Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Fibrothorak adalah suatu kelainan anatomi, dimana terjadi perubahan


fibrotik pada pleura yang tidak dapat kembali, yang menjelaskan kerusakkan
peradangan sebelum atau yang sedang terjadi dan biasanya memiliki dampak yang
cukup besar pada fungsi pernapasan. Dalam kebanyakan kasus fibrosis pleura
berkembang pada peradangan efusi pleura (fibrothorak sekunder), tapi fibrothorak
primer juga bias terjadi. Kategori yang lain, plak termasuk lesi yang terlokalisasi
(bekas luka, adhesi, apical cap) dan dibatasi oleh satu lapisan (biasanya pleura
parietal).(1,2,3)

Empiema merupakan penyebab dari fibrothorak yang paling banyak yaitu


<10%. Insiden pada hemothorak yang paling kecil (<1%) hampir secara
keseluruhan berasal dari komplikasi empiema. Sebaliknya, pada tuberkulous
pleuritis kelaziman penebalan pleura residual secara keseluruhan telah dilaporkan
setinggi 42% dalam standar radiografi, meskipun saat definisi yang tepat dari
penebalan yang signifikan telah berlaku (<5mm). 5% lebih merupakan angka
yang realistis.(1,5)

Intensitas peradangan pleura yang dikemukakan oleh level interleukin


pleura dan parameter cairan biokimia (glukusa, pH) terlihat sebagai prediksi yang
lebih besar dari luasnya fibrosis residual pada hasil jangka panjang. Tidak ada
bukti dari percobabaan secara acak bahwa induksi dini terapi steroid secara efektif
mencegah perkembangan dari penebalan fibrosa.(1,3)

1
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 ANATOMI

Paru manusia terbentuk setelah embrio mempunyai panjang 3mm.


pembentukan paru dimulai dari sebuah groove yang berasal dari foregut.
Selanjutnya pada groove ini terbentuk dua kantung dilapisi oleh suatu jaringan
yang disebut primary lung bud. Bagian proksimal foregut membagi diri menjadi
dua, yaitu esophagus dan trakea. Pada perkembangan selanjutnya trakea akan
bergabung dengan primary lung bud. Primary lung bud merupakan cikal bakal
bronki dan cabang-cabangny. Bronchial-tree terbentuk setelah embrio berusia 16
minggu, sedangkan alveol baru berkembang setelah bayi lahir dan jumlahnya
terus meningkat hingga anak berusia 8 tahun. Ukuran alveoli bertambah besar
sesuai dengan perkembangan dinding toraks. Jadi, pertumnuhan dan
perkembangan paru berjalan terus menerus tanpa terputus sampai pertumbuhan
somatic berhenti.(6)

Saluran napas (tracheabronchial tree) berfungsi sebagai suatu saluran


udara yang mengalir dari dan ke alveolar-capillary complexes. Saluran napas
terdiri atas trakea dan bronkus utama kiri dan kanan serta cabang-cabangnya.
Cabang bronki ini dikenal sebagai bronki lobar, segmental, subsegmental, hingga
cabang bronki yang lebih kecil lagi dan cabang ini berakhir pada bronkioli.
Selanjutnya bagian distal bronki terdiri dari bronkioli respiratorius, duktus
alveolaris dan sakus alveolaris. Bagian distal saluran napas ini bersama-sama
dengan sistempembuluh darah membentuk satu unit yang disebut alveolar-
capillary complexes.(6)

Trakea terdiri dari 16 samapi 20 cincin tulang rawan yang berebntuk


setengah lingkaran atau bulan sabit (cresent-shaped). Tulang rawan yang bersifat
elastic kuat ini, bersama-sama membentuk trakea dalam arah anterolateral
sehingga trakea menjadi kaku. Bagian posterior trakea di bentuk oleh jaringan
elastic bersama-sama dengan otot polos. Kedua jaringan ini membentuk lapisan
yang disebut pars membranasea dari trakea. Otot di daerah ini akan aktif

2
berkontraksi pada saat ekpirasi dalam atau batuk sehingga lumen trakea
menyempit.(6)

Pada bagian dalam lapisan otot dan tulang rawan ini didapatkan suatu
lapisan jaringan ikat yang mengandung serabut saraf dan kelenjar mucus. Lebih
dalam lagi kea rah lumen terdapat membrane mukosa yang mengandung sel
goblet, sel bersilia, dan terkhir sel-sel berepitel. Dibagian dalam setiap bronki
dijumpai suatu jaringan yang terbentuk dari jarinhgan elastic, jaringan retikuler,
otot polos, kapiler, jaringan limfatik, serta serabut saraf. Diantara jaringan tadi
dapat dijumpai sel-sel radang PMN, sel limfosit dan sel mast. Lapisan lebih dalam
lagi didapatkan membrane basalis dan lapisan epitel, yang terdiri dari sel bersilia
dan sel goblet. Jumlah sel goblet paling banyak di trakea dan bronki utama,
jumlah nya makin menurun sesuai dengan makin kecilnya bronki.(6)

Duktus alveolaris dan alveolus merupakan perluasan bronkioli


respiratorius. Alveoli yang merupakan kantung-kantung berdinding tipis tersususn
berkelompok pada duktus alveolaris, sehingga struktur yang membentuk
keduanya juga serupa. Pada seorang laki-laki dewasa diperkirakan terdapat
300x106 alveoli dan alveoli ini mengambil tempat 55 sampai 60% dari seluruh
volume paru. Orag dewasa diperkirakan mempunyai luas alveoli sekitar 80% m2.
Lobus paru terdiri dari primary lobules(asini) dan secondary lobules yang terdiri
dari 5 sampai 10 asini dengan diameter 1-2 cm. terminal respiratory unit
merupakan struktur paru yang terletak distal dari bronkioli terminalis atau disebut
juga asini. Sedangakan secondary lobules merupakan gabungan dari beberapa
terminal respiratory unit.(6)

Alveolar Capillary Plexus

Arteri pulmonalis merupakan pembuluha darah yang menyertai saluran


pernapasan dan berfungsi membaw darah vena dari ventrikel kanan ke paru.
Setiap arteri pulmonalis memiliki cabang kecil ke bronkioli respiratory dan
berakhir di sakus alveolaris dengan membentuk plexus capillary. Dengan adanya
plexus ini darah akan lebih efektif memperoleh udara (oksigen) dari alveoli.

3
Selanjutnya darah yang meninggalkan plexus capillary yang kaya oksigen menuju
system vena pulmonaris dan berakhir di atrium kiri jantung.

System saraf saluran napas dan paru dilayani oleh system saraf otonom.
Ada 3 tipe jalur yang ditempuh:

1. Aferen Otonomik

2. Eferen Parsimpatik

3. Eferen Simpatik

Otot-Otot Respirasi

Otot inspirasi utama seperti m. intercostalis externus, yang mempunyai


fungsi mengangkat iga (fungsi elevasi). Otot inter cartilagoneous parasternal,
merupakan otot elevasi yang menghubungkanbagian antar tulang rawan iga. Otot
pernapasan yang paling penting adalah diafragma, berfungsi melebarkan rongga
dada dalam dimensi longitudinalmenyebabkan elevasi tulang iga bagian bawah.
Otot inspirasi tambahan ialah m.sternocleidomastoideus, mengangkat sternum ke
depan dan ke atas, sedangakan m.scalenus anterior, medius, dan posterior
mempunyai fungsi elevasi serta memfiksir tulang iga bagian atas.(6)

Otot yang berperan pada saat ekspirasi yaitu m. intercostalis yang


berfungsi menekan iga kea rah dalam. Otot abdomen seperti m. rectus abdominis,
m. abdominis externa oblique, m.internal oblique dan m. transverses abdominis
akan melakukan penekanan pada iga bagian bawah serta kompresi isi perut.(6)

2.2 DEFINISI

Fibros dikenal sebagai reaksi atau sebagai suatu proses perbaikan, dapat
terjadi akibat pengobatan atau penyakit. Fibrothorak adalah perubahan lokalisasi
atau menyebar yang bersifat irreversible pada pleura secara umum piogenik
sekunder atau infeksi tuberkulosa, hemothorak atau penyakit yang terkait asbes.

4
Fibrothorak dalam arti sempit didefinisikan sebagai penebalan lebih dari 5mm
meluas ke porsi yang lebih besar dari hemithorak.(4,5)

2.3 ETIOLOGI

Penyebab fibrothorax :

1. Empyema
2. Hemothorax
3. Efusi pleura
4. Pneumothorax
5. TB paru
6. Asbes(1,2)

2.4 PATOFISIOLOGI

Saat peradangan pleura menjadi intens, pemecahannya mungkin dapat


dikaitkan dengan endapan dari sebuah lapisan tebal jarngan fibrosa yang padat
pada pleura viseral. Pasien dikatakan fibrothorak. Sebagai hasil, tanda dari
penebalan pleura, hemithorak menjadi berkontraksi dan pergerakkannya
berkurang. Dengan berkembangnya fibrothorak ruang intercostal menjadi
menyempit, ukuran dari hemithorak yang terlibat mungkin manjadi berkurang dan
mediastinum digantikan secara ipsilateral. Secara radiologis, penebalan padat
disekitar paru-paru. Kalsifikasi sering terjadi pada aspek terdalam dan
menyediakan indikator yang mana ketebalan lapisan bisa diukur secara akurat.
Tiga penyebab utama dari fibrothorak adalah efusi pleura, hemithorak, tb, dan
infeksi bakteri paru. Tapi pancreatitis, CVD, dan uremia juga bisa menjadi
penyebab dari fibrothorak. Tapi dalam beberapa kasus penyebabnya tidak dapat
ditemukan.(1,2)

Pembentukan jaringan fibrosa sebagai proses reparatif atau reaktif. Proses


pembentukan jaringan fibrosa, biasanya dengan degenerasi. Proses ini terjadi

5
biasanya dalam pembentukan jaringan parut untuk menggantikan jaringan normal
yang hilang karena cedera atau infeksi. Kondisi abnormal di mana jaringan ikat
fibrosa menyebar di atas atau menggantikan otot polos normal atau jaringan organ
normal lainnya. Fibrosis paling sering terjadi pada jantung, paru-paru,
peritoneum, dan ginjal.(5)

2.5 GEJALA KLINIS

Pemeriksaan fisik cenderung tidak sensitif untuk mendeteksi ketebalan


jaringan fibrosa pada pleura, dan juga tidak spesifik, karena meshothelioma atau
efusi yang lama merupakan penyakit yang berbeda yang dapat menghasilkan
tanda yang sama. Suara redup pada perkusi dan fremitus yang lemah dengan
kekakuan, penyusutan dan kelainan bentuk pada hemithorak yang terkena
biasanya menunjukkan tanda fibrothorak yang signifikan. Penyusutan hemithorak
dapat berkembang dengan cepat secara mengejutkan (dalam 3 sampai 4 minggu)
setelah penyakit radang akut atau episode trauma, tapi ini bukan bukti perubahan
fibrosa pada tempat yang terkena misalnya pada empiema. Tanda dari kegagalan
pernapasan kronik jarang terlihat.(1,2,3)

2.6 DIAGNOSTIK

Hasil pemeriksaan rutin dari fibrothorak seharusnya termasuk penentuan


fungsi statis paru yang diperoleh dengan plethysmograpi tubuh termasuk
penentuan dari tekanan recoil elastis serta pengukuran transfer gas karbon
monoksida (DLCO), Analisa gas darah dan tes latihan (oksimetri dan spirometri).
Komponen penting lainnya adalah uji perfusi dan ventilasi, yang mana penting
dalam menentukan tindakan operasi.(1,2)

6
2.7 PENATALAKSANAAN

Tidak ada pilihan pengobatan konservatif dalam mengobati fibrothorak


selain pengukuran pendukung terapi pernapasan fisik untuk pasien dengan
penyakit yang telah lanjut yang permanen dan perburukan pernapasan yang
signifikan. Pasien yang rentan mengalamim komplikasi perenkim paru dan
gangguan fungsional seperti fibrosis, ppok, pneumonia dan bronkiektasi. Semua
itu dengan insufisiensi sistem pernapaan kronis yang lebih lanjut cenderung
menerima paket pengobatan lengkap penyakit sistem pernapasan yang kronis,
termasuk bantuan ventilator di rumah yang intermiten atau berlanjut dan terapi
oksigen jangka panjang.(1,2.3,4)

Terapi bedah (dekortikasi) untuk memperbaiki fibrothorak adalah satu-


satunya pengobatan sesuai penyebab. Bagaimanapun ini masih belum
memungkinkan berdasarkan literature bukti saat ini untuk memberikan ambang
batas standar dan batas indikasi. Paru-paru yang terkena dengan perlemahan
tertentu dan perburukan fungsi paru tanpa adanya kalsifikasi signifikan telah
dilaksanakan sebagi indikasi klasik untuk dekortikasi tapi baik kerangka waktu
maupun tingkat pelemahan fungsional untuk intervensi telah didefinisikan secara
tegas. Meskipun dekortikasi telah dilakukan sejak 6 minggu setelah pencetus
umumnya sejak timbulnya pencetus (empiema). Secara umum mengatakan
bahwa setidaknya 6 bulan harus dilalui sebelum dikortikasi dipertimbangkan.
Kerena remisi jangka panjang yang tak terduga dari peradangan. Dekortikasi tidak
disarankan kecuali ada kesulitan bernapas yang cukup untuk menunjang kualitas
hidup.(1,2,3,4)

7
KESIMPULAN

Fibrothorak adalah suatu kelainan anatomi, dimana terjadi perubahan


fibrotik pada pleura yang tidak dapat kembali, yang menjelaskan kerusakkan
peradangan sebelum atau yang sedang terjadi dan biasanya memiliki dampak yang
cukup besar pada fungsi pernapasan. Penyebab fibrothorax :Empyema,
Hemothorax, Efusi pleura, Pneumothorax, TB paru, Asbestos. Terapi bedah
(dekortikasi) untuk memperbaiki fibrothorak adalah satu-satunya pengobatan
sesuai penyebab.

8
RUJUKAN

1. Mc Graw, Hill. Clinical Medicine Series. Pulmonary Diseases


2. http://books.google.co.id/books?id=Gf7x6dZ1smsC&pg=PA799&dq=fibro
thorax&hl=id&sa=X&ei=zphtVLv5CIqjugTy24LYDA&ved=0CBwQ6AEwAA#
v=onepage&q=fibrothorax&f=false
3. http://books.google.co.id/books?id=vHEpRHQXaKUC&pg=PA371&dq=fibr
othorax&hl=id&sa=X&ei=zphtVLv5CIqjugTy24LYDA&ved=0CC4Q6AEwAg#
v=onepage&q=fibrothorax&f=false
4. http://accesssurgery.mhmedical.com/content.aspx?bookid=427&sectioni
d=40372761
5. http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/fibrosis
6. Alsagaff Hood, Mukty Abdul. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Air
Langga University Press. 1995

Anda mungkin juga menyukai