Disusun oleh :
KELOMPOK V
Pada permukaan ribosom, butiran nukleoprotein memiliki dua letak persebaran. Butiran
nukleoprotein yang tersebar bebas pada sitoplasma disebut ribosom bebas. Sementara, butiran
nukleoprotein yang menempel pada permukaan retikulum endoplasma disebut ribosom terikat.
Ribosom bebas berperan dalam proses sintesis enzim. Enzim yang dihasilkan berfungsi menjadi
katalisator di dalam cairan sitosol. Adapun ribosom terikat berguna dalam sintesis protein
Ribosom prokariaot mempunyai massa total molekuler 2.520.000 dalton dengan ukuran 29 nm x 21
nm (1 nm = 10A0). Ribosom eukariot lebih besar, 4.220.000 dalton dengan ukuran (32 nm x 22
nm).
Ukuran ribosom ditentukan dengan analisis sedimentasi. Ribosom seperti banyak
makromolekul dan perakitan multimolekul berukuran sangat besar dan sukar untuk diduga beratnya,
suatu cara untuk mengukur yaitu dengan mengukur kecepatan pengendapan pada larutan padat
(sering digunakan sucrose) dengan kekuatan sentrifugasi 700.000 gr atau lebih. Koefisien
sedimentasi ini dinyatakan sebagai nilai S (S=unit Svedberg). Ribosom prokariot mempunyai
koefisien sedimentasi 70 S, lebih kecil daripada ribosom eukariot 80SS ditambah 21 polipeptida.
Ribosom terdiri atas dua subunit : pada prokariotik subunit ini mempunyai koefisien
sedimentasi 50 S dan 30 S, kemudian kedua sub unit tersebut masing-masing terdiri dari dua
komponen yaitu protei dan RNA. Sub unit 50 S memiliki 2 molekul RNA yaitu 23S dan 5Sserta
34protein. Sedangkan pada ribosom eukariot memiliki koefisien sedimentasi 80S dengan sub unit
besar 60S( memiliki 3 molekul RNA dan 45 macam protein) dan pada sub unit kecil terdiri dari 1
molekul RNA dan 30 macam protein.
Tabel Komposisi ribosom prokariotik dan eukariotik
Ribosom Prokariotik Eukariotik
Koefisien sedimentasi 70 S 80 S
Massa molekul (Dalton) 2.520.000 4.220.000
Jumlah subunit 2 2
Subunit besar
Koefisien sedimentasi 50 S 60 S
Massa molekul (Dalton) 1.590.000 2.820.000
Molekul RNA
Jumlah 2 3
Ukuran 23 S dengan 3000 nukleotida 28 S dengan 5000 nukleotida
5S 5,8 S
5S
Jumlah polipetida 31 49
Subunit kecil
Koefisien pengendapan 30 S 40 S
Massa molekul (Dalton) 930.000 1.400.000
Molekul RNA
Jumlah 1 1
Ukuran 16 S 18 S
Jumlah polipeptida 21 33ss
5. Faktor-faktor inisiasi (untuk mengawali pembentukan ribosom pada kodon pertama tempat
mRNA), faktor elongasi (pemanjangan rantai peptide), dan faktor terminasi ( yang akan
menghentikan pemanjangan ikatan peptide dan berarti mengakhiri sintesis protein).
6. Molekul GTP guna mengganti energy sintesis yang diperlukan.
Protein yang dibuat oleh ribosom bebas akan berfungsi/digunakan dalam sitosol itu sendiri.
Sedangkan ribosom terikat umumnya membuat protein yang dimasukkan ke dalam membran, untuk
pembungkusan organel tertentu seperti lisosom atau dikirim ke luar sel.
Ribosom bebas maupun terikat secara struktural identik dan dapat saling bertukar tempat.
Sel dapat menyesuaikan jumlah relatif dari masing-masing jenis ribosom begitu metabolismenya
berubah.
D. Proses Pembentukan RNA
1. Proses pembentukan rRNA
rRNA yang telah terbentuk selanjtnya digunakan untuk menyusun ribosom melalui
biosintesis ribosom.
Biosintesis Ribosom Pada Sel Eukariotik
Enzim RNA Polimerase mentranskripsi untai cetakan DNA (template) ke dalam
RNA. Enzim polymerase ini harus mengenali tenpat spesifik di dalam promoter untuk
memulai transkripsi yang tepat. Padas sel eukariotik faktor yang berperan penting dalam
meletakkan RNA polymerase pada tempat yang tepat adalah TATA Box.
Gen RNA ditranskripsikan sebagai unit, yang masing-masing mengkodekan (5’ ke
3’) RNA ribosom 18S, 5,8S, dan 28S. Sebagai transkrip primer adalah sebuah molekul 45S
yang sangat termetilasi di dalam nukleolus. Di dalam prekusor 45S, segmen 28S yang
terbentuk memiliki 65 gugus ribose-metil dan 5 gugus basa-metil. Metilasi hanya dialami
oleh bagian prekusor yang akan membentuk molekul mRNA stabil. Prekusor 45S akan
mengalami pemrosesan nukleolitik, pemrosesan rRNA diperantarai oleh serangkaian reaksi
endonukleolisis dan eksonukleolisis.
Hampir seluruh transkrip primer asli diuraikan melalui reaksi nukleolitik ini.
Selama pemrosesan rRNA, terjadi metilasi lebih lanjut dan pada akhirnya di dalam
nukleolus terjadi perakitan sendiri antara rantai 28S dengan sekitar 50 buah protein ribosom,
untuk membentuk sub unit 60S yang berukuran lebih besar. Molekul rRNA 5,8S yang juga
terbentuk dari prekusor RNA 45S didalalam nukleolus akan menjadi bagian intrgral dari sub
unit ribosom yang lebih besar. Sub unit ribosom yang berukuran lebih kecil (40S) terbentuk
melalui pengikatan sekitar 30 buah protein ribosom dengan molekul rRNA 18S.
Biosintesis Ribosom Pada Sel Prokariotik
Secara keseluruhan proses pembentukan ribosom pada prokariotik sama dengan
pembentukan ribosom padda eukariotik. Hasil transkripsi berupa prekusor 30S yang terdiri
dari 16S, 23S, 2 tRNA, 5S RNA dan daerah specer. Prekusor 30S selanjutnya akan
mengalami proses splicing dan metilasi lanjut dan pada akhirnya di dalam sitoplasma terjadi
perakitan sendiri antara rantai 16S dengan sekitar 21 buah protein ribosom, untuk
membentuk sub unit kecil 30S. Sedangkan sub unit besar 50S terbentuk dari pemrosesan
lanjut dari segmen 23S yang berikatan dengan sekitar 34 buah protein. Segmen 5S RNA
terdapat dibagian sub unit beser dan kecil.
Splicing (pemotongan dan penyambungan)
Mekanisme untuk mengeluarkan intron dari transkrip primer di dalam nucleus, ligasi
ekson untuk membentuk molekul mRNA, dan pengangkutan molekul mRNA ke dalam
sitoplasma kini tengah dipelajari. Empat mekanisme reaksi penyambungan (splicing) yang
berbeda telah diketahui. Salah satu diantaranya yang paling sering digunakan pada sel
eukariotik akan dijelaskan dibawah ini. Meskipun rangkaian nukleotida di dalam intron
berbagai transkrip eukariotik dan bahkan di dalam satu transkrip tunggal terlihat sangat
heterogen, terdapat rangkaian yang cukup terlestarikan pada setiap satu atau dua taut
emkson-intron serta pada tapak percabangan, yang terletak 20-40 nukleotida disebelah hulu
tapak penyambungan 3’.sebuah struktur istimewa yang dinamakan spliceosome, terlibat di
dalam proses konversi transkrip primer menjadi mRNA. Spliceosome terdiri atas transkrip
primer , 5 RNA nucleus yang kecil dan lebih dari 50 buah protein. Keseluruhan bangunan
ini membentuk sebuah kompleks nucleoprotein kecil (snRNP)yang kadang-kadang disebut
snurp. Snurp diperkirakan bekerja mengatur posisi segmen RNA bagi reaksi penyambungan
yang diperlukan. Reaksi penyambungan dimulai dengan memotong pada taut ekson 5’
(donor atau kiri) dan intron. Pemotongan dilakukan lewat serangan nukleofilik oleh residu
adenilil di dalam rangkaian titik cabang yang terletak tepat di sebelah hulu ujung 3’ intron
ini. Ujung 5’ kemudian membentuk gelungan (loop) atau struktur lariat, yang lewat suatu
ikatan fosfodiester 5’-2’ yang tidak lazim, dirangkaikan pada A yang reaktif di dalam
rangkaian tapak cabang PyNPyPyPuAPy. Residu adenilil secara tipikal terletak 28-37
nukleotida disebelah hulu ujung 3’ intron yang dikeluarkan. Tapak cabang akan
mengidentifikasi tapak penyambungan 3’. Pemotongan kedua dilakukan pada taut intron
dengan ekson 3’(donor atau kanan). Pada reaksi transesterifikasi yang kedua ini, gugus 3’
hidroksil ekson hulu akan menyerang gugus 5’ fosfat pada perbatasan ekson-intron di
sebelah hilir, dan struktur lariat yang mengandung intron akan dilepas serta dihidrolisis.
Ekson 5’ fdan 3’ diligasi untuk membentuk sebuah rangkaian yang berkesinambungan.
Molekul snRNA dan protein berhubungan diperlukan untuk membentuk berbagai
struktur serta intermediat. U1 merupakan yang pertama-tama berikatan dengan taut intron-
ekson 5’, melalui pembentukan pasangan bas. U2 kalau berikatan melalui pembentukan
pasangan basa pada tapak percabangan, dan hal ini akan akan memajan residu A yang
nukleofilik. Berikutnya kompleks U5/U4/U6 menyatu dengan spliceosome. Proses
pembentukan lilitan yang diperantarai oleh protein dan bergantung ATP ini akan
mengakibatkan disrupsi kompleks U4/U6 yang berpasangan basa dengan dilepaskannya U4.
U6 kemudian menjadi mampu berinteraksi pertama-tama dengan U2, dan kemudian dengan
U1. Interaksi di atas berfungsi mendekatkan tapak penyambungan 5’, tapak percabangan
dengan A reaktifnya, dan tapak penyambungan 3’; penyegarisan dibantu oleh U5. Proses ini
juga mengakibatkan pembentukan gelungan atau struktur lariat. Kedua ujung diputus
mungkin oleh kompleks U2/U6. U6 jelas merupakan struktruktur yang esensial karena ragi
yang kekuranga snRNP tidak akan dapat hidup. Perlu diperhatikan bahwa RNA berfungsi
sebagai preparat katalitik. Rangkaian ini kemudian diulang dalam gen yang mengandung
intron multipel. Pada keadaan seperti ini, terdapat sebuah pola pasti tyang akan diikuti setiap
gen, dan intron tidak harus dikrluarkan secara berangkaian 1 kemudian 2 kemudian 3, dst.
Hubungan antara hnRNA dan mRNa matur yang bersesuaian di dalam sel eukariotik
kini sudah jelas. Molekul hnRNA adalah transkrip primer sekaligus berbagai produknya
yang mengalami pemrosesan dini, yang sudah terjadi penambahan tudung dan ekor poli A
serta pengeluaran yang bersesuaian dengan intron, di bawa ke sitoplasma sebagai molekul
mRNA matur.
2. Proses pembentukan mRNA
Pembentukan mRNA terjadi melalui proses transkripsi DNA. Pada ujung 5’
rantai mRNA segera dimodifikasi. Satu phospat dilepaskann dengan cara dihidrolisis. Ujung
5’ diphospat kemudian menyerang atom phospat alpha pada GTP untuk membentuk suatu
ikatan 5’-5’ triphospat yang tidak biasa. Nitrogen no 7 pada guanin terminal kemudian
dimetilasi oleh S adenosil metionil untuk membentuk tudung 0. Ribosa yang bersebelahan
bisa dimetilasi membentuk tudung 1 dan tudung 2. Tudung meningkatkan stabilitas mRNA
dengan cara melindungi ujung 5’nya terhadap [hospatase dan nuklease. Selain itu juga
tudung meningkatkan translasi mRNA pada proses sintesis protein eukariot.
Pada ujung ekor sebagian besar mRNA ekukariot mempunyai suatu ekor
poliadenilat (poli A) pada ujung 3’nya. Ekor poli A ini tidak disandi oleh DNA. Selain itu,
nukleotida yang mendahului nukleotida bukan nukleotida terakhir yang ditranskripsikan.
Transkrip awal pada eukariot dipotong oleh suatu endonuklease spesifik yang mengenali
urutan AAU AAA . pemotongan tidak terjadi bila ada delesi urutan ini atau suatu segmen
kira-kira 20 nukleotida pada sisi 3’. Adanya urutan internal AAU AAA pada beberapa
mRNA yang matang menunjukkan bahwa AAU AAA hanya merupakan sebagian dari sinyal
pemotongan. Setelah pemotongsn oleh endonuklease, suatu poli A polimerase
menambahkan sekitar 250 residu A pada ujung 3’. Donor pada reaksi ini adalah ATP.
Peranan ekor poli A sekarang menjadi lebih jelas. Sintesisnya dapat dihambat
oleh 3’ deoksi adenosin (kordisepin), yang tidak menganggu sintesis transkrip primer.
mRNA yang sama sekali tidak memiliki ekor poli A dapat dikeluarkan dari inti. Suatu
mRNA yang tidak memiliki ekor poli A biasanya merupakan cetakan untuk mensintesis
protein yang efektifitasnya jauh kurang dibandingkan dengan yang mempunyai ekor poli A.
Selain itu suatu ekor yang panjang melindungi molekul mRNA dari pemotongann oleh
nuklease.
3. Proses pembentukan tRNA
Molekul tRNA berfungsi sebagai molekul penyelaras untuk translasi mRNA menjadi
rangkaian protein. Molekul tRNA mengandung banyak basa standar A, U, G, dan C yang
termodifikasi., termasuk metilasi, reduksi, deaminasi dan ikatan glikosidat yang disusun
ulang. Molekul tRNA, baik pada sel prokariot maupun eukariot ditranskripsikan sebagai
molekul prekursor besar.
Pada prokariot, molekul mRNA sedikit atau bahkan sama sekali tidak mengalami
modifikasi setelah sintesis oleh RNA polimerase. Banyak molekul mRNA ditranslasi
sewaktu proses transkripsi berlangsung. Sebaliknya molekul tRNA dan rRNA dihasilkan
dengan cara pemotongan dan modifikasi lain dari rantai RNA nasens. Tiga macam molekul
rRNA dan satu molekul tRNA dipotong dan dikeluarkan dari suatu transkrip RNA awal yang
juga mengandung daerah-daerah pemisah. Transkrip-transkrip yang lain mengandung
susunan beberapa macam tRNA atau sejumlah salinan tRNA yang sama. Nuklease-nuklease
yang memotong dan merapikan prekursor-prekursor rRNA dan tRNA ini mempunyai
ketepatan yang tinggi. Ribonuklease P misalnya membuat ujung 5’ yang tepat pada semua
molekul tRNA E. coli. Enzim yang menarik ini mengandung suatu molekul RNA yang
bersifat katalitik. Enzim ribonuklease III memotong prekursor rRNA 5S, 16S, dan 23S dari
transkrip awal dengan cara memotong daerah tusuk konde yang berupa heliks ganda pada
situs-situs yang spesifik.
Tipe kedua pengolahan RNA adalah penambahan nukleotida pada ujung sejumlah
rantai RNA. Contohnya, CCA ditambahkan pada ujung 3’ molekul tRNA yang belum
memiliki urutan terminal ini. Modifikasi satuan-satuan basa dan ribosa rRNA merupakan
kategori yang ketiga. Pada prokariot, sejumlah basa mengalami metilasi, sedangkan eukariot
satu gugus 2’-hidroksil setiap kira-kira seratus satuan ribosa mengalami metilasi. Basa-basa
yang tidak lazim, ditemukan pada semua molekul tRNA. Basa-basa ini dibentuk melalui
modifikasi enzimatik suatu ribonukleotida yang biasa ditemikan dalam perkursor tRNA.
Sebagai contoh, ribotimidilat dan pseudouridilat dibentuk melalui modifikasi residu uridilat
setelah transkripsi. Modifikasi ini menghasilkan keanekaragaman, seolah-olah ada usaha
tRNA untuk menandingi protein.
F. Kode Genetik
Kode genetik adalah cara pengkodean urutan nukleotida pada DNA atau RNA untuk
menentukan urutan asam amino pada saat sintesis protein. Informasi pada kode genetik ditentukan
oleh basa nitrogen pada rantai DNA yang akan menentukan susunan asam amino.
Para peneliti melakukan penelitian pada bakteri E. Coli mula-mula digunakan basa nitrogen
singlet maka diperoleh 4 asam amino saja yang dapat diterjemahkan padahal ke 20 asam amino ini
harus diterjemahkan semua agar protein yang dihasilkan dapat digunakan, kemudian para ilmuwan
mencoba lagi dengan kodon duplet dan baru dapat untuk menterjemahlkan 16 asam amino, maka ini
pun belum cukup juga. Kemudian dicoba dengan triplet dan dapat menterjemahkan 64 asam amino.
Hal ini menjadikan ada beberapa kodon yang memiliki simbul/fungsi yang sama diantaranya
(kodon asam asparat (GAU dan GAS) sama dengan asam-asam tirosin (UAU, UAS) sama juga
dengan triptofan (UGG) bahkan ini sangat menguntungkan pada proses pembentukkan protein
karena dapat menggantikan asam amino yang kemungkinan rusak. Selain itu dari 20 asam amino
diantaranya ada yang berfungsi sebagai agen pemotong gen atau tidak dapat bersambung lagi
dengan doubel helix. Asam amino yang berfungsi sebagai agen pemotong gen diantaranya (UAA,
UAG, UGA).
Beberapa sifat dari kode triplet diantaranya:
1. Kode genetik bersifat berdegenerasi
Ciri kode genetik yang paling mencolok adalah degenerate (degenerasi), maksudnya
suatu asam amino yang diuji bisa dispesifikasi lebih dari satu kodon. Hanya metionin dan
triptofan yang mempunyai kodon tunggal. Degenerasi tidak berarti tak sempurna; kode
genetik jelas karena tidak ada kodon yang mengkode asam amino lebih dari satu. Perlu
diketahui bahwa degenerasi kode tidaklah seragam. Sebagai contoh, leusina dan serina
mempunyai enam kodon, glisina dan alanina mempunyai empat kodon, dan glutamat,
tirosina, dan histidina mempunyai dua kodon. Ketika satu asam amino mempunyai kodon
ganda, perbedaan antara kodon biasanya terlihat pada basa yang ketiga (pada ujung 3').
Sebagai contoh, alanina dikode oleh triplet GCU, GCC, GCAA, dan GCG. Kodon tersebut,
hampir semua asam amino disimbolkan dengan XY GA atau XY CU. Dua huruf pertama
dari tiap kodon kemudian faktor penentu yang utama dari kekhususan. Hal ini memberikan
beberapa konsekuensi yang menarik.
Pada tahun 1961 Marshall Nirenberg dan Heinrich Matthaei mengumumkan hasil observasi
yang mengusulkan terobosan pertama. Mereka menginkubasi polyribonucleotide polyuridylate
sintetis (poly(U) yang didesign) dengan ekstrasi E. coli, GTP, dan campuran 20 asam amino dalam
20 tabung berbeda. Pada masing-masing tabung suatu asam amino yang berbeda diberi label secara
radioaktif. Poly(U) dapat dikatakan sebagai mRNA tiruan yang berisi triplet UUU berurutan, dan
triplet ini harus mempromosikan sintesis polipeptida hanya dari salah satu 20 asam amino yang
berbeda dari yang dilabel dengan triplet UUU. Suatu polipeptida radioaktif dibentuk di dalam salah
satu dari 20 tabung yang berisi fenilalanin radioaktif. Nirenberg dan Matthaei menyimpulkan bahwa
triplet UUU cocok untuk fenilalanin. Pendekatan yang sama mengungkapkan bahwa
polyribonucleotide polycytidylate atau poly(C) sintetis mengkode formasi.
Polipeptida yang hanya berisi prolina (polyproline) dan ilyadenylate atau poly(A) mengkode
polylysine. Dengan demikian triplet CCC mengkode daftar prolina dan triplet AAA untuk lisina.
Polinukleotida sintetik yang digunakan dalam eksperimen dibuat sedemikian dengan aksi
fosforilase polinukleotida, menganalisis formasi polimer RNA dari ADP, UDP, CDP dan GDP.
Enzim ini tidak memerlukan template polimer dan membuat polimer dengan sebuah komposisi basa
bahwa secara langsung mencerminkan konsentrasi yang relatif dari precursor nukleotida 5'-
diphosphate di dalam medium. Jika fosforilase polynukleotida diperkenalkan dengan UDP, hal ini
hanya poly(U). Jika diperkenalkan dengan suatu campuran dari lima bagian ADP dan satu CDP
akan membuat polimer dimana 65 residu adalah adenylate dan 61 sytidylate. Polimer acak seperti
itu mungkin memiliki banyak triplet urutan AAA, sedikit triplet AAC, ACA, dan CAA, beberapa
triplet ACC, CCA, dan CAC, dan sangat sedikit triplet CCC. Dengan penggunaan mRNA tiruan
yang berbeda yang dibuat dari fosforilase polinukleotida dari campuran permulaan ADP, GDP,
UDP, dan CDP yang berbeda, komposisi basa triplet yang mengkode hampir semua asam amino
diidentifikasi segera.
Ditahun 1964 Nirenberg dan Filipus menemukan terobosan baru. Mereka menemukan
bahwa ribosom bakteri E.coli yang terisolasi akan mengikat suatu aminoasil-tRNA khusus jika
polinukleotida sintetik yang sesuai ada. Sebagai contoh, ribosom yang diinkubasi dengan poly(U)
dan phenylalanyl-tRNAPhe (atau Phti-tRNAPhe) akan mengikat kedua polimer, tetapi jika ribosom
iinkubasi dengan poly(U) dan beberapa aminoacyU-tRNA yang lain, aminoasil-tRNA itu tidak akan
terikat karena itu tidak akan mengenali triplet UUU pada poly(U), perlu dicatat bahwa oleh
konvensi, identitas tRNA ditandai superscript dan aminoacylated-tRNA ditandai dengan nama yang
menyambung garis. Sebagai contoh, aminoacylated tRNAALa yang benar adalah alanyl-tRNA Ala
atau Ala-tRNAAla. Jika tRNA tersebut adalah salah aminoacylated, misalkan dengan valina, akan
memiliki Val-tRNAAla. Polinukleotida terpendek yang bisa mempromosikan ikatan khusus Phe-
tRNAPhe adalah trinucleotida UUU. Dengan menggunakan trinucleotida sederhana dari urutan
yang dikenal, hal ini mungkin untuk menentukan aminoasil-tRNA yang mana yang terikat dengan
masing-masing dari sekitar 50 dari 64 kodon triplet yang mungkin. Beberapa kodon, baik tidak ada
aminoasil-tRNA akan berikatan, atau lebih dari satu terikat. Metoda lain diperlukan untuk
melengkapi dan mengkonfirmasikan seluruh kode genetik.
Saat ini, suatu pendekatan yang komplementer diperkenalkan oleh H.Gobind Khorana, yang
mengembangkan metoda-metoda untuk mensintesis polyribonucleotida dengan yang digambarkan.
Susunan pengulangan dari dua sampai empat basa. Polipeptida yang dihasilkan dengan memakai
RNAs ini sebagai pengirim pesan (messanger) mempunyai satu atau beberapa asam amino dengan
pola berulang. Pola-pola ini ketika dikombinasikan dengan informasi dari polimer acak yang
digunakan oleh Nirenberg dan rekan-rekannya, memunculkan tugas kodon yang tidak jelas.
Polipeptida yang disintesis responnya atas polimer ini ditemukan untuk memiliki jumlah treonina
dan histidina yang sama. Dengan cara yang sama, satu RNA dengan tiga basa pada pola
pengulangan harus menghasilkan tiga jenis polipeptida yang berbeda. Masing-masing polipeptida
berasal dari kerangka pembacaan (reading frame) yang berbeda dan berisi suatu jenis asam amino.
Satu RNA dengan empat basa pada pola pengulangan harus menghasilkan satu jenis
polipeptida dengan pola pengulangan empat asam amino. Hasil dari semua percobaan dengan
polimer ini menghasilkan tugas dari kodon 61 dan 64 yang mungkin. Dan tiga yang lain
diidentifikasi sebagai kodon penghentian (termination), sebagian karena ketiganya mengacaukan
pola persandian asam amino ketika dimasukkan dalam urutan dari RNA polimer sintetis. Dengan
pendekatan ini, urutan basa dari semua kode triplet masing-masing asam amino dibentuk tahun
1966. Sejak itu, kode ini telah diuji melalui banyak cara. "kamus" lengkap kodon untuk asam
amino. Urutan kode genetik diakui sebagi penemuan terbesar di tahun 1060an.
Kode genetik mempunyai beberapa karakteristik penting. Kunci organisasi informasi
genetika dalam protein dapat ditemukan pada kodon dan pada susunan kodon pada kerangka
pembacaan (reading frame). Perlu diingat bahwa tanpa tanda baca atau isyarat diperlukan untuk
menandai ujung kodon dan permulaan kodon berikutnya. Kerangka pembacaan harus ditetapkan
dengan benar pada permulaan molekul mRNA dan lalu dipindahkan secara berurutan dari satu
triplet ke triplet berikutnya. Jika kerangka pembacaan awal diputus oleh satu atau dua basa, atau
jika ribosom tanpa sengaja melompati suatu nukleotida dalam mRNA, semua kodon berikutnya
akan berantakan dan akan menjurus kepada pembentukan protein "missense" dengan susunan asam
amino yang kacau. Beberapa kodon memiliki fungsi khusus. Kodon inisiasi, AUG, menandakan
awal dari rantai polipeptida. AUG tidak hanya adalah kodon inisiasi dari prokaryota dan eukaryot
tetapi juga mengkode residu Met pada posisi internal polipeptida. Dari 64 triplet nukleotida yang
mungkin, tiga (UAA, UAG, dan UGA) tidak mengkode asam amino yang dikenal. Ketiganya
dikenal sebagai kodon penghentian (termination) atau juga disebut stop codon atau nonsense codon,
yang secara normal menandai akhir sintesis rantai polipeptida. Ketiga kodon penghentian dinamai
"nonsense codon" karena kodon-kodon ini pertama kali ditemukan berasal dari mutasi basa tunggal
bakteri E.coli di mana rantai polipeptida tertentu diakhiri secara prematur. Mutasi nonsens ini,
dinamai amber, ochre, dan opal, membantu identifikasi yang mungkin dari UAA, UAG, dan UGA
sebagai kodon penghentian. Pada urutan acak nukleotida, satu dari setiap 20 kodon pada masing-
masing kerangka pembacaan rata-rata merupakan kodon penghentian. Dimana kerangka pembacaan
ada tanpa kodon penghentian dari 50 atau lebih kodon, daerah itu disebut satu kerangka pembacaan
terbuka (open reading frame). Kerangka pembacaan terbuka panjang biasanya berhubungan dengan
gen yang mengkode protein. Pengkodean gen protein khusus tak terputuskan dengan berat
molekular 60.000 akan memerlukan open reading frame dengan 500 atau lebih kodon.
G. Sintesis Protein
Transkripsi
1. Transkripsi pada Prokariotik
Transkripsi pada dasarnya adalah proses penyalinan urutan nukleotida yang
terdapat pada molekul DNA. Dalam proses transkripsi hanya ada satu untaian DNA yang
disalin menjadi urutan nukleotida RNA (transkrip RNA). Urutan nukleotida pada
transkrip RNA bersifat komplementer dengan urutan DNA cetakan (DNA template)
tetapi identik dengan urutan nukleotida DNA pada untaian pengkode (coding DNA
strand). Pada RNA tidak ada nukleotida T karena struktur T digantikan oleh U.
Nukleotida T dan U mempunyai cincin yang serupa yaitu cincin pirimidin, tetapi pada
basa T ada gugus metil pada atom C nomor 5 sedangkan pada basa U tidak ada.
Secara umum proses transkripsi pada prokariotik berjalan serupa pada
eukariotik, meskipun ada beberapa rincian proses yang berbeda antara kedua sistem
tersebut. Pada prokariotik transkripsi dimulai dengan penempelan RNA polimerase
holoenzim pada bagian promoter suatu gen. Pada awal penempelan RNA polimerase
masih belum terikat kuat dan promoter masih dalam keadaan tertutup. Selanjutnya RNA
polimerase terikat secara kuat dan ikatan hidrogen molekul DNA pada bagian promoter
mulai terbuka. Pada prokariotik RNA polimerase menempel secara langsung pada DNA
di daerah promoter tanpa melalui suatu ikatan dengan protein lain. Dalam proses
penempeln promoter tersebut subunit σ berperanan dalam menemukan bagian promoter
suatu gen sehingga RNA polimerase dapat menempel. Proses pengenalan suatu promoter
oleh RNA polimerase diawali dengan penempelan enzim tersebut secara tidak spesifik
pada molekul DNA. Selanjutnya RNA polimerase akan mencari bagian DNA yang
mempunyai struktur khas suatu promoter. Struktur khas tersebut berupa suatu kelompok
ikatan hidrogen antara kedua untaian DNA pada posisi -35 dan -10. Kecepatan suatu
polimerase dalam menemukan promoter diperkirakan mencapai 1000 pasangan basa per
detik.
Setelah RNA polimerase menempel pada promoter, subunit σ melepaskan diri
dari stuktur holoenzim. Pelepasan subunit σ biasanya terjadi setelah terbentuk molekul
RNA sepanjang 8-9 nukleotida. RNA polimerase inti yang sudah menempel pada
promoter akan tetap terikat kuat pada DNA sehingga tidak lepas. Ikatan ini sangat
penting dalam proses transkripsi sebab jika ikatannya tidak kuat maka RNA polimerase
akan lepas sebelum transkripsi selesai.
Inisiasi Transkripsi
Tahapan inisiasi transkripsi meliputi 4 langkah yaitu :
1. Pembentukan kompleks promoter tertutup
2. Pembentukan kompleks promoter terbuka
3. Penggabungan beberapa nukleotida awal (sekitar 10 nukleotida)
4. Perubahan konformasi RNA polimerase karena subunit σ dilepaskan dari
kompleks holoenzim.
Selanjutnya subunit σ tersebut dapat digunakan lagi dalam proses inisiasi
transkripsi selanjutnya. Bagian DNA yang terbuka setelah RNA polimerase menempel
biasanya terjadi pada daerah sekitar -9 sampai +3 sehingga menjadi struktur untai
tunggal. Bagian DNA yang berikatan dengan RNA polimerase membentuk suatu struktur
gelembung transkripsi sepanjang kurang lebih 17 pasangan basa. Setelah struktur
promoter terbuka secara stabil maka selanjitnya RNA polimerase melakukan proses
inisiasi transkripsi dengan menggunakan urutan DNA cetakan sebagai panduannya.
Dalam proses transkripsi , nukleotida RNA digabungkan sehungga membentuk transkrip
RNA.
Subunit σ mempunyai peranan dalam menstimulasi inisiasi transkripsi tetapi
tidak mempercepat laju pertambahan untaian RNA. Inisiasi transkripsi dapat dihambat
dengan pemberian anti biotik rifampisin, tetapi tidak menghambat proses pemanjangan
transkrip. Subunit RNA polimerase yang menentukan kepekaan atau ketahanan terhadap
antibiotik rifampisin adalah subunit β. Setelah proses inisiaasi transkripsi terjadi, subunit
σterlepas dari enzim inti RNA polimerase yang lain. Jika transkripsi berlangsung pada
kekuatan ionik yang rendah, maka RNA polimerase inti tidak terlepas dari DNA cetakan
pada ujung suatu gen. Hal inimenyebabkan inisiasi transkripsi berhenti. Jika ke dalam
sistem tersebut dimasukkan RNA polimerase inti yang baru, maka transkripsi kemudian
berjalan kembali. Keadaan ini menunjukkan bahwa RNA polimerase inti yang baru
tersebut kemudian bergabung dengan subunit σ yang sebelumnya telah dilepaskan dari
enzim RNA polimerase inti yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, Frank B. 1995. Buku Ajar Biokomia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Arbianto, Purwo. 1994. Biokimia Konsep-Konsep Dasar. Bandung: Depdikbud.
Karlp, Gerald. 2002. Cell and Molecular Biology Concepts and Experiments 4th edition. USA: John
Wiley & Sons, Inc.
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 3. Bogor: Erlangga.
Marks, Dawn B dkk. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC.
Murray, Robert K, dkk. 2001. Biokimia Harper. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Reksoatmodjo, Issoegianti.1994. Biologi Sel.Yogyakarta: Depdikbud.
Stryer, Lubert. 2000. Biokimia Volume 3 Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Yuwono, Tribuwono.2002. Biologi Molekuler. Jakarta: Erlangga.