Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Ilmu Keperawatan

ISSN : 2338-6371 Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir

Latihan Isometrik Bermanfaat Menurunkan Tekanan Darah Pada Penderita


Hipertensi

Helpful Isometric Exercise Lowers Blood Pressure in Patients Hypertension

Tua Parlindungan1, Arti Lukitasari2, Mudatsir 3

1
Magister Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Email : parlind.sinambela@yahoo.com (korespondensi)

Abstrak

Masalah kesehatan yang terjadi pada pasien hipertensi adalah bagaimana penerapan perawatan diri yang benar agar
penyakit hipertensi dapat dikendalikan dan terhindar dari komplikasi. Latihan isometrik bermanfaat menurunkan
tekanan darah istirahat sistolik dan diastolik. apabila dilakukan secara teratur, selain itu manfaat tambahan memperbaiki
massa otot dan kekuatan tubuh bagian atas dan bawah, penurunan lemak tubuh, meningkatkan kepadatan tulang,
mencegah patah tulang, dan peningkatan kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan
isometrik terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi. Penelitian ini menggunakan desain quasi ekspriment,
dengan rancangan pretest dan postest desain. Pengambilan sampel dengan cara Purposive sampling dengan jumlah 37
responden kelompok intervensi dan 37 responden kelompok kontrol. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 21
September s/d 20 November 2015 di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe, latihan isometrik dilakukan 3 kali
dalam seminggu selama 9 minggu. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh latihan isometrik terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi (P = 0.002). Dengan demikian sangat dianjurkan pada penderita hipertensi
dengan menggunakan latihan isometrik untuk menurunkan tekanan darah baik dilakukan sendiri maupun kombinasi
dengan olahraga yang dinamis sebagai bagian dari rejimen perawatan yang komprehensif. Latihan isometrik sangat baik
pada usia 35-55 tahun tersebut lebih beresiko mengalami hipertensi sehingga dapat mempertahankan tekanan darah
secara mandiri dan terkontrol.
.

Kata Kunci: latihan isometrik, tekanan darah, penderita hipertensi

Abstract

Health problems that occur in hypertensive patients is how the application of the right of self-care that hypertension can
be controlled and avoid complications. Useful isometric exercise lowers blood pressure resting systolic and diastolic. if
done regularly, in addition to the additional benefits improve muscle mass and upper body strength and lower, decrease
body fat, increase bone density, prevent fractures, and improved quality of life. The purpose of this study was to
determine the effect of isometric exercise on reducing blood pressure of hypertensive patients. This study uses a quasi
ekspriment design, with pretest and posttest design. Sampling by means of purposive sampling with 37 respondents 37
respondents intervention group and control group. This study was conducted on 21 September s / d 20 November 2015
in the district of Banda Sakti Lhokseumawe, isometric exercise performed three times a week for 9 weeks. Results
showed no effect of isometric exercise on reducing blood pressure in patients with hypertension (P = 0.002). Thus
highly recommended in patients with hypertension by using isometric exercises to lower blood pressure by themselves or
in combination with a dynamic sport as part of a comprehensive treatment regimen. Isometric exercise is very good at
the age of 35-55 years are more at risk of developing hypertension in order to maintain blood pressure and controlled
independently

Keywords: isometric exercise, blood pressure, patients with hypertension


.

71
Jurnal Ilmu Keperawatan
ISSN : 2338-6371 Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
Latar Belakang keinginan untuk menjaga dan pengontrolan
tekanan darah penderita yang akan mengurangi
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan beban penyakit penderita (James , 2014).
darah sistolik dan/atau diastolik yang tidak
normal. Batas yang tepat dari kelainan ini tidak Faktor-faktor yang berkaitan dengan hipertensi
pasti. Nilai yang dapat diterima berbeda sesuai antara lain penebalan dinding arteri, yang
dengan usia dan jenis kelamin. Namun mengurangi ukuran lumen arteri, dan penurunan
umumnya, sistolik yang berkisar dari 140-160 elastisitas arteri serta faktor gaya hidup seperti
mm Hg dan diastolik antara 90-95 mm Hg merokok, obesitas, konsumsi alkohol yang
dianggap merupakan garis batas hipertensi. berlebihan, kurang berolah raga, peningkatan
Diagnosa hipertensi sudah jelas pada kasus kadar kolestrol darah, dan stres yang
dimana tekanan darah sistolik melebihi 160 berkepanjangan.(Kozier, 2010).
mmHg dan diastolik melebihi 95 mm Hg.
Penderita hipertensi mungkin tidak Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi
menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. hipertensi pada umur ≥18 tahun di Indonesia
Masa laten ini menyelubungi perkembangan yang didapat melalui jawaban pernah
penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang didiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4
bermakna. Bila terdapat gejala, sifatnya non- persen, sedangkan yang pernah didiagnosis
spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. tenaga kesehatan atau sedang minum obat
Kalau hipertensi tetap tidak diketahui dan tidak hipertensi sendiri sebesar 9,5 persen. Jadi,
dirawat, maka akan mengakibatkan kematian terdapat 0,1 persen penduduk yang minum obat
karena payah jantung, infark miokardium, sendiri, meskipun tidak pernah didiagnosis
stroke, atau payah ginjal. (Price and hipertensi oleh nakes. Prevalensi hipertensi di
Wilson,2005) Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada
umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi
Salah satu penyakit tidak menular yang banyak Bangka Belitung 30,0% diikuti Kalimantan
dialami oleh masyarakat yaitu hipertensi. Selatan 30,8%, Kalimantan Selatan 30,8%,
Hipertensi merupakan kondisi paling umum Kalimantan Timur 29,6%, Jawa Barat 29,4%
yang terlihat pada tingkat perawatan primer dan dan daerah Aceh 21,8%. Jadi cakupan nakes
dapat memicu terjadinya infark myocardium, hanya 36,8 persen, sebagian besar (63,2%)
stroke, gagal ginjal, dan kematian jika tidak kasus hipertensi di masyarakat tidak
dideteksi secara dini dan dirawat secara tepat, terdiagnosis. Prevalensi DM, hipertiroid, dan
penderita hipertensi harus mempunyai
72
Jurnal Ilmu Keperawatan
ISSN : 2338-6371 Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
hipertensi pada perempuan cenderung lebih
tinggi dari pada laki-laki (Depkes RI, 2013). Latihan isometrik adalah latihan yang
memerlukan kekuatan otot tubuh baik untuk
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota latihan pemanasan atau untuk program latihan
Lhokseumawe pada tahun 2014, bahwa rehabilitasi. Latihan isometrik dapat mencegah
peringkat pertama dari jumlah kasus dari10 terjadinya atrofi otot (Sumaryanti, 2009).
penyakit tidak menular di kota Lhokseumawe Latihan isometrik berkaitan dengan perubahan
adalah hipertensi, diabetes militus, asma, hemodinamik akut yang meliputi peningkatan
osteoporosis, Penyakit Paru Obstruktif Kronik, tekanan darah sistolik, diastolik, dan rata-rata
stroke, penyakit jantung koroner, angina tekanan darah arterial, dan juga meningkatkan
pektoris, Gagal ginjal kronik, dan kanker denyut jantung dan curah jantung. Tidak ada
payudara. Penderita hipertensi di kota perubahan pada resistensi vaskular perifer atau
Lhokseumawe sebanyak 7664 orang, terdiri dari menurun. Disebabkan latihan isometrik bukan
laki-laki 3582 orang sedang perempuan merupakan latihan aerobik, maka oleh
sebanyak 4082 orang. Januari sampai dengan panduan komite nasional dan internasional tidak
Maret 2015 jumlah pengunjung penderita dianjurkan untuk pasien hipertensi. Akan tetapi
hipertensi sebanyak 2265 orang terdiri dari laki- penelitian terbaru menunjukkan bahwa latihan
laki sebanyak 971 orang sedangkan perempuan isometrik atau resistensi tidak meningkatkan
sebanyak 1294 orang (Dinkes Kota tekanan darah istirahat dan seringkali justru
Lhokseumawe, 2015). sedikit menurunkan tekanan darah, yang bisa
dioptimalkan dengan pemberian obat
Data laporan Puskesmas Kecamatan Banda antihipertensi. Selain tekanan darah, latihan
Sakti Kota Lhokseumawe pada tahun 2014 isometrik juga bermanfaat untuk memperbaiki
bahwa jumlah kasus penderita hipertensi massa otot, kekuatan tubuh bagian atas dan
sebanyak 1040 orang terdiri dari laki-laki bawah, meningkatkan kepadatan tulang, dan
sebanyak 468 orang sedangkan perempuan mengurangi resiko fraktur tulang (Chrysant,
sebanyak 881 orang. Januari sampai dengan 2010).
Maret 2015 jumlah penderita hipertensi
sebanyak 583 orang yang terdiri dari sebagai Manfaat dari latihan isometrik adalah sebagai
berikut laki-laki sebanyak 203 orang sedangkan berikut peningkatan otot dalam jumlah besar,
perempuan sebanyak 380 orang. (Puskesmas meningkatkan kekuatan tubuh bagian atas dan
Banda Sakti, 2015) bawah, meningkatkan kepadatan tulang.

73
Jurnal Ilmu Keperawatan
ISSN : 2338-6371 Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
Perubahan yang sangat bermanfaat bagi pasien Metode
yang lebih tua dan membuat mereka lebih
mobile serta meningkatkan kualitas hidup Pada penelitian ini digunakan quasi ekspriment
dengan latihan isometrik. Berdasarkan Rancangan yang digunakan adalah nonrandom
perubahan tersebut bahwa latihan isometrik with control pretest postest. Rancangan ini
dapat dikombinasikan dengan olahraga yang terdiri dari 2 kelompok, yaitu kelompok
dinamis dianjurkan pada penderita hipertensi intervensi dan kelompok kontrol. Pada
dan menjadi bagian dari rejimen perawatan kelompok perlakuan diberikan penerapan
yang komprehensif. (Greenwich, 2010) latihan isometrik sedangkan kelompok kontrol
tidak diberikan, tetapi keduanya tetap diberikan
Penelitian yang dilakukan oleh (Baross, Willes, pre test dan pos test
and Swaine, 2013) menyatakan bahwa latihan
isometrik telah menunjukkan pengurangan Populasi penelitian ini adalah semua penderita
tekanan darah istirahat. Keuntungan melakukan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
latihan isometrik dalam jangka waktu pendek Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe..
secara kontinyu (2 menit), menyebabkan Jumlah populasi pasien hipertensi tahun 2015
tekanan darah dan denyut jantung mencapai adalah sebanyak 583 orang dan yang masuk
nilai yang stabil. dalam kriteria inklusi 91 orang.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian
mengetahui pengaruh latihan isometrik pada ini dengan menggunakan Purposive sampling
penderita hipertensi di Kecamatan Banda Sakti atau Judgmental sampling yaitu memilih
kota Lhokseumawe. Penelitian terkait latihan subyek berdasarkan kriteria dan pertimbangan
isometrik dapat menurunkan tekanan darah pribadi peneliti. Dalam penelitian ini, jumlah
istirahat. Di Kecamatan Banda Sakti kota sampel sebanyak 37 responden untuk kelompok
Lhokseumawe belum pernah dilakukan latihan kontrol dan 37 responden kelompok perlakuan.
isometrik pada penderita hipertensi untuk
menurunkan tekanan darah. Alasan tersebut Tempat dan Waktu Penelitian
peneliti tertarik untuk mengetahui Pengaruh Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Banda
Latihan Isometrik Terhadap Tekanan Darah Sakti Kota Lhokseumawe. Penelitian
Pada Penderita Hipertensi di Kecamatan Banda dilaksanakan pada bulan April sampai dengan
Sakti Kota Lhokseumawe. November 2015

74
Jurnal Ilmu Keperawatan
ISSN : 2338-6371 Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
Hasil orang ( 54,1%), Jenis kelamin laki-laki 23 orang
Berdasarkan hasil penelitian yang telah (62,2%), Pendidikan SLTA 19 orang (51,4%),
dilakukan di Kecamatan Banda Sakti Kota pekerjaan responden PNS/TNI dan IRT
Lhokseumawe maka diperoleh hasil sebagai sebanyak 22 orang (59,4%), penghasilan
berikut : responden > 1.500.000 – 3.000.000 yaitu 17
Karakteristik Umum Responden orang (45,9%), sedangkan distribusi frekuensi
Distribusi frekuensi karakteristik responden paling banyak pada kelompok kontrol
seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, responden dengan usia 46-55 tahun yaitu
pekerjaan, penghasilan dapat dilihat pada Tabel sebanyak 20 orang (54,1%), pekerjaan
1 berikut ini responden PNS/TNI dan IRT sebanyak 20
Tabel 1 Distribusi frekuensi karakteristik responden orang (54%), penghasilan responden >
No Karakteristik Intervensi Kontrol
Frekuens (%) Frekuens (%) 1.500.000 – 3.000.000 yaitu 22 orang (59,5%).
i i
1. Umur
- 35 – 45 Tahun 17 45,9 17 45,9 Dampak Latihan Isometrik Terhadap Penurunan
- 46 – 55 Tahun 20 54,1 20 54,1
Tekanan Darah
2. Jenis Kelamin
- Laki-laki 23 62,2 18 48,6 Distribusi tekanan darah responden sebelum
- Perempuan 14 37,8 19 51,4 dan sesudah perlakuan pada kelompok
3. Pendidikan
intervensi dan kontrol dapat dilihat pada Tabel
- SD - - - -
- SLTP 11 29,7 4 10,8
2 berikut ini
- SLTA 19 51,4 18 48,6
- PT 7 18,9 15 40,5 Tabel. 2 Distribusi frekuensi tekanan darah
4. Pekerjaan
responden sebelum dan sesudah perlakuan pada
- PNS/TNI 11 29,7 10 27,0
kelompok intervensi dan kelompok kontrol (N=74)
- WIRASWASTA 5 13,5 7 18,9
- PETANI 5 13,5 6 16,2
- NELAYAN 5 13,5 4 10,8 Intervensi Kontrol
Tekanan
- Ibu Rumah 11 29,7 10 27,0 No
darah
Pretest Postest Pretest Postest
Tangga (IRT)
F % F % F % F %
4 Penghasilan
1. 120/80 -
- < 1.500.000,- 7 18,9 - - - - 9 24,3 - - 2 5,4
<140/90
- > 1.500.000 - 17 45,9 22 59,5 mmHg
3.000.000,- 2. > 140/90
37 100 28 75,7 37 100 35 94,6
mmHg
- > 3.000.000,- 13 35,1 15 40,5
Total 37 100 37 100 37 100 37 100
Berdasarkan table 1 di atas dapat diketahui
bahwa distribusi frekuensi yang paling banyak Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa pada
pada kelompok intervensi adalah responden kelompok intervensi terjadi penurunan tekanan
dengan usia 46 - 55 tahun yaitu sebanyak 20
75
Jurnal Ilmu Keperawatan
ISSN : 2338-6371 Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
darah menjadi normal (120/80-<140/90 mmHg) Sedangkan analisis bivariat perbandingan
setelah diberikan perlakuan sebanyak 9 orang nilai rata-rata tekanan darah penderita
(24,3%) sedangkan kelompok kontrol terjadi hipertensi pretest dan postest kelompok
penurunan tekanan darah menjadi normal kontrol dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini
(120/80-<140/90 mmHg) sebanyak 2 orang
(5,4%) Tabel 4 Perbandingan nilai rata-rata tekanan
darah pretest dan postest pada penderita
Analisis bivariat perbandingan nilai rata-rata hipertensi kelompok kontrol di Kecamatan
tekanan darah penderita hipertensi sebelum dan Banda Sakti Kota Lhokseumawe (N=37)
sesudah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3 P
Kelompok Mean SD SE T
value
berikut ini
Kontrol
Sebelum
2.00 0.000 0.000
Tabel 3 Perbandingan nilai rata-rata tekanan (Pretest)
Sesudah
darah sebelum dan sesudah latihan isometrik 1.95 0.229 0.038 1.434 0.160
(Postest)
pada penderita hipertensi kelompok intervensi Pada table 4 di atas rata-rata diketahui nilai
di Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe tekanan darah penderita hipertensi pretest
(N=37) dan posttest pada kelompok kontrol terjadi
P
Kelompok Mean SD SE T
value
penurunan dari 2.00 menjadi 1.95, dengan
standar deviasi 0.229. Hasil statistik
Intervensi
Sebelum didapatkan nilai P = 0.160, berarti tidak ada
2.00 0.000 0.000
(Pretest)
perbedaan yang signifikan tekanan darah
Sesudah
1.76 0.435 0.072 3.402 0.002
(Postest) penderita hipertensi waktu pretest dan

Pada tabel 4.4 di atas diketahui nilai postest pada kelompok kontrol

rata-rata tekanan darah penderita hipertensi


setelah diberikan perlakuan pada kelompok
Pembahasan
intervensi terjadi penurunan dari 2.00
menjadi 1.76, dengan standar deviasi 0.435.
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti
Hasil statistik didapatkan nilai P = 0.002,
lakukan, dimana hasil yang didapatkan dari
berarti ada perbedaan yang signifikan
pengumpulan data primer dengan pengukuran
tekanan darah penderita hipertensi waktu
tekanan darah penderita hipertensi kepada 74
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.
responden. Desian penelitian ini adalah Quasi
experiment, dengan rancangan Pretest dan
76
Jurnal Ilmu Keperawatan
ISSN : 2338-6371 Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
Postest desain, dengan membandingkan intensitas tinggi dan tampaknya telah terjadi
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. sebagian besar antara 4 dan 8 minggu pelatihan.
Adaptasi ini tidak jelas dalam pembuluh darah
Hasil yang diperoleh dari kelompok intervensi dari tungkai tidak terlatih (arteri brakialis)
tekanan darah penderita hipertensi pada saat menunjukkan bahwa adaptasi vaskular tidak
pretest diperoleh nilai rata-rata 2.00 dan nilai hanya intensitas tetapi tergantung lokal dan
postest setelah latihan isometrik 1.76. kejelasan dalam tahap terakhir dari intervensi
Sedangkan nilai rata-rata tekanan darah pada pelatih serta peran instensitas pelatihan
penderita hipertensi kelompok kontrol non isometrik.
perlakuan pretest 2.00 dan nilai postest 1.95.
Perbedaan mean antara pengukuran pertama Owen (2010) mengatakan bahwa efek latihan
dan pengukuran kedua tekanan darah penderita isometrik pada tekanan darah istirahat sistolik
hipertensi kelompok intervensi yaitu 0.243. uji coba terhadap individu dan rata-rata efek
Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p dari meta analisis terjadi penurunan yang
value 0.002. Dengan demikian diketahui bahwa signifikan pada tekanan darah sistolik 10,4
ada pengaruh latihan isometrik terhadap mmHg. Untuk kelompok kontrol hanya dua uji
penurunan tekanan darah pada penderita coba dalam meta analisis yaitu tekanan darah
hipertensi di Kecamatan Banda Sakti di Kota sistolik, efek pengobatan adalah -6,1 mmHg,
Lhokseumawe. Hal ini didukung oleh hasil Meta-analisis ini menunjukkan bahwa program
penelitian Chrysant (2010) mengatakan bahwa latihan isometrik dilakukan < 20 menit 3 kali
latihan isometrik terhadap hemodinamik dan seminggu dengan waktu latihan < 1 jam dapat
tekanan darah di normotensif pada penderita mengurangi tekanan darah sistolik sekitar 10
hipertensi. mmHg, diastolik sekitar 7 mmHg < 10 minggu.
Greenwich (2010) mengatakan bahwa latihan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Barros isometrik tidak menaikkan tekanan darah
(2012) bahwa penurunan tekanan darah istirahat istirahat dan sering menyebabkan penurunan
dan adaptasi vaskular bersamaan tergantung kecil dan dapat ditingkatkan dengan pemberian
pada intensitas pelatihan isometrik. Adaptasi bersamaan obat antihipertensi. Selain
vaskular terdiri peningkatan diameter istirahat menurunkan tekanan darah, efek yang
femoral arteri, aliran darah, kecepatan darah, menguntungkan pada latihan isometrik adalah
dan konduktansi vaskular. Perubahan vaskular peningkatan otot, kekuatan otot tubuh bagian
ini hanya terjadi pada kelompok pelatihan atas dan bawah, peningkatan kepadatan tulang

77
Jurnal Ilmu Keperawatan
ISSN : 2338-6371 Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
dan mengurangi patah tulang, dan sangat supprotive educative system, merupakan
bermanfaat bagi pasien yang lebih tua dengan tindakan keperawatan yang bertujuan untuk
membuat pasien lebih bergerak dan memberikan dukungan dan pendidikan agar
meningkatkan kualitas hidup pada penderita pasien mampu melakukan perawatan mandiri.
hipertensi. Latihan isometrik sangat dianjurkan Pelatihan dan penerapan terapi komplementer
kepada penderita hipertensi bagian dari rejimen keperawatan untuk hipertensi primer termasuk
perawatan yang komprehensif dalam sistem ini.

Penatalaksanaan farmakologis, Menurut hasil penelitian bahwa latihan


nonfarmakologis terintegrasi dalam konsep self- isometrik dapat menurunkan tekanan darah
care pasien hipertensi primer pada kehidupan khususnya tekanan darah sistolik lebih besar
sehari-hari. Self-care atau perawatan diri pasien dibandingkan tekanan darah sistolik bila
adalah pelaksanaan aktivitas individu yang dilakukan latihan secara teratur 3 kali seminggu
berkaitan dengan pemenuhan dalam dalam waktu >9 minggu. Apabila penderita
mempertahankan kehidupan, kesehatan dan hipertensi melakukan latihan isometrik
kesejahteraan (Asmadi, 2008), Masalah dikominasi dengan farmakologi antihipertensi
kesehatan yang terjadi pada pasien hipertensi maka tekanan darah sistolik dan diastolik lebih
adalah bagaimana penerapan perawatan diri besar penurunannya. Latihan isometrik
yang benar agar penyakit hipertensi dapat bermanfaat untuk menurunkan berat badan,
dikendalikan dan terhindar dari komplikasi. menurunkan kolestrol, meningkatkan massa
Terdapat tiga klasifikasi sistem keperawatan otot, meningkatkan kekuatan otot, dan
dalam perawatan diri menurut Asmadi (2008) mencegah kerapuhan tulang. Latihan isometrik
yaitu (a) wholly compensatory system, sangat dianjurkan pada usia 35 – 55 tahun,
merupakan suatu tindakan keperawatan dengan karena pada usia tersebut lebih beresiko
memberikan kompensasi penuh kepada pasien menderita hipertensi, dengan latihan isometrik
disebabkan karena ketidakmampuan pasien pada usia tersebut dapat mencegah peningkatan
dalam memenuhi tindakan keperawatan secara tekanan darah, dan mempertahankan tekanan
mandiri; (b) partialy compenastory system, darah tetap normal.
merupakan sistem keperawatan dalam
memberikan perawatan diri kepada pasien Peneliti menyimpulkan bahwa tekanan darah
secara sebagian saja dan ditujukan pada pasien penderita hipertensi setelah dilakukan latihan
yang memerlukan bantuan secara minimal; (c) isometrik terjadi penurunan tekanan darah

78
Jurnal Ilmu Keperawatan
ISSN : 2338-6371 Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
dimana didapatkan hasil Pvalue 0.002 (Pvalue < 149,4/92,7 mmHg sedangkan tekanan darah
α = 0.05) dengan demikian disimpulkan bahwa kedua (postest) sebesar 152,5/92,3 mmHg
ada pengaruh latihan isometrik terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi dengan metode yang diberikan dalam Referensi
latihan isometrik yaitu 13 gerakan-gerakan
dasar peregangan otot dan sendi, gerakan- Baross, A. W., Willes, J. D., & Swaine, I. L. (2012).
gerakan dasar tersebut membutuhkan waktu Effects of the Intensity of Leg Isometric
selama ± 13 menit setiap kali latihan dan dapat Training on the Vasculature of Trained
dilakukan di rumah 3 kali dalam seminggu and Untrained Limbs and Resting
selama 9 minggu secara teratur Blood Pressure in Middle-Aged Men.
Hindawi Publishing Corporation
Kesimpulan International Journal of Vascular
Medicine. Volume 2012,
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan: Baross, A. W., Willes, J. D., & Swaine, I. L. (2013).

Terdapat pengaruh latihan isometrik terhadap Double-leg isometric exercise training in


older men. Journal of Sport Medicine, 33-
penurunan tekanan darah pada penderita
40.
hipertensi di Kecamatan Banda Sakti Kota
Lhokseumawe didapatkan hasil nilai P value
Bompa. (1994). Theory and Methodology of
0.002 ( P < α = 0.05 )
Training. Toronto: Kendal Hunt
Publishing Company
Tekanan darah rata-rata pada kelompok
intervensi penderita hipertensi di Kecamatan
Caetano, R. J. (2007). Hemodynamic and Vascular
Banda Sakti Kota Lhokseumawe yaitu sebelum
Effect of Resistance Training: Implication
perlakuan (pretest) adalah 148,9/91,9 mmHg
for Cardiovascular Disease. Arq Bras
dan sesudah perlakuan (postest) adalah
Cardiol, 233-239.
137,9//87 mmHg Tekanan darah rata-rata pada
kelompok kontrol pada penderita hipertensi di Chokalingan, A., Campbel, NR., Fodor, JG. (2006).
Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe World wide Epidemic of Hypertension.
yaitu tekanan darah pertama (prestest) sebesar Jurnal of Cardiology 22 (7) : 553-555.

79
Jurnal Ilmu Keperawatan
ISSN : 2338-6371 Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
Chrysant, S. G. (2010). Current Evidence on the Puger Kabupaten Jember. Tugas Akhir.
Haemodynamic and Blood Pressure Program Studi Ilmu Keperawatan:
Effects of Isometric Exercise in Universita Jember.
Normotensive and Hypertensive Persons.
Oklahama Cardivascular and Gunawan , L. (2001). Tekanan Darah Tinggi.
Hypertention Center. Volume 12. Yokyakarta: KANISIUS.

Conway Patrick. (2014). The Often Forgotten Guyton, C.A & Hall, J.E. (Eds). 2006. Buku Ajar
Exercises Isometric Training. Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:
https://www.nsca.com. Diakses pada EGC.
tanggal 25 Maret 2015.
Hadibroto et al, 2006. Hipertensi : Informasi
Darmojo, H., Andayani, R., Hirlan., Djoni, B., Lengkap Untuk Penderita dan Keluarga.
Purnama, H.D. 2002. Naskah Lengkap Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Temu Ilmiah Nasional 1 dan Konferensi
Kerja III Perhimpunan Gerontologi Medik James, P. A. (2014). 2014 Evidence-Based Guidline
Indonesia. Universitas Dipenogoro. for the Management of High Blood
Semarang Pressure in Adult. Repoert From the Panel
Members Appointed to the Eighth Joint
Depkes RI, 2006. Pharmaceutical Care Untuk National Committee (JNC 8). JAMA, 507-
Penyakit Hipertensi. 520.
http://www.geogle.co.id/search?as_q=tera
pi+untuk+hipertensiilmufarmasis.files.wor Kozier., Erb., Berman., Snyder. 2008.
dpress.com/2011/03/ph-care. Diakses pada
Fundamental of Nursing: Concepts,
tanggal 25 Maret 2015.
Process, and Practice. Eighth Edition.
Pear Education, Inc., Upper Saddle
Dinkes Kota Lhokseumawe, 2015, Data Kasus
River, New Jersey
Penyakit Tidak Menular Menurut Jenis
Kelamin dan Umur
Mansjoer Arif., Triyanti Kuspuji., Rakhmi Savitri.,

Fatarona, A. 2010. Perbedaan Tekanan Darah Wardani Ika Wahyu., et al. 2011. Kapita

Sebelum dan Sesudah Dilakukan Senam Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid
Tara Pada Lanjut Usia Penderita Pertama. Media Aesculapius. Fakultas
Hipertensi di UPT Pelayanan Sosial Kedokteran Universitas Indonesia
Lansia Provinsi Jawa Timur Kecamatan

80
Jurnal Ilmu Keperawatan
ISSN : 2338-6371 Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
Okecheukwu, OS., Okpechi, I, I., Akinyemi, O.J.,
Onwubere, B., Falase, A, O., et al. (2012). RI, D. (2013). Hasil Riskesdas 2013. Jakarta:
Blood pressure, prevalensce of Depkes RI.
hypertension and hypertensionrelated
complication in Negerian Africans: A Sari, F.I, 2010. Penatalaksanaan Hipertensi
review. Jurnal of Cardiology, 4,327-340. Menggunakan Buah Mengkudu.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
Potter, P.A., Perry, A.G. 2005. Buku Ajar 6789/24772/4/Chapter%20II.pd. Diakses
Fundamental Keperawatan : Konsep, pada tanggal 25 Maret 2015
Proses dan Praktik, vol.1 edisi 4. Jakarta:
EGC. Setiadi, L.2007. Konsep dan Penulisan Riset
Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Price, S.A., Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi : Streinger, J.L. 2008. Konsep Dasar Farmakologi,
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit dan Panduan Untuk Mahasiswa. Jakarta : EGC
Praktik, vol.2 edisi 2, Jakarta: EGC
Sukadiyanto. 2005. Pengantar Teori dan Metodologi
Renatasari, A.D.2009, Evalausi Penggunaan Melatih Fisik. Yogyakarta: FIK Uiversitas
Obat Antihipertensi Pada Penderita Negeri Yogyakarta

Hipertensi Dengan Diabetes Mellitus


Sumaryanti, 2009. Penerapan Model Terapi Latihan
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Untuk Rehabilitasi Cedera Olahraga.
Umum Daerah Dr. M. Ashari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131
Pemalang.
405898/Penerapan%
http://etd.eprints.ums.ac.id/5230/1/K10
20Model%20Terapi%20Latihan%20Untuk
0050242.pdf.
%20Rehabilitasi%20Cedera. pdf ( 25
Maret 2015)
Puskesmas Banda Sakti, 2015. Data Kasus
Penderita Hipertensi Yang berkunjung di Suwarso, 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Puskesmas Banda Sakti Kepatuhan Minum Obat Pada Pesien
Hipertensi.http://repository.usu.ac.id/bitstr
Rosalind, P. 2007. The Patter of Relationship eam/123456789/20926/3 /Chapter%20III-
Between Knowledge and Self-care with V.pdf (25 Maret 2015)
Blood Pressure.http://www.nursing
library.org/vhl/handle/10755/ 156129. (25 Synder., Lindquist, 2001 (Eds). Complementary
Maret 2015) Alternatif Therapy in Nursing, 4ͭʰ Edition.

81
Jurnal Ilmu Keperawatan
ISSN : 2338-6371 Parlindungan, Lukitasari, Mudatsir
New York: Springer Publising Company,
Inc.

Tanaka, S., Sugiura, T., Sumiyo, Y., Yasuaki Dohi,


Genjiro , K., & Ohte, N. (2014).
Differential Response of central Blood
Pressure to Isometric and Isotonic
Exercise. Scientific Reports.

Tambayong, J. 2000.Patofisiologi Untuk


Keperawatan. Jakarta: EGC.

Utami, Prapti. (2009). Solusi Sehat mengatasi


Hipertensi. Jakarta : Agromedia Pustaka.

Widiastuti, 2012. Perbedaan Kadar Nitric Oxide


dan Derajat Stenosis Pada Penderita
Penyakit Jantung Koroner dengan dan
Tanpa Diabetes.
Melitushttp://eprints.undip.ac.id/24035/1/
WIDIASTUTI.pdf

82

Anda mungkin juga menyukai