Anda di halaman 1dari 37

Panduan Praktek Klinik(PPK)

Pulmonologi dan Kedokteran


Respirasi

Kelompok Staf Medik (KSM )

Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi RSUP DR M Djamil Padang

2013
Panduan Praktek Klinik
ASMA SERANGAN AKUT RINGAN - BERAT
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUP. Dr.
M. Djamil
Padang
Tanggal Ditetapkan,
Terbit/ revisi Direktur Utama
Standar
Prosedur
Operasional Dr. Hj. Aumas Pabuti, SpA, MARS
Kedokteran NIP : 19540713 198103 2 001
Serangan Asma adalah episode perburukan secara progresif dari sesak napas,
Pengertian batuk , mengi, rasa berat di dada atau kombinasi dari gejala gejala ini disertai
dengan penurunan fungsi paru (volume ekspirasi paksa detik pertama / VEP1 atau
Arus Puncak Ekspirasi/APE)

Anamnesis Sesak napas meningkat, menciut/ terdengar mengi, rasa berat di dada, batuk

Pemeriksaan Napas ≤ 30, Nadi ≤ 120, kesadaran = tampak gelisah,


Fisik Kadang –kadang tampak retraksi otot bantu napas
Paru : auskultasi : ekpirasi memanjang, wheezing ada, ronkhi kadang ditemukan
jika disertai infeksi paru.

Pemeriksaan Pemeriksaan APE dengan Peak Flow Meter atau VEP 1 dengan spirometri
Penunjang Darah rutin
AGDA ( analisa Gas Darah Arteri)
Foto torak PA ( postero anterior) jika diperlukan ( jika di curigai adanya
komplikasi atau infeksi paru )

Kriteria Kriteria diagnosis serangan asma akut


Diagnosis
Gejala dan Berat Serangan Keadaan
Akut

Tanda Ringan Sedang Berat Mengancam jiwa

Sesak napas Berjalan Berbicara Istirahat

Posisi Dapat tidur Duduk Duduk


terlentang membungkuk

Cara berbicara Satu kalimat Beberapa kata Kata demi kata

Kesadaran Mungkin gelisah Gelisah Gelisah Mengantuk, gelisah,


kesadaran menurun

Frekuensi napas <20/ menit 20-30/ menit > 30/menit

Nadi < 100 100 –120 > 120 Bradikardia

Pulsus paradoksus - 10 mmHg + / - 10 – 20 mmHg + > 25 mmHg - Kelelahan otot


Otot Bantu Napas - + + Torakoabdominal
dan retraksi paradoksal
suprasternal

Mengi Akhir ekspirasi Akhir ekspirasi Inspirasi dan Silent Chest


paksa ekspirasi

APE > 80% 60 – 80% < 60%

PaO2 > 80 mHg 80-60 mmHg < 60 mmHg

PaCO2 < 45 mmHg < 45 mmHg > 45 mmHg

SaO2 > 95% 91 – 95% < 90%

Diagnosis Asma serangan akut ringan


Asma serangan akut sedang
Kerja Asma serangan akut berat
Diagnosis PPOK eksaserbasi
SOPT ( sindroma obstruksi pasca TB)
Banding Edema paru akut
Terapi Bagan tatalaksanan Asma serangan akut di unit gawat darurat.

Penilaian awal
- Anamnesis dan pemeriksaan fisik
- Bila mungkin faal paru ( APE atau VEP1, saturasi O2 )
- AGDA
- Pemeriksaan lain atas indikasi
 oral

Serangan Asma Ringan Serangan Asma sedang / Berat Serangan Asma mengancam jiwa

Pengobatan awal
- Oksigen dengan kanul nasal
- Inhalasi agonis beta-2 kerja singkat (nebulisasi), setiap 20 menit dalam satu jam, atau
agonis beta-2 injeksi (Terbutalin 0,5 ml subkutan atau Adrenalin 1/1000 0,3 ml subkutan)
- Kortikosteroid sistemik:
 Serangan asma berat
 Tidak ada respon segera dengan pengobatan bronkodilator
 Dalam terapi kortikosteroid oral

Penilaian ulang setelah 1 jam


Pemeriksaan fisik, saturasi O2, dan pemeriksaanlain atas indikasi

Respon baik Respon tidak sempurna Respon buruk dalam 1


 Respon baik dan  Respon tinggi distres jam
stabil dalam 60  Pem fisik : gejala  Respon tinggi distres
menit ringan – sedang  Pem fisik : berat,
 Pem fisik normal  APE > 50% tetapi < 70 gelisah dan
 APE > 70% prediksi/ % kesadaran menurun
nilai terbaik  Saturasi O2 > 90%  APE < 30%
 Saturasi O2 > 90% (95% pada anak )  PaCO2 > 45 mmHg
(95% pada anak )  PaO2 < 60 mmHg
Pulang Dirawt di RS Rawat di ICU
 Pengobatan  Inhalasi agonis beta-  Inhalasi agonis beta-
dilanjutkan dengan 2 dengan atau 2 dengan atau
inhalasi agonis beta tanpa antikolinergik tanpa antikolinergik
2  Kortikosteroid  Kortikosteroid IV
 Embutuhkan sistemik  Pertimbangkan
kortikosteroid oral  Aminopilin drip agonis beta 2
 Edukasi pasien :  Terapi oksigen injeksi SC/IM/IV
o Memakai obat pertimbangkan  Aminopilin drip
yang benar kanul nasal atau  Terapi oksigen
o Ikuti rencana masker venturi menggunakan
pengobatan  Pantau APE, sat O2, masker venturi
selanjutnya nadi , kadar teofilin  Mungkin perlu
intubasi dan
ventilasi mekanik

Perbaikan Perbaikan

 Pulang : o Dirawat di ICU


o Bila APE > 60 % bila tidak
prediksi / terbaik . perbaikan dalam
tetap berikan 6-12 jam
pengobatan oral
atau inhalasi

Edukasi
Prognosis
Tingkat Terapi eksaserbasi
Evidens Terapi B 2 angonis inhalasi evidence A
Gabungan dengan antikolinergi evidence based B
Glucokortikoid sistemik evidance A
Inhalasi glukocorticoid + SABA evidace B

Tingkat
Rekomendasi
Penalaah
Kritis
Indikator
Medis
Kepustakaan GINA 2012
Panduan Praktek Klinik
ASMA SERANGAN AKUT MENGANCAM JIWA
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUP. Dr.
M. Djamil
Padang
Tanggal Ditetapkan,
Terbit/ revisi Direktur Utama
Standar
Prosedur
Operasional Dr. Hj. Aumas Pabuti, SpA, MARS
Kedokteran NIP : 19540713 198103 2 001
Pengertian Serangan Asma adalah episode perburukan secara progresif dari sesak napas,
batuk , mengi, rasa berat di dada atau kombinasi dari gejala gejala ini disertai
dengan penurunan fungsi paru (volume ekspirasi paksa detik pertama / VEP1 atau
Arus Puncak Ekspirasi/APE)

Anamnesis Sesak napas meningkat, menciut/ terdengar mengi, rasa berat di dada, batuk

Pemeriksaan Napas ≤ 30, Nadi ≤ 120, kesadaran = tampak gelisah,


Fisik Kadang –kadang tampak retraksi otot bantu napas
Paru : auskultasi : ekpirasi memanjang, wheezing ada, ronkhi kadang ditemukan
jika disertai infeksi paru.

Pemeriksaan Pemeriksaan APE dengan Peak Flow Meter atau VEP 1 dengan spirometri
Penunjang Darah rutin
AGDA ( analisa Gas Darah Arteri)
Foto torak PA ( postero anterior) jika diperlukan ( jika di curigai adanya
komplikasi atau infeksi paru )

Kriteria Kriteria diagnosis serangan asma akut


Diagnosis
Gejala dan Berat Serangan Keadaan
Akut

Tanda Ringan Sedang Berat Mengancam jiwa

Sesak napas Berjalan Berbicara Istirahat

Posisi Dapat tidur Duduk Duduk


terlentang membungkuk

Cara berbicara Satu kalimat Beberapa kata Kata demi kata

Kesadaran Mungkin gelisah Gelisah Gelisah Mengantuk, gelisah,


kesadaran menurun

Frekuensi napas <20/ menit 20-30/ menit > 30/menit

Nadi < 100 100 –120 > 120 Bradikardia

Pulsus paradoksus - 10 mmHg + / - 10 – 20 mmHg + > 25 mmHg - Kelelahan otot

Otot Bantu Napas - + + Torakoabdominal


dan retraksi paradoksal
suprasternal

Mengi Akhir ekspirasi Akhir ekspirasi Inspirasi dan Silent Chest


paksa ekspirasi

APE > 80% 60 – 80% < 60%

PaO2 > 80 mHg 80-60 mmHg < 60 mmHg

PaCO2 < 45 mmHg < 45 mmHg > 45 mmHg

SaO2 > 95% 91 – 95% < 90%

Diagnosis Asma serangan akut ringan


Asma serangan akut sedang
Kerja Asma serangan akut berat
Diagnosis PPOK eksaserbasi
SOPT ( sindroma obstruksi pasca TB)
Banding Edema paru akut
Terapi Bagan tatalaksanan Asma serangan akut di unit gawat darurat.

Penilaian awal
- Anamnesis dan pemeriksaan fisik (auskultasi, penggunaan otot bantu napas, nadi, napas, APE atau VEP1,
saturasi O2, analisa gas darah arteri bila pasien dalam kondisi berat.

Pengobatan awal
- Oksigen untuk mencapai saturasi ≥ 90 % ( 95% pada anak)
- Inhalasi agonis beta-2 kerja singkat terus menerus selama 1 jam.
- Glukokortikoid sistemik jika tida ada respon langsung, atau jika pasien sudah mendapatkan obat
glukokortikoit oral , atau jika serangan berat
- Obat sedasi kontra indikasi pada pengobatan serangan akut

Penilaian ulang setelah 1 jam


Pemeriksaan fisik, APE, saturasi O2, dan pemeriksaan lain jika dibutuhkan

Kriteria serangan asma sedang Kriteria serangan asma berat


 APE 60-80% prediksi / nilai terbaik  Ada riwayat foator risiko near fatal asma
individual  APE < 60 prediksi / nilai terbaik individual
 Pemeriksaan fisik : gejala sedang,  Pemeriksaan fisik : gejala berat saat istirahat,
penggunaan otot bantu napas retraksi dinding dada
Pengobatan  Tidak ada perbaikan setelah pengobatan awal
 Oksigen Pengobatan
 Inhalasi B 2 agonis dan inhalasi  Oksigen
antikolinergik setiap 60 menit  Inhalasi B 2 agonis dan inhalasi antikolinergik
 Glukokortikoid oral setiap 60 menit
 Pengobatan di teruskan untuk 1-3 jam  Glukokortikoid sistemik
 Pem fisik normal  Magnesium Intra vena
 APE > 70% prediksi/ nilai terbaik  Pem fisik normal
 Saturasi O2 > 90% (95% pada anak )  APE > 70% prediksi/ nilai terbaik
 Saturasi O2 > 90% (95% pada anak )
Penilaian ulang setelah 1-2 jam
Respon baik dalan 1-2 jam Respon tidak sempurna dalam Respon tidak sempurna dalam
 Respon baik dan stabil 1-2 jam 1-2 jam
dalam 60 menit setelah  Faktor risiko untuk near fatal  Faktor risiko untuk near fatal
pengobatan asma asma
 Pem fisik normal ; tidak ada  Pem fisik : gejala ringan –  Pem fisik : gejala ringan –
distres sedang sedang
 APE > 70% prediksi/ nilai  APE < 60%  APE < 60%
terbaik  Saturasi O2 tidak ada  Saturasi O2 tidak ada
 Saturasi O2 > 90% (95% perbaikan perbaikan
pada anak )

Rawat untuk perawatan akut Rawat untuk perawatan akut


 Oksigen  Oksigen
 Inhalasi beta 2 agonis  Inhalasi beta 2 agonis +
dengan atau tanpa antikolinergik
antikolinergik  Glukokortikoid intravena
 Glukokortikoid sistemik  Pertimbangkan Beta 2
 Magnesium intravena agonis intravena
 Monitor APE, Saturasi O2 ,  Pertimbangkan Theophylin
pulse intravena
 Bila mungkin intubasi dan
ventilasi mekanik

Penilaian berkala

Respon buruk ( dilat di atas )

 Rawat di ICU
Perbaiakn : Kriteria untuk pulang Pulang
Respon tidak sempurna dalam 6-12
 APE > 60 % prediksi / nilai terbaik individu
jam
 Dilanjutkan obat oral/ inhalasi
 Pertimbangkan rawat di ICU jika
tidak ada perbaikan dalam waktu
Pengobatan di Rumah 6-12 jam
 Teruskan inhalasi beta 2 agonis
 Pertimbangkan pada beberapa pasien kortikosteroid
oral
 Edukasi ke pasien :
Minum obat dengan benar
Perhatikan rencana pengobatan Perbaiakn
Kontrol teratur

Pertimbangkan penggunaan inhaler kombinasi

 Embutuhkan kortikosteroid oral


 Edukasi pasien :
o Memakai obat yang benar
o Ikuti rencana pengobatan selanjutnya

Edukasi
Prognosis
Tingkat Terapi eksaserbasi
Evidens Terapi B 2 angonis inhalasi evidence A
Gabungan dengan antikolinergi evidence based B
Glucokortikoid sistemik evidance A
Inhalasi glukocorticoid + SABA evidace B

Tingkat
Rekomendasi
Penalaah
Kritis
Indikator
Medis
Kepustakaan GINA 2012
Panduan Praktek Klinik
AVIAN INFLUENZA ( H5N1)
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUP. Dr. M. Djamil
Padang
Tanggal Ditetapkan,
Terbit/ revisi Direktur Utama
Standar Prosedur
Operasional Kedokteran
Dr. Hj. Aumas Pabuti, SpA, MARS
NIP : 19540713 198103 2 001

Pengertian Adalah penyakit infeksi menular pada unggas yang disebabkan oleh
virus influenza strain tipe A sub tipe H5N1

Anamnesis - Demam
- Sakit tenggorokan, sesak nafas
- Batuk, pilek (beringus)
- Nyeri otot, sakit kepala.
- Gangguan saluran cerna , diare

Pemeriksaan Fisik - Tampak sakit berat


- Demam suhu > 38 0C
- Takipnue
- Konjunctivitis
- Mukosa hidung hiperemis
- Pemeriksaan Paru dijumpai tanda-tanda pneumonia suara
nafas bronkovesikuler dan disertai ronkhi
Pemeriksaan Penunjang - Pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit,Trombosit, Hitung
Jenis Leukosit) Umumnya ditemukan leukopeni,
limfositopeni dan trombositopeni.
- spesimen serum, aspirasi nasofaringeal, apus hidung dan
tenggorok untuk konfirmasi diagnostik.
- Pemeriksaan Foto thorak dijumpai tanda pneumonia
Kriteria Diagnosis 1. Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain
Reaction) untuk H5.
2. Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.
3. Uji Serologi :
- Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk
H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan
spesimen akut ( diambil <7 hari setelah awitan gejala
penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen
harus pula >1/80.
- Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada
spesimen serum yang diambil pada hari ke >14 setelah
awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji serologi
lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160
- atau western blot spesifik H5 positif.

Diagnosis Kerja Berdasarkan Klinis dan pemeriksaan penunjang

Diagnosis Banding - Demam Dengue


- Infeksi paru yang disebabkan oleh virus lain, bakteri atau jamur
- Demam Typhoid
- HIV dengan infeksi sekunder
- Tuberkulosis Paru
Terapi Pasien suspek flu burung langsung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg
(48 jam pertama) : skor untuk pemberian Oseltamivir :

Skor :
- 6 – 7 = evaluasi ketat, apabila meningkat (>7) diberikan
Oseltamivir
- 7 = diberi oseltamivir.
Dosis :
- Dewasa atau anak ≥ 13 tahun Oseltamivir 2x75 mg per hari
selama 5 hari.
- Anak > 1 tahun dosis oseltamivir 2 mg/kgBB, 2 kali sehari
selama 5 hari.
- Dosis oseltamivir dapat diberikan sesuai dengan berat badan
sbb :
> 40 kg : 75 mg 2x/hari
> 23 – 40 kg : 60 mg 2x/hari
> 15 – 23 kg : 45 mg 2x/hari
≤ 15 kg : 30 mg 2x/hari
- Terapi suportif, oksigen, cairan
- Antibiotik spektrum luas yang mencakup kuman tipikal dan
atipikal
- Metilprednisolon 1-2 mg/kgBB IV diberikan pada
pneumonia berat, ARDS atau pada syok sepsis yang tidak
respons terhadap
- obat-obat vasopresor.
- Terapi lain seperti terapi simptomatik, vitamin, dan makanan
bergizi.
- Rawat di ICU sesuai indikasi.
Edukasi
Prognosis
Tingkat Evidens
Tingkat Rekomendasi
Penalaah Kritis
Indikator Medis
Kepustakaan Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit. Departemen
Kesehatan RI. 2006
Panduan Praktek Klinik
BRONKITIS AKUT
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUP. Dr. M. Djamil
Padang
Tanggal Ditetapkan,
Terbit/ revisi Direktur Utama
Standar Prosedur
Operasional Kedokteran
Dr. Hj. Aumas Pabuti, SpA, MARS
NIP : 19540713 198103 2 001
Peradangan pada bronkus disebabkan oleh infeksi saluran napas
Pengertian yang ditandai dengan batuk (berdahak maupun tidak berdahak)
yang berlangsung hingga 3 minggu.
Anamnesis Pada anamnesis dapat dijumpai gejala klinis
 Batuk-batuk (dari batuk kering sampai batuk berdahak)
yang berlansung 2-3 minggu
 Demam
 Kadang-kadang disertai sesak napas
 Kadang-kadang nyeri dada
Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik:
 Inspeksi: simetris kiri sama dengan kanan
 Palpasi: fremitus kiri sama dengan kanan
 Perkusi: sonor kiri sama dengan kanan
 Auskultasi: pada stadium awal biasanya tidak khas. Seiring
perkembangan progresifitas batuk dapat terdengar ronki,
wheezing.
Pemeriksaan Penunjang Foto toraks PA dan Lateral
Laboratorium darah rutin

Kriteria Diagnosis  Diagnosis ditegakkanan dari anamnesa berupa batuk,


demam, kadang-kadang sesak napas dan nyeri dada
 Dari pemeriksaan fisik pada stadium awal biasanya tidak
khas.

Diagnosis Kerja Bronkitis akut(ICD-10: J 20)


Diagnosis Banding  Infeksi saluran napas bagian atas
 Bronkopneumonia
 TB paru
Terapi  Oksigen
 Fisioterapi
 Antibiotika
 Mukolitik/ ekspektoran
 Bronkodilator bila ada obstruksi
 Anti perdarahan bila ada hemaptoe
Edukasi Tingkatkan daya tahan tubuh dengan cara makan yang bergizi,
olah raga teratur
Anjurkan untuk berhenti merokok
Prognosis Baik
Tingkat Evidens B
Tingkat Rekomendasi B
Penalaah Kritis Valid, penting dapat diaplikasikan
Indikator Medis Dokter umum, Dokter spesialis paru
Kepustakaan 1. Sydney S. Braman. Chronic Cough Due to Acute
Bronchitis: ACCP Evidence-Base Clinical Practice
Guidelines. Chest Journal. 2006;129;95S-103S
2. Snow V, Mottur-Pilson C, Gonzales R. Principles of
appropriate antibiotic use or treatment of acute bronchitis
in adult. Ann Intern Med 2009;134:518-520
Panduan Praktek Klinik
BRONKIEKTASIS

No.Dokumen No. Revisi Halaman


RSUP. Dr. M. Djamil
Padang
Tanggal Ditetapkan,
Terbit/ revisi Direktur Utama
Standar Prosedur
Operasional Kedokteran
Dr. Hj. Aumas Pabuti, SpA, MARS
NIP : 19540713 198103 2 001
Penyakit paru yang ditandai dengan dilatasi, destruksi dinding
Pengertian bronkus yang kronis dan menetap.

Anamnesis Gejala klinis penderita bronkiektasis:


1. Bisa tidak ditemukan
2. Batuk kronis berdahak yang banyak terutama pagi hari
3. Batuk berdarah
4. Sesak nafas
5. Demam
6. Nyeri dada

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan jasmani :


Dapat ditemukan :
o Suara nafas bronkovesikuler dan disertai dengan ronki
basah terutama dibasal paru
o Jari tabuh

Pemeriksaan Penunjang Darah rutin


Pemeriksaan Foto Toraks PA
Kultur dan sensitifiti kuman banal sputum
CT Scan
Kriteria Diagnosis Gejala respiratorik
Pemeriksaan fisik
Darah rutin
Foto toraks PA dengan gambaran Honey comb
Kultur dan sensitifiti kuman banal sputum
CT scan Toraks
Diagnosis Kerja Bronkiektasis (ICD-10: J 47)
Diagnosis Banding PPOK
Bronchitis kronik
Pneumonia
TB Paru
Terapi Umum
1. Terapi non medikamentosa
- Oksigen
- Fisioterapi, bila memungkinkan
2. Terapi medikamentosa
- Antibiotika
 Oral :
Co Amoxiclav 3 x 625 mg
Ciprofloksasin 2 x 500 mg
Levofloksasin 1 x 500 mg
Azitromisin 1 x 500 mg
Eritromisin 4 x 500 mg

 Injeksi :
Ciprofloksasin 2 x 200-400 mg IV
Levofloksasin 1 x 500 mg IV
Ceftriakson 1 x 2 gr IV

- Mukolitik/Ekspektoran :
 Ambroksol 3x1 tablet atau sirup : 3x1 cth
 Bromheksin 3x1 tablet atau sirup 3x1 cth
 N-asetilsistein 3x1 kapsul atau sirup 3 x 1 cth
 Erdostein 3x1 kapsul atau sirup 3x 1cth

3. Terapi khusus
- Bronkodilator
 Drip aminophilin 0,5-0,6 mg/kg BB/jam
 Inhalasi salbutamol 4-6 respules/hari
 Injeksi terbutalin 0,3-0,5 cc 3-4 kali/hari

- Antiperdarahan
 Asam traneksamat 3x 500mg oral/IV
 Vitamin K 3x1 tablet oral atau 3x1 ampul IV
 Vitamin C 3x1 tablet oral atau 3x1 ampul IV
 Drip adona 1 ampul dalam dextrose 5% 8 jam
perkolf

- Pembedahan
Lobektomi atau pneumonektomi bila kelainan
unilateral disertai keluhan infeksi berulang atau batuk
darah masif

Edukasi Berhenti merokok dan menghindari asap rokok


Hindari pencetus infeksi
Nutrisi yang baik
Prognosis Baik, jika penatalaksanaan tepat
Tingkat Evidens A
Tingkat Rekomendasi
Penalaah Kritis
Indikator Medis Spesialis Paru
Kepustakaan Fishman Pulmonary Disease and Disorder
Panduan Praktek Klinik
EDEMA PARU AKUT NON KARDIOGENIK
No.Dokumen No. Revisi Halaman

RSUP. Dr. M. Djamil


Padang
Tanggal Ditetapkan,
Terbit/ revisi Direktur Utama
Standar Prosedur
Operasional
Kedokteran Dr. Hj. Aumas Pabuti, SpA, MARS
NIP : 19540713 198103 2 001
Keadaan patologi dimana cairan intravaskuler keluar ke ruang
Pengertian ekstravaskuler, jaringan interstisial dan alveoli

Anamnesis  Gejala respiratorik: Sesak nafas hebat, batuk


 Gejala sistemik: keringat dingin, takikardi, sianosis,
hipertensi atau hipotensi

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan jasmani:


 Paru: ronki basah halus tidak nyaring lebih dari setengah
lapanaan paru, wheezing
 Takikardi, sianosis, hipertensi atau hipotensi, gallop
protodiastolik, bunyi jantung dua pulmonal mengeras
Pemeriksaan Penunjang  Foto toraks
 AGD
 EKG
Kriteria Diagnosis  Gejala respiratorik
 Gejala sistemik
 Foto toraks ( sesuai gambaran udem paru  hilus melebar,
densiti meningkat, disertai garis kerley ABC)
Diagnosis Kerja Edema paru akut
Diagnosis Banding Edema paru kardiogenik
Asma bronkial
Drowning
Spasme laring
Terapi Terapi nonmedikamentosa : - Oksigen
- Infus cairan
Terapi medikamentosa : Bergantung pada penyebab /
Penyakit yang mendasari
Terapi khusus : NIV Non Invasif Ventilator
Ventilator mekanik dengan atau tanpa
PEEP1 pada hipoksia berat, asidosis
atau tidak berhasil dengan terapi oksi
gen.
Edukasi
Prognosis Baik
Tingkat Evidens
Tingkat Rekomendasi
Penalaah Kritis
Indikator Medis
Kepustakaan
Harrison’s Principles of Internal Medicine 13th ed.1994
Panduan Praktek Klinik
EFUSI PLEURA
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUP. Dr. M. Djamil
Padang

Tanggal Ditetapkan,
Terbit/ revisi Direktur Utama
Standar Prosedur
Operasional Kedokteran
Dr. Hj. Aumas Pabuti, SpA, MARS
NIP : 19540713 198103 2 001

Pengertian Efusi Pleura adalah terbentuknya cairan dalam rongga pleura lebih
dari normal oleh berbagai sebab
Anamnesis Gambaran klinis / anamnesis dari efusi pleura berupa:
- Sesak nafas, bila efusi sedikit sesak (-), bila efusi banyak
sesak (+) terutama bila tidur miring ke sisi paru sehat
- Batuk -batuk
- Rasa penuh/tak enak didada/ nyeri +/-
- Demam +/-
- Gejala klinis tergantung dari penyakit dasarnya

Pemeriksaan Fisik - Ditemukan kelainan Px bila cairan > 500 cc


- Inspeksi: statis tampak lebih cembung
Dinamis :gerakan tertinggal
- Palpasi: fremitus menurun
- Perkusi :redup-Pekak
- Auskultasi: suara nafas hilang
Pemeriksaan Penunjang - Foto torak PA : terlihat bila cairan > 300 cc,sudut
kostoprenikus tumpul , tampak garis Ellis D’amoiseau,
pendorongan kearah yang sehat, perselubungan homogeny
lateral lebih tinggi dari medial , sela iga melebar.
- Bila hasil Ro thoraks meragugan terhadap cairan dapat
dilakukan CT scan toraks untuk cairan < 50cc, Foto ro
lateral dekubitus ka/ki atau USG Toraks.

Kriteria Diagnosis
Diagnosis Kerja Berdasarkan anamnesa , pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang
Diagnosis Banding Tumor paru
Pneumonia
Abses Paru
Atelektasis
Terapi 1. Punksi Pleura untuk diagnostik, paliatif.
Bila cairan produktif dapat dilakukan:
Punksi berulang
WSD, pig tail cateter, pleurodesis
2. Obati penyakit dasar

Edukasi
Prognosis Tergantung penyakit yang mendasari
Tingkat Evidens I
Tingkat Rekomendasi
Penalaah Kritis Saat tindakan punksi bisa komplikasi: perdarahan, pneumotoraks,
Re-expansi Pulmonary edema
Indikator Medis
Kepustakaan Light , Richard W. Pleural Diseases; Fifth Edition. Lippincott
Williams &Wilkins.Philadelphia.2007
Panduan Praktek Klinik
HEMOPTISIS
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUP. Dr. M. Djamil
Padang
Tanggal Ditetapkan,
Terbit/ revisi Direktur Utama
Standar Prosedur
Operasional Kedokteran
Dr. Hj. Aumas Pabuti, SpA, MARS
NIP : 19540713 198103 2 001
Hempotisis adalah ekspektorasi darah atau dahak berdarah yang
Pengertian berasal dari saluran napas di bawah pita suara
Hempotisis dapat rringan samapi sedang dan masif
Anamnesis  Batuk berdarah
 Anamnesis lain tergantung pada etiologi hemoptisis
Pemeriksaan Fisik Bervariasi, tergantung pada penyebab hamoptisis dan banyaknya
darah yang dikelurkan

Pemeriksaan Penunjang  Rontgen toraks


 Evaluasi sputum
 AGDA
 Pemeriksaan lainnya, seperti Hemoglobin, hematokrit dan
trombosit, profil perdarahan (PT, APTT), bronkskopi, CT
scan toraks jika diperlukan
Kriteria Diagnosis Anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang
Diagnosis Kerja Hemoptisis ec?
Diagnosis Banding  Epistaksis
 Hematemesis

Terapi  Jika bercak darah, etiologi sangat menentukan terapi


 Hemoptisis sedang (20-30 ml), pasien istirahat total, jika
gelisah dapat diberikan penenang
 Hemoptisis persisten dengan ekspektorasi berulang 20-100
ml
 Pasang infuse intra vena
 Koreksi jika ada gangguan koagulasi
 Rawat intensif
 Bronkoskopi
 Jika perdarahan masih tetap berlangsung >150
ml/jam, pertimbangkan bedah reseksi. Jika bedah
reseksi tidak dapat dilakukan pertimbangkan untuk
penggunaan tampon melalui bronkoskopi (kateter
Fagarty)
 Hemoptisis massif
 Suportif fungsi vital
 Mencegah obtruksi jalan napas
 Menghentikan perdarahan
 Lokalisasi sumber dan mencari etiologi hemoptisis
 Pemberian terapi spesifik, seperti melalui
bronkoskopi
Edukasi Tenangkan dan mengistirahatkan penderita serta diberitahukan
agar tidak takut membatukkan darah yang ada di saluran napas
Prognosis Bervariasi, tergantung banyaknya perdarahan dan etiologi
hempotisis
Tingkat Evidens
Tingkat Rekomendasi
Penalaah Kritis
Indikator Medis Dokter umum
Dokter spesialis paru
Kepustakaan Taichman DB, Fishman AP. Approach to the Patient with
Respiratory Symptoms. In: Fishman’s Pulmonary Disease and
Disorders, fourth edition. New York: Mc Graw Hill. 2008: 388-
425.
Budi S. Batuk Darah (Hemoptisis). In: pulmonologi INtervensi
dan Gawat Darurat Napas. Jakarta: Departemen Pulmonologi dan
Ilmu Kedokteran Respirasi FK-UI. 2010: 28-53.
Panduan Praktek Klinik
PNEUMONIA
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUP. Dr. M. Djamil
Padang
Tanggal Ditetapkan,
Terbit/ revisi Direktur Utama
Standar Prosedur
Operasional Kedokteran
Dr. Hj. Aumas Pabuti, SpA, MARS
NIP : 19540713 198103 2 001
Suatu peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh
Pengertian mikroorganisme (bakteri, virus, jamur dan parasit) , peneumonia
yang dosebabkan oleh mycobacterium tuberkulosis tidak
termasuk.
Anamnesis Gejala ditandai dengan demam tinggi, menggigil,
Batuk dengan dahak mukoid atau purulen
Batuk darah
Sesak nafas
Neyeri dada
Pemeriksaan Fisik Tergantung dari luasnya lesi yang terdapat di paru
Inspeksi: bagian yang sakit tertinggal pada waktu bernafas
Palpasi: fremitus dapat mengeras
Perkusi: redup
Auskultasi: suara nafas bronkovesikuler s/d bronchial yang
disertai ronki basah kasar.
Pemeriksaan Penunjang Radiologi :Foto toraks PA atau Lateral
Laboratorium: leukosit , hitung jenis, LED, kultur dahak, kultur
darah, serologi dan analisa gas darah.
Kriteria Diagnosis Anamnesa, pemeriksaan fisik, gambaran radiologi dan
laboratorium.
Diagnosis Kerja Pneumonia
Klasifikasi diagnosis pneumonia
 Berdasarkan klinis dan epidemiologis
1. Pneumonia komuniti (community acguired
pneumonia)
2. Pneumonia nasokomial (hospital acguired
pneumonia/nasokomial pneumonia)
3. Pneumonia aspirasi
4. Pneumonia pada penderita immonocompromised
 Berdasarkan bakteri penyebab
1. Pneumonia tipikal
2. Pneumonia atipikal
3. Pneumonia virus
4. Pneumonia jamur
 Berdasarkan predileksi infeksi
1. Pneumonia lobaris
2. Bronkopneumonia
3. Pneumonia intertisial
Diagnosis Banding TB paru
Mikosis paru
Tumor paru
Terapi 1. Penderita rawat jalan
a) Pengobatan suportif/simptomatik
b) Pembrian antibiotik
2. Penderita rawat inap diruang rawat biasa
a) Pengobatan suportif/ simptomatisk
b) Pemberian antibiotik
3. Penderita rawat inap diruang rawat intensif
a) Pengobatan suportif/simptomatik
b) Pemberian antibiotok
c) Bila ada indikasi dipasang ventilator mekanik

Edukasi Pola hidup sehat


Prognosis Umum baik tergantung dari factor penderita, bakteri penyebab
dan penggunaan anti biotic yang tepat.
Tingkat Evidens A
Tingkat Rekomendasi B
Penalaah Kritis Valid dan dapat diaplikasikan
Indikator Medis Dokter umum, Dokter spesialis paru
Kepustakaan American thoracic society. Guidelines for management of adults
with community acquired pneumonia, PDPI Pneumonia komunity
pedoman diagnosis dan penatalksanaan di Indonesia.
Panduan Praktek Klinik
FLU BABI ( H1N1)
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUP. Dr. M. Djamil
Padang
Tanggal Ditetapkan,
Terbit/ revisi Direktur Utama
Standar Prosedur
Operasional Kedokteran
Dr. Hj. Aumas Pabuti, SpA, MARS
NIP : 19540713 198103 2 001
Infeksi yang disebabkan oleh virus influenza A Baru (H1N1). Mudah
Pengertian menular dari manusia ke manusia.

Anamnesis Gejala Klinik:

Mulai tanpa gejala sampai ada gejala.


Bila ada, gejala influenza A (H1N1) sama dengan infeksi virus influenza
secara umum. Gejalanya seperti demam, batuk, nyeri tenggorok, nyeri
otot, sakit kepala, menggigil dan lemas.
Pada suatu outbreak dilaporkan bertambahnya gejala diare dan muntah-
muntah.
Gejala menurut organ yang terkena adalah:
 Sistemik : demam
 Nasofaring : hidung berlendir, nyeri
tenggorokan
 Respirasi : batuk, sakit tenggorokan
 Gastrointestinal : diare, mual dan muntah
 Muskuloskeletal : nyeri sendi
 Psikologis : letargi, tidak nafsu makan
Faktor risiko
Kontak erat (dalam jarak 2 meter) seperti merawat, berbicara atau
bersentuhan dengan pasien suspek, probabel atau kasus H1N1 yang
sudah konfirmasi
Orang bepergian ke daerah endemis

Pemeriksaan Fisik Suhu > 38 0C


Pemeriksaan fisik paru:
Mulai dari tak ada kelainan sampai dengan adanya tanda tanda
kosolidasi paru
Pemeriksaan Penunjang  Laboratorium: pemeriksaan darah rutin
(Hb, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit), spesimen serum
 Pemeriksaan apusan (aspirasi nasofaring atau bilasan/ aspirasi
hidung)
- Kalau tidak bisa dengan cara di atas maka dengan kombinasi
apusan hidung dan orofaring
- Pada pasien dengan intubasi dapat diambil secara aspirasi
endotrakeal
 Pemeriksaan kimia darah:
albumin, globulin, SGOT, SGPT, ureum, kreatinin, analisis gas
darah
 Pemeriksaan radiologik:
Foto PA dan lateral
Pemerikaan CT-Scan toraks (bila diperlukan)

Pemeriksaan laboratorium virologi


Untuk mendiagnosis konfirmasi influenza A (H1N1) dengan cara :
- Real time (RT) PCR
- Kultur virus
- Peningkatan 4 kali antibodi spesifik influenza A (H1N1) denga
netralisasi tes
Kriteria Diagnosis  Influenza like illness (ILI):
Seseorang dengan gejala demam > 380C, nyeri otot, batuk dan nyeri
tenggorok. Gejala lain adalah: pilek, sakit kepala, diare, gangguan
saluran cerna

 Kasus suspek H1N1


Seseorang dengan gejala infeksi pernapasan akut (demam >380C)
mulai dari yang ringan (Influenza like illnes) sampai dengan
pneumonia, ditambah salah satu keadaan di bawah ini :
- Dalam 7 hari sebelum sakit kontak dengan kasus konfirmasi
influenza A (H1N1)
- Dalam 7 hari sebelum sakit pernah berkunjung ke area yang
terdapat satu atau lebih kasus konfirmasi Influenza A (H1N1)
 Kasus Probabel H1 N1
Seseorang dengan gejala di atas disertai dengan hasil pemeriksaan
laboratorium positif terhadap influenza A tetapi tidak dapat
diketahui subtipenya dengan menggunakan reagen influenza
musiman
Atau
Seseorang yang meninggal karena penyakit infeksi saluran
pernasapan akut yang tidak diketahui penyebabnya dan berhubungan
secara epidemiologi (kontak dalam 7 hari sebelum onset) dengan
kasus probable atau konfirmasi.
 Kasus Konfirmasi H1N1
Seseorang dengan gejala di atas sudah konfirmasi laboratorium
influenza A (H1N1) dengan pemeriksaan satu atau lebih tes di
bawah ini :
- Real time (RT) PCR
- Kultur virus
- Peningkatan 4 kali antibodi spesifik influenza A (H1N1) dengan
netralisasi tes

Secara klinis kasus dibagi menjadi:


Kriteria ringan: Rawat jalan dengan KIE dan pengawasan
1. Tanpa gejala
2. Demam tanpa sesak
3. Tanpa pneumonia
4. Tidak ada komorbid (misalnya asma, DM, PPOK, obesiti, kurang
gizi)
5. Usia muda

Kriteria sedang: Rawat di ruang isolasi


1. ILI dengan komorbid
2. Sesak napas
3. Pneumonia
4. Usia tua
5. Hamil
6. Keluhan mengganggu: diare, muntah-muntah

Kriteria berat: Rawat di ICU


1. Pneumonia luas
2. Gagal napas
3. Sepsis
4. Syok
5. Kesadaran menurun
6. ARDS
7. Gagal multi organ

Diagnosis Kerja Konfirm flu burung H1N1


Diagnosis Banding  Flu musiman
 Flu burung
 Demam dengue
 Infeksi paru yang disebabkan oleh virus lain, baktri atau jamur
 Demam tipoid
 HIV dengan infeksi sekunder
 TB paru
Terapi Terapi umum
 Pasien dengan ILI akan dievaluasi apakah termasuk kelompok
dengan gejala klinis ringan, sedang atau berat
 Kelompok dengan gejala klinis ringan dipulangkan dengan diberi
obat simptomatis dan KIE untuk waktu istirahat di rumah
 Kelompok gejala klinis sedang dirawat di ruang isolasi dan
mendapat oseltamivir 2 x 75 mg
 Untuk kelompok dengan gejala klinis berat dirawat di ICU
 Pemeriksaan laboratorium sesuai jadwal yang sudah ditentukan
 Di ruang rawat inap : dilakukan evaluasi keadaan umum, kesadaran,
tanda vital, pantau saturasi oksigen
 Terapi suportif

Medikamentosa
Oseltamivir diberikan secepat mungkin 48 jam pertama
 Dewasa atau anak ≥ 14 tahun diberikan oseltamivir 2 x 75 mg
selama 5 hari
 Anak (umur,12 bulan atau lebih), BB
< 15 kg 60mg/ hari terbagi 2 dosis
15-23 kg 90mg hari terbagi 2 dosis
24-40 kg 120mg hari terbagi 2 dosis
> 40 kg 150mg hari terbagi 2 dosis
 Bila ada tanda-tanda infeksi bakterial diberikan antibiotik spektrum
luas (mencakup kuman tipikal dan atipikal)
 Penatalaksanaan sepsis apabila ditemukan sepsis
 Respiratory care

Semua pasien dengan gejala klinis sedang dan berat di rawat di rumah
sakit

Edukasi KIE untuk pasien ILI yang dipulangkan:

1. Pasien selalu memakai masker. Bila tidak ada masker dapat


memakai sapu tangan/tisu. Bila tidak punya masker / sapu tangan /
tisu, tutup mulut bila bersin atau batuk dengan lengan atas. Masker /
sapu tangan diganti bila sudah basah.
2. Tidak boleh keluar rumah selama 7 hari mulai dari timbul gejala
sampai panas hilang serta istirahat yang cukup
3. Biasakan cuci tangan dengan sabun atau alkohol sesudah batuk atau
bersin
4. Minum cairan yang banyak (air putih, air kaldu. Minuman untuk
olahragawan , cairan yang mengandung elektroloit untuk mencegah
dehidrasi)
5. Sedapat mungkin hindari kontak dengan satu sama lain. Tidak kerja
atau sekolah jika sakit.
6. Bila kondisi memburuk segera ke rumah sakit rujukan terdekat.
Kondisi yang dianggap memburuk:
 Sulit bernapas atau nyeri dada
 Bibir ungu atau kebiruan
 Muntah-muntah dan tak dapat menjaga keseimbangan cairan
 Tanda-tanda dehidrasi atau kekurangan cairan
 Respon menurun atau confuse
 Kejang
Membersihkan rumah, cucian dan barang habis pakai
 Barang dan alat habis pakai pasien misal tisu dan lain-lain masukkan
ke dalam tempat sampah setelah itu cuci tangan
 Jaga kebersihan permukaan tempat tidur, meja, kamar mandi dan
lain-lain dengan desinfektan
 Linen, peralatan makan, makanan bekas pasien tak perlu dipisahkan
mencucinya yang penting jangan tidak dicuci, cucilah dengan sabun
 Linen dicuci dengan ditergen atau sabun kemudian keringkan
dengan panas dan setelah itu cuci tangan

Prognosis Ad fungsionam : Ad bonam


Ad sanasionam : Ad bonam
Ad vitam : Ad bonam
Tingkat Evidens
Tingkat Rekomendasi
Penalaah Kritis
Indikator Medis
Kepustakaan
ALUR TATALAKSANA H1N1

Datang sendiri
atau rujukan

Triase suspek
H1N1

Klinis Klinis Klinis berat


ringan sedang

Dipulangkan:
pengobatan Ruang
simptomatis KIE Ruang isolasi
isolasi ICU

Memburuk
Membaik
Panduan Praktek Klinik
PPOK STABIL
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUP. Dr. M. Djamil
Padang
Tanggal Ditetapkan,
Terbit/ revisi Direktur Utama
Standar Prosedur
Operasional Kedokteran
Dr. Hj. Aumas Pabuti, SpA, MARS
NIP : 19540713 198103 2 001
Kriteria PPOK stabil adalah :
Pengertian • Tidak dalam kondisi gagal napas akut pada gagal napas kronik
• Dapat dalam kondisi gagal napas kronik stabil, yaitu PH normal
PCO2 > 60 mmHg dan PO2 < 60 mmHg
• Sputum tidak berwarna atau jernih
• Aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat berat PPOK
• Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan
•Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahan
Anamnesis • Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala
pernapasan
• Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
• Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
• Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak
• Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
• Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
Pemeriksaan Fisik • Inspeksi
− Pursed lips breathing
− Barrel chest
− Penggunaan otot bantu napas
− Hipertrofi otot bantu napas
− Pelebaran sela iga
− Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena
jugularis di leher dan edema tungkai
− Penampilan pink puffer atau blue bloater
• Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
• Perkusi
• Auskultasi
− Suara napas vesikuler normal atau melemah
− Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa
atau pada ekspirasi paksa
− Ekspirasi memanjang
− Bunyi jantung terdengar jauh

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan rutin


1. Faal Paru
• Spirometri
• Uji bronkodilator
2. Laboratorium darah : Hb, Hct, leukosit, analisis gas darah
3. Radiologi
Pemeriksaan penunjang lanjutan :
1. Faal paru lengkap
2. Uji latih kardiopulmoner
3. Uji provokasi bronkus
4. Analisis gas darah
5. Radiologi : CT Scan resolusi tinggi
6. EKG
7. Ekokardiografi
8. Bakteriologi
9. Kadar @-1 antitripsin
Kriteria Diagnosis Indikator kunci untuk mendiagnosis PPOK.

Gejala Keterangan

Sesak Progresif ( sesak bertambah


berat seiring berjalannya
waktu )
Bertambah berat dengan
aktivitas
Persisten ( menetap
sepanjang hari )
Pasien mengeluh berupa,
“Perlu usaha
Untuk bernafas”
Berat, sukar bernafas,
terengah-engah
Batuk kronik Hilang timbul dan mungkin
tidak berdahak
Batuk kronik berdahak Setiap batuk kronik berdahak
dapat
mengindikasikan PPOK
Riwayat terpajan faktor resiko Asap rokok
Debu
Bahan kimia di tempat kerja
Asap dapur

Diagnosis Kerja Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil

Diagnosis Banding • Asma


• Gagal jantung kongestif
• Bronkiektasis
• Tuberkulosis
• Bronkiolitis obliterans
• Panbronkiolitis difus
Terapi Tujuan penatalaksanaan pada keadaan stabil :
• Mempertahankan faal paru
• Meningkatkan kualitas hidup
• Mencegah eksaserbasi
Penatalaksanaan PPOK stabil :
1. Obat – obatan :
• Bronkodilator : Diberikan dalam bentuk oral, kombinasi
golongan β2 agonis dengan golongan xantin.
• Kortikosteroid : dalam bentuk inhalasi
• Ekspektoran
• Mukolitik
• Antitusif
2. Edukasi
3. Nutrisi
4. Rehabilitasi :
• Latihan bernapas dengan pursed lips
• Latihan ekspektorasi
• Latihan otot pernapasan dan ekstremitas

Edukasi • Pengetahuan dasar tentang PPOK


• Obat – obatan, manfaat dan efek sampingnya
• Cara pencegahan perburukan penyakit
• Menghindari pencetus ( berhenti merokok )
• Penyesuaian aktivitas
Prognosis Baik jika penatalaksanaan tepat
Tingkat Evidens A
Tingkat Rekomendasi A
Penalaah Kritis Valid dan dapat diaplikasikan
Indikator Medis Dokter umum dan Spesialis Paru
Kepustakaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Diagnosis dan Penatalaksanaan.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2011
GOLD 2013
Panduan Praktek Klinik
PPOK EKSASERBASI AKUT
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUP. Dr. M. Djamil
Padang
Tanggal Ditetapkan,
Terbit/ revisi Direktur Utama
Standar Prosedur
Operasional Kedokteran
Dr. Hj. Aumas Pabuti, SpA, MARS
NIP : 19540713 198103 2 001
Timbulnya perburukan klinis dibandingkan kondisi sebelumnya
Pengertian yang dapat dipicu oleh infeksi bakteri,virus ,dan polusi udara

Anamnesis - Sesak nafas bertambah


- Produksi sputum meningkat
- Perubahan warna sputum
Pemeriksaan Fisik - Pada inspeksi didapatkan penggunaan otot bantu pernafasan
- Pada palpasi didapatkan fremitus melemah
- Pada perkusi didapatkan hipersonor
- Didapatkan suara nafas ekspirasi memanjang dan wheezing
Pemeriksaan Penunjang - Pemeriksaan darah rutin
- Foto torak
- Analisa Gas Darah dan EKG
Kriteria Diagnosis Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang
Diagnosis Kerja PPOK EKSASERBASI AKUT
Diagnosis Banding - Asma dalam serangan akut
- Bronkiektasis
- Congestif Heart Failure
Terapi - Terapi oksigen
- Inhalasi bronkodilator
- kortikosteroid sistemik
- Antibiotik
- Jika ada komplikasi diperlukan rawatan ICU
Edukasi - Latihan bernafas pursed-lips
- Latihan ekspektorasi
Prognosis BAIK jika penatalaksanaan tepat dan cepat
Tingkat Evidens A
Tingkat Rekomendasi A
Penalaah Kritis Valid dan dapat diaplikasikan
¤ Indikator Medis Spesialis Paru
Kepustakaan - PDPI, Diagnosis dan Penatalaksanaan PPOK, 2011
- GOLD,2013
Panduan Praktek Klinik
KANKER PARU
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUP. Dr. M. Djamil
Padang

Tanggal Ditetapkan,
Terbit/ revisi Direktur Utama
Standar Prosedur
Operasional Kedokteran
Dr. Hj. Aumas Pabuti, SpA, MARS
NIP : 19540713 198103 2 001

Pengertian Tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma
bronkus (bronchogenic carcinoma)
Anamnesis Gambaran klinis kanker paru tidak banyak berbeda dengan
penyakit paru lain. Keluhan utama dapat berupa:
- Batuk-batuk dengan atau tanpa dahak
- Batuk darah
- Sesak nafas
- Suara serak
- Sakit dada
- Sulit/ sakit menelan
- Benjolan dipangkal leher
- Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab
lengan dengan rasa nyeri yang hebat
- Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti: berat badan
berkurang, nafsu makan hilang, demam hilang timbul dan
sindroma paraneoplastik.

Pemeriksaan Fisik Tergantung beratnya penyakit:


1. Normal, bila tumor paru ukuran kecil dan terletak diperifer
2. Kelainan bila tumor dengan ukuran besar, terlebih bila
disertai atelektasis akibat kompresi bronkus, efusi pleura
atau penekanan vena kava superior
Pemeriksaan Penunjang - Foto torak PA / lateral, bila masa tumor ukuran > 1 cm.
Tanda yang mendukung keganasan: Tepi ireguler, disertai
indentasi pleura, tumor satelit, invasi kedinding dada, efusi
pleura.
- CT-Scan toraks, dapat mendeteksi tumor ukuran < 1 cm.
- Sitologi sputum
- Bronkoskopi
- Transbronchial Needle aspiration (TBNA)
- Transbronchial Lung Biopsy (TBLB)
- Transthorasic Needle Aspiration (TTNA)
- Transthorasic Biopsy (TTB)
- Aspirasi Jarum Halus (AJH)
- Biopsi pleura, biopsi KGB perifer
- Torakoskopi

Kriteria Diagnosis Faktor resiko:


- Laki-laki
- Usia > 40tahun
- Perokok
- Paparan industri tertentu dengan satu atau lebih gejala:
batuk darah, batuk kronik, sesak nafas, nyeri dada dan
berat badan menurun.
- Golongan lain yg perlu diwaspadai: Perempuan perokok
pasif dg gejala diatas dan seseorang dg gejala klinis (batuk
darah, batuk kronik, sakit dada, penurunan berat badan
tanpa penyakit yang jelas) dan riwayat anggota keluarga
dekat yg menderita kanker paru juga perlu jadi faktor
pertimbangan.

Diagnosis Kerja Berdasarkan jenis histologis, stadium, dan tampilan (Performance


status)

Diagnosis Banding TB paru


Tumor mediastinum
Abses paru
Tuberkuloma
Pneumonia
Terapi 1. PEMBEDAHAN: Kuratif: KPKBSK stadium I dan II
stadium IIIA ( kemoterapi neoadjuvan)
Paliatif pada kegawatan (SVKS)
Syarat untuk reseksi paru
 Risiko ringan untuk pneumonektomi, bila KVP paru
kontralateral baik dan VEP1 > 60%
 Risiko sedang untuk pneumonektomi, bila KVP paru
kontralateral ≥ 35% dan VEP1 > 60%
 Bila tidak memungkinkan , nilai dari analisa gas darah.

2. RADIOTERAPI:
- kuratif : Bagian dari kemoradioterapi neoadjuvan pd
KPKBSK stage IIIA
- Paliatif : Meringankan keluhan pd SVKS, nyeri tulang
akibat invasi tumor kedinding dada dan metastase tumor di
tulang atau otak.
Syarat untuk radioterapi
 Hb > 10 gr%
 Trombosit > 100.000 / dl
 Leukosit > 3.000/ dl
3. KEMOTERAPI: Dapat diberikan pada semua kasus kanker paru
Prinsip pemilihan kemoterapi adalah:
1. Platinum based therapy (sisplatin / karboplatin)
2. Respon obyektif satu obat anti kanker ≥ 15%
3. Toksisiti obat tidak melebihi grade 3 skala WHO
4. Harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 3
siklus pada penilaian terjadi progresifiti tumor.
Syarat sebelum kemoterapi:
 PS ≥ 70-80 atau < 2 skala WHO. Bila tampilan < 70 atau
usia lanjut, dapat diberikan obat anti kanker dg regimen
tertentu dan atau jadwal tertentu.
 Hb ≥ 10 gr%, pada penderita anemia ringan tanpa
perdarahan akut, meski Hb< 10 gr% tidak perlu transfusi
darah segera, cukup diberi terapi sesuai dengan penyebab
anemia.
 Granulosit ≥ 1500/ mm3.
 Trombosit ≥ 100.000/ mm3
 Fungsi hati baik
 Fungsi ginjal baik (CCT > 70 ml/menit)

Edukasi
Prognosis
Tingkat Evidens
Tingkat Rekomendasi
Penalaah Kritis
Indikator Medis
Kepustakaan PDPI. Kanker Paru (Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel
Kecil) Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan di Indonesia
Edisi Revisi III. Jakarta, 2011: 1-48.
Panduan Praktek Klinik
TB PARU KASUS KAMBUH
No.Dokumen No. Revisi Halaman
RSUP. Dr. M. Djamil
Padang
Tanggal Ditetapkan,
Terbit/ revisi Direktur Utama
Standar Prosedur
Operasional Kedokteran
Dr. Hj. Aumas Pabuti, SpA, MARS
NIP : 19540713 198103 2 001
TB paru kasus kambuh adalah penderita TB paru yang sebelumnya
Pengertian pernah mendapat pengobatan dengan OAT dan telah dinyatakan
sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian didiagnosis kembali
sebagai TB paru dengan pemeriksaan BTA (+) baik secara apusan
maupun dengan kultur
Anamnesis Gejala klinis sama seperti gejala TB paru pada umumnya
1. Gejala respiratorik
Batuk-batuk (dengan atau tanpa dahak) ≥2-3 minggu
Batuk darah
Sesak nafas
Nyeri dada

2. Gejala sistemik
Demam terutama sore/malam hari
Gejala sistemik lainnya: malaise, keringat malam, anoreksia,
berat badan menurun.

3. Ada riwayat pengobatan OAT sebelumnya dan dinyatakan


sembuh atau pengobatan lengkap

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan jasmani sama seperti TB paru pada umumnya:


 Bervariasi, tergantung luas kelainan struktur paru
 Dapat ditemukan adanya:
o Suara nafas bronkial, amforik, atau suara nafas melemah
o Ronki basah

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan BTA sputum


Pemeriksaan kultur dan resistensi mikobakterium tuberkulosis
Pemeriksaan foto toraks PA serial
Kriteria Diagnosis Gejala respiratorik
Gejala sistemik
Pemeriksaan fisik tergantung luas lesi
BTA sputum positif
Kultur mikobakterium tuberkulosis
Perburukan pada foto toraks serial
Diagnosis Kerja TB paru kasus kambuh ICD 10 : A15.0
Diagnosis Banding Pneumonia
Mikosis Paru
Bronkiektasi
Tumor paru
Terapi OAT kategori 2
R = Rifampisin
H = Isoniazid
E = Ethambutol
Z = Pirazinamid
S = Streptomisin
Regimen : 2 HRZES / HRZE / 5 H3R3E3
Edukasi Tutup mulut pakai saputangan bila batuk
Jangan buang dahak sembarangan
Minum obat teratur, tidak boleh putus
Konsul ke dokter bila ada efek samping
Makanan yang bergizi
Prognosis Quo ad sanam dubia et bonam
Quo ad vitam dubia et bonam
Quo ad functionam dubia et bonam
Tingkat Evidens B
Tingkat Rekomendasi 1
Penalaah Kritis
Indikator Medis Dokter umum
Dokter spesialis Paru
Kepustakaan Treatment of tuberculosis guidelines 4th edition. WHO 2010
Tuberkulosis ; Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di
Indonesia. PDPI 2011

Anda mungkin juga menyukai