disusun oleh:
Budi Sudjanto - STI
Daniel Tampubolon - DITJB
Perang Padam
(PPJB)
Perang Bocor Good Performance
Yantek
DrEAM
Mature EAM Operational
Health Index (HI)
Excellent
GOLDS
Change Agent
Program (CAP)
LE4ECI Mature People
CORPU
Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
Dasar Pengembangan EAM Distribusi
Dukungan Terhadap Inisiatif Strategis DIstribusi
1. Existing Customer
Pelanggan
2. New Customer
DREAM
merupakan
Kolaborasi
DREAMAP +
Menuju Efektivitas SAP + GOLDS
Asset Life Cycle
Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
Dasar Pengembangan EAM Distribusi
Overall Concept – EAM Distribusi PLN (2/2)
Physical Asset
Distribution Non Distribution Asset
Asset
Design & Spec Construction O&M Disposal
SAP MM – SAP MM –
SAP FI SAP CO SAP AA SAP PS SAP HR
ERP Proc. Inv.
Aplikasi Fungsi
DreaMap • Sebagai sistem GIS yang digunakan untuk melakukan pencatatan keseluruhan aset
dan jaringan/network distribusi
• Sebagai sistem work order level 3 (rayon) (terutama yang dihasilkan dari AP2T,
APKT, dan tindak lanjut inspeksi). WO ini akan direplikasi ke SAP PM untuk
pencatatan cost dan pengambilan material
• Sebagai sistem gateway antara sistem call center/SCADA/AMR dengan SAP PM
• Menghasilkan laporan-laporan operasional seperti TMP, SAIDI & SAIFI, dll
SAP Plant • Sebagai sistem aset tracking baik dilihat dari view operasional maupun finance
Maintenance • Sebagai sistem work order level 2 (area) (terutama untuk pekerjaan yang
(PM) dilaksanakan oleh tim di level 2 – area). WO ini akan direplikasi juga ke DreaMap.
• Pencatatan biaya maintenance untuk setiap WO baik level 2 dan level 3
• Sebagai sistem yang digunakan untuk engine yang menghasilkan preventive
maintenance
• Menghasilkan laporan-laporan yang terkait dengan WO, aset, dan biaya
maintenance
• Sebagai sistem yang digunakan untuk melakukan Condition Based Maintenance
(CBM) berdasarkan Health Index
GOLDS • Sistem perbekalan di gudang virtual/rayon (karena sistem SAP hanya sampai di
level 2 – area)
Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
Overview Solusi EAM Distribusi
Cakupan Proses Bisnis EAM Distribusi (1/2)
Pasang Baru
SCADA Real Time
Dispatcher
Monitoring SAP Plant Maintenance
Control
(PM)
APKT
Admin
APKT Laporan DreaMap PM Costing
Keluhan Konstruksi, Penggantian dan Kehandalan Admin
Pelanggan
Pemeliharaan
Rutin
Operasi dan Pemeliharaan
DreaMa
p Geographic Information System (GIS)
Admin
Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
Overview Solusi EAM Distribusi
Cakupan Proses Bisnis EAM Distribusi (2/2)
• TR 450-11000VA (1Ph)
• Konstruksi-Pasang Baru TR • TR 6600-33000VA (3Ph-non CT)
Pasang Baru • Konstruksi-Pasang Baru TM • TR 41500-197000VA (3Ph-CT)
AP2T • TM >197000VA
• Penyambungan Sementara-
Pelanggan
• Penyambungan Sementara-Non
Pelanggan
• Konstruksi-Penyambungan Sementara • Perubahan Daya
• • Pekerjaan Pihak Ketiga
Konstruksi, Penggantian-Perubahan Daya
• Migrasi Meter
AP2T • Penggantian-PFK
Penggantian • Penggantian-Migrasi Meter
• Penggantian Meter TR
EAM PLN •
• Penggantian Meter TM
dan Penggantian-Penggantian Meter • Bongkar Rampung
• Pembongkaran • Bongkar Sementara
Kehandalan • Kehandalan-Perluasan Jaringan • Force Majeure
• Kehandalan-Manajemen Beban • Perluasan Jaringan
• Gardu Sisipan
• Penyeimbang Beban
• Manajemen Trafo
• Uprating
Operasi • Tindak Lanjut Inspeksi
APKT
• Laporan Pelanggan/Internal
dan • Pemeliharaan-Korektif • Perbaikan/Penggantian Keterangan
SCADA • Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaa • Pemeliharaan-Pencegahan
• Inspeksi :
n • Inspeksi CBM (Health Index)
• Perbaikan/Penggantian Niaga
• Perbaikan/Penggantian CBM
(Health Index) Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
Distribu
Overview Solusi EAM Distribusi
Metodologi Pemeliharaan Health Index - Trafo
INSPEKSI TRAFO
TIER 1
- Visual Inspeksi
- Load Reading Profiling
TIER 2
- Oil Quality Analysis
- Infrared Thermography
TIER 3
- Turn Ratio Measurement HEALTH INDEX ENGINE GOOD CONDITION
- Insulation Resist Winding TM-TR
- Winding Resist TM&TR (ph-ph) Jadwal Inspeksi
Selanjutnya
Tipe Pemeliharaan
Equipment
BAD CONDITION
KELAS TRAFO Corrective Action
Tingkat Kritikalitas - Penggantian
Equipment
Corrective Action
Klasifikasi Lokasi
Equipment
- Perbaikan
INSPEKSI SUTM
TIER 1
- Kebersihan ROW
- Visual Equipment
1 Monitoring Work Order Pelacakan status WO lemah Service Level Setiap WO terlacak Service Level lebih
tidak terjamin terjamin
2 Biaya pemeliharaan per Equipment Tidak tersedia. Tersedia.
3 Rekonsiliasi Data equipment dengan Data tidak akurat dan selisih antara data Akurasi data terjamin. Data operasional
data aset akuntansi operasional dan akuntansi dan akuntansi sudah sama
4 Perencanaan Pemeliharaan Data historikal belum lengkap dan detil Data historikal lebih lengkap dan detil
5 Pembuatan Laporan Membutuhkan waktu karena harus Lebih cepat karena sudah tersistem
mengumpulkan data yang terserak
6 HI : Monitoring Inspeksi & Tindak Lanjut Data tersimpan dalam excel dan tidak Data tersimpan dalam database EAM,
untuk Aset Utama (Trafo dan SUTM) terstruktur yang bisa digunakan untuk analisa lebih
Monitoring WO kurang baik karena tidak ada lanjut.
sistem yang mendukung Monitoring WO inspeksi dan tindak lanjut
lebih baik
Contoh Grafik data yang sudah bisa ditunjukkan dengan EAM Distribusi Bali:
• Summary biaya pemeliharan per tipe aset dan Jenis Pemeliharaan:
* Untuk seluruh trafo yang berada di penyulang pilot di Area Bali Timur (Penyulang Kesatrian & Goalawah)
** Untuk 6 SUTM pilot yang dilakukan di seluruh Bali (Penyulang Buruan, Krobokan, Yeh Taluh, Grokgak, Kesatrian,
Goalawah)
Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
Agenda
• Dasar Pengembangan EAM Distribusi
10
Fungsi Maintenance
Fungsi Costing Report
Methodology
(Reactive, Time Base, Condition20
Base, Predictive) (LCCA, O&M Cost per Individual Asset)
QUICK WIN – 1
pernah dilakukan
atau dilakukan
(Losses, SAIDI
&SAIFI) dengan
Monitoring biaya
O&M per fungsi
Corrective & Time (SAP HR,FM,MM)
Based Maintenance dengan
secara textual. excel (akurasi (TBM) mengandalkan User
EAM DISTRIBUSI Perdir 449 tidak <80%) Champion
Asset Technical Costing Maintenance Business
Register Report Report Methodology Process
Asset Register
(Asset Mapping, SE060-Form 12C,
PerDir 449, Struktur Data Asset)
4
2
Technical Report
Business Process
(SAIDI-SAIFI, Losses, SE060, Asset
(Interlock: SAP MM, FM, PM, HR) 1 Condition)
Maintenance Methodology
Costing Report
(Reactive, Time Base, Condition Base,
(LCCA, O&M Cost Per Individual Asset)
Predictive)
SERVICE PROVIDER
( PLN SUB UNIT / Pelaksana assesment, Pelaksana
UNIT PELAKSANA ) Assesment, Pelaksana Program
Lampiran 1.
FLOW AKTIFITAS PENGELOLAAN ASET SISTEM DISTRIBUSI
PENGELOLAAN
TARGET
PERENCANAAN KONSTRUKSI PEMELIHARAAN ASET OPERASI KINERJA
Kinerja Operai
dan Pemeliharaan
PERENCANAAN PENGUJIAN &
RENCANA UMUM KONSTRUKSI STANDARD KOMISIONING PENGELOLAAN PERENCANAAN Kinerja Umum
PENYEDIAAN TENAGA KONSTRUKSI DATA ASSET OPERASI pengelolaan aset
LISTRIK STANDARD
PERENCANAAN
MASTER MATERIAL PEKERJAAN Kinerja Keuangan
PEMELIHARAAN SOP
PLAN DALAM KEADAAN pengelolaan aset
PELAKSANAAAN
BERTEGANGAN PEMELIHARAAN PENGATURAN
PERENCANAAN
OPERASI
SISTEM PENGAWASAN PEMANFAATAN
ASSET PROTEKSI
PENGELOLAN
SISTEM
MATERIAL PERSEDIAAN PERPIKETAN
ANALISA EVALUASI
Biaya
product value
complementary
costs
waktu
Benefits
•Pembuatan health index dan kelas aset
untuk peralatan utama distribusi
Performance Based
•Penjadwalan pemeliharaan berdasarkan
Maintenance health index dan kelas aset untuk
peralatan utama distribusi
F •Pemanfaatan hasil inspeksi dalam
Risk Based
pembuatan prioritisasi tindak lanjut
Maintenance pemeliharaan
E
Condition Based
Maintenance
•Penjadwalan pemeliharaan secara
periodik berdasarkan jenis peralatan
Preventive D •Pemeliharaan dilakukan masih
Maintenance berdasarkan inspeksi rutin
3 Kondisi dituju
Planned C
Maintenance •Perbaikan dilakukan setelah kerusakan /
Breakdown
2 Kondisi saat ini reaktif
Maintenance
B •Belum ada penjadwalan inspeksi yang
terrencana
A 1
Maturity Level
Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
Overview Metodologi Pemeliharaan
Faktor Health Index Trafo
ASSET
SCREENING
- Performance
- Tingkat Utility
- Tingkat Resiko
TIER 1 (ONLINE)
- Visual Inspeksi
- Load Reading Profiling
Kategori BAD CONDITION
Equipme
Corrective Action -
TIER 2 (ONLINE) nt
Penggantian
- Oil Quality Analysis Kelas
- Infrared Thermography
Equipme Corrective Action -
Tingkat nt
Kritikalitas Perbaikan
TIER 3 (OFFLINE) Klasifikasi Lokasi
- Turn Ratio Measurement
Tingkat Mutu
- Insulation Resist Winding TM-TR
Pelayanan
- Winding Resist TM&TR (ph-ph)
WO Inspeksi
ASSET
SCREENING
- Performance
- Tingkat Utility
- Tingkat Resiko
TIER 1 (ONLINE)
- Kebersihan ROW
- Visual Equipment BAD CONDITION
Corrective Action -
TIER 2 (ONLINE) Penggantian
- Infrared Thermography Kelas
- Ultrasound Detector
SUTM Corrective Action -
Tingkat Kritikalitas
Kerawanan Gangguan Perbaikan
Klasifikasi Lokasi
Tingkat Mutu
WO Inspeksi Pelayanan
*) Berdasarkan Juklak Metodologi Pemeliharaan Berbasis Asset Management PLN DIV DISJB Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
01. Objek Pemeliharaan Trafo
Kategori Aset
*) Berdasarkan Juklak Metodologi Pemeliharaan Berbasis Asset Management PLN DIV DISJB Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
01. Objek Pemeliharaan Trafo
Koefisien Pengali (1/2)
Ilustrasi:
Trafo distribusi 20 kV yang berada pada kelas 3 dan memiliki health index “Baik” memiliki angka frequency
multiplier sebesar 2 satuan waktu.
Apabila satuan waktunya adalah 1 tahun, maka trafo tersebut akan dipelihara setiap 2 tahun.
Normalnya, Aset yang terletak pada klasifikasi daerah yang lebih tinggi (daerah exclusive) akan memiliki interval
pemeliharaan yang lebih rendah daripada aset yang terletak di klasifikasi lain, demi menjaga keandalan jaringan
di daerah tersebut.
*) Berdasarkan Juklak Metodologi Pemeliharaan Berbasis Asset Management PLN DIV DISJB Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
01. Objek Pemeliharaan Trafo
Koefisien Pengali (2/2)
*) Berdasarkan Juklak Metodologi Pemeliharaan Berbasis Asset Management PLN DIV DISJB Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
01. Objek Pemeliharaan Trafo
Tahapan Pemeliharaan
MAINTENANCE
METHODOLOGY
*) Berdasarkan Juklak Metodologi Pemeliharaan Berbasis Asset Management PLN DIV DISJB Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
01. Objek Pemeliharaan Trafo
Tahapan Pemeliharaan – Asset Screening
Tahapan Asset Screening dilakukan satu kali pada tahap awal pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan yang ditujukan untuk menghasilkan daftar urutan/prioritas trafo distribusi yang
akan diproses lebih lanjut ke tahapan online assessment tier-1 dan online assessment tier-2.
Acuan yang digunakan dalam pembuatan daftar prioritas tersebut adalah data histori
pemeliharaan penyulang yang mencakup:
a) Performance, dengan parameter jumlah gangguan permanen dan temporer per 100 kms selama
2 tahun terakhir.
b) Tingkat Utility, dengan parameter tingkat pembebanan penyulang
c) Tingkat Resiko, dengan parameter daerah pelayanan sesuai klasifikasi asset
*) Berdasarkan Juklak Metodologi Pemeliharaan Berbasis Asset Management PLN DIV DISJB Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
01. Objek Pemeliharaan Trafo
Tahapan Pemeliharaan – Proses Inspeksi
2. Inspeksi Tier-2
Tahapan online assessment yang ditujukan untuk memeriksa kondisi Internal dari trafo tersebut. Tier ini
merupakan bagian kritikal dari fungsi operasional trafo.
3. Inspeksi Tier-3
Tahapan offline assessment dalam kondisi padam, merupakan tindakan follow-up dari hasil tahapan online
assessment tier-1 dan tier-2 untuk memperoleh informasi kondisi trafo distribusi secara lebih detail.
Pelaksanaannya dilakukan setelah trafo diturunkan dan dipindahkan ke gudang PLN.Tahapan offline assessment
dilakukan oleh Tim Enjiniring untuk menentukan apakah suatu trafo distribusi (yang diturunkan) akan di-refurbish
atau dihapuskan.
*) Berdasarkan Juklak Metodologi Pemeliharaan Berbasis Asset Management PLN DIV DISJB Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
01. Objek Pemeliharaan Trafo
Tahapan Pemeliharaan – Proses Inspeksi Tier-1
Interval pelaksanaan Inspeksi Trafo Tier-1 dilakukan per 6 bulan untuk seluruh kategori Trafo. Pelaksana
pekerjaan Inspeksi Tier-1 dapat dilakukan secara swakelola (PLN) atau Outsourcing (Vendor).
Catatan : Untuk trafo yang sudah menggunakan MTD, pencatatan load reading & profiling berdasarkan hasil rata-rata dari
pembacaan nilai AMR selama rentang periode pemeliharaan Tier-1
*) Berdasarkan Juklak Metodologi Pemeliharaan Berbasis Asset Management PLN DIV DISJB Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
01. Objek Pemeliharaan Trafo
Tahapan Pemeliharaan – Corrective Action Inspeksi Tier-1
Berikut adalah contoh Corrective Action berdasarkan tindak lanjut dari hasil online assessment
Tier-1:
*) Berdasarkan Juklak Metodologi Pemeliharaan Berbasis Asset Management PLN DIV DISJB Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
01. Objek Pemeliharaan Trafo
Tahapan Pemeliharaan – Proses Inspeksi Tier-2
Berikut adalah contoh Corrective Action berdasarkan tindak lanjut dari hasil online assessment
Tier-2:
*) Berdasarkan Juklak Metodologi Pemeliharaan Berbasis Asset Management PLN DIV DISJB Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
01. Objek Pemeliharaan Trafo
Tahapan Pemeliharaan – Proses Inspeksi Tier-3 dan Corrective Action
Berikut adalah Teknik Diagnosa untuk Trafo pada Inspeksi Tier-3 berserta pemetaan Tindak Lanjutnya:
Teknik Diagnosa Inspeksi Tier-3 akan dilakukan untuk seluruh kategori Trafo. Pelaksana Inspeksi Tier-3
dilakukan oleh Pemborong Pekerjaan atau Pabrikan yang memiliki peralatan lengkap dan memiliki
sertifikat.
*) Berdasarkan Juklak Metodologi Pemeliharaan Berbasis Asset Management PLN DIV DISJB Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
02. Objek Pemeliharaan SUTM
Kelas Aset
*) Berdasarkan Juklak Metodologi Pemeliharaan Berbasis Asset Management PLN DIV DISJB Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
02. Objek Pemeliharaan SUTM
Koefisien Pengali (1/2)
Ilustrasi:
SUTM yang berada pada kelas 3 dan memiliki health index “Baik” memiliki angka frequency multiplier sebesar 1,5
satuan waktu. Mengingat satuan waktunya adalah 1 tahun, maka SUTM tersebut akan dipelihara setiap 1,5 tahun.
Normalnya, Penyulang dengan klasifikasi kerawanan tingkat gangguan lebih tinggi akan memiliki interval
pemeliharaan yang lebih rendah daripada penyulang yang terletak di klasifikasi lain, demi menjaga keandalan
jaringan di daerah tersebut.
*) Berdasarkan Juklak Metodologi Pemeliharaan Berbasis Asset Management PLN DIV DISJB Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
02. Objek Pemeliharaan SUTM
Koefisien Pengali (2/2)
*) Berdasarkan Juklak Metodologi Pemeliharaan Berbasis Asset Management PLN DIV DISJB Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
02. Objek Pemeliharaan SUTM
Tahapan Pemeliharaan
MAINTENANCE
METHODOLOGY
*) Berdasarkan Juklak Metodologi Pemeliharaan Berbasis Asset Management PLN DIV DISJB Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
02. Objek Pemeliharaan SUTM
Tahapan Pemeliharaan – Asset Screening
Tahapan screening dilakukan satu kali pada tahap awal pelaksanaan kegiatan pemeliharaan
yang ditujukan untuk menghasilkan daftar urutan/prioritas SUTM yang akan diproses lebih lanjut
ke tahapan online assessment
*) Berdasarkan Juklak Metodologi Pemeliharaan Berbasis Asset Management PLN DIV DISJB Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
02. Objek Pemeliharaan SUTM
Tahapan Pemeliharaan – Proses Inspeksi
2. Inspeksi Tier-2
Tahapan online assessment yang ditujukan untuk memeriksa kondisi SUTM dan peralatan pendukungnya dengan
menggunakan peralatan inspeksi khusus.
*) Berdasarkan Juklak Metodologi Pemeliharaan Berbasis Asset Management PLN DIV DISJB Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
02. Objek Pemeliharaan SUTM
Tahapan Pemeliharaan – Proses Inspeksi Tier-1
Interval pelaksanaan Inspeksi SUTM Tier-1 dilakukan per 3 bulan. Berikut adalah Teknik Diagnosa
untuk SUTM pada Inspeksi Tier-1:
*) Berdasarkan Juklak Metodologi Pemeliharaan Berbasis Asset Management PLN DIV DISJB Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
02. Objek Pemeliharaan SUTM
Tahapan Pemeliharaan – Corrective Action Inspeksi Tier-1
Berikut adalah contoh Corrective Action berdasarkan tindak lanjut dari hasil online assessment
Tier-1:
*) Berdasarkan Juklak Metodologi Pemeliharaan Berbasis Asset Management PLN DIV DISJB Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
02. Objek Pemeliharaan SUTM
Tahapan Pemeliharaan – Proses Inspeksi Tier-2
Interval pelaksanaan Inspeksi SUTM Tier-2 dilakukan per 12 bulan. Berikut adalah Teknik Diagnosa
untuk SUTM pada Inspeksi Tier-2:
Berikut adalah contoh Corrective Action berdasarkan tindak lanjut dari hasil online assessment
Tier-2:
*) Berdasarkan Juklak Metodologi Pemeliharaan Berbasis Asset Management PLN DIV DISJB Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
02. Objek Pemeliharaan SUTM
Tahapan Pemeliharaan – Proses Inspeksi Tier-2
*) Berdasarkan Juklak Metodologi Pemeliharaan Berbasis Asset Management PLN DIV DISJB Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
PENGELOLAAN DATA ASET DISTRIBUSI
2. Pada Pilot Project Bali tersebut, dilakukan integrasi atas 3 Sistem Aplikasi
utama, yaitu : ERP – SAP, SAP-PM dan Aplikasi DMS Berbasis GIS dengan
database aset jaringan distribusi mengacu kepada SK DIR 1488
3. Dalam upaya integrasi tersebut, terdapat beberapa fitur dan struktur data
aset jaringan distribusi yang perlu disesuaikan dan ditambahkan
4. Karena itu, dilakukan revisi atas struktur database aset jaringan distribusi
SK DIR 1488 seperti diatur pada SK DIR No. 449.K/DIR/2014
Setiap aset atau peralatan memiliki karakter dan perilakunya sendiri. Pengenalan
akan karakter dan perilaku aset akan memudahkan pengelompokan aset dan
mengidentifikasi faktor kritis yang dimilikinya
Karakteristik dan perilaku aset ini yang perlu dikenali berdasarkan pada:
• Bahwa setiap aset memiliki lokasi yang dapat berupa titik geografis ataupun
alamat.
• Bahwa setiap aset memiliki nilai rupiah yang diperoleh dari harga peralatan
yang membentuk aset tersebut.
• Bahwa setiap aset memiliki fungsi atau peran
• Bahwa setiap aset memiliki keunikannya sendri
• Bahwa setiap aset harus memiliki identitas, meskipun tidak semua aset
harus diberi identitas secara khusus.
Setiap aset memerlukan identitas untuk memudahkan pencatatan. Identitas aset tidak
berubah dimanapun aset itu ditempatkan, sehingga pencatatan data aset tersebut
dapat diikuti dan pengukuran kinerja aset secara detail juga dapat dilakukan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian identitas aset adalah:
1. Sekali aset diberikan identitas (ID) maka selamanya ID tersebut melekat dan tidak
berubah. Jadi meskipun aset tersebut berpindah tempat ID-aset tetap tidak
berubah.
2. Ketika aset tersebut dikembalikan ke gudang, maka status aset tersebut menjadi
“Not Available (NA)” dan ID aset yang dikembalikan ke gudang tetap berlaku, dan
tidak dapat digunakan oleh aset pengganti, serta kepadanya akan diberlakukan
sesuai dengan kebijakan Akuntansi.
3. Pemilik Aset adalah Unit Distribusi atau Unit Wilayah, sedangkan Pengelola Aset
adalah Unit Pelayanan Pelanggan. Mengingat bahwa sangat dimungkinkan
adanya perpindahan aset antar Unit Pelayanan dalam satu Unit Wilayah Kerja,
maka pencantuman kode pengelola tidak perlu diberikan pada kode aset. Cukup
dengan kode pemilik aset yaitu kode Unit Distribusi atau Unit Wilayah. Sehingga
meskipun aset tersebut berpindah, selama masih dalam satu Wilayah Kerja, maka
ID Aset tersebut tidak berubah.
Konvensi penamaan dan kode aset pada struktur data aset adalah sebagai berikut:
A. Penamaan Aset
Penamaan aset disepakati untuk sedapat mungkin menggunakan bahasa
Indonesia. Namun jika tidak ditemukan bahasa Indonesia yang tepat, akan t etap
menggunakan istilah asing.
B. Kode Identitas Aset
Format kode identitas aset memiliki konvensi makna pada setiap digit-nya, yaitu
sebagai berikut:
Jumlah digit kode aset sebanyak 14 digit. Format Kode Identitas Aset sebagai
berikut
Digit 1,2 : adalah Kode Pengelola Aset, dimana Pengelola Aset adalah Unit
Distribusi
Digit 3,4 : adalah Kode Kelompok Aset
Digit 5,6 : adalah Nomor Urut Aset pada suatu kelompok
Digit 7-14 : adalah nomor urut aset sesuai urutan terpasang atau urutan pendataan
Sambungan Masuk
SP Hantaran STL-TM NN.SP01.11111111
Pelanggan
Hantaran STL-TR NN.SP02.11111111
Bagi Unit yang sudah mempunyai data jaringan, biasanya sudah mengoperasikan
aplikasi setempat. Sistem aplikasi yang ada tidak boleh berhenti dengan
terbentuknya master data baru. Oleh karena itu disarankan membuat aplikasi
sederhana untuk menjembatani sistem yang ada dengan master yang akan
dibentuk. Kegiatan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
II. Penerapan pada Unit Distribusi/Wilayah yang belum memiliki data aset
jaringan distribusi
1. Melakukan survei secara bertahap untuk meng-capture data dari aset yang
terpasang
2. Membentuk master baru yang direkomendasikan melalui survei
3. Memelihara/update master aset dengan data baru (aset baru dioperasikan),
penarikan aset dan data baru hasil survei
Untuk memelihara data aset yang sudah terbentuk secara bertahap, perlu dibuat
aplikasi dengan fitur terbatas, berlaku secara korporat. Aplikasi tersebut dimaksudkan
untuk menjembatani antara pendataan aset dengan tersedianya sistem distribusi yang
diberlakukan secara korporat. Fitur-fitur itu sekurang-kurangnya meliputi:
2. Pengkajian untuk memetakan aset yang sudah ada ke sistem pengelompokan yang baru sehingga laporan
pembukuan dapat disatukan.
Di setiap Unit, nantinya ditetapkan satu tanggal ‘cut-off’ untuk menandai berlakunya sistem manajemen aset berbasis IT
dan GIS. Aset yang didirikan setelah tanggal ‘cut-off’, dicatat dan dibuatkan tabel-tabel aset masing-masing. Pertanyaan
besar muncul mencakup perlakuan atas aset-aset yang sudah ada sebelum tanggal ‘cut-off’. Adanya aset lama dengan
‘rumah-besar’ dan aset baru dalam ‘rumah-kecil’ tidak boleh dibiarkan berlarut, karena dipastikan akan mereduksi makna
strategis sistem pengelolaan aset yang baru.
4. Penetapan ulang umur teknik dan umur ekonomi serta setiap jenis peralatan
Penetapan angka penyusutan setiap jenis aset
Pedoman jurnal berkaitan dengan transaksi / mutasi aset
Pedoman menetapan harga atas aset hibah, BOT dan lain sebagainya dengan pihak ketiga
Penetapan harga perolehan aset berkaitan dengan transaksi gudang (sebagai contoh: persediaan material dalam satuan
meter, setelah terpasang satuan hitungnya menjadi set,)
Simple, Inspiring, Performance, Phenomenal
Langkah2 Implementasi Struktur Data Jardis
VI. Penyusunan Road-Map Menuju Tata Kelola Aset Berbasis Teknologi Informasi.
Perjalanan panjang dalam penerapan sistem aplikasi manajemen aset, tidak jauh
berbeda dengan implementasi SAP yang sudah bergulir sejak 2004. Proses kritis yang
perlu diidentifikasi dan disikapi serius adalah:
M.VII
M.VI
M.V
M.IV
M.I M.II M.III