Anda di halaman 1dari 17

Laporan Akhir SID Embung Air Baku Welulang di Kabupaten Pasuruan

BAB VI
PERENCANAAN KONSTRUKSI EMBUNG

6.1. Penentuan Tinggi Jagaan


Tinggi jagaan adalah jarak bebas antara mercu embung dengan permukaan air
maksimum rencana. Tinggi jagaan dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
- Akibat banjir abnormal
- Ombak akibat angin
- Ombak akibat gempa
- Tinggi kemngkinan kenaikan permukaan air, apabila terjadi kemacetan pada
pembangunan pelimpah.
- Tinggi tambahan yang didasarkan pada tingkat urgensi embung,
Tinggi jagaan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Hf ≥ Δh + (hw atau (he/2)) + ha + hi
Hf ≥ hw + (he/2) + ha + hi
Dimana :
Hf : Tinggi jagaan (m)
Δh : Yang terjadi akibat timbulnya banjir abnormal (m)
hw : Tinggi ombak akibat kenaikan (m)
he : Tinggi jagaan ombak akibat gempa (m)
ha : Tinggi kemungkinan kenaikan permukaan air, apabila terjadi kemacetan
pada pintu bangunan pelimpah (m)
hi : Tinggi tambahan yang didasarkan pada tingkat urgensi embung (m)

6.1.1. Perhitungan Tinggi Kenaikan Permukaan Akibat Banjir Abnormal (Δh)


Qo = 40.4 m3/det (Debit banjir rencana)
Q = 20.2 m3/det (Kapasitas rencana)
H = 1.64 m (Kedalaman Pelimpah rencana)
A = 0.075 km2 (Luas permukaan air pada elevasi banjir rencana)
a = 0.2 (Koef. Untuk bangunan pelimpah terbuka)
Δh = (2/3) x {(a x Qo) / Q } x {H / (1 + (A x H / Q))}
= (2/3) x {(0.2 x 40.43) / 20.217 } x {1.64 / (1 + (0.075 x 1.64 / 20.21))}
= 0.435 m

PT. Mulya Sakti Wijaya VI - 1


Laporan Akhir SID Embung Air Baku Welulang di Kabupaten Pasuruan

6.1.2. Perhitungan Tinggi Ombak yang Disebabkan oleh Angin (hw)


Tinggi ombak yang disebabkan oleh angin ini perhitungannya sangat dipengaruhi
oleh panjangnya lintasan ombak (F) dan kecepatan angin di atas permukaan air embung.
Panjang lintasan ombak yang dipakai adalah Fetch efektif sebesar 109,432 m (Gambar
4.1). Sedangkan kecepatan angin di atas permukaan air embung diambil dari data
Klimatologi sekitar embung yaitu 20 m/det. Perhitungan tinggi ombak (hw) ini
menggunakan grafik metode SMB yang dikombinasikan dengan metode Saville. Dengan
kemiringan hulu direncanakan 1:2, tinggi jangkauan ombak (hw) yang didapat adalah
0,071 m.

Gambar 4.1 Grafik perhitungan metode SMB (Suyono Sosrodarsono, 1989)

Perhitungan fetch efektif rata-rata digunakan persamaan berikut (Bambang


Triatmojo,1996) :

Dimana :
Feff = fetch rerata efektif
Xi = panjang fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke ujung akhir fetch.
α = deviasi mbahan 60 sampai sudut sebesar 840 pada kedua sisi dari arah angin.
PT. Mulya Sakti Wijaya VI - 2
Laporan Akhir SID Embung Air Baku Welulang di Kabupaten Pasuruan

Tabel 4.1 Perhitungan Fetch Efektif

a (°) Cos a Xi (m) Xi. Cos a


84 0.1049 30.19 3.167
78 0.2082 29.83 6.212
72 0.3093 29.63 9.165
66 0.4070 30.89 12.572
60 0.5002 32.47 16.242
54 0.5880 35.49 20.867
48 0.6693 43.26 28.953
42 0.7433 47.31 35.164
36 0.8091 50.37 40.755
30 0.8661 57.73 49.999
24 0.9136 64.97 59.356
18 0.9511 64.67 61.506
12 0.9782 72.27 70.692
6 0.9945 290.6 289.009
0 1.00 202.93 202.930
6 0.9945 161.39 160.506
12 0.9782 142.48 139.368
18 0.9511 228.66 217.474
24 0.9136 187.77 171.544
30 0.8661 161.6 139.960
36 0.8091 125.88 101.851
42 0.7433 106.66 79.277
48 0.6693 93.66 62.685
54 0.5880 76.22 44.815
60 0.5002 61.03 30.529
66 0.4070 35.68 14.522
72 0.3093 32.2 9.960
78 0.2082 30.45 6.341
84 0.1049 30 3.147
Jumlah 19.0855 2088.568
Sumber : hasil perhitungan

Feff = ∑Xi. Cos a


∑Cos a
= 2088. / 19.08
= 109.432

6.1.3. Perhitungan Tinggi Ombak yang Disebabkan Gempa (he)


Data :
Z = 0.8 (Koefesien gempa sesuai zona gempa)

PT. Mulya Sakti Wijaya VI - 3


Laporan Akhir SID Embung Air Baku Welulang di Kabupaten Pasuruan

Ac = 151.72 cm/dt2 (Percepatan dasar gempa)


V = 1.1 (Faktor koreksi)
G = 980cm/dt2 (Percepatan gravitasi)
Perhitungan intensitas seismic horizontal :
e = Z x Ac x (V / g)
= 0.8 x 151.72 x (1.1 / 980)
= 0.136
Perhitungan tinggi ombak akibat gempa :
Data :
E = 0.136 (Intensitas seismic horizontal)
Ʈ =1 (Siklus seismic)
Π = 3.14
Elv. MAB = 345.39 m
Elv. Dasar = 339 m
ho =Elv. MAB - Elv. Dasar
=345.39 - 339
=6.39m
he ={(e x Ʈ) / π} x {(g x ho)^0.5}
={(0.136 x 1) / 3.14} x {(980/100 x 6.389)^0.5}
=0.343m
Jadi tinggi puncak ombak di atas permukaan air rata-rata adalah :
X =he / 2
=0.172m

6.1.4. Perhitungan Tinggi Kenaikan Permukaan Embung yang Disebabkan


oleh Ketidaknormalan Operasi Pintu Bangunan (ha)
Kenaikan permukaan air embung yang disebabkan oleh ketidaknormalan operasi
pintupintu bangunan sebagai standar biasanya diambil ha = 0,5 m ( Suyono
Sosrodarsono,1981).

6.1.5. Perhitungan Angka Tambahan Tinggi Jagaan yang Didasarkan pada


Tipe Bendungan (hi)
Mengingat limpasan melalui mercu bendungan urugan akan sangat berbahaya,
maka untuk bendungan type ini angka tambahan tinggi jagaan (hi) diambil sebesar 1,0 m
(Suyono Sosrodarsono, 1981).

PT. Mulya Sakti Wijaya VI - 4


Laporan Akhir SID Embung Air Baku Welulang di Kabupaten Pasuruan

Berdasarkan data perhitungan tersebut di atas di mana :


Δh = 0.435 m
hw = 0.071 m
he/2 = 0.172 m
ha = 0.5 m
hi = 1.00 m
Maka tinggi jagaan dapat ditentukan sebagai berikut :
Hf = Δh + hw + ha + hi
= 0.434 + 0.071 + 0.5 + 1
= 2.006 m
Hf = Δh + he/2 + ha + hi
= 0.434 + 0.171 + 0.5 + 1
= 2.106 m
Hf = he/2 + hw + ha
= 0.171 + 0.071 + 0.5
= 0.743 m
Dari ketiga alternatif tinggi jagaan tesebut di ambil tinggi jagaan = 2.106 m
Angka standard untuk tinggi jagaan pada bendungan urugan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Tinggi Jagaan Embung Urugan


Lebih rendah dari 50 m Hf ≥ 2 m
Dengan tinggi antara 50-100 m Hf ≥ 3 m
Lebih tinggi dari 100 m Hf ≥ 3.5 m
(Suryono Sosrodarsono, 1981)
Berdasarkan tabel di atas, maka tinggi jagaan yang di ambil sebesar = 2.000 m.

6.2. Perhitungan Tinggi Embung


Tinggi embung adalah perbedaan antara elevasi permukaan pondasi dan
elevasi mercu embung. Apabila pada embung dasar dinding kedap air atau zona
kedap air, maka yang dianggap permukaan pondasi adalah garis perpotongan antara
bidang vertikal yang melalui hulu mercu embung dengan permukaan pondasi alas
embung tersebut. Tinggi maksimal untuk embung adalah 20 m (Loebis, 1987).
Besarnya tinggi tubuh embung sangat dipengaruhi oleh besarnya masing-masing
tampungan yang ada. Tampungan tersebut adalah:
a. Tampungan mati (dead storage) merupakan tampungan untuk sedimentasi
yang di endapkan selama rencana embung.
PT. Mulya Sakti Wijaya VI - 5
Laporan Akhir SID Embung Air Baku Welulang di Kabupaten Pasuruan

Perhitungan Sedimentasi selama usia guna embung 100 tahun = 151.51 m3


Elevasi dasar saluran = 339 m
Sampai dengan Elevasi = 343 m
b. Tampungan efektif (effective storage) Merupakan tampungan untuk memenuhi
kebutuhan air baku yang di dapatkan dari Neraca Air.
Perhitungan Tampungan efektif selama usia guna embung 100 tahun = 4,151
m3
Pada elavasi tampungan mati = 343 m
Sampai dengan elevasi = 345 m
c. Tinggi muka air banjir di atas bendung pelimpah (spillway)
Eleavsi spillway = 345 m
Elevasi muka air banjir = 346.64 m
Maka tinggi embung = Elevasi Spillway - Elevasi dasar saluran + Tinggi jagaan
= 345 - 339 + 2
= 8.00 m
= 8.00 m
Elevasi Puncak Mercu = Elevasi dasar saluran + Tinggi Embung
= 339 + 8
= 347.00 m

6.3. Perhitungan Lebar Mercu Embung


Lebar mercu embung yang memadai diperlukan agar mercu embung dapat
bertahan terhadap hempasan ombak diatas permukaan lereng yang berdekatan dengan
mercu tersebut dan dapat bertahan terhadap aliran filtrasi yang melalui bagian mercu
tubuh embung yang bersangkutan. Disamping itu, pada penentuan lebar mercu perlu
diperhatikan kegunaannya sebagai jalan eksploitasi dan pemeliharaan.
Perhitungan untuk memperoleh lebar minimum mercu embung, dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
B = 3.60 x (H)1/3 - 3.00
= 3.60 x {(8)^(1/3)} - 3.00
= 4.24 m
= 4.00 m (Dibulatkan ke bawah untuk efisiensi)

PT. Mulya Sakti Wijaya VI - 6


Laporan Akhir SID Embung Air Baku Welulang di Kabupaten Pasuruan

6.4. Perhitungan Kemiringan Dasar Sungai


Untuk menentukan kemiringan dasar sungai rata-rata disekitar lokasi bendung
diperlukan gambar situasi dengan skala tertentu. Kemiringan dasar sungai berpedoman
pada elevasi dan jarak yang terdapat pada potongan memanjang sungai. Perhitungan
kemiringan dasar sungai merupakan perbandingan antara beda tinggi dengan jarak
pengukuran dua titik, rumus perhitungan (Soenarno, 1972)
∆𝐻
𝑖= 𝐿
𝑛−1
Dimana :
i = kemiringan dasar sungai
∆H = beda tinggi antara dua titik (m)
L = jarak antara dua titik (m)
N = banyaknya titik yang ditinjau

Tabel 4.3 Perhitungan kemiringan dasar sungai

No No. Patok L (m) Elevasi ΔH (m) ΔH/L


1 P0 352.970
45.47 1.020 0.022
2 P1 351.950
46.06 0.720 0.016
3 P2 351.230
50.87 1.080 0.021
4 P3 350.150
59.9 1.100 0.018
5 P4 349.050
178.69 0.990 0.006
6 P5 348.060
48.95 1.060 0.022
7 P6 347.000
49.94 1.500 0.030
8 P7 345.500
193.72 1.100 0.006
9 P8 344.400
165.82 0.200 0.001
10 P9 344.200
727.2 0.200 0.000
11 P10 344.000
138.32 0.900 0.007
12 P11 343.100
397.79 0.100 0.000
13 As Embung 343.000
20.87 0.220 0.011
14 P13 342.780
36.94 2.800 0.076
15 P14 339.980
26.44 2.520 0.095
PT. Mulya Sakti Wijaya VI - 7
Laporan Akhir SID Embung Air Baku Welulang di Kabupaten Pasuruan

16 P15 337.460
26.62 0.270 0.010
17 P16 337.190
27.21 0.390 0.014
18 P17 336.800
152.53 0.670 0.004
19 P18 336.130
29.09 0.000 0.000
20 P19 336.130
84.88 0.000 0.000
21 P20 336.130
Jumlah 2507 0.359
Sumber : hasil perhitungan

Elv. P0 = 352.970 m
Elv. P1 = 351.950 m
L = 45.47 m
ΔH = Elv. P0 - Elv. P1
= 352.97 - 351.95
= 1.020 m
ΔH/L = 1.020 / L
= 1.020 / 45.47
= 0.0224
Berdasarka Tabel di atas maka didapatkan Kemiringan Sungai (i)
i = ∑(ΔH/L) / (n-1)
= 0.35932 / (21 - 1)
= 0.0179

6.5. Perhitungan Tinggi Air Banjir Di Hilir Bendung


Yang dimaksud dengan tinggi air banjir rencana adalah tinggi air banjir sungai
sebelum ada bendung. Ini akan sama dengan tingginya air banjir di hilir bendung setelah
adanya bendung. Hal ini disebabkan karena penampang sungai di hilir bendung tidak
akan berubah meskipun setelah adanya bendung. Dengan demikian maka elevasi muka
air di hilir bendung sebelum ada bendung dapat dihitung. Rumus yang digunakan dalam
perhitungan ((Standart Perencanaan irigasi KP – 03, 1986) :
Perhitungan tinggi air banjir di hilir bendung dilakukan dengan cara coba-coba
sampai diperoleh debit banjir hitung yang mendekati debit banjir rencana sebesar 40.435
m3/dt. Contoh perhitungan dengan ketinggian air hilir 0,25 m :
Kolom 2 (h) = Ketinggian air banjir dihilir bendung dengan coba-coba
= 0.45 m
PT. Mulya Sakti Wijaya VI - 8
Laporan Akhir SID Embung Air Baku Welulang di Kabupaten Pasuruan

Kolom 3 (b) = Lebar Spillway


= 10 m
Kolom 4 (m) = Kemiringan talud saluran
= 0.68
Kolom 5 (A) = Luas permukaan basah
= (b + m x h) x h
= (10 + 0.68 x 0.45) x 0.45
= 4.638 m
Kolom 6 (P) = Keliling basah
= b + (2 x h) x ((m^2) + 1)^0.5)
= 10 + (2 x 0.45) x ((0.68^2) + 1)^0.5)
=11.088m
Kolom 7 (R) = Jari - jari hidrolis
=A/P
= 4.6377 / 11.08
= 0.418 m
Kolom 8 (n) = Koefisien kekasaran manning
= 0.025
Kolom 9 (i) = Kemiringan saluran
= 0.0179
Kolom 10 (V) = Kecepatan Aliran
= (1/n) x (R ^(2/3)) x (i^(0.5))
= (1/0.025) x (0.418 ^(2/3)) x (0.017^(0.5))
= 2.999 m3/det
Kolom 11 (Q) = V x A
= 2.998 x 4.6377
= 13.906 m3/det

Tabel 4.4 Perhitungan Tinggi Air Banjir Di Hilir Spillway


h b A P R V Q
No m n i
(m) (m) (m2) (m) (m) (m3/det) (m3/det)
1 0.45 10 0.68 4.638 11.088 0.418 0.025 0.0180 2.999 13.906
2 0.55 10 0.68 5.706 11.330 0.504 0.025 0.0180 3.394 19.363
3 0.65 10 0.68 6.787 11.572 0.587 0.025 0.0180 3.757 25.498
4 0.75 10 0.68 7.883 11.814 0.667 0.025 0.0180 4.094 32.270
5 0.85 10 0.68 8.991 12.056 0.746 0.025 0.0180 4.409 39.646

PT. Mulya Sakti Wijaya VI - 9


Laporan Akhir SID Embung Air Baku Welulang di Kabupaten Pasuruan

6 0.865 10 0.68 9.159 12.092 0.757 0.025 0.0180 4.455 40.802


7 0.965 10 0.68 10.283 12.334 0.834 0.025 0.0180 4.749 48.839
8 1.065 10 0.68 11.421 12.576 0.908 0.025 0.0180 5.028 57.428
9 1.165 10 0.68 12.573 12.818 0.981 0.025 0.0180 5.293 66.549
10 1.265 10 0.68 13.738 13.060 1.052 0.025 0.0180 5.546 76.188
11 1.365 10 0.68 14.917 13.301 1.121 0.025 0.0180 5.787 86.330
12 1.465 10 0.68 16.109 13.543 1.189 0.025 0.0180 6.019 96.963
13 1.565 10 0.68 17.315 13.785 1.256 0.025 0.0180 6.242 108.079
14 1.665 10 0.68 18.535 14.027 1.321 0.025 0.0180 6.456 119.666
15 1.765 10 0.68 19.768 14.269 1.385 0.025 0.0180 6.663 131.719
Sumber : hasil perhitungan
Berdasarkan tabel di atas di dapatkan ketinggian air di hilir spilway sebesar 0.865 m

6.6. Perhitungan Lebar Efektif Spillway


Lebar efektif mercu (Be) dihubungkan dengan lebar mercu yang sebenarnya (B),
yakni jarak antara pangkal-pangkal bending dan/atau tiang pancang, dengan persamaan
berikut (Standart Perencanaan irigasi KP – 02, 1986 : 38) :
Be = B – 2 (n . Kp + Ka) H1
dimana :
Be = lebar efektif bendung (m)
B = lebar bending Pelimpah (m)
n = jumlah pilar
Ka = koefisien kontraksi pangkal bendung
Kp = koefisien kontraksi pilar
H1 = tinggi energi (m)
Perhitungan Lebar Efektif Spilway adalah sebagai berikut :
Lebar Spillway = 10 m
Lebar Pintu Pembilas =1m
Tebal Pilar Pintu Pembilas = 1.5 m @0
Tebal Pilar Mercu = 0.5 m @2
Kp =0.01
Ka =0.01
Bp Total =(0 x 1)
=0m
Tp Total =( 0 x 1.5) + (2 x 0.5)
=1.00m
(Bm) Lebar Mercu = B - (Bp total + Tp Total)

PT. Mulya Sakti Wijaya VI - 10


Laporan Akhir SID Embung Air Baku Welulang di Kabupaten Pasuruan

= (10) - (0 + 1)
=9m
(Be) Lebar Efektif Bendung Pelimpah = Bm - (2 x (n x Kp + Ka) x H1)
= 9- (2 x ( + 2) x (0.01 + 0.01)
=9 - 0.1H1

6.7. Perencanaan Mercu


Dalam Perencanaan Embung Welulang digunakan Mercu Ogee Tipe IV yang
berbentuk tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam aerasi. Oleh karena itu mercu
ini tidak akan memberikan tekanan subatmosfir pada permukaan mercu sewaktu bendung
mengalirkan air pada debit rencana. Untuk debit yang lebih rendah, air akan memberikan
tekanan ke bawah pada mercu. Untuk merencanakan permukaan Ogee bagian hilir, U.S
Army Corps of Engineers telah mengembangkan persamaan berikut : (Standart
Perencanaan irigasi KP – 02, 1986 : 46)

Gambar 4.1
Bentuk-bentuk bendung mercu Ogee Tipe IV (U.S Army Corps of Engineers)

5.7.1. Tinggi Air Banjir Diatas Mercu


Persamaan antara tinggi energi dan debit untuk bendung mercu Ogee adalah
(Standart Perencanaan irigasi KP – 02, 1986 : 47) :
3
2 2
Q= Cd . . √ g . Be . H21
3 3

dimana :
Q = debit rencana (m3/dt)
Cd = koefisien debit (Cd = C0 x C1x C2)
g = gravitasi (9,80 m/dt2)
Be = lebar efektif bendung (m)
H1 = tinggi energi diatas mercu (m)
PT. Mulya Sakti Wijaya VI - 11
Laporan Akhir SID Embung Air Baku Welulang di Kabupaten Pasuruan

Perhitungan Tinggi Air Banjir diatas Mercu adalah sembai berikut :


(Q) Debit Banjir Rencana = 40.435 m3/det
(Cd) Koefesien Debit = 1.277
(g) Gaya Gravitasi Bumi = 9.81m/det
(Be) Lebar Efektif Bendung = 9-0.1H1 = 8.9016m
(H1) Tinggi Energi Air Banjir di atas mercu = 1.64 m
Dicoba :
H1 = 1.64 m
Cd = 1.277
Q = Cd x 2/3 x (2/3 x g)1/2 x Be x H13/2
= (1.276 x 0.66 x (0.66 x 9.81 ^ 0.5) x (1.64 ^ 1.5)
= 1.276 x 0.67 x 2.557 x 8.9016 x 2.10
40.435 = 40.693 Okee !!!
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi tinggi air banjir di atas mercu perhitungannya
sebagai berikut :
(q) Debit Persatuaan Lebar = Q / Be
= (40.4351/ 8.9016)
= 4.542 m3/dt'.m
(V) Kecepatan air di hulu Bendung = q / (P + H1)
= (4.542) / (1.64 + 2.5)
= 1.097 m/det
(Ha1) Tinggi Kecepatan Energi = V2 / 2g
= (1.097 ^ 2) / (2 x 9.81)
= 0.061 m
(Hd) Tinggi Muka Air di hulu Bendung = H1 - Ha1
= (1.64 - 0.061)
= 1.579 m
(Hc) Kedalaman Air Kritis = (q / g)2/3
= (4.542 / 9.81) ^ 0.66

= 0.599 m
CEK..!!! H1 / Hd =1.039
P / Hd =1.584
P / H1 =1.524
(Tinggi Mercu) 0.5P =2.500 m
(Konstanta) C0 =1.3

PT. Mulya Sakti Wijaya VI - 12


Laporan Akhir SID Embung Air Baku Welulang di Kabupaten Pasuruan

(Grafik C1 Gambar 4.2) C1 = 0.990


(Grafik C2 Gambar 4.3) C2 = 0.992
Dari nilai di atas di dapat :
Cd (Coba) = Cd (Hitung)
1.277 = C0 x C1 x C2
1.277 = (1.3 x 0.99 x 0.992)
1.277 = 1.277
Karena Cd coba-coba sama dengan Cd hitung, maka nilai Cd coba-coba dapat diterima.

Gambar 4.2 Koefisien C1 sebagai fungsi perbandingan P/H1

Gambar 4.3
Harga-harga koefisien C2 untuk bendung mercu tipe Ogee
Dengan muka hulu melengkung (menurut USBR, 1960)

PT. Mulya Sakti Wijaya VI - 13


Laporan Akhir SID Embung Air Baku Welulang di Kabupaten Pasuruan

5.7.2. Perhitungan Jari-Jari Mercu


Perencanaan dimensi bendung bagian hilir dengan kemiringan permukaan hulu
Embung 1 : 2. Oleh karena itu yang mendekati kondisi exsisting tipe mercu no 4 dengan
nilai K = 1,873 dan n = 1,776. Perhitungan dimensi mercu mercu bendung dihitung
dengan persamaan sebagai berikut :
R = 0.45 x Hd
= 0.7577 m
Jarak R= 0.115 x Hd
= 0.1815 m
X1,776 = 1.873 x Hd0.776 x Y
= 1.873 x 1.425 x Y
= 2.669 x Y
Y =1 / 2.669 x X1.776
Y =1.776 / 2.669 x X0.776
Kemiringan di Hilir Bendung di rencanakan 1 : 2
Dengan :
Y' = tan ϴ
Y' = 0.5000
0.5000 = 1.776 / 2.669 x X0.776
X0.776 = 0.3327
X = 0.2421 m
Y =1 / 2.669 x 0.24211.776
= 0.03017 m

Tabel 4.5 Kordinat Lengkung Mercu di Hilir Spillway

Penetuan Kordinat Lengkung Mercu di Hilir

X Y
0 0.00000
0.03 0.00074
0.04 0.00123
0.05 0.00183
0.06 0.00253
0.07 0.00333
0.08 0.00422
0.09 0.00520
0.1 0.00627

PT. Mulya Sakti Wijaya VI - 14


Laporan Akhir SID Embung Air Baku Welulang di Kabupaten Pasuruan

0.11 0.00743
0.12 0.00867
0.13 0.01000
0.14 0.01141
0.15 0.01289
0.16 0.01446
0.17 0.01610
0.18 0.01782
0.19 0.01962
0.2 0.02149
0.21 0.02343
0.22 0.02545
0.23 0.02754
0.24 0.02971
0.2421 0.03017
0.25 0.03194
0.2600 0.03424
Sumber : hasil perhitungan
Berdasarkan tabel di atas untuk kordinat lengkung mercu di hilir spillway di
dapatkan kordinat maksimal saat X = 0.2421 m dan Y = 0.3017 m

5.7.3. Perhitungan Kolam Loncat Air


Elevasi kolam loncat air direncanakan +333 m. Perhitungan kecepatan awal
loncatan dihitung dengan rumus :
(H1) Tinggi Energi Air Banjir di atas mercu = 1.64 m
Elevasi Mercu = 343.75 m
Elevasi Kolam Loncat Air = 333 m
(g) Gravitasi Bumi = 9.81 m/det
Z = (Elevasi Mercu - Elevasi Kolam Loncat Air)
= (343.75 - 333)
= 10.75 m
(V1) Kecepatan Awal Loncatan = (2g (1/2 H1 + Z))1/2
= (2 x 9.81) (0.5 x 1.64 + 10.75)) 0.5

= 15.0666 m/det
(Yu) Tinggi Air pada titik V1
Q = A x V1
= b x h x V1
h (Yu) = Q / (b x V1)

PT. Mulya Sakti Wijaya VI - 15


Laporan Akhir SID Embung Air Baku Welulang di Kabupaten Pasuruan

= 40.435 / (10 x 15.066)


= 0.2684 m
(Y2) Kedalaman Konjugasi dalam Loncat Air
Y2/Yu = 1/2 ((1 + 8 x Fr2)1/2) - 1
Fr = V1 / (g Yu)1/2
= 15.066 / (9.81 x 0.2683)0.5
= 9.2856
Y2/Yu = 0.5 x ((1 + 8 x 9.282) ^ 0.5) - 1
= 12.6413
Y2 = 12.641 x 0.2683
= 3.3926 m

5.7.4. Perencanaan Kolam Olakan


Berdasarkan hasil perhitungan bilangan froude sebesar 9.2856 dan tipe sedimen
yang diangkut yaitu sedimen halus dan kasar, maka dalam perencanaan kolam olakan
dipilih kolam olak tipe USBR III. Gambar 4.4 menjelaskan tentang cara perencanaan
ruang kolam olak, antara lain :
(Lj) Panjang Lantai Olakan= 2.7 x Y2
= 2.7 x 3.3926
= 9.1601 m
(n3) Blok-blok Penghalang = Yu x (4 + Fr) / 6
= 0.2683 x (4 + 9.2856) / 6
= 0.5943 m
(n) Endsill = Yu x (18 + Fr) / 18
= 0.2683 x (18 + 9.2856) / 18
= 0.407 m
(Ljblok) Jarak Blok muka dengan Blok tengah = 0.82 x Y2
= 0.82 x 3.3926
= 2.7820 m

PT. Mulya Sakti Wijaya VI - 16


Laporan Akhir SID Embung Air Baku Welulang di Kabupaten Pasuruan

Gambar 4.4
Peredam energi tipe USBR III
(Kp-02-2010-bangunan utama, 113)

PT. Mulya Sakti Wijaya VI - 17

Anda mungkin juga menyukai