Anda di halaman 1dari 8

BAGIAN 5.

Standar pelayanan Minimal (SPM) Penyelenggaraan Sekolah

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 053/U/2001 tanggal 19 April


2001 tentang pedoman penyusunan standar pelayanan minimal penyelenggaran
persekolahan bidang pendidikan dasar dan menengah. Standar pelayanan minimal
(SPM) adalah spesifikasi teknis sebagai patokan pelayanan minimal yang wajib
dilakukan oleh daerah kabupaten/kota dalam menyelenggarakan kegiatan
persekolahan. SPM manajemen sekolah pada berbagai jenjang dan jenis menurut
kepmen tersebut dikemukakan sebagai berikut.

a. Manajemen Taman Kanak-kanak (TK)

Setiap Taman Kanak – Kanak (TK) melaksanakan peningkatan mutu.


Dalam hubungannya dengan manajemen TK, setiap TK perlu (1)
merumuskan visi, misi dan target peningkatan mutu secara berkelanjutan; (2)
merencanakan dan melaksanakan program TK yang ditetapkan; (3)
melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program; (4) menyusun
laporan dan mengevaluasi keberhasilan program; (5) merumuskan program
baru sebagai kelanjutan program yang telah dilaksanakan; (6) melaporkan
kemajuan yang telah dicapai oleh TK kepada orangtua, masyarakat dan
pemerintah (stakeholders pendidikan); (7) pengawasan dan pengendalian
mutu kegiatan di TK dilaksanakan secara internal dan eksternal, serta
transparan dengan prinsip akuntabilitas publik; dan (8) evaluasi pelaksanaan
program TK untuk mengetahui tingkat efesiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan, pelaksanaan kurikulum, dan penilaian kinerja
TK sebagai satu kesatuan secara menyeluruh. Penilaian TK dapat bersifat
lokal (TK sendiri atau self assessment dan pemerintah daerah), bersifat
nasional (pemerintah pusat) sesuai dengan tujuan dan lingkupnya.

b. Manajemen sekolah dasar (SD)


Setiap Sekolah Dasar (SD) menerapkan manajemen peningkatan mutu
berbasis sekolah. Dalam sistem ini kepala sekolah bersama dewan guru dan
warga belajar lainnya secara mandiri, transparan, dan bertanggung jawab
melaksanakan program sekolah untuk mencapai visi, misi, dan target mutu
yang diamanatkan oleh masyarakat dan semua pihak yang berkepentingan
terhadap pendidikan di sekolah. Dalam hubungan dengan manajeemn
sekolah, setiap SD (1) merumuskan visi dan misi yang yang jelas serta
terarah sesuai dengan visi dan misi dan standar mutu pendidikan nasional;
(2) merencanakan dan melaksanakan program SD yang telah ditetapkan; (3)
melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program; (4) menyusun
laporan dan mengevaluasi keberhasilan program; (5) merumuskan program
baru sebagai kelanjutan dari program yang telah dilaksanakan.
Pengawasan dan pengendalian mutu kegiatan di sekolah dilaksanakan
secara internal dan eksternal, serta transparan dengan prinsip akuntabilitas
publik. Evaluasi pelaksanaan program sekolah untuk mengetahui tingkat
efesiensi dan efektivitas penyelenggaran pendidikan, pelaksanaan kurikulum,
dan penilaian kinerja sekolah sebagai satu kesatuan secara menyeluruh.
Pada waktu-waktu tertentu dilakukan penilaian input, proses, output, dan
outcome pendidikan serta manajemen sekolah sebagai bagian dari kegiatan
akreditasi sekolah. Kepala sekolah bersama dewan guru serta warga sekolah
secara transparan dan bertanggung jawab melaksanakan visi, misi, dan
program sekolah yang diamanatkan oleh masyarakat dan seluruh pihak yang
berkepentingan (stakeholders).
c. Manajemen Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Setiap sekolah menengah pertama (SMP) menerapkan manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah. Dalam sistem ini kepala sekolah
bersama dewan guru dan warga sekolah lainnya secara mandiri, transparan,
dan bertanggung jawab melaksanakan program sekolah untuk mencapai visi,
misi dan target mutu yang diamanatkan oleh masyarakat dan semua pihak
yang berkepentingan terhadap pendidikan pendidikan di sekolah yang
bersangkutan (stakeholders pendidikan). Mencapai tujuan tersebut setiap
sekolah (1) merumuskan visi dan misi yang jelas serta terarah sesuai dengan
visi dan misi standar mutu pendidikan nasional; (2) merencanakan dan
melaksanakan program SMP yang telah ditetapkan; (3) melaksanakan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan program; (4) menyusun laporan dan
mengevaluasi keberhasilan program; (5) merumuskan program baru sebagai
kelanjutan dari program yang telah dilaksanakan. Untuk mengawasi
tercapainya program dilakukan kontrol melalui (1) pemantauan dan
pengawasan internal dan eksternal; (2) transparansi manajemen; dan (3)
akuntabilitas publik. Penilaian sekolah dilakukan untuk mengetahui tingkat
efisiensin dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan, pelaksanaan
kurikulum, dan penilaian kinerja sekolah sebagai satu kesatuan secara
menyeluruh. Penilaian sekolah dapat bersifat nasional (pemerintah pusat),
lokal (pemerintah daerah), dan sekolah itu sendiri sesuai dengan tujuan dan
lingkupnya sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.
d. Manajemen Sekolah Menengah Atas (SMA)
Ketenagaan Sekolah Menengah Atas (SMA) menurut Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional RI No. 053/U/2001 tanggal 19 April 2001
tentang pedoman penyusunan standar pelayanan minimal penyelenggaraan
persekolahan bidang pendidikan dasar dan menengah pada pada Sekolah
Menengah Atas (SMA) terdiri dari kepala sekolah berijazah serendah –
rendahnya S1 berasal dari LPTK atau non LPTK dengan akta mengajar, wakil
kepala sekolah, kepala urusan tata usaha, guru mata pelajaran berijazah
serendah-rendahnya S1 berasal dari LPTK atau non LPTK dengan akta
mengajar sesuai bidan studi yang menjadi tanggung jawabnya, guru
pembimbing, laboran, pustakawan, dan petugas tata usaha. Untuk tenaga
lainnya tidak dijelaskan latar belakang pendidikan yang diperlukan.
Sedangkan organisasi SMA terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
urusan tata usaha sekolah, unit laboratorium, unit perpustakaan, dan dewan
guru.
Setiap Sekolah Menengah Atas (SMA) menerapkan manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah dalam sistem ini kepala sekolah bersama
dewan guru dan warga sekolah lainnya secara mandiri, transparan, dan
bertanggung jawab melaksanakan program sekolah mencapai visi, misi dan
target mutu yang diamanatkan oleh masyarakat dan semua pihak yang
berkepentingan terhadap pendidikan di sekolah (stakeholders pendidikan).
Mencapai tujuan tersebut, setiap sekolah (1) merumuskan visi dan misi yang
jelas serta terarah sesuai dengan visi dan misi dan standar mutu pendidikan
nasional; (2) merencanakan dan melaksanakan program SMA yang telah
ditetapkan; (3) melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program;
(4) menyusun laporan dan dan mengevaluasi keberhasilan program; (5)
merumuskan program baru sebagai kelanjutan dari program yang telah
dilaksanakan. Untuk mengawasi tercapainya program, maka dilakukan kontrol
melalui (1) pemantauan dan pengawasan internal dan eksternal; (2)
transparansi manajemen; (3) akuntabilitas publik. Penilaian sekolah dilakukan
untuk mengetahui tingkat efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pendidikan, pelaksanaan kurikulum, dan penilaian kinerja sekolah sebagai
satu kesatuan secara menyeluruh.
Penilaian sekolah dapat bersifat nasional (pemerintah pusat), lokal
(pemerintah daerah), dan sekolah itu sendiri sesuai dengan tujuan dan
lingkupnya serta prinsip manajemen berbasis sekolah. Komponen penting
penilaian adalah (1) kurikulum nasional maupun muatan lokal dilihat dari
ketersediaan, persebarannya, keterlaksanaan, dan presentase daya serap;
(2) peserta didik dilihat dari angka partisipasi kasar (APK), angka partisipasi
murni ( APM), angka pendaftaran peserta didik, angka putus sekolah (APS),
angka mengulang, kelangsungan belajar peserta didik (survival rate), dan
presentase kelulusan; (3) ketenagaan yaitu kinerja personal sekolah,
kualifikasi dan keahlian tenaga guru dan tenaga kependidikan, dan rasio guru
dengan peserta didik; (4) organisasi sekolah yaitu struktur organisasi,
personalia, uraian tugas, dan mekanisme kerja; (5) pembiayaan yaitu
ketersediaan anggaran yang bersumber dari pemerintah dan masyarakat,
serta komponen yang harus dibiayai; (6) sarana dan prasaran yaitu
ketersediaan dan perawatan lahan, bangunan, perabot, peralatan
laboratorium dan media, buku teks, sarana dan peralatan olah raga, sarana
dan peralatan seni, infrastruktur, dan sebagainya; (7) manajemen sekolah
yaitu pemahaman visi dan misi sekolah, tingkat kehadiran guru dan tenaga
kependidikan serta personal lainnya, tingkat kehadiran peserta didik, kinerj
sekolah, dan tertib administrasi; dan (8) peran serta masyarakat yaitu
dukungan dan peran serta komite sekolah, perhatian orangtua, peran serta
tokoh masyarakat, peran serta dunia usaha, dan sebagainya.
e. Manajemen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 053/U/2001 tanggal 19
April 2001 tentang pedoman penyusunan standar pelayanan minimal
penyelenggaraan persekolahan bidang pendidikan dasar dan menengah
pada sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Menegaskan ketenagaan SMK
terdiri dari kepala sekolah berijazah serendah-rendahnya S1 berasal dari
LPTK atau non LPTK dengan akta mengajar, wakil kepala sekolah, kepala
jurusan (program keahlian), kepala instalasi, kepala urusan tata usaha, guru
mata pelajaran berijazah serendah-rendahnya S1 berasal dari LPTK atau non
LPTK dengan akta mengajar sesuai bidang studi yang menjadi tanggung
jawabnya, guru pembimbing, guru praktek, teknisi sumber belajar, laboran,
pustakawan, ketua rumpun (bidang keahlian), wali kelas dan petugas tata
usaha. Untuk tenaga lainnya tidak dijelaskan latar belakang pendidikan yang
diperlukan. Organisasi SMK terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
urusan tata usaha, unit laboratorium, unit bengkel, instalasi, unit
perpustakaan, dan dewan guru. Setiap Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
menerapkan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.
Dalam sistem ini kepala sekolah bersama dewan guru dan warga
sekolah lainnya secara mandiri, transparan, dan bertanggung jawab
melaksanakan program sekolah untuk mencapai visi, misi dan target mutu
yang diamanatkan oleh masyarakat dan semua pihak yang berkepentingan
terhadap pendidikan di sekolah yang bersangkutan (stakholders pendidikan).
Mencapai tujuan tersebut, maka setiap sekolah (1) merumuskan visi dan misi
yang jelas serta terarah sesuai dengan visi dan misi dan standar mutu
pendidikan nasional; (2) merencanakan dan melaksanakan program SMK
yang telah ditetapkan; (3) melaksanakan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan progra; (4) menyusun laporan dan mengevaluasi keberhasilan
program; (5) merumuskan program baru sebagai kelanjutan dari program
yang telah dilaksanakan. Untuk mengawasi tercapainya program, maka
dilakukan kontrol melalui (1) pemantauan dan pengawasan internal dan
eksternal; (2) transparansi manajemen; dan (3) akuntabilitas publik. Penilaian
sekolah dilakukan untuk untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan, pelaksanaan kurikulum, dan penilaian kinerja
sekolah sebagai satu kesatuan secara menyeluruh. Penilaian sekolah dapat
bersifat nasional (pemerintah pusat), lokal (pemerintah daerah), dan sekolah
sesuai dengan tujuan dan lingkupnya sesuai dengan prinsip manajemen
berbasis sekolah.
BAGIAN 6. Tenaga Kependidikan Bukan Pendidik

Tenaga kependidikan bukan pendidik menurut Keputusan Menteri Pendidikan


Nasional RI No. 053/U/2001 tanggal 19 April 2001 tentang pedoman penyusunan
standar pelayanan minimal penyelenggaraan persekolahan bidang pendidikan dasar
dan menengah adalah Sumber Daya Manusia (SDM) di sekolah yang tidak terlibat
secara langsung dalam pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah,
tetapi sangat mendukung keberhasilannya dalam kegiatan administrasi sekolah.
Tenaga bukan pendidik menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional tersebut
adalah (1) kepala bagian tata usaha; (2) pelaksanaan kegiatan kepegawaian; (3)
pelaksanaan urusan keuangan; (4) pelaksanaan urusan perlengkapan dan logistik;
(5) pelaksanaan sekertariat dan keperserta didikan; dan (6) pengemudi dan penjaga
sekolah.

Dilihat dari substansinya personal pendidikan di sekolah terdiri (1) tenaga


guru yang bertugas dan bertanggung jawab dalam hal pelayanan belajar dengan
segala aspek dan kriteria yang menyertainya; (2) tenaga kependidikan bukan guru
yang bertugas dan bertanggung jawab memberikan pelayanan teknis kependidikan
kepada peserta didik, guru, dan kepala sekolah atas dasar dan prinsip ilmiah,
sistematis, dan terukur atas dasar bidang keahlian tertentu dan kriteria yang
menyertainya; dan (3) tenaga administrasi atau ketatausahaan yang bertugas
membantu kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan dalam kelancaran
kegiatan administrasi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan
logistik sekretariat dan surat menyurat, kepeserta didikan, transportasi, dan
sebagainya yang bersifat teknis administratif.

Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa secara spesifik personal


pendidikan di sekolah minimal ada pada empat kategori (1) tenaga guru (bidang
studi) sebagai tenaga pendidik melaksanakan tugas layanan belajar; (2) tenaga
kependidikan sebagai tenaga ahli (bimbingan penyuluhan, ahli kurikulum, teknologi
pendidikan, perencanaan pendidikan, dan psikologi pendidikan) yang bertugas
memberikan layanan teknis kependidikan; (3) tenaga fungsional non guru dan non
tenaga kependidikan serta laboran, arsiparis dan pustakawan yang bertugas
memberikan pelayanan sesuai bidang tugasnya masing-masing; dan (4) tenaga
administrasi ketatausahaan sebagai tenaga administrasi yang bertugas memberikan
layanan teknis administrasi dan ketatausahaan. Semua personal ini di sekolah
secara hierarkhis bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan dibina oleh
organisasi vertikal yaitu Dinas Pendidikan pada pemerintah kabupaten/kota.
Sebagaimana ditegaskan Kepmen Diknas No. 162/U/2003 Bab II Pasal 2 guru yang
memenuhi persyaratan tertentu dapat diberi tugas tambahan sebagai kepala
sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan wali kela adalah
guru atau tenaga kependidikan yang diberi tugas tambahan untuk memimpin sesuai
dengan tugas yang diberikan kepadanya.
KESIMPULAN

Dilihat dari standar pelayanan semua merujuk pada Keputusan Menteri


Pendidikan Nasional RI No. 053/U/2001 tanggal 19 April 2001.

Dari tingkat TK, SD, SMP, SMA bahkan SMK semua telah merujuk mengikuti
alurnya . semua tingkatan telah menerapkan manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah. Dari segi pembuatan visi misinya hingga monitoring dan evaluasi semua
telah merujuk pada Surat Keputusan Menteri Pendidikan.

Dan telah ditegaskan pula bahwa ketenagaannya telah di atur dalam


Keputusan Menteri Pendidikan. Seperti kepala sekolah berijazah serendah –
rendahnya S1 berasal dari LPTK atau non LPTK dengan akta mengajar, wakil
kepala sekolah, kepala urusan tata usaha, guru mata pelajaran berijazah serendah-
rendahnya S1 berasal dari LPTK atau non LPTK dengan akta mengajar sesuai bidan
studi yang menjadi tanggung jawabnya, guru pembimbing, laboran, pustakawan,
kepala jurusan (program keahlian), kepala instalasi, kepala urusan tata usaha. Untuk
tenaga lainnya tidak dijelaskan latar belakang pendidikan yang diperlukan.

Sedangkan tenaga kependidikan bukan pendidik ialah Sumber Daya Manusia


(SDM) di sekolah yang tidak terlibat secara langsung dalam pelaksanaan Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) di sekolah, tetapi sangat mendukung keberhasilannya
dalam kegiatan administrasi sekolah.

Anda mungkin juga menyukai