Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI SISTEM ENERGI I

“ SISTEM PENGOLAH AIR KETEL “

DI LAB. MESIN TERMAL TEKNIK KONVERSI ENERGI

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Operasi Sistem Energi I

Oleh :

Ade Hadi Santoso 101711001


Azis Nur Rikmat 101711006
Silvi Wildia Hariadi 101711062

JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI

POLTEKNIK NEGERI BANDUNG

2012
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Listrik sudah menjadi kebutuhan yang tidak terpisahkan lagi di dalam


kehidupan. Listrik dewasa ini sudah menjadi bagian yang sangat vital, kehidupan
masyarakat dapat terangkat dengan adanya listrik dan begitupun sebaliknya
kelumpuhan aktivitas dapat terjadi karena padamnya listrik.

Pembangkit listrik konvensional yang masih banyak digunakan adalah


pembangkit listrik tenaga uap. Dengan berbahan bakar batu bara maupun solar air
dapat di konversi menjadi uap sehingga dapat memutarkan turbin. Dalam PLTU
ataupun pembangkit listrik tenaga lainnya dibutuhkan operasi sistem energi yang
bertujuan untuk melakukan perawatan dan pemantauwan keseluruhan sistem
pembangkit.

Dalam sistem PLTU, air merupakan komponen utama yang nantinya akan
dipanaskan sehingga fasanya berubah menjadi uap dan memutar turbin. Suplai utama
air dari pompa utama ke sistem awal pembangkit menjadi perhatian utama
dikarenakan debit air yang masuk dan juga kualitas serta kandungan air harus
diperhatikan sebelum air tersebut memasuki tungku pembakaran. Keasaman dan
kandungan mineral air harus disesuaikan dengan standar kerja boiler agar kinerja dari
boiler dapat optimal.Untuk itu, penyusun dalam laporan ini akan menganalisis
tentang Sistem Pengolah Air Ketel pada boiler di Laboratorium Termal Teknik
Konversi Energi.

1.1 Tujuan Praktikum


 Mengenal alat-alat atau komponen pengolah air ketel pada sistem operasi PLTU
di Lab. Termal Teknik Konversi Energi.
 Mempelajari dan memahami proses pengolahan air ketel pada boiler.
 Mampu mengoperasikan dan melakukan monitoring suatu sistem pengolahan air
ketel PLTU.
1.2 Batasan Masalah
Laporan ini membahas mengenai sistem pengolahan air pada ketel yang ada
di laboratorium bawah teknik energi dengan perhitungan konsumsi energinya.

1.3 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode diantaranya :

1. Metode Observasi
Cara memperoleh data dengan metode ini dilakukan dengan
melakukan observasi langsung ke lokasi pengolahan air ketel di
laboratorium bawah teknik energy.

2. Metode interview
Metode ini dilakukan dengan cara bertanya langsung pada teknisi
atau dosen yang bersangkutan serta melakukan diskusi mengenai sistem
Pengolahan air ketel.

3. Metode Studi Pustaka


Data diperoleh dengan mencari referensi dari berbagai buku yang
bersangkutan dengan sistim pengolahan air ketel.

4. Metode Browsing Internet

Metode ini mudah untuk dilakukan, data yang kita butuhkan cukup
diambil dari internet dengan cara browsing dan data yang diinginkan
dapat disesuaikan dengan kebutuhan kita.

1.4 Sistematika Penulisan Laporan


Laporan ini terdiri dari 4 Bab yaitu Bab I pendahuluan membahas
mengenai air dan sistem pengolahan air secara umum, Bab II dasar teori membahas
mengenai bagaimana sistem pengolahan air ketel di laboratorium bawah teknik
konversi energi, Bab III data, analisis dan pembahsan berisi mengenai data hasil
pengamatan beserta analisi perhitungannya dan terakhir Bab IV kesimpulan dan
saran.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Air Umpan Ketel

Boiler adalah tungku dalam berbagai bentuk dan ukuran yang digunakan untuk
menghasilkan uap lewat penguapan air untuk dipakai pada pembangkit tenaga listrik
lewat turbin, proses kimia, dan pemanasan dalam produksi.

Sistem kerjanya yaitu air diubah menjadi uap. Panas disalurkan ke air dalam
boiler, dan uap yang dihasilkan terus – menerus. Feed water boiler dikirim ke boiler
untuk menggantikan uap yang hilang. Saat uap meninggalkan air boiler, partikel padat
yang terlarut semula dalam feed water boiler tertinggal.

Partikel padat yang tertinggal menjadi makin terkonsentrasi, dan pada saatnya
mencapai suatu level dimana konsentrasi lebih lanjut akan menyebabkan kerak atau
endapan untuk membentuk pada logam boiler.

2.2 Persyaratan Air Umpan Ketel


Penggunaan air umpan ketel yang tidak memenuhi persyaratan akan
menimbulkan beberapa masalah, antara lain:
 Pembentukan kerak
 Terjadinya korosi
 Pembentukan busa

Air umpan ketel harus memenuhi prasyarat tertentu seperti yang diuraikan dalam
tabel di bawah ini :

Parameter Satuan Pengendalian Batas


Ph Unit 10.5 – 11.5
Conductivity µmhos/cm 5000, max
TDS Ppm 3500, max
P – Alkalinity Ppm -
M – Alkalinity Ppm 800, max
O – Alkalinity Ppm 2.5 x SiO2, min
T. Hardness Ppm -
Silica Ppm 150, max
Besi Ppm 2, max
Phosphat residual Ppm 20 – 50
Sulfite residual Ppm 20 – 50
pH condensate Unit 8.0 – 9.0
NALCOH. Reference

Pembentukan Kerak Ketel

Kerak pada ketel dapat terjadi karena pengendapan (precipitation)


langsung dari zat pengotor pada permukaan perpindahan panas, atau karena
pengendapan zat tersuspensi dalam air yang kemudian, melekat pada logam
dan menjadi keras. Kerak dapat mengakibatkan terjadinya pemanasan-lanjut
setempat (local overheating) dan logam ketel gagal berfungsi (failure).

Korosi pada Ketel

Pengertian korosi secara sederhana adalah perubahan kembali logam


menjadi bentuk bijihnya. Proses korosi sebenarnya merupakan proses
elektrokimia yang rumit dan kompleks. Korosi dapat menimbulkan kerusakan
yang luas pada permukaan logam.

Penyebab utama timbulnya korosi, antara lain :

 pH air yang rendah


 Gas-gas yang terlarut dalam air seperti : O2 , CO2, dan lain-lain
 Garam-garam terlarut dan padatan tersuspensi

Kontak antara permukaan logam dan air menyebabkan terjadinya reaksi


korosi sebagai berikut :

Fe + 2 H2O ↔ Fe(OH)2 + H2

Reaksi di atas pada suatu saat akan mencapai keadaan kesetimbangan


dan korosi tidak akan berlanjut; akan tetapi adanya oksigen terlarut dan pH air
yang rendah akan mengakibatkan terganggunya kesetimbangan dan reaksi
bergeser ke sebelah kanan. Reaksi yang terjadi akibat adanya oksigen dan pH
yang rendah adalah sebagai berikut :

4 Fe(OH)2 + O2 + 2 H2O ↔ Fe(OH)3

2 H2 + O2 ↔ 2 H2O

Fe(OH)2 + 2 H+ ↔ Fe2+ + 2 H2O

Pergeseran arah reaksi korosi ke sebelah kanan menyebabkan


berlanjutnya peristiwa korosi pada logam-ketel. Alkalinitas yang rendah dan
adanya garam-garam dan padatan terlarut dalam air dapat membantu terjadinya
korosi.

Pembentukan busa

Pembentukan busa (foaming) adalah peristiwa pembentukan gelembung-


gelembung di atas permukaan air dalam drum boiler. Penyebab timbulnya busa
adalah adanya kontaminasi oleh zat-zat organik atau zat-zat kimia yang ada
dalam air ketel tidak terkontrol dengan baik. Busa dapat mempersempit ruang
pelepasan uap-panas (steam-release space) dan dapat menyebabkan terbawanya
air serta kotoran-kotoran bersama-sama uap air. Kerugian yang dapat
ditimbulkan oleh hal ini adalah terjadinya endapan dan korosi pada logam-
logam dalam sistem ketel. Untuk mengatasi permasalahan di atas perlu
diterapkan persyaratan terhadap air umpan ketel. Persyaratantersebut
bergantung kepada tekanan kerja ketel seperti terlihat di Tabel berikut :

Tabel 2.1 Persyaratan air ketel pada berbagai tekanan kerja


2.1 Pengolahan Air Umpan Ketel Secara Umum
Sebelum digunakan sebagai air umpan yang berasal dari berbagai jenis
sumber, setelah mengalami pengolahan pendahuluan (pengolahan eksternal ), air
umpan boiler harus mengalami pengolahan khusus. Pengolahan ini menggunakan
berbagai macam zat kimia, yang diinjeksikan atau ditambahkan ke air umpan
boiler.
Penambahan bahan kimia ini diharapkan dapat digunakan untuk mencegah
berbagai akibat yang dapat merugikan performansi kerja dari ketel. Penambahan
bahan-bahan kimia pada air umpan boiler merupakan proses yang esensial, terlepas
dari kenyataan apakah air itu diolah atau tidak sebelumnya. Oleh karena itu,
pengolahan eksternal dalam beberapa hal tidak diperlukan, sehingga air dapat
langsung digunakan setelah penambahan beberapa bahan-bahan kimia saja.

Contoh penambahan bahan-bahan kimia pada air umpan ketel tanpa harus
mengalami pengolahan terlebih dahulu adalah :
 apabila ketel beroperasi pada tekanan rendah atau sedang
 apabila sejumlah besar kondensat digunakan kembali sebagai air umpan
 atau bila air baku yang digunakan untuk air umpan ketel telah memiliki
kualitas yang baik.

Proses pengolahan air dengan penambahan bahan-bahan kimia ini memiliki


beberapa kesulitan. Kesulitan yang utama adalah adalah bila kesadahan air umpan
sangat tinggi sehingga banyak lumpur yang terbentuk. Hal ini dapat menaikkan
jumlah blow down. Pengolahan air umpan ketel dengan penambahan bahan-bahan
kimia yang dilakukan tanpa pengolahan pendahuluan (pengolahan eksternal) juga
memperbesar kemungkinan pembentukan kerak pada sistem sebelum ketel dan
pada saluran-saluran air umpan.
Cara Kerja Pengoperasian Sistem Pengolah Ait Ketel :

1. Periksa katup utama saluran air utama, pastikan dalam keadaan baik dan terbuka
penuh.

2. Periksa katup kedua yang menyalurkan air utama ke softener.

3. Tutup katup by pass agar air tidak naik ke tangki water treatment.

4. Buka katup aliran menuju tangki softener


5. Tutup katup blow down.

6. Pastikan pompa zat penambah dalam keadaan stand by.

7. Pastikan katup saluran keluar dalam keadaan terbuka penuh.


BAB III

ANALISA DATA

3.1 Data Pengamatan

No. Waktu Posisi Meter Air (m3)


1 13.25 48843
2 13.30 48843
3 13.35 48843
4 13.40 48843
5 13.45 48843
6 13.50 48843
7 13.55 48843
8 14.00 48848
9 14.05 48848
10 14.10 48848
11 14.15 48851
12 14.20 48851
13 14.25 48854
14 14.30 48857
15 14.35 48859
16 14.40 48863
17 14.45 48866
18 14.50 48867
19 14.55 48871
20 15.00 48874
21 15.05 48878
22 15.10 48879
23 15.15 48883
24 15.20 48887
25 15.25 48890
26 15.30 48891

Pengukuran pH air umpan ketel pada saat praktikum adalah pH nya 6.


3.2 Parameter Perhitungan Konsumsi Energi
P (Bar) ∆P (mmHg) K Tair ( oC)
2 10 85,26 x 10-6 25

3.3 Pengolahan Data

Dengan ρ = 997,1 kg/ m3

𝑽 𝟒𝟖𝟖𝟒𝟑
Dan Debit Air (Q) : = = 162,81 m3/s
𝑻 𝟑𝟎𝟎

 ṁ=ρxQ

= (997,1 kg/ m3 ) x (162,81 m3/s)

= 162337,851 kg/s

 Ppompa = P.Q

= 2 x 162,81 =325,62 x 10 6 kJ/s

𝑷𝒑𝒐𝒏𝒑𝒂
Konsumsi Energinya : = 325,62 x 10 6 kJ/s / 162337,851 kg/s

= 0,0020058 x 10 6

= 200,58 kJ/kg
3.4 Perhitungan energi yang tersimpan

Diketahui :
 Ketinggian pipa 1 = 3 m
 Ketinggian pipa 2 = 0,48 m
 Ketinggian pipa 3 = 0,14 m
 Ketinggian pipa 4 = 0,24 m
 Ketinggian pipa 5 = 0,63 m
 Ketinggian pipa 6 = 0,3 m
 Ketinggian pipa 7 = 0,49 m
 Ketinggian pipa 8 = 0,38 m

 Diameter pipa 1, 2 dan 3 = 0,062 m


 Diameter pipa 4 =0,035 m
 Diameter pipa 5 dan 8 = 0,0286 m
 Diameter pipa 6 dan 7 = 0,022 m

Menghitung kecepatan aliran air pada masing-masing pipa

v0= v1

Q = A.v0
Q 2,7 x 10−4
v0= A = 3,14 (3,1 x 10−2 )2= 0,09 m⁄s

Pipa 1 ke 2

½ ρ.v12 + ρ.g.h1= ½ ρ.2 + ρ.g.h2

½ (0,09)2 + 9,8 (3) = ½ v22 + 9,8 (0,48)

(4,05 x 10-3)+ 29,4 = ½ v22+ 4,704

29,4 – 4,704 = ½ v22

24,69 = ½ v22

v22 = 49,38

v2 = 7,02 m⁄s
Pipa 2 ke 3

½ ρ.v22 + ρ.g.h2= ½ ρ.v3+ ρ.g.h3

½ (7,02)2 + 9,8 (0,48) = ½ v32 + 9,8 (0,14)

24,64+ 4,704 = ½ v32+ 1,372

29,972 = ½ V32

v32 = 55,94

v3 = 7,47m⁄s

Pipa 3 ke 4

½ ρ.v32 + ρ.g.h3= ½ ρ.v4+ ρ.g.h4

½ (7,47)2 + 9,8 (0,14) = ½ v42 + 9,8 (0,24)

27,9+ 1,372 = ½ v42+ 2,352

26,92 = ½ v42

v42 = 53,84

v4 = 7,33m⁄s

Pipa 4 ke 5

½ ρ.v42 + ρ.g.h4 = ½ ρ.v5+ ρ.g.h5

½ (7,33)2 + 9,8 (0,24) = ½ v52 + 9,8 (0,03)

26,86+ 2,352 = ½ v52+ 6,17

23,04 = ½ v52

v52 = 46,08

v5 = 6,78m⁄s

Pipa 5 ke 6

½ ρ.v52 + ρ.g.h5= ½ ρ.v6+ ρ.g.h6

½ (6,78)2 + 9,8 (0,63) = ½ v62 + 9,8 (0,3)

22,98+ 6,17 = ½ v62+ 2,94

26,21 = ½ v62
v62 = 52,42

v6 = 7,24m⁄s

Pipa 6 ke 7

½ ρ.v62 + ρ.g.h6= ½ ρ.v7+ ρ.g.h7

½ (7,24)2 + 9,8 (0,3) = ½ v72 + 9,8 (0,49)

26,20+ 2,94 = ½ v72+ 4,802

24,33 = ½ v72

v72 = 48,67

v7 = 6,97m⁄s

Pipa 7 ke 8

Ketinggian pipa 7 ke 8

h7-8= h5 + h8

= 0,63 + 0,38 = 1,01 m

½ ρ.v72 + ρ.g.h7= ½ ρ.v8+ ρ.g.h8

½ (6,97)2 + 9,8 (0,49) = ½ v82 + 9,8 (1,01)

24,29+ 4,802 = ½ v82+ 9,898

19,19 = ½ v82

v82 = 38,38

v8 = 6,195m⁄s
Menghitung bilangan Reynold

 Mencari µ pada T 25 ˚C (asumsi temperature air)


30−25 0,7975− x
= 0,7975−1,002
30−20

0,7975− x
0,5 = −0,2045

-0,10225 = 0,7975 - x

x = 0,89975 x 10-3

µ = 0,89975 x 10-3 N.s/m2

 Mencari ρ pada T 25 ˚C
30−25 995,7− x
= 995,7−998,2
30−20

995,7− x
0,5 = −2,5

-1,25 = 995,7 – x

x = 996,95

ρ = 996,95 kg/m3

diketahui :

 Diameter pipa 8 = 2,86 cm = 0,0286 m


 Kecepatan aliran pipa 8 = 6,195 m/s

 Mencari bilangan Reynold :

𝜌. D. v 996,95 x 0,0286 x 6,195


Re = = = 196317,43 (Aliran Turbulen)
µ 0,89975 x 10−3

Asumsi bahwa bahan pipa terbuat dari galvanized, ɛ = 1,5 x 10-4


ɛ 1,5 x 10−4
= = 0,00524
D 0,0286

Menggunakan diagram Moody, didapatkan f = 0,03


Mencari rugi-rugi aliran dalam pipa

𝑙 𝐶2 (0,38) (6,195)2
hf = f = 0,03 = 0,78
D 2𝑔 (0,0286) 2(9,8)

sehingga menggunakan persamaan bernoulli, neraca energi pada pipa 7 dan 8


adalah

# Headnya
2 2
𝑝7 𝐶7← 𝑃8 𝐶8←
z7 + 𝑝𝑔 + + Hp = Z8 + 𝑃𝑔 + + hf
2𝑔 2𝑔

(6,79) (6.195)
0,49 + 2(9,8) + Hp =1.01 + + 0.78
2(9,8)

0.49 + 2.47 + Hp + 1.01 +1.95 + 0.78

2.96 +Hp = 3.74

Hp = 3.74 – 2.96

Hp = 0.78

#Daya Hidrolik

Ph = ρ.g.H.V

= 996.95. (9,8) . 0,78 . 6,195

= 47210,15 w
Tabel Hasil Perhitungan Konsumsi Energinya :

Ppompa
Q (debit) ṁ Energinya
kJ/s
No. m3/s kg/s kJ/kg

1. 162,81 162337,851 325,62 x 10 6 200,58


2. 162,82 162347,82 325,64 x 10 6 200,58
3. 162,83 162357,79 325,66 x 10 6 200,58
4. 162,84 162367,76 325,68 x 10 6 200,58
5. 162,85 162377,73 325,7 x 10 6 200,58
6. 162,86 162387,70 325,72 x 10 6 200,58
7. 162,87 162397,67 325,74 x 10 6 200,58
8. 162,88 162407,64 325,76 x 10 6 200,58
9. 162,89 162417,16 325,78 x 10 6 200,58
10. 162,9 162427,59 325,8 x 10 6 200,58
11. 162,91 162437,56 325,82 x 10 6 200,58
12. 162,92 162447,53 325,84 x 10 6 200,58
13. 162,93 162457,50 325,86 x 10 6 200,58
14. 162,94 162467,47 325,88 x 10 6 200,58
15. 162,95 162477,44 325,9 x 10 6 200,58
16. 162,96 162487,41 325,92 x 10 6 200,58
17. 162,97 162497,38 325,94 x 10 6 200,58
PEMBAHASAN

Dari hasil praktikum, diperoleh data sampel pengukuran pH air umpan pada tangki
feed water boiler di Lab. Mesin Termal Teknik Konversi Energi sebesar 6 pH-nya. Dalam
hal ini berarti kualitas keasaman air umpan boiler tersebut masih cukup tinggi. Menurut
standar NALCOH reference persyaratan air umpan boiler, pH yang dianjurkan dalam batas
pengendalian adalah antara 10,5 hingga 11,5 dan apabila pHairnya rendah akan
mengakibatkan timbulnya korosi pada permukaan logam.Menurut kami pH air umpan
boiler di Lab. Mesin Termal masih dalam kondisi yang optimal, pHnya sudah mendekati
netral yakni pH 7, yang terpenting pH air umpan yang masuk boiler tidak terlalu rendah
atau derajat keasamannya tinggi. Dari hasil perhitungan, diperoleh energi yang
diberikanpompa penyedia air utama sebesar 200,58 kJ/Kg, selain itu energi yang diberikan
selama pengoperasian boiler besarnya konstan dengan mengabaikan rugi-rugi mayor
maupun minor pada pipa-pipa saluran air utama ke sistem pengolahan air ketel. Dapat
diketahui debit aliran air yang diolah pada sistem pengolahan air keteldalam selang waktu
lima menit mengalami kenaikan sebesar 0,01 m3/s ini dapat dikatakan bahwa debit air yang
masuk konstan.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Sistem pengolahan air ketel di Lab. Mesin Termal Teknik Konversi Energi dapat
dikatakan masih berjalan dengan baik, dengan melihat parameter-parameter sebagai
berikut :
 pH air dalam tangki feed water sebesar 6, sudah mendekati pH air netral
sebagai salah satu persyaratan air umpan boiler.
 Energi yang dipakai untuk mengalirkan air utama dalam sistem pengolahan air
ketel selama pengoperasian boiler konstan yakni sebesar 200,58 kJ/Kg

4.2 Saran
Agar kinerja dari sistem pengolahan air ketel berjalan optimal diperlukan
perawatan pada komponen-komponen seperti softener, tangki feed water, tangki zat
penambah serta pada pipa saluran air utama. Pembersihan tangki feed water bagian
dalam dari korosi dirasakan perlu agar air umpan yang akan masuk ke boiler tidak lagi
mengandung mineral-mineral.

Anda mungkin juga menyukai