Panduan Logistik TB Dots PDF
Panduan Logistik TB Dots PDF
PANDUAN
PENGELOLAAN
LOGISTIK PROGRAM
PENANGGULANGAN
TB - DOTS
DOKUMEN MDG’s
IS ARUM HINDASAH
[Pick the date]
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
SK DIREKTUR RSUD
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................................................6
B. Maksud dan Tujuan ..............................................................................................................6
C. Ruang Lingkup ......................................................................................................................7
D. Sasaran ......................................................................................................................
BAB II LOGISTIK PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS .............................. 11
A. Logistik Obat Anti Tuberkulosis (OAT) .......................................................................... 11
B. OAT Kombipak. .................................................................................................. 11
C. Kombinasi Dosis Tetap (KDT) ........................................................................... 13
D. Logistik Non OAT ............................................................................................................ 14
BAB III FUNGSI MANAJEMEN LOGISTIK ..................................................................... 16
A. Siklus Manajemen Logistik ............................................................................................. 16
B. Peran dan Tanggungjawab Pengelolaan OAT................................................................ 17
BAB IV PERENCANAAN ................................................................................................. 19
A. Persiapan ............................................................................................................................... 19
B. Pelaksanaan ................................................................................................................. ......... 20
C. Perhitungan OAT dan Non OAT .............................................................................................. 21
BAB V PENGADAAN ..................................................................................................... 23
A. Pengadaan ............................................................................................................................ 23
B. Penerimaan .................................................................................................................. ......... 26
BAB VI PENYIMPANAN................................................................................................. 28
BAB VII DISTRIBUSI ...................................................................................................... 30
BAB VIII PENGGUNAAN .................................................................................................. 32
A. Penggunaan OAT ................................................................................................................... 32
B. Kategori-1 : 2(HRZE) / 4(HR)3 ..................................................................................... 33
C. Kategori -2 : 2(HRZE)S/ (HRZE)/ 5(HR)3E3 .................................................................... 33
D. OAT Sisipan : (HRZE) ................................................................................................... 34
E. Kategori Anak : 2(RHZ) / 4(RH) .................................................................................... 35
F. Penggunaan Non OAT ........................................................................................................... 35
BAB IX DUKUNGAN MANAJEMEN ................................................................................ 37
A. Pengorganisasian ............................................................................................................ .... 37
B. Sumber Daya Manusia ......................................................................................................... 40
C. Pembiayaan .................................................................................................................. ...... 40
D. Sistim Informasi............................................................................................................. ...... 41
E. Jaga Mutu Logistik ............................................................................................................... 44..........
D. SASARAN
Sasaran utama buku panduan ini adalah petugas pengelola program TB dengan
Strategi DOTS di RSUD Kota Depok dan pengelola logistik TB di tingkat manajemen RS.
Dalam manajemen Program Pengendalian TB, logistik dikelompokan menjadi dua jenis yaitu
logistik OAT dan logistik non OAT.
1. OAT Kombipak.
Kemasan Kombipak adalah paket obat lepas yang disusun dari 4 jenis obat, yakni:
Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol yang terdiri dari:
a. Kombipak I (H @ 300 mg, R @ 450 mg, 3 tablet Z @ 500 mg, 3 tablet E @ 250 mg);
b. Kombipak II (2 tablet H @ 300 mg, R @ 450 mg); (3);
c. Kombipak III (H @ 300 mg, R @ 450 mg, 3 tablet Z @ 500 mg);
Paket Kombinasi Dosis Tetap (KDT) yaitu paket yang terdiri dari tablet yang
berisi 2 jenis obat (HR) dan tablet yang berisi 4 jenis obat (HRZE). Untuk pemberian
kepada pasien, OAT tersebut dibagi dalam beberapa kategori, yang terdiri dari:
a. Kategori I : 2 (RHZE)/4(RH)3
Paket Kategori I terdiri dari :
1) RHZE (150/75/400/275) : 6 blister
2) RH (150/150) : 6 blister
b. Kategori II : 2 (RHZE)S/RHZE)/(RH)3E3
Paket Kategori II terdiri dari :
1) RHZE (150/75/400/275) : 9 blister
2) Streptomicyn @ 1 gr : 56 vial
3) RH (150/150) : 7 blister
4) E (400 mg) : 7 blister
c. Sisipan
Untuk Sisipan digunakan RHZE (150/75/400/275)
d. Kategori Anak : 2 (RHZ)/4(RH)
Paket kategori Anak terdiri dari :
1) RHZ (75/50/150) : 6 blister
2) RH (75/50) : 12 blister
Keuntungan menggunakan obat KDT dalam pengobatan TB yaitu :
a) Rentang berat badan lebih kecil sehingga dosis obat yang dikonsumsi lebih
ideal.
b) Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga menurunkan resiko
terjadinya resistensi obat ganda.
c) Jumlah tablet yang ditelan lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
lebih mudah dan meningkatkan kepatuhan pasien.
Gambar 2.Paket Kombinasi Dosis Tetap Kategori I
Barang- barang tidak habis pakai tersebut, statusnya sebagai aset, ditentukan dengan
mengacu pada peraturan pemerintah dalam pengelolaan barang milik Negara (BMN).
Contoh spesifikasi masing - masing barang dapat dilihat pada lampiran 1 - 6.
Pengelolaan logistik dalam panduan ini sesuai siklus manajemen logistik yang meliputi
perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan penggunaan. Siklus ini akan berjalan
dengan baik apabila didukung oleh suatu dukungan manajemen yang meliputi organisasi,
pendanaan, sistem informasi dan sumber daya manusia. Rangkaian antara siklus dan dukungan
manajemen ini dipayungi oleh Kebijakan dan Aspek Hukum yang berlaku.
Keterangan :
Pengadaan tahun ini merupakan perencanaan tahun sebelumnya.
Jadwal pengadaan disesuaikan dengan kondisi.
Penerimaan dan penyimpanan disesuaikan dengan sumber pendanaan OAT.
Perencanaan adalah langkah pertama dalam siklus pengelolaan logistik. Kegiatan ini
meliputi proses penilaian kebutuhan, menentukan sasaran, menetapkan tujuan dan target,
menentukan strategi dan sumber daya yang akan digunakan.
Langkah-langkah perencanaan adalah:
A. PERSIAPAN
1. Membentuk tim perencanaan terpadu atau menggunakan tim perencanaan terpadu yang
sudah ada.
2. Menyiapkan data yang dibutuhkan dalam merencanakan logistik antara lain data pasien TB
yang diobati dan jumlah logistik yang digunakan tahun sebelumnya, data unit-unit pelayanan
kesehatan, stok logistik yang masih bisa dipakai, sumber dana.
B. PELAKSANAAN
1. Menentukan jenis logistik yang dibutuhkan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan.
OAT yang akan diadakan terutama dalam kemasan KDT, sedangkan OAT kemasan
kombipak disediakan untuk penggunaan pada pasien yang mengalami efek samping
terhadap OAT KDT.
2. Merencanakan kebutuhan OAT
Perencanaan kebutuhan menggunakan dua pendekatan yaitu menggunakan
metode konsumsi dan metode morbiditas. Metode konsumsi adalah proses penyusunan
RSUD KOTA DEPOK Page 11
kebutuhan berdasarkan pemakaian tahun sebelumnya. Metode morbiditas adalah proses
penyusunan kebutuhan berdasarkan perkiraan jumlah pasien yang akan diobati (insidensi).
Perencanaan OAT yang digunakan merupakan gabungan dari kedua pendekatan
metode konsumi dan morbiditas. Perencanaan kebutuhan setiap kategori OAT didasarkan
pada jumlah pasien yang telah diobati tahun lalu, jumlah stok yang ada sekarang, lead time,
target penemuan kasus tahun depan.
Perencanaan OAT dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat Kabupaten,
Provinsi dan Pusat. Pada tingkat Kabupaten/Kota hal ini dilakukan oleh tim perencanaan
obat terpadu yang telah ditetapkan disetiap Kabupaten/Kota. Tim perencanaan obat terpadu
minimal terdiri dari pengelola program dan pengelola farmasi.
Hasil perencanaan dari Kabupaten/Kota disampaikan kepada Dinas Kesehatan
Provinsi untuk dianalisis dan direkapitulasi dengan menggunakan Formulir Rekapitulasi
Perencanaan OAT Kabupaten/Kota. Dinas Kesehatan Provinsi mengirimkan hasil
rekapitulasi tersebut kepada Ditjen P2PL cq Subdit TB. Hasil rekapitulasi disampaikan
kepada ke Ditjen Binfar dan Alkes sebagai pelaksana pengadaan. Perencanaan untuk
buffer stock di tingkat Kabupaten sebesar 10%, Provinsi 10% sedangkan di tingkat Pusat
sebagai buffer stock 10–20%.
Alokasi waktu perencanaan hingga kedatangan logistik di setiap jenjang berbeda-
beda. Sebagai contoh, ditingkat Kabupaten dan Provinsi perencanaan dimulai sejak bulan
April – Juni dan di tingkat Pusat pada bulan Juli – September. Hasil rekapitulasi
perencanaan dari Provinsi dikirimkan ke Direktorat P2ML, Ditjen PP & PL. Rekapitulasi
perencanaan yang diterima oleh Ditjen PP & PL kemudian dianalisis dan diserahkan kepada
Bagian Perencanaan dan Informasi.
Pelaksanaan perencanaan kebutuhan logistik disesuaikan dengan jadwal
penyusunan anggaran disetiap tingkat pemerintahan baik APBD Kab/Kota, Provinsi dan
APBN. Berikut ini contoh siklus proses perencanaan dan pengadaan di tingkat Pusat
(APBN) yang memperhatikan perencanaan dari Kab/Kota dan Provinsi.
Gambar.4 Contoh Alur Waktu Proses Perencanaan dan Pengadaan Logistik
Pemeriksaan mutu secara organoleptik dilakukan oleh Apoteker atau tenaga farmasi
penanggung jawab Instalasi Farmasi Provinsi/Kabupaten/Kota. Bila terjadi keraguan
terhadap mutu obat dapat dilakukan pemeriksaan mutu di Laboratorium yang ditunjuk
pada saat proses pengadaan dan merupakan tanggung jawab pemasok.
B. PENERIMAAN
Penerimaan logistik ada dua jenis yaitu penerimaan dari pengadaan sendiri dan
penerimaan yang berasal dari sumber lain. Yang dimaksud dengan penerimaan dari pengadaan
sendiri adalah penerimaan barang logistik yang pengadaannya menggunakan dana dari
pemerintah yang menerima barang. Yang dimaksud dengan penerimaan dari sumber lain
adalah penerimaan barang logistik yang pengadaanya bukan dari pemerintah yang penerima
barang. Seperti Provinsi menerima barang dari buffer stock Pusat, Kab/Kota menerima barang
dari buffer stock Provinsi dan seterusnya.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penerimaan dari pengadaan sendiri :
1. Panitia penerima barang/jasa harus memeriksa logistik yang diterima dengan dokumen/
persyaratan administrasi dan spesifikasi yang telah ditentukan.
2. Panitia penerima barang/jasa harus melibatkan pengelola program dalam proses
penerimaan logistik.
PENYIMPANAN
A. SYARAT GUDANG
Gudang yang akan digunakan untuk menyimpan barang/logistik harus mempunyai standar
antara lain:
1. Tersedia ruangan yang cukup untuk penyimpanan
2. Tersedia ruangan khusus sesuai dengan persyaratan setiap jenis barang/logistik yang akan
disimpan
3. Tersedia cukup ventilasi, sirkulasi udara dan penerangan
4. Tersedia alat pemadam kebakaran dan dapat digunakan
5. Suhu penyimpanan berada di bawah 25°C
6. Gudang mempunyai minimal satu pintu masuk barang dan satu pintu keluar barang yang
masing-masing mempunyai lapisan pengaman.
7. Gudang harus mempunyai pintu darurat
8. Tersedia ruangan administrasi
9. Atap gudang dalam keadaan baik dan tidak ada yang bocor
10. Jendela mempunyai teralis dan dipasangi gorden.
11. Gudang bebas dari tikus dan kecoa serta tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan tikus
hidup didalamnya
12. Gudang dalam keadaan bersih, rak tidak berdebu, lantai disapu dan tembok dalam keadaan
bersih
D. PENATAAN BARANG
Barang atau logistik ditempatkan berdasarkan:
1. Bentuk sediaan dan alfabet.
2. Barang disusun sesuai dengan prinsip FEFO (First Expired First Out) da (First In First
Out).
3. Jumlah tumpukan sesuai dengan ketentuan yang tertera pada setiap dud. Barang tidak
boleh bersentuhan langsung dengan lantai.
4. Barang ditata tidak boleh terbalik.
5. Barang yang rusak dan kadaluarsa disimpan secara terpisah sebelum.
E. ADMINISTRASI GUDANG
1. Kartu Stok
2. Kartu Persediaan Barang
3. Kartu Induk
4. Buku Harian Penerimaan dan Pengeluaran Barang
Semua kartu diatas harus diisi lengkap setiap terjadi mutasi barang.
5. SBBK (Surat Bukti Barang Keluar)
6. LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat)
7. Formulir TB 13
8. Kartu Rencana Distribusi
9. Sarana Administrasi seperti komputer, formulir, printer, ATK
DISTRIBUSI
Distribusi adalah pengeluaran dan pengiriman logistik dari satu tempat ke tempat
lainnyadengan memenuhi persyaratan baik administratif maupun teknis untuk
memenuhiketersediaan jenis dan jumlah logistik agar sampai di tempat tujuan. Proses distribusi
iniharus memperhatikan aspek keamanan, mutu dan manfaat.
A. TUJUAN DISTRIBUSI :
1. Terlaksananya pengiriman logistik secara merata dan teratur sehingga dapat diperoleh pada
saat dibutuhkan
2. Terjaminnya kecukupan logistik di Unit Pelayanan Kesehatan
3. Terjaminnya mutu logistik pada saat pendistribusian
Keterangan:
Alur distribusi Logistik
Alur permintaan dan pelaporan Logistik
Penjelasan:
Permintaan kebutuhan OAT dari UPK menggunakan LPLPO (Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat).
Laporan triwulan penerimaan dan pemakaian OAT untuk tingkat Kabupaten/kota
menggunakan formulir TB 13.
Dinas Kesehatan Provinsi akan merekapitulasi formulir TB 13 dari Kabupaten/Kota
untuk selanjutnya di berikan kepada Kementerian Kesehatan.
Khusus untuk logistik Non OAT menggunakan format standar.
PENGGUNAAN
A. PENGGUNAAN OAT
Penggunaan OAT harus dilaksanakan secara rasional dengan memperhatikan kriteria sebagai
berikut :
1. Tepat diagnosis
2. Pemberian Regimen OAT sesuai dengan diagnosa
3. Tepat pemilihan obat
4. Tepat dosis
5. Cara pemberian dengan interval waktu pemberian yang tepat
6. Tepat lama pemberian obat
7. Waspada terhadap efek samping
8. Harus efektif, aman, bermutu dan berkhasiat
9. Tersedia pada saat yang dibutuhkan
10. Pemberian informasi kepada pasien
11. Tepat tindak lanjut
12. Tepat penyerahan OAT
13. Kepatuhan Pasien.
Pengobatan tuberkulosis dengan OAT dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut :
a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan
dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Dalam program penanggulangan TB
digunakan OAT dalam bentuk paket, baik kemasan KDT maupun Kombipak. Pemakaian
OAT dalam bentuk paket lebih menguntungkan dan menghindari obat tunggal.
b. Pengobatan harus didampingi seorang Pengawas Menelan Obat (PMO), untuk menjamin
kepatuhan pasien menelan obat dan menghindari resistensi.
Catatan:
a. Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah
500mg tanpa memperhatikan berat badan.
b. Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus.
c. Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 3,7 ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg) dan atau sesuai petunjuk pada
kemasan.
Keterangan:
(1) Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit
(2) Anak dengan BB =33 kg , dirujuk ke rumah sakit.
(3) Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
(4) OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh atau digerus sesaat
sebelum diminum.
Pengelolaan logistik program TB dilakukan di setiap tingkat pelaksana, mulai dari tingkat pusat
hingga kabupaten/kota maupun Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK). Sehingga diperlukan suatu
manajemen pengelolaan dan koordinasi yang baik antara setiap tingkat pelaksana tersebut.
A. PENGORGANISASIAN
Organisasi pengelolan logistik program TB dapat digambarkan di bawah ini:
Tugas dan fungsi dari setiap tingkat pelaksana tersebut dalam pengelolaan logistik TB
adalah:
Tingkat Pusat
a. Membuat kebijakan Nasional pengelolaan logistik program TB
b. Membuat pedoman Nasional pengelolaan Logistik program TB.
c. Menyediakan logistik program TB untuk mendukung sebagian kebutuhan daerah,
C. PEMBIAYAAN
D. SISTIM INFORMASI
Pemantauan dan evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk memonitor
kecukupan logistik program TB. Pemantauan merupakan pengamatan rutin terhadap
ketersediaan logistik dengan menganalisis informasi baik dari ketersediaan dengan kebutuhan.
Pemantauan bertujuan agar dapat segera mengetahui bila ada masalah atau kekurangan dalam
pelaksanaan kegiatan dan dapat melakukan tindakan untuk pemenuhan.
RSUD KOTA DEPOK Page 32
Pemantauan dilakukan oleh semua pihak terkait secara berjenjang dan berkala melalui:
Menelaah laporan rutin yang berkaitan dengan pengelolaan logistik di setiap tingkatan.
Melalui pertemuan.
Supervisi termasuk wawancara dengan petugas pelaksana program, pasien dengan
menggunakan ceklist supervisi.
Evaluasi adalah penilaian secara berkala terhadap pemenuhan kebutuhan logistik dari
seluruh aspek manajemen logistik. Untuk UPK, minimal dilakukan setiap bulan. Dinas
Kesehatan Kab/kota dan Propinsi maupun Pusat melakukan evaluasi minimal setiap 3 bulan.
Cara melakukan evaluasi :
1. Mengkaji atau menganalisa hasil dari pemantauan
2. Pertemuan berkala
3. Laporan akhir tahun
4. Survey khusus
Logistik terutama OAT yang diterima atau disimpan di gudang perbekalan kesehatan secara
rutin harus dilakukan uji mutu. Uji mutu ini dapat dilakukan secara organoleptik dan
laboratorium.