat S: pasien mengatakan mau €


pada aksila/lipat paha pasien untuk dikompres
O: pasien tampak dikompres
pada aksila/lipat pahanya, S :
39oC

12.00 I 6. Melakukan kolaborasi dengan S: ibu pasien mengatakan €


dokter dalam pemberian anaknya mau minum obat
antipiretik syrup
Sanmol syr forte (PO) 2cth/ 4 O: tampak obat masuk
jam melalui oral, S: 38,8oC, akral
hangat
12.10 II 1. Memonitor penurunan dan S:- €
peningkatan BB O: BB : 39 kg, BBI : 40,5 kg

12.15 II 2. Memonitor tanda-tanda S:- €


malnutrisi O:
 mukosa bibir tampak
terlihat kering
 kulit tampak kering
dengan elastisitas
sedang
 BB: 39 kg, BBI: 40,5
kg

12.20 II 3. Menganjurkan pasien makan S: ibu pasien mengatakan €


makanan selagi hangat mengerti
O: pasien tampak mengerti
dengan anjuran yang
diberikan

12.30 II 4. Menganjurkan pasien makan S: ibu pasien mengatakan €


alam porsi yang sedikit tapi pasien makan hanya habis ½
sering porsi dengan paksaan
O:
 Pasien tampak malas
untuk makan ketika
disuapi ibunya
 Pasien tampak mual-
mual saat makan
12.35 II 5. Menganjurkan pasien makan- S: ibu pasien mengatakan €
makanan yang bertekstur sudah mengerti
lembut O: pasien tampak makan nasi
lunak dan bubur
12.50 III 1. Memonitor tanda-tanda S: - €
perdarahan dan trombosit yang O: dari hasil laboratorium
disertai tanda klinis didapatkan jumlah/nilai
trombosit 18 x 103/uL
13.00 III 2. Menganjurkan pasien banyak S: ibu pasien mengatakan €
istirahat sudah mengerti
O:
 Pasien tampak
mengerti dengan
anjuran yang
diberikan
 Pasien tampak
bersiap-siap untuk
tidur

16.00 I, 6. Melakukan kolaborasi dengan S: ibu pasien mengatakan €


II dokter dalam pemberian ankanya mau diberi obat
antipiretik O:
Sanmol syr forte (PO) 2 cth/4  sanmol syr forte (PO)
jam dan ondansentron (IV) 4 2 cth tampak masuk
mg melalui oral, S:
38,8oC, akral hangat
 Ondansentron (IV) 4
mg masuk melalui
selang infus, pasien
masih
mual-mual saat
makan

20.00 I, 7. Melakukan kolaborasi dengan S: ibu pasien mengatakn €


II dokter dalam pemberian anaknya mau diberi obat
antipiretik sanmol sanmol syr O:
Forte (PO) 2 cth dan Ranitidine  sanmol syr forte (PO)
½ ampul (IV) 2 cth tampak masuk
melalui oral, S:
38,8oC, akral hangat
 Ranitidine (IV) ½
ampul masuk melalui
selang infus , bising
usus >30 x/menit
24.00 I,II 7. Melakukan kolaborasi dengan S: ibu pasien mengatakn €
dokter dalam pemberian anaknya mau diberi obat
antipiretik sanmol sanmol syr O:
Forte (PO) 2 cth dan  sanmol syr forte (PO)
Ondansentron 4 mg (IV) 2 cth tampak masuk
melalui oral, S:
38,8oC, akral hangat
 Ondansentron (IV) 4
mg ampul masuk
melalui selang infus
19/3/2019 I,II Melakukan kolaborasi dengan dokter €
S: ibu pasien mengatakan
08.00 dalam pemberian obat anaknya mau minum obat
 Antipiretik Sanmol syr O:
Forte(PO) 2 cth
 sanmol syr forte (PO)
 Ondansentron (IV) 4 mg 2 cth tampak masuk
 Ranitidine (IV) ½ ampul melalui oral, S:
 Lameson 125 mg (IV) 38,8oC, akral hangat
1,3 ml  Ondansentron (IV) 4
mg ampul masuk
melalui selang infus ,
pasien masih merasa
mual-mual saat
makan
 Ranitidine (IV) ½
ampul masuk melalui
selang infus , bising
usus >30 x/menit
 Lameson 125 mg (IV)
1,3 ml masuk melalui
selang infus

10.00 I 1. Memonitor suhu tubuh pasien S: ibu pasien mengatakan €


pasien masih panas, panas
naik turun
O: S: 38,6oC

10.15 I 2. Memantau warna dan suhu S:- €


kulit pasien O: S: 38,6oC, kulit tampak
kemerahan, akral hangat

10.20 I 3. Memantau TTV pasien S: - €


O: S:38,6oC, N: 109 x/menit,
TD : 90/98 mmHg, RR:
20x/menit, pasien tampak
lemah

11.00 I 4. Menganjurkan pasien untuk S: ibu pasien mengatakan €


minum banyak sudah membujuk anaknya
untuk minum air putih, ibu
pasien mengatakn anaknya
minum sudah lebih banyak
dari kemarin

11.15 I 5. Memberikan kompres hangat S: pasien mengatakan mau €


pada aksila/lipat paha pasien untuk dikompres
O: paien tampak dikompres
pada aksila dan lipat
pahanya, S: 38,4oC

12.00 I 6. Melakukan kolaborasi dengan S: ibu pasien mengatakan €


dokter dalam pemberian anaknya mau minum obat
antipiretik Sanmol syr Forte syrup
(PO) 2cth O: tampak obat masuk
melalui oral, S: 38,4, akral
hangat

12.10 II 1. Memonitor S: - €
penurunan/kenaikan BB O: BB: 39 kg, BBI : 40,5 kg

12.15 II 2. Memonitor tanda-tanda S: - €


malnutrisi O:
 Mukosa bibir tampak
kering, kulit tampak
kering dengan
elastisitas sedang
 BB: 39 kg, BBI : 40,5
kg

12.20 II 3. Menganjurkan pasien makan- S: ibu pasien mengatakan €


makanan selagi hangat mengerti
O: pasien tampak mengerti
dengan anjuran yang
diberikan

12.30 II 4. Menganjurkan pasien makan S: ibu pasien mengatkan €


dalam porsi sedikit tapi sering anaknya makan hanya habis
½ porsi tetapi sudah tidak
dipaksa oleh ibunya

12.35 III 1. Memonitor tanda- tanda €


S:-
perdarahan dan trombosit yang O: dari hasil laboratorium di
disertai tanda klinis dapatkan jumlah nilai
trombosit 29 x 103/uL

16.00 I,II Melakukan kolaborasi dengan S:ibu pasien mengatakan €


dokter dalam pemberian anaknya mau diberi obat
antipiretik O:
Sanmol syr forte (PO) 2 cth dan  Sanmol syr Forte
Ondansentron (IV) 4 mg (PO) 2 cth tampak
masuk melalui oral,
S: 38,2oC, akral
hangat
 Ondansentron (IV) 4
mg masuk melalui
selang infus, pasien
sudah tidak merasa
mual saat makan

20.00 I,II Melakukan kolaborasi dengan S: ibu pasien mengatakan €


dokter dalam pemberian anaknya mau diberi obat
antipiretik Sanmol syr Forte O:
(PO) 2 cth dan Ranitidine ½  Sanmol syr Forte
ampul (IV) (PO) 2 cth tampak
masuk melalui oral,
S: 38,2oC, akral
hangat
 Ranitidine (IV) ½
ampul masuk melalui
selang infus, bising
usus 20 x/menit
24.00 I,II Melakukan kolaborasi dengan S: ibu pasien mengatakan
dokter dalam pemberian anaknya mau diberi obat
antipiritek Sanmol syr Forte O:
(PO) 2 cth dan Ondansentron  Sanmol syr Forte
(IV) 4 mg (PO) 2 cth tampak
masuk melalui oral,
S: 38oC, akral hangat
 Ondansentron (IV)
4mg masuk melalui
selang infus

20/3/2019 I,II Melakukan kolaborasi dengan S: ibu pasien mengatakan


08.00 dokter dalam pemberian obat anaknya mau diberi obat
antipiretik Sanmol syr Forte 2 O: sanmol syr Forte (PO) 2
cth dan Lameson 125 mg (IV) cth tampak masuk melalui
1,3 ml oral, S: 38,5oC, akral hangat
dan Lameson 125 mg (IV)
1,3 ml masuk melalui selang
infus

10.00 I 1. Memonitor suhu ditubuh pasien S: ibu pasien mengatakan


pasien masih panas, panasnya
naik turun
O: S: 38,5oC
10.00 I 2. Memantau warna dan suhu
kulit pasien S: -
O: S: 38,5oC, kulit tampak
kemerahan, akral hangat

10.15 I 3. Memantau TTV pasien S: -


O : S: 38,5oC, N: 100
x/menit, Td : 92/60 mmHg,
RR: 20 x/menit, pasien
tampak lemah

11.00 I 4. Menganjurkan pasien untuk S: ibu pasien mengatakan


minum banyak anaknya sudah lebih banyak
minum
O: pasien tampak lemah

11.15 I 5. Memberikan kompres hangat S: pasien mengatakan mau


pada aksila/lipat paha pasien untuk dikompres
O: pasien tampak dikompres
pada aksila/ lipat pahanya, S:
38,3oC

12.00 I 6. Melakukan kolaborasi dengan S: ibu pasien mengatakan


dokter dalam pemberian obat anaknya mau minum obat
antipiretik Sanmol syr Forte syrup
(PO) 2 cth O: tampak obat masuk
melalui oral, S: 38,2oC

12.10 II 1. Memonitor S: -
penurunan/kenaikan BB O: BB: 39,5 kg, BBI : 40,5
kg

12.15 II 2. Memonitor tanda-tanda S: -


malnutrisi O:
 Mukosa bibir tamoak
terlihat lembab, kulit
tampak kering dengan
elastisitas sedang
 BB: 39,5 kg, BBI :
40,5 kg

12.30 II Menganjurkan pasien makan S: -


dalam porsi sedikit tapi sering O: ibu pasien mengatakan
pasien makan hanya habis ½
porsi tetapi sudah tidak
dipaksa ibunya

12.35 III 1. Memonitor tanda-tanda S: -


perdarahan dan trombosit yang O: dari hasil laboratorium
disertai tanda klinis didapaykan jumlah nilai
trombosit 41 x 103/uL

16.00 I Melakukan kolaborasi dengan S: ibu pasien mengatakan


dokter dalam pemberian Anaknya mau diberi obat
antipiretik Sanmol syr Forte O: tempak masuk melalui
(PO) 2 cth oral, S: 38,2oC

20.00 I Melakukan kolaborasi dengan S: ibu pasien mengatakan


dokter dalam pemberian pasien mau diberi obat
antipiretik Sanmol syr Forte O: tampak masuk melalui
(PO) 2 cth oral, S: 38oC, akral hangat

24.00 I Melakukan kolaborasi dengan S: ibu pasien mengatakan


dokter dalam pemberian anaknya mau diberi obat
antipiretik Sanmol syr Forte O: tampak masuk melalui
(PO) 2 cth oral, S: 37,8oC, akral hangat

Anda mungkin juga menyukai