Anda di halaman 1dari 12

This is the HTML version of the file http://thesis.binus.ac.

id/Doc/WorkingPaperdoc/2014-2-01025-
JP%20WorkingPaper001.doc. Google automatically generates HTML versions of documents as we crawl
the web.
Tip: To quickly find your search term on this page, press Ctrl+F or ⌘-F (Mac) and use the find bar.

ANALISIS MAKNA DAN ASAL


PEMBENTUKAN WAKAMONO NO
KOTOBA DALAM SOSIAL MEDIA TWITTER

Randa Arkie Primawan, Sheddy Nagara Tjandra


Universitas Bina Nusantara, Jl. Kemanggisan Ilir III No. 45, Kemanggisan/Palmerah, Jakarta Barat 11480 (021) 532
7630, randaarkie@gmail.,com

ABSTRACT
Wakamono no kotoba are coined words used among Japanese young people. In this paper, wakamono no kotoba is
focused on social media Twitter. The purpose of this paper is to describe the contextual meaning and the origin of
various wakamono no kotoba based on Twitter. Descriptive literature and descriptive analysis method is used for
the research methods. The author used lexical decomposition, aspects of meaning, morphemes, and analysis of
words formation. For the analysis, author will take 7 wakamono no kotoba as the data, such as: owakon, ktkr, wktk,
gkbr, defo, ggrks, and disru. The author will analyze the meaning by doing lexical decomposition, and then verify it
by taking some samples of tweets in social media Twiter. Then, the author used words formation and morphemes
theory. In the end of the research, it was pointed out that every wakamono no kotoba has the meaning according to
the context.

Keywords: Wakamono no kotoba, meaning, word formation, origins, context.

ABSTRAK
Wakamono no kotoba adalah kata-kata yang dibuat di kalangan anak muda jepang. Dalam penelitian ini, wakamono
no kotoba difokuskan pada ruang lingkup sosial media Twitter. Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah
memaparkan makna secara kontekstual dan asal pembentukan wakamono no kotoba yang terdapat di sosial media
Twitter. Metode kepustakaan dan deskriptif analitis digunakan sebagai metode penelitian. Penulis menggunakan
teori komponen makna, teori aspek makna, dan teori pembentukan kata. Analisis dilakukan dengan mengambil 7
macam wakamono no kotoba sebagai data, antara lain: owakon, ktkr, wktk, gkbr, defo, ggrks, dan disru. Penulis
melakukan analisis makna menggunakan teori komponen makna, penulis mengujinya lagi dengan mengambil sampel
kicauan di sosial media Twiter. Kemudian penulis melakukan analisis pembentukan katanya melalui teori morfem
dan pembentukan kata. Di akhir penelitian, penulis menemukan bahwa setiap wakamono no kotoba memiliki makna
yang terbentuk berdasarkan konteks.

Kata Kunci: Wakamono no kotoba, makna, pembentukan kata, asal kata, konteks.

PENDAHULUAN
Bahasa merupakan sebuah alat dalam berkomunikasi antar manusia. Dalam berkomunikasi, terdapat dua jenis
komunikasi, yaitu verbal dan non verbal dimana non verbal membutuhkan media untuk menyalurkan kata-kata.
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan teknologi terutama di bidang media informasi, telah muncul berbagai
macam fasilitas komunikasi jarak jauh secara cepat dan mudah yang kita kenal dengan istilah sosial media, atau dalam
bahasa inggris disebut dengan pengucapan yang hampir serupa, yaitu social media. Perkembangan sosial media telah
meliputi seluruh penjuru dunia termasuk Jepang.
Meski masyarakatnya dikenal cenderung tertutup akan hal-hal yang bersifat menonjolkan identitas diri di depan
publik, Jepang juga mendapat pengaruh yang cukup besar dari berkembangnya sosial media. Dikenalnya apa yang
disebut dengan sosial media memberikan keleluasaan atas munculnya berbagai istilah internet yang dimaksudkan
agar komunikasi dapat dilakukan dengan cepat, mudah, efisien, serta memiliki kesan akrab.

Twitter adalah salah satu sosial media yang digemari oleh anak muda Jepang. Hal ini tidak lepas dari banyaknya
jumlah pengguna Twitter di Jepang sejak diluncurkan pada Juli 2006. Berikut ini hasil penelitian mengenai
peningkatan jumlah pengguna Twitter di Jepang yang dilakukan oleh eMarketer (2014).

Menurut data di atas, diperkirakan tahun 2015 pengguna Twitter di Jepang menembus angka 26 juta user. Dari tahun
2013, pengguna Twitter di Jepang meningkat 8 juta user hanya dalam rentan waktu 2 tahun. Di tahun 2018,
diperkirakan mencapai angka lebih dari 30 juta user. Twitter sebagai sebuah media sosial merupakan layanan media
sosial mikroblog yang memungkinkan bagi penggunanya untuk mengirim pesan hingga 140 karakter. Jika
dibandingkan Facebook yang lebih dulu terkenal, munculnya Twitter justru lebih mendapat perhatian masyarakat
Jepang. Baik masyarakat umum maupun kalangan artis, musisi, idola, hingga perusahaan ternama Jepang
menggunakan akun Twitter sebagai jendela informasi yang bersifat personal dan resmi. Penggunaan Twitter
melahirkan berbagai macam kosakata atau istilah baru yang dipendekan atau singkatan hasil kombinasi kata akibat
keterbatasan penulis dalam jumlah karakter yang dapat dimasukkan tidak lebih dari 140 karakter.

Kosakata anak muda jepang banyak mengadopsi kata-kata yang berasal dari bahasa asing. Dalam bahasa Jepang,
kosakata disebut sebagai goi (語彙). Tamamura (2001: 74) mendefinisikan goi sebagai berikut:

語彙とは「ある一定の範囲の中で用いられる語の集合」であるということになる。
Goi to wa aru ittei no han’i no naka de mochiirareru go no shuugou dearu to iu koto ni naru.
Kosa kata merupakan kumpulan kata yang digunakan dalam ruang lingkup tertentu.

Twitter sebagai sebuah ruang lingkup kumpulan istilah anak muda Jepang dikategorikan sebagai tsuitta yougo atau
dalam lingkup internet secara keseluruhannya disebut netto yougo. Namun dalam hal ini penulis menyebutnya dengan
istilah wakamono no kotoba dikarenakan kata atau istilah yang difokuskan ada pada yang diucapkan anak muda
Jepang. Wakamono no kotoba digunakan sehari dengan berbagai motif atau alasan para penulisnya, atau dalam hal ini
penulis menggunakan istilah penutur. Salah satunya, penggunaan wakamono no kotobadianggap lebih mudah dan
dapat dengan jelas dalam mengekspresikan perasaan si penutur. Sebagai perbandingan, berikut kata atau
istilah wakamono no kotoba yang cukup familiar digunakan secara universal termasuk yang dipakai di Indonesia,
antara lain:

1. OOT (Out of topic) yang bermakna keluar (tidak berhubungan) dari topik pembicaraan.
2. Otw (On the way) yang bermakna sedang dalam perjalanan (menuju tempat tujuan)

Fenomena terbentuknya wakamono no kotoba di internet khususnya dalam sosial media Twitter membuat adanya
perubahan gaya berbahasa di kalangan anak muda. Jepang sendiri cukup banyak mengadopsi kata bahasa Inggris yang
digunakan untuk menggantikan gramatikal asli bahasa Jepang. Tidak sekedar meminjam, bentuk katanya pun sering
dikombinasikan atau diringkas sesuai dengan kebutuhan yang ada. Penulis yang juga pengguna twitter menemukan
berbagai jenis wakamono no kotoba yang berasal daru pengalaman pribadi. Secara sekilas, wakamono no
kotoba dalam bahasa Jepang dapat dipahami atau diterka maknanya secara kasar, akan tetapi jika diteliti secara lebih
lanjut, maknanya tidak 100% sama dengan apa yang diterka. Berikut beberapa kata tersebut:

1. 「デフォ」berasal dari bahasa Inggris “default” yang bermakna “keadaan semula”


2. 「ktkr」berasal dari singkatan bahasa Jepang「来たこれ」yang bermakna “ini datang”
3. 「オワコン」berasal dari owatta (終わった) yang berarti selesai dan contents (コンテンツ) yang dalam bahasa
Inggris “done” yang bermakna “selesai”

Namun istilah baik「デフォ」, 「ktkr」maupun「オワコン」bukanlah kata baku dalam bahasa Jepang, melainkan istilah yang
hanya digunakan dalam penulisan di internet khususnya Twitter. Bagi orang asing yang belajar bahasa Jepang, istilah-
istilah khusus seperti itu akan terasa asing dan kurang lazim didengar. Apalagi orang asing tersebut menggunakan
sosial media Twitter dan sering berinteraksi dengan anak muda Jepang dalam sehari-harinya. Hal itu akan menjadi
pembelajaran baru demi tercapainya komunikasi tanpa adanya kesalahpahaman.

Keunikan dan keberagaman jenis kata yang ada pada wakamono no kotoba dalam sosial media Twitter menarik minat
penulis untuk meneliti makna sebenarnya. Kata tersebut bahkan tidak terdapat dalam kamus bahasa Jepang.
Kebanyakan di antara wakamono no kotoba yang ada dalam sosial media Twitter tidak diucapkan atau dituturkan
secara verbal dan digunakan dalam percakapan sehari. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan website Nanapi.jp
sebagai landasan atau data. Berikut definisi Nanapi.jp berdasarkan situs resmi nanapi.jp:

nanapiは、世の中のあらゆる「やり方」を世界一集めることを目指します。
そして、それぞれの状況にぴったりのやり方が見つかるようにし、
みんなができることを最大限にふやします。
Nanapi wa, yononaka no arayuru `yarikata' o sekaiichi atsumeru koto o mezashimasu. Soshite, sorezore no jōkyō ni
pittari no yarikata ga mitsukaru yō ni shi, min'na ga dekiru koto o saidaigen ni fuyashimasu.

Terjemahan bahasa Indonesia:


Nanapi menunjukkan hal mengenai berbagai macam “petunjuk cara” terbaik yang ada di dunia.
Kemudian, berupaya menemukan cara-cara yang sesuai dengan setiap keadaan, sehingga dapat menambah
pengetahuan pembaca secara maksimal.

Selain itu Nanapi.jp juga merupakan salah satu situs informasi petunjuk cara terbesar di Jepang yang memuat lebih
dari 100.000 informasi. Adapun penjelasan yang tertuang dalam halaman resmi dari perusahaan Nanapi:
Nanapi is one of the biggest online provider of how-to's in Japan with over 20 million users per month. There are over
100,000 recipes in nanapi's collection so far.

Terjemahan Bahasa Indonesia:


Nanapi adalah salah satu penyedia “petunjuk cara” terbesar di Jepang dengan lebih dari 2 juta pengguna setiap
bulannya. Terdapat lebih dari 100.000 cara yang terdapat dalam Nanapi sejauh ini.

Penulis memeriksa setiap makna dan asal pembentukan wakamono no kotoba melalui Nanapi.jp yang kemudian akan
dianalisis. Hasil pemeriksaan ini akan dimasukkan sebagai bagian dari data.

Teori Komponen Makna


Teori komponen makna merupakan sebuah teori semantik yang sesuai dengan namanya yaitu teknik memperoleh
makna dari suatu leksem berdasarkan komponen-komponen yang menjadi pembedanya. Teori komponen makna
menggunakan komponen-komponen dalam suatu leksem yang berperan sebagai pembeda terhadap leksem lain yang
memiliki makna yang berdekatan, sehingga dapat diketahui dimanakah letak kontras antara satu leksem dengan
leksem lainnya.
Teori komponen makna digali dengan cara melakukan analisis komponen makna. Setiap leksem tentu memiliki
komponen yang mencirikannya, dimana setelah komponen makna dijabarkan akan terlihat perbedaannya satu sama
lain. Sebagai contoh, dalam bahasa Jepang terdapat kata オス(osu) yang berarti jantan dan メス (mesu) yang berarti
betina. Untuk mengetahui komponen makna pembeda yang menyusun kedua leksem tersebut, dapat dilakukan analisis
komponen makna. Berikut contoh penyusunan analisis komponen maknaオスdan メス menurut Koizumi (1993: 246):
イェルムスレウは、オスの意味成分を[+男性],メスの意味成分を[-男性]というようにプラスとマイナス記号を使っ
て表している。また、コの意味成分は[+男性]としている。このように語の意味を構成する基本的単位を意味成分と言
う。
Yerumusureu wa, osu no imi seibun o [+ dansei], mesu no imi seibun o [ - dansei] to iu yō ni purasu to mainasu kigō
o tsukatte arawashite iru. Mata, ko no imi seibun wa [- seijin] to shite iru. Kono you ni go no imi o kouseisuru kihonteki
tan’i o imi seibun to iu.

Terjemahan bahasa Indonesia:


Hjelmslev mengungkapkan bahwa terdapat penggunaan tanda plus dan minus seperti pada komponen makna "jantan"
adalah [+laki-laki], dan komponen makna "betina" adalah [-laki-laki].
Dalam penjabaran analisis komponen makna, digunakan 2 buah tanda atau simbol yang saling bertolak belakang, yaitu
simbol positif (+) dan negatif (-). Keduanya berfungsi untuk mengindikasikan kecenderungan ciri leksem オスdan メ
スdalam setiap komponen yang ada di dalamnya, sehingga dapat terlihat jelas dimana letak perbedaannya. Dalam hal
ini komponen[+男性]yang berarti laki-laki pada オス bersifat positif, sementara メス bertanda negatif. Sehingga,
dapat ditarik kesimpulan bahwa オス bercirikan laki-laki, sedangkan メス bercirikan perempuan dikarenakan bertanda
negatif pada komponen男性 (laki-laki).

Lebih dalam lagi, analisis komponen makna juga dapat digunakan sebagai alat pembeda untuk beberapa kata sekaligus
dimana komponen makna yang disandingkan lebih dari satu. Dengan begitu, dapat terlihat jelas letak perbedaan dari
masing-masing leksem meskipun pembedanya hanya terdapat satu buah saja.
Masih dalam Koizumi (1993: 247), terdapat 3 leksem yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu man, woman, boy,
dan girl, yang dianalisis dengan menaruh 3 komponen pada masing-masing leksem. Berikut kutipannya:

このように語の意味を構成する基本的単位を意味成分という。さて、イェルムスレウは[±人間]という意味成分を認めた
上で英語のヒトに関する単語につき、次のような意味成分の分析を行っている。
Man [+人間][+男性][+成人]
Woman [+人間][-男性][+成人]
Boy [+人間][+男性][-成人]
Girl [+人間][-男性][-成人]
このように、語の内容形式を意味成分を分解する操作を成分分析と呼んでいる。

Ko no yō ni go no imi o kōsei suru kihon-teki tan'i o imi seibun to iu. Sate, Yerumusureu wa [± ningen] to iu imi seibun
o mitometa ue de eigo no hito ni kansuru tango ni tsuki,-ji no yōna imi seibun no bunseki o okonatte iru.
Man [+ningen][+dansei][+seijin]
Woman [+ningen][-dansei][+seijin]
Boy [+ningen][+dansei][-seijin]
Girl [+ningen][-dansei][-seijin]
Ko no yō ni,-go no naiyō keishiki o imi seibun o bunkai suru sōsa o seibun bunseki to yonde iru.

Terjemahan bahasa Indonesia:


Hal ini dinamakan penyusunan komponen makna dari satuan komposisi arti kata. Selanjutnya, Hjelmslev mengatakan
bahwa setelah mengetahui komponen makna [±manusia], terdapat kata yang berkaitan dengan bahasa Inggris dari
"orang". Berikut analisis komponen maknanya.
Man [+manusia][+laki-laki][+dewasa]
Woman [+manusia][-laki-laki][+dewasa]
Boy [+manusia][+laki-laki][-dewasa]
Girl [+manusia][-laki-laki][-dewasa]

Dalam hal ini, dapat disebut analisis komponen operasional pemilahan format isi kata menjadi komponen makna.
Pada kutipan di atas, Koizumi (1993: 247), menggunakan istilah “pemilahan format isi”, dimana yang dimaksudkan
adalah penjabaran komponen yang terkandung dalam masing-masing leksem. Dalam hal ini, ketiganya memiliki satu
komponen yang seragam, yaitu manusia, yang bertanda positif. Sedangkan untuk 2 komponen lainnya di masing-
masing leksem tidak sama kombinasinya.

Teori Morfem
Morfem adalah kesatuan bunyi terkecil yang mengandung arti serta tidak mempunyai bentuk lain sebagai
unsurnya (Yasin 1987 : 30). Artinya, morfem tidak dapat diperkecil lagi karena bentuknya sudah dalam tingkat
terkecil. Koizumi (1993:90) juga mengungkapkan pengertian dari morfem adalah satuan bahasa terkecil yang masih
mempunyai makna.

Selain itu Koizumi (1993:93) yang membagi morfem dalam bahasa Jepang menjadi 2 jenis berdasarkan bentuknya,
antara lain:

1. Bentuk bebas (自由形): morfem yang dilafalkan secara tunggal (berdiri sendiri).
2. Bentuk terikat (結合形): morfem yang biasanya digunakan dengan cara mengikatnya dengan morfem lain
tanpa dapat dilafalkan secara tunggal (berdiri sendiri).

Selain morfem terdapat alomorf, yaitu varian morfem atau variasi bentuk. Variasi bentuk itu terjadi karena terjadinya
proses fonologis (perubahan bunyi) (Yasin, 1987: 30). Dalam bahasa Jepang, terdapat kata: ookaze (大風) yang pada
kanji kaze (風) dibaca dalam alomorf /kaze/, sedangkan pada kata kazakami (風上) kanji kaze (風) dibaca dalam
alomorf /kaza/. Ucapan adalah kesinambungan dari suara yang mengalir keluar dari dan setelah mulut terbuka sampai
tertutup lagi. Akan tetapi pada kazakami, harus ada morfem lain sebelum kata kaze, dan itu dimunculkan dalam bentuk
morfem terikat pada kata kazakami (風上).

2.1 Teori Pembentukan Kata


Teori pembentukkan kata berbicara mengenai pembentukan suatu kata berdasarkan proses yang terjadinya. Sebuah
kata yang dapat dibentuk menjadi kata baru dapat dilakukan dengan beberapa cara. Menurut Tsujimura (2000: 148-
154), dalam bahasa Jepang terdapat 5 cara dalam proses pembentukan kata, yaitu: afiksasi,
penggabungan (compounding), reduplikasi, pemenggalan (clipping), dan peminjaman (borrowing).

Afiksasi
Afiksasi adalah proses pembentukan atau hasil penambahan afiks pada akar, dasar, atau alas (Kridalaksana, 2008:
3). Afiksasi dalam bahasa Indonesia dapat dipahami dengan istilah imbuhan, dimana yang dikategorikan sebagai
imbuhan terdapat awalan (afiks) dan akhiran (sufiks).

Penggabungan (compounding)
Pada pembentukan melalui compounding, terjadi penggabungan 2 buah morfem bebas. Penggabungan kata dalam
bahasa Jepang dapat dilakukan melalui penggabungan kosakata Jepang asli, kosakata sino-jepang, atau campuran dari
kata yang lain.

Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses pengulangan kata yang membentuk kosa kata baru. Dalam bahasa Jepang, salah satu hasil
dari reduplikasi adalah tiruan bunyi yang disebut onomatope. Onomatope adalah kata keterangan yang menerangkan
keadaan, bunyi suatu benda, atau bunyi aktifitas pada situasi yang sedang berlangsung, yang terbagi menjadi dua
giongo dan gitaigo (Fukuda, 2003:20).

Pemenggalan (Clipping)
Pembentukan kata dapat dilakukan dengan cara memenggal atau melesapkan bagian tertentu dari suatu kata sehingga
kata tersebut menjadi lebih pendek.

Peminjaman
Sesuai namanya yaitu pembentukan kata berdasarkan kata pinjaman dari bahasa asing atau di luar bahasa Jepang.

Teori Abreviasi
Aronoff dan Fudeman menambahkan dalam bukunya yang berjudul what is morphology tentang definisi dari
akronim. Abreviasi berupa akronim yaitu penyingkatan berdasarkan inisial pengucapan (Aronoff, dan Fudeman,
2001: 120).

Kridalaksana (2009: 162-178) menambahkan bahwa terdapat yang dinamakan kontraksi, yaitu proses meringkaskan
leksem dasar atau gabungan leksem. Kridalaksana menyamakan istilah kontraksi dengan pemenggalan yang
dikemukakan oleh Tsujimura. Dalam proses kontraksi, terjadi pengambilan sebagian huruf dari satu kata atau
gabungan lebih dari satu kata. Dalam bahasa Jepang terdapat beberapa contoh proses abreviasi kontraksi:

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah metode kajian pustaka dan
menggunakan pendekatan deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif. Sukmadinata (2005) mengungkapkan
pengertian dan pentingnya metode kepustakaan dalam penelitian:
Pada waktu mengidentifikasi masalah, diperlukan studi kepustakaan berkenaan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu
serta dokumen-dokumen berkenaan dengan data atau informasi tentang pendidikan. Dalam merumuskan masalah atau
memetakan variabel-variabel atau aspek-aspek yang berhubungan dengan fokus masalah studi kepustakaan sangat
diperlukan (2005: 277).

Dalam penyusunannya, skripsi ini menggunakan metode kualitatif sebagai pendekatannya. Masih menurut
Sukmadinata (2005: 60), penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendesktipsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, presepsi, pemikiran
orang secara individual maupun kelompok. Dilanjutkan dengan menggunakan metode deskriptif analitis sebagai
metode analisis data.

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Ditujukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah, ataupun rekayasa manusia.
Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan
fenomena lain (2005: 72). Penulis memutuskan untuk menggunakan metode kepustakaan sebagai metode
pengumpulan data, lalu menerapkan pendekatan kualitatif untuk menentukan sumber data yang akan diperoleh.
Sumber data tersebut diawali dengan memeriksa dan mengumpulkan arti dan pembentukan wakamono no kotoba
melalui website nanapi.jp. Setelah itu menemukan contoh kasus konkret dalam sosial media Twitter untuk setiap
wakamono no kotoba yang akan dijadikan data. Tahap selanjutnya adalah memilih data-data yang akan dipakai
sebelum data-data tersebut dianalisis. Dari data-data yang telah terkumpul dari tahap 2, penulis akan memilih dan
memilah data-data tersebut, kemudian data tersebut akan dikaji dan dicocokkan dengan teori. Selain itu penulis
membuat kesimpulan-kesimpulan kecil dari setiap hasil analisis. Selanjutnya, penulis akan menarik kesimpulan dan
kesimpulan tersebut adalah kesimpulan akhir yang akan digunakan sebagai kesimpulan skripsi ini.

HASIL DAN BAHASAN


Berikut hasil analisis data oleh penulis:
1. Owakon
Data:
今回のテストは確実にオワコンだわ (*__*)
Konkai no tesuto wa kakujitsu ni owakon da wa (*__*)
Ujian kali ini sudah pasti selesai (*__*)
Analisis:
Secara umum, kalimat tersebut memiliki arti ujian yang akan dihadapi akan selesai. Namun, terlihat sebuah kondisi
bahwa penutur menunjukkan ketidaksukaannya terhadap ujian yang dihadapinya. Hal ini juga diperkuat dengan
adanya emoji (ekspresi wajah dari tulisan) yang memperlihatkan wajah ketidaksukaan penulis. Sehingga makna
selesai tidak berhenti di komponen [+もう終わっている] atau tidak cukup dengan arti selesai saja, tetapi juga
menunjukkan makna sudah ketinggalan zaman atau sudah bukan masanya lagi, yang sesuai dengan komponen [-流
行], serta anggapan oleh penutur bahwa ujian sudah tidak menarik lagi [-面白い] . Sehingga penutur menggunakan
istilah owakon.
Kesimpulan makna:
Ungkapan dalam diri penutur terhadap selesainya sesuatu yang dianggap sudah ketinggalan zaman, atau pun hal yang
sudah tidak menarik lagi.

Asal Pembentukan:
Menurut rumusan morfem: 終わったコンテンツ = {おわる} + {た}+ {コンテンツ}
Dalam hal ini, owakon tidak berhenti dengan proses penggabungan (Tsujimura, 2000: 154). saja, melainkan juga
mengalami proses morfologis berupa proses kontraksi seperti yang dikemukakan oleh Kridalaksana (2009: 162-178),
yaitu dengan mengambil 2 huruf pertama pada masing-masing komponen.
終わったコンテンツ

2. Ktkr
Data:
おはーよ
明日から春休み(´▽`)ktkr
Ohaayo
Ashita kara haruyasumi (´▽`)ktkr
Selamat pagi
Mulai besok liburan musim semi (´▽`)ktkr
Analisis:
Dapat diartikan secara jelas bahwa penutur dengan suka cita menyambut datangnya liburan musim semi pada esok
hari. Untuk mengekspresikan apa yang ditunggu-tunggu oleh penulis sesuai dengan komponen [+自分が待ち望んで
いたもの] yang akhirnya datang [+現実になったとき]. Di akhir kalimat terdapat emoji wajah kegembiraan [+興奮],
diikuti dengan “ktkr”.

Kesimpulan makna:
Ungkapan kegembiraan ketika hal yang ditunggu-tunggu oleh diri kita menjadi kenyataan.

Asal Pembentukan:
Menurut rumusan morfem: キタコレ= {来る} + {た}+ {これ}
Ktkr mengalami proses penggabungan dua atau lebih kata (Tsujimura, 2000: 154), yaitu 来た (kita) dan こ
れ (kore). Untuk penulisannya, ktkr mengalami proses abreviasi berupa akronim, yaitu penyingkatan berdasarkan
inisial pengucapan Aronoff dan Fudeman (2001: 120), sehingga terbentuklah ktkr.

3. Wktk
Data
アプリのゲームで当たった「ゆずネード」がおうちに届いたー!\(^o^)/美味しそうです((o(。>ω<。)o))wktk
Apuri no geemu de atatta [yuzuneedo] ga ouchi ni todoita-!\(^o^)/
Oishisoudesu ((o(。>ω<。)o))wktk
“Sari limau” yang berhasil aku menangkan melalui aplikasi game telah sampai di rumah-!\(^o^)/kelihatannya
enak ((o(。>ω<。)o))wktk
Analisis:
Dalam tweet yang dituliskan oleh penutur, benda yang diharapkan telah tiba di rumahnya. Hal ini sesuai dengan
komponen makna [+結果や物を心待ちにしている様子]. Kata 美味しそうdisertai emoji dan wktk menguatkan makna
ekspektasi tinggi dalam komponen [+ものすごく期待している様子] dan suasana mendebarkan [+ワクワクしている様子]
hingga saatnya penutur mencicipinya.

Kesimpulan makna:
Ungkapan ketika sedang berada dalam keadaan berekspektasi tinggi terhadap suatu hasil atau benda yang diharap-
harapkan sehingga terasa mendebarkan seakan-akan diri kita mengeluarkan sinar-sinar

Asal Pembentukan:
Menurut rumusan morfem: ワクワクテカテカ={ワクワク}+{テカテカ}
Proses pembentukan kata “wktk” yang dibaca “wakuteka” merupakan proses compound, yaitu proses penggabungan
dua atau lebih kata (Tsujimura, 2000: 154). Bagian yang dihilangkan adalah yang tereduplikasi. Kemudian mengalami
kontraksi seperti yang dikemukakan oleh Kridalaksana (2009: 162-178) dengan menghilangkan kata yang
tereduplikasi dan mengambil 2 huruf pertama dalam masing-masing komponen:
ワクワクテカテカ

4. Gkbr
Data:
地震って二回来るらしいじゃないですか?gkbr
二回目が何時くるか怖いので勉強出来ません(>_<)gkbr
Jishin tte nikai kuru rashii janai desuka? gkbr
Nikaime ga itsu kuru ka kowai no de benkyou dekimasen (>_<)gkbr
Gempa bukankah sepertinya datang dua kali?
Entah kapan yang keduanya datang, karena seram tidak bisa belajar (>_<)gkbr

Analisis:
Penulis mengungkapkan ketakutannya akan gempa yang dikatakan datang sampai dua kali atau bisa
dikatakan gempa susulan. Dalam tweet tersebut, penutur secara jelas menyatakan ketakutannya yang sesuai dengan
komponen [+ 何かにおびえたとき] dan [+何かに恐れおののく]. Selain itu disematkannya kata “gkbr” oleh penutur pada
berita yang berisi bahwa gempa datang dua kali, membuat penggunaan “gkbr” ini sesuai dengan situasi [+ 怖いニュー
スにコメントするとき] dalam komponen makna.

Kesimpulan makna:
Ungkapan ketakutan akan sesuatu sehingga membuat tubuh gemetar seperti ketika berkomentar terhadap berita yang
seram, misalnya gempa, kecelekaan dan lain-lain.

Asal Pembentukan:
Menurut rumusan morfem: ガクブル={ガクガク}+{ブルブル}
Proses pembentukan kata “gkbr” yang dibaca “gakuburu” merupakan proses compound, yaitu proses penggabungan
dua atau lebih kata (Tsujimura, 2000: 154). Bagian yang dihilangkan adalah yang tereduplikasi. Kemudian mengalami
kontraksi seperti yang dikemukakan oleh Kridalaksana (2009: 162-178) dengan menghilangkan kata yang
tereduplikasi dan mengambil 2 huruf pertama dalam masing-masing komponen:
ガクガクブルブル

5. Defo
Data:
髪がぐじゃぐじゃなのがデフォな私
Kami ga gujaguja na no ga defo na watashi
Rambut yang berantakan adalah saya yang biasanya.
Analisis:

Berdasarkan yang dituliskan oleh penutur, rambut yang berantakan adalah kondisi yang biasanya terjadi bagi si
penutur, atau sesuai dengan makna [+ 普段どおり] dan [+ いつも~だ]. Hal ini dapat dipahami dengan adanya defo yang
menunjukkan bahwa kondisi tersebut adalah kondisi yang biasa terjadi atau merupakan kondisi semula (tanpa adanya
perubahan) dari rambut penutur, yang sesuai dengan makna [-カスタマイズした状態] dan [-オプションをつけた状態].

Kesimpulan makna:
Keadaan tanpa melakukan apapun, baik berupa penyesuaian atau pun penambahan pilihan sehingga memiliki kondisi
seperti biasanya yang selalu terjadi.

Asal Pembentukan:
Menurut rumusan morfem: {デフォルト}
Dalam Tsujimura (2000: 154), proses pemenggalan kata disebut juga clipping. Dalam hal ini terdapat proses
pemenggalan morfem tunggal{デフォルト}dengan hanya mengambil alomorf /デフォ/ sebagai sebuah kata.

6. Ggrks
Data:
私はGoogle先生ではない! まず私に聞く前にggrks!!
Watashi wa Google-sensei dewa nai! Mazu kiku mae ni ggrks!!
Aku bukanlah pak Google! Pertama-tama sebelum bertanya ggrks!!

Analisis:
Penutur dalam tweet yang dituliskannya mengatakan bahwasanya sebelum bertanya padanya cek terlebih dahulu di
mesin pencari google yang sesuai dengan komponen [+ google検索などを使って調べる]. Penggunaan ggrks oleh
penutur disertai dengan tanda seru sebanyak dua kali untuk menguatkan bentuk perintah [+ [ググる]の命令形] dan
sambil menguatkan nuansa yang kasar [+人をけなす表現].

Kesimpulan makna:
Sebuah kata perintah kepada lawan bicara untuk memeriksa menggunakan mesin pencari google dengan nada/nuansa
kasar atau melecehkan orang lain.

Asal Pembentukan:
Menurut rumusan morfem: ググれカス ={ググる}+{れ}+{カス}
Menurut teori verbal inflectional paradigm oleh Tsujimura (2000: 154), terjadi penambahan sufiks {~る}pada kata
google yang awalnya ditulis dengan ググル, menjadi ググるyang mengubahnya menjadi sebuah kata kerja. Kemudian
sufiks{~る}diubah menjadi bentuk 命令形 (meireikei) atau bentuk perintah. Dalam penulisan ググれカスitu sendiri
dimana kata ini ditulis dengan mengambil inisial tiap suku katanya sesuai dengan pendapat menurut Aronoff dan
Fudeman (2001: 120), yang mengatakan bahwa abreviasi dapat berupa akronim yaitu penyingkatan berdasarkan
inisial pengucapan.

7. DISる
Data:
絵って、見るのは簡単だけど 描くのは大変なんだよ
物によっては何十時間もかかる。
簡単にdisる人はそれ考えてくれ
上手かろうが下手だろうが 本人は一生懸命やってるんだ
E tte, miru nowa kantan dakedo egaku nowa taihen dayo
mono ni yotte nanjuujikan mo kakaru.
Kantan ni disru hito wa sore kangaete kure
Jouzu karouga heta darou ga honnin wa isshoukenmei yatteru nda
Gambar mudah dilihat tapi susah untuk menggambarnya lho
Tergantung objeknya, dapat menghabiskan berpuluh-puluh jam.
Orang yang dengan gampang menghina tolong pikirkan itu
Entah mahir atau pun tidak, yang penting telah berusaha sungguh-sungguh.

Analisis:
Menurut penutur, sebaiknya orang tidak mudah untuk menghina [+軽蔑する] atau mengolok-olok [+ 馬鹿にする]
gambar yang telah dibuat orang lain. Membuat sebuah gambar bukanlah hal mudah dan patut untuk dihormati, tidak
peduli apakah penciptanya mahir dalam melukis atau tidak. Dalam hal ini, DISる yang digunakan penutur bermakna
sesuatu yang negatif, yang sesuai dengan makna [+ 否定を意味する] dan tidak mencirikan rasa hormat [- 尊敬] atas
karya orang lain.

Kesimpulan makna:
Istilah negatif yang digunakan ketika menghina atau mengolok-olok dengan maksud tidak menghormati orang lain.

Asal Pembentukan:
Menurut rumusan morfem: {DIS}+{る}
Kata “dis” mengalami proses yang sama dengan ggrks yaitu verbal inflectional paradigm oleh Tsujimura (2000: 154),
yaitu terjadi penambahan sufiks {~る}pada kata benda yang menjadikannya sebuah kata kerja.

Dari ketujuh wakamono no kotoba yang telah diuraikan, penulis mencoba membuat simpulan kecil dalam tabel
berikut:
Kata dan Makna Asal Pembentukan
1) オワコン(終わったコンテンツ) 終わった=selesai
Ungkapan dalam diri penutur terhadap selesainya sesuatu yang Contents=isi/konten
dianggap sudah ketinggalan zaman, atau pun hal yang sudah tidak
Proses Morfologis:
menarik lagi.
Penggabungan (compounding), Kontraksi
2) Ktkr(来たこれ) 来た=datang, これ=ini
Ungkapan kegembiraan ketika hal yang ditunggu-tunggu oleh diri Proses Morfologis:
kita menjadi kenyataan. Penggabungan (compounding)
3) Wktk(ワクテカ) ワクワク= mendebarkan, テカテカ= cahaya bersinar
Ungkapan ketika sedang berada dalam keadaan berekspektasi Proses Morfologis:
tinggi terhadap suatu hasil atau benda yang diharap-harapkan Penggabungan (compounding)
sehingga terasa mendebarkan seakan-akan diri kita mengeluarkan pada onomatope, Kontraksi
sinar-sinar
4) Gkbr(ガクブル) ガクガク=tubuh gemetaran, ブルブル=menggigil
Ungkapan ketakutan akan sesuatu sehingga membuat tubuh Proses Morfologis:
gemetar seperti ketika berkomentar terhadap berita yang seram, Penggabungan (compounding)
misalnya gempa, kecelekaan dan lain-lain. pada onomatope, Kontraksi
5) デフォ(デフォールト) Default = keadaan semula
Proses Morfologis:
Keadaan tanpa melakukan apapun, baik berupa penyesuaian atau
Pemenggalan (clipping)
pun penambahan pilihan sehingga memiliki kondisi seperti
biasanya yang selalu terjadi.
6) Ggrks(ググれカス) ググる=aktivitas memeriksa menggunakan mesin
Sebuah kata perintah kepada lawan bicara untuk memeriksa pencari google, カス=sebuah kata kasar
menggunakan mesin pencari google dengan nada/nuansa kasar
Proses Morfologis:
atau melecehkan orang lain.
Peminjaman (borrowing), verbal inflectional
paradigm (-る), Penggabungan (compounding
7) DISる(DISRESPECT) Disrespect = tidak menghargai
Proses Morfologis:
Istilah negatif yang digunakan ketika menghina atau mengolok-
Peminjaman (borrowing), verbal inflectional
olok dengan maksud tidak menghormati orang lain.
paradigm (-る)

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan penulis dari hasil penelitian makna dan asal pembentukan wakamono no kotoba di sosial media Twitter,
penulis menemahami bahwa tidak semua dari wakamono no kotoba dapat menyimpulkan maknanya hanya dengan
melihat asal katanya saja. Makna secara kontekstual menjadi penghubung yang sangat penting antara asal kata dengan
makna sebenarnya dari sebuah wakamono no kotoba. Hal itu disebabkan oleh adanya emosi maupun nuansa yang
mempengaruhi keseluruhan makna kata.

Berdasarkan asal pembentukan katanya, penulis memahami bahwa 7 wakamono no kotoba dalam sosial media Twitter
yang dianalisis mengalami proses pembentukan kata sesuai dengan yang dikemukakan oleh Tsujimura (2000: 148-
154), yaitu: afiksasi, penggabungan (compounding), reduplikasi, pemenggalan (clipping), dan peminjaman
(borrowing). Proses pembentukan wakamono no kotoba dalam sosial media Twitter didominasi oleh proses
penggabungan (compounding) dengan jumlah 5 kata, sedangkan dua kata lainnya masing-masing dilakukan dengan
cara peminjaman (borrowing) dan pemenggalan (clipping). Untuk masing-masing definisi dari masing-masing kata
beserta asal pembentukan wakamono no kotoba dalam sosial media Twitter yang telah dianalisis, dapat melihat
kembali rincian pemaparannya pada tabel 4.1.

Menurut penulis, pembelajaran bahasa Jepang tidak berhenti sampai pembahasan tata bahasa yang terdapat di buku
pelajaran. Dalam realita yang ada, anak muda Jepang menggunakan sosial media, salah satunya Twitter, sebagai media
komunikasi berbasis online. Untuk itu hendaknya generasi muda yang mempelajari bahasa Jepang juga memahami
cara anak muda Jepang dalam berkomunikasi menggunakan wakamono no kotoba, terlebih melalui sosial media.
Diharapkan, dengan dipelajarinya berbagai wakamono no kotoba, generasi muda pembelajar bahasa Jepang dapat
meningkatkan kemahiran berbahasa Jepang tidak hanya dalam situasi formal, tetapi juga mampu memahami makna
dan menggunakan wakamono no kotoba dalam situasi yang tepat.

REFERENSI
Aronoff, M. dan Fudeman, K. (2001). What is Morphology. UK: Blackwell. Bauer, Laurie.
Koizumi, T. (1993). Nihongo Kyoushi no Tame no Gengogaku. Nyuumon. Tokyo: Taishuukan Shoten
Kridalaksana, H. (2009). Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Fukuda, H. (2003). Jazz Up Your Japanese with Onomatopoeia: For All Levels. Tokyo: Kodansha International
Nishfullayli, S. (2013). Pembentukan Kata: Proses Morfologis pada Gairaigo. Volume 1 no. 1, diakses dari 3 Juni 2015
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi/article/view/6229
Pateda, M. (2001). Semantik Leksikal. Jakarta : Rineka Cipta
Perrin, Nicole. 2015. Japan, India Boast Largest Twitter Audiences in APAC. Diperoleh pada 14 September 2015
dari: http://www.emarketer.com/Article/Japan-India-Boast-Largest-Twitter-Audiences-APAC/1011917
Shibata, T. (1956). Shuudan Seikatsu ga Umu Kotoba. Kotoba no Kouzei. Vol. 5 Halaman 88-107. Tokyo Sogensha
http://sils.shoin.ac.jp/~kenjiro/papers/shudango.pdf
Sukmadinata, N. S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Tsujimura, N. (2000). An Introduction to Japanese Linguistics. Oxford: Blackwell Publishers Ltd.
Uchiyama, H. (2010). Netto no 2Channel to Nikoniko Douga o Chuushin ni. Chiiki seisaku kagaku kenkyu. No.7, pp.219-
236 (2010), diakses pada 23 Juni 2015
http://ir.kagoshima-u.ac.jp/bitstream/10232/9438/1/10Uchiyama.pdf
Yasin, Sulchan. (1987). Tinjauan Deskriptif Seputar Morfologi. Surabaya: Usaha Nasional.
RIWAYAT PENULIS
Randa Arkie Primawan lahir di Jakarta pada tanggal 6 Juni 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas
Bina Nusantara dalam Sastra Jepang pada tahun 2015.

Anda mungkin juga menyukai